Anda di halaman 1dari 24

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 14

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Fisika penting untuk diketahui karena pengetahuan ini akan memberikan
pengertian yang lebih mendalam tentang kemajuan Fisika dewasa ini. Mungkin kejadiankejadian tertentu di zaman mereka itu tidak mempunyai arti penting dipandang dari segi
mereka sendiri, tetapi dari sudut historis merupakan sebagian dari kejadian-kejadian yang
spektakuler yang telah mereka capai. Dengan demikian kita mendapat kesadaran yang
lebih baik atas kebenaran pengetahuan manusia tentang Fisika modern sebagai
perkembangan dari sains secara keseluruhan.
Cara dan kemampuan berpikir manusia selalu berkembang seiring dengan
berjalannya waktu. Begitu pula dengan ilmu dan pengetahuan yang didapat oleh manusia,
semakin lama semakin mendalam dan luas. Mulai dari zaman purba hingga zaman
kontemporer atau zaman sekarang. Perkembangan ilmu di tiap tiap wilayah atau benua
yang

dihuni

manusia

berbeda

beda,

sesuai dengan karakter dan kemampuan pemikiran dari manusia itu sendiri. Yang mana
perkembangan tersebut merupakan rangkaian panjang sejarah peradaban umat manusia,
yang dengan kemampuan akal, pikirannya selalu berusaha melangkah maju.
Selanjutnya dalam makalah ini akan dititik beratkan untuk membahas
perkembangan dan pertumbuhan pemikiran Fisika dari zaman Yunani sampai zaman
Modern.Sejarah pemikiran Fisika memiliki karakteristik periode-periode yang dapat dibagi
ke dalam 4 periode, di mana setiap periode mempunyai karakteristik tertentu.
Sejarah fisika sepanjang yang telah diketahui telah dimulai pada tahun sekitar 2400
SM, ketika kebudayaan Harappan menggunakan suatu benda untuk memperkirakan dan
menghitung sudut bintang di angkasa. Sejak saat itu fisika terus berkembang sampai
sekarang. Perkembangan ini tidak hanya membawa perubahan di dalam bidang dunia
benda, matematika dan filosofi, namun juga melalui teknologi, membawa perubahan ke
dunia sosial masyarakat. Revolusi ilmu yang berlangsung terjadi pada sekitar tahun 1600
dapat dikatakan menjadi batas antara pemikiran purba dan lahirnya fisika klasik. Dan
akhirnya berlanjut ke tahun 1900 yang menandakan mulai berlangsungnya era baru (era
fisika modern).
Fisika adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika
mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu.
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 15


Fisikawan mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang yang sangat beragam, mulai
dari partikel submikroskopis yang membentuk segala materi (fisika partikel) hingga
perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos.
Beberapa sifat yang dipelajari dalam fisika merupakan sifat yang ada dalam semua
sistem materi yang ada, seperti hukum kekekalan energi. Sifat semacam ini sering disebut
sebagai hukum fisika. Fisika sering disebut sebagai "ilmu paling mendasar", karena setiap
ilmu alam lainnya (biologi, kimia, geologi, dan lain-lain) mempelajari jenis sistem materi
tertentu yang mematuhi hukum fisika. Misalnya, kimia adalah ilmu tentang molekul dan
zat kimia yang dibentuknya. Sifat suatu zat kimia ditentukan oleh sifat molekul yang
membentuknya, yang dapat dijelaskan oleh ilmu fisika seperti mekanika kuantum,
termodinamika, dan elektromagnetika.
Dalam periode ini, Fisika berkembang dengan pesat terutama dalam mendapatkan
formulasi-formulasi umum dalam Mekanika, Fisika Panas, Listrik-Magnet dan
Gelombang, yang masih terpakai sampai saat ini. Dalam Gelombang diformulasikan teori
gelombang cahaya, prinsip interferensi, difraksi dan lain-lain. Dalam fisika klasik,
fenonema alam dilukiskan secara konkrit melalui logika "naif" dan "rasio akal sehat".
Bidang ini mencakup mekanika Newton, teori elektronmagnetik Maxwell, optika geometri,
optika gelombang dan sebagian termodinamika. Dalam fisika klasik, kecepatan pertikel
yang diteliti dianggap sangat kecil dibanding kecepatan cahaya, dan selain itu besaran aksi
dan energinya sangat besar dibanding bilangan kuantum Planck.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Sejarah Fisika dan Perkembangan Sains


Menurut Richtmeyer, sejarah perkembangan ilmu Fisika dibagi dalam empat periode

yaitu:
1. Periode Pra-Sains (Antara zaman purbakala s/d 1550)
Pada periode pra-sains manusia belum berfikir mengenai awal terbentuknya bumi. Dari
mana bumi berasal atau kapan bumi ini terbentuk. Perkembangan pengetahuan mengenai bumi pada
periode ini masih seputar bentuk-bentuk bumi yang di kemukakan atas dasar pemikiran yang
sederhana.

Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 16


Menurut Richtmeyer, periode pra sains (purbakala) termasuk periode pertama yang
terjadi mulai dari zaman yunani sampai tahun 1550an. Dalam periode pertama ini belum
ada penelitian yang sistematis. Beberapa penemuan pada periode ini diantaranya :
a) 2400 SM 599 SM
Di bidang astronomi sudah dihasilkan Kalender Mesir dengan 1 tahun = 365 hari,
prediksi gerhana, jam matahari, dan katalog bintang. Dalam Teknologi sudah ada
peleburan berbagai logam, pembuatan