BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Fisika penting untuk diketahui karena pengetahuan ini akan memberikan
pengertian yang lebih mendalam tentang kemajuan Fisika dewasa ini. Mungkin kejadiankejadian tertentu di zaman mereka itu tidak mempunyai arti penting dipandang dari segi
mereka sendiri, tetapi dari sudut historis merupakan sebagian dari kejadian-kejadian yang
spektakuler yang telah mereka capai. Dengan demikian kita mendapat kesadaran yang
lebih baik atas kebenaran pengetahuan manusia tentang Fisika modern sebagai
perkembangan dari sains secara keseluruhan.
Cara dan kemampuan berpikir manusia selalu berkembang seiring dengan
berjalannya waktu. Begitu pula dengan ilmu dan pengetahuan yang didapat oleh manusia,
semakin lama semakin mendalam dan luas. Mulai dari zaman purba hingga zaman
kontemporer atau zaman sekarang. Perkembangan ilmu di tiap tiap wilayah atau benua
yang
dihuni
manusia
berbeda
beda,
sesuai dengan karakter dan kemampuan pemikiran dari manusia itu sendiri. Yang mana
perkembangan tersebut merupakan rangkaian panjang sejarah peradaban umat manusia,
yang dengan kemampuan akal, pikirannya selalu berusaha melangkah maju.
Selanjutnya dalam makalah ini akan dititik beratkan untuk membahas
perkembangan dan pertumbuhan pemikiran Fisika dari zaman Yunani sampai zaman
Modern.Sejarah pemikiran Fisika memiliki karakteristik periode-periode yang dapat dibagi
ke dalam 4 periode, di mana setiap periode mempunyai karakteristik tertentu.
Sejarah fisika sepanjang yang telah diketahui telah dimulai pada tahun sekitar 2400
SM, ketika kebudayaan Harappan menggunakan suatu benda untuk memperkirakan dan
menghitung sudut bintang di angkasa. Sejak saat itu fisika terus berkembang sampai
sekarang. Perkembangan ini tidak hanya membawa perubahan di dalam bidang dunia
benda, matematika dan filosofi, namun juga melalui teknologi, membawa perubahan ke
dunia sosial masyarakat. Revolusi ilmu yang berlangsung terjadi pada sekitar tahun 1600
dapat dikatakan menjadi batas antara pemikiran purba dan lahirnya fisika klasik. Dan
akhirnya berlanjut ke tahun 1900 yang menandakan mulai berlangsungnya era baru (era
fisika modern).
Fisika adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika
mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu.
Gelombang dan Optik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
yaitu:
1. Periode Pra-Sains (Antara zaman purbakala s/d 1550)
Pada periode pra-sains manusia belum berfikir mengenai awal terbentuknya bumi. Dari
mana bumi berasal atau kapan bumi ini terbentuk. Perkembangan pengetahuan mengenai bumi pada
periode ini masih seputar bentuk-bentuk bumi yang di kemukakan atas dasar pemikiran yang
sederhana.
Einstein
berkata:
materi
memberitahu
ruang
bagaimana
cara
melengkungkan atau memelarkan dirinya; ruang memberitahu materi cara bergerak. Teori
relativitas umum memprediksi dengan tepat sampai pada tingkatan apakah sebuah sinar
cahaya akan terbentang saat ia lewat di dekat matahari. Kalau dipaksa menyimpulkan teori
relativitas umum dalam satu kalimat: Keberadaan ruang, waktu, dan gravitasi tidak
terpisahkan dari benda.
4.
diantaranya :
a) Relativitas Khusus
Gelombang dan Optik
Hukum fisika dapat dinyatakan dalam persamaan yang berbentuk sama dalam semua
kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap satu terhadap lainnya.
Kelajuan cahaya dalam ruang hampa sama besar untuk semua pengamat, tidak bergantung
dari keadaan gerak pengamat itu.
b) Efek Compton
Teori Kuantum, yang diawali oleh karya Planck dan Bohr dan kemudian
dikembangkan oleh Schroedinger, Pauli, Heisenberg dan lain-lain, melahirkan teori-teori
tentang atom, inti, partikel sub atomik, molekul, zat padat yang sangat besar perannya
dalam pengembangan ilmu dan teknologi.
Pada efek fotolistrik, cahaya dapat dipandang sebagai kuantum energi dengan
energi yang diskrit. Kuantum energi tidak dapat digambarkan sebagai gelombang tetapi
lebih mendekati bentuk partikel. Partikel cahaya dalam bentuk kuantum dikenal dengan
sebutan foton. Pandangan cahaya sebagai foton diperkuat lagi melalui gejala yang dikenal
sebagai efek Compton.
Jika seberkas sinar-X ditembakkan ke sebuah elektron bebas yang diam, sinar-X
akan mengalami perubahan panjang gelombang dimana panjang gelombang sinar-X
menjadi lebih besar. Gejala ini dikenal sebagai efek Compton, sesuai dengan nama
penemunya, yaitu Arthur Holly Compton.Sinar-X digambarkan sebagai foton yang
bertumbukan dengan elektron (seperti halnya dua bola bilyar yang bertumbukan). Elektron
bebas yang diam menyerap sebagian energi foton sehingga bergerak ke arah membentuk
sudut terhadap arah foton mula-mula. Foton yang menumbuk elektron pun terhambur
dengan sudut terhadap arah semula dan panjang gelombangnya menjadi lebih besar.
Perubahan panjang gelombang foton setelah terhambur. Dimana m adalah massa diam
elektron, c adalah kecepatan cahaya, dan h adalah konstanta Planck.
B. SEJARAH PENEMU GELOMBANG DAN CAHAYA
a) Penemu Gelombang Radio
Gelombang dan Optik
Columbia, Armstrong
memperkenalkan
temuannya,
berupa
penguat
gelombang radio pertama (radio amplifier). Radio sendiri sebenarnya sudah ditemukan
terlebih dahulu oleh Lee De Forest yang menggunakan Tabung Audion yang diberi nama
tabung Lee De Forest. Namun, gelombang yang dipancarkannya masih terlalu lemah.
Armstrong mempelajari cara kerja tabung Lee DeForest dan kemudian mendesain
ulang dengan mengambil gelombang elektromagnetik yang datang dari sebuah transmisi
radio dan dengan cepat memberi sinyal balik melalui tabung. Hanya sesaat, kekuatan
sinyal akan meningkat sebanyak 20.000 kali per detik. Fenomena ini oleh Armstrong
disebut dengan regenerasi radio, yang merupakan penemuan penting dan perlu saat radio
pertama kali ada. Dengan pengembangan ini, para teknisi radio tidak memerlukan 20 ton
generator lagi agar stasiun radio mereka mengudara. Desain sirkuit tunggal temuan
Armstrong menjadi kunci kelangsungan gelombang transmiter yang menjadi inti
operasional radio. Dan dia lulus sarjana teknik tahun 1913. Atas temuannya tersebut,
Armstrong mematenkan ciptaannya dan memberi lisensinya pada Marconi Corporation
tahun 1914.
Gelombang dan Optik
listrik
yang
memiliki
percepatan
memancarkan
radiasi
elektromagnetik. Waktu kawat (atau panghantar seperti antena) menghantarkan arus bolakGelombang dan Optik
elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak. Selain
itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi tersebut merupakan
sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombangpartikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh
indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika,
merupakan area riset yang penting pada fisika modern.
Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang
mempelajari besaran optik seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi
dan fase cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan
pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan refraksi, dan pendekatan sifat optik
fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-masing studi optika klasik
ini disebut dengan optika geometris (geometrical optics) dan optika fisis (physical optics).
Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan
memicu serangkaian penemuan dan pemikiran.
1. Euclid
Euclid (Alexandria) Dalam nya Optica ia mencatat bahwa perjalanan cahaya dalam
garis lurus dan menjelaskan hukum refleksi. Dia percaya bahwa visi akan melibatkan sinar
dari mata ke obyek terlihat dan ia mempelajari hubungan antara ukuran jelas dari objek dan
sudut-sudut yang mereka subtend di mata. Hero (juga dikenal sebagai Heron) di
Alexandria. Dalam karyanya Catoptrica, Hero menunjukkan dengan metode geometri
bahwa jalan sebenarnya yang diambil oleh sebuah sinar cahaya dipantulkan dari sebuah
cermin pesawat yang lebih pendek daripada jalur tercermin lain yang mungkin diambil
antara sumber dan titik pengamatan.
2. Robert Grosseteste
Robert Grosseteste (Inggris) scholarum. Magister dari Universitas Oxford dan
pendukung pandangan bahwa teori harus dibandingkan dengan observasi, Grosseteste
menganggap bahwa sifat cahaya memiliki arti khusus dalam filsafat alam dan menekankan
pentingnya matematika dan geometri di mereka belajar. Dia percaya bahwa warna terkait
dengan intensitas dan bahwa mereka memperpanjang dari putih menjadi hitam, putih yang
paling murni dan berbaring di luar merah dengan hitam tergeletak di bawah biru. pelangi
itu menduga sebagai akibat refleksi dan refraksi cahaya matahari oleh lapisan dalam 'awan
Gelombang dan Optik
Karena partikel cahaya sangat ringan dan berkecepatan tinggi maka cahaya dapat
merambat lurus tanpa terpengaruh gaya gravitasi bumi.
Ketika cahaya mengenai permukaan yang halus maka cahaya akan akan dipantulkan
dengan sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul sehingga sesuai dengan hukum
pemantulan Snellius. Peristiwa pemantulan ini dijelaskan oleh Newton dengan
menggunakan bantuan sebuah bola yang dipantulkan di atas bidang pantul.
Alasan berikutnya adalah pada peristiwa pembiasan cahaya yang disamakan dengan
peristiwa menggelindingnya sebuah bola pada papan yang berbeda ketinggian yang
dihubungkan dengan sebuah bidang miring. Dari permukaan yang lebih tinggi bola
digelindingkan dan akan terus menggelinding melalui bidang miring sampai akhirnya bola
akan menggelinding di permukaan yang lebih rendah. Jika diamati perjalanan bola, maka
sebelum melewati bidang miring lintasan bola akan membentuk sudut terhadap garis
tegak lurus pada bidang miring. Setelah melewati bidang miring lintasan bola akan
membentuk sudut terhadap garis tegak lurus pada bidang miring. Jika permukaan atas
dianggap sebagai udara dan permukaan bawah dianggap sebagai air serta bidang miring
merupakan batas antara udara dan air, gerak bola dianggap sebagai jalannya pembiasan
cahaya dari udara ke air, maka Newton menganggap bahwa kecepatan cahaya dalam air
lebih besar dari pada kecepatan cahaya dalam udara.
Seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Heinrich Rudolph Hertz (1857 - 1894) yang
membuktikan bahwa gelombang elektromagnetik merupakan gelombang tranversal. Hal
ini sesuai dengan kenyataan bahwa cahaya dapat menunjukkan gejala polarisasi.
Percobaan seorang ilmuwan berkebangsaan Belanda, Peter Zeeman (1852 - 1943) yang
menyatakan bahwa medan magnet yang sangat kuat dapat berpengaruh terhadap berkas
cahaya.
dan
zat.
Ternyata perubahan medan listrik menimbulkan medan magnet yang tidak tetap
besarannya atau berubah-ubah. Sehingga perubahan medan magnet tersebut akan
menghasilkan lagi medan listrik yang berubah-ubah.
Proses terjadinya medan listrik dan medan magnet berlangsung secara sama dan
menjalar kesegala arah. Arah getar vektor medan-bersama listrik dan medan magnet saling
tegak lurus. Jadi gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dihasilkan dari
perubahan medan magnet dan medan listrik secara berurutan, dimana arah getar vektor
medan listrik dan medan magnet saling tegak lurus.
Dari seluruh teori-teori cahaya yang muncul dapat disimpulkan bahwa cahaya
mempunyai sifat dual (dualisme cahaya) yaitu cahaya dapat bersifat sebagai gelombang
untuk menjelaskan peristiwa interferensi dan difraksi tetapi di lain pihak cahaya dapat
berupa materi tak bermassa yang berisikan paket-paket energi yang disebut kuanta atau
foton sehingga dapat menjelaskan peristiwa efek fotolistrik.
16. Wilhelm Conrad Rntgen (1845-1923 M)
Gelombang dan Optik
20. Albert Abraham Michelson (1852 - 1931) dan Edward Morley (1838 1923)
Mereka membuktikan bahwa Eter (merupakan medium merambatnya cahaya)
sebenarnya tidak ada. Apabila ada akibat gerak translasi bumi akan menimbulkan angin
Eter yang dapat mempengaruhi berkas cahaya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1) Sejarah perkembangan fisika memiliki karakteristik periode-periode yang dapat dibagi ke
dalam empat periode, yaitu: periode pra-sains berlangsung cukup lama, yaitu sampai
dengan tahun 1500. Periode ini ditandai adanya unsur mitologi, dimana validasi sains tidak
diperlukan. Kemudian periode awal sains dimulai ketika Galileo memperkenalkan cara
baru mengamati fenomena sains melalui kegiatan eksperimen. Periode ketiga dikenal
dengan periode sains klasik, dimana pengamatan masih bersifat makroskopis. Dalam
periode ketiga tidak terjadi perubahan paradigma. Berikutnya periode sains modern dengan
sifat pengamatan sangat mikroskopis.
2) Sejarah penemu gelombang dan cahaya :
Gelombang dan Optik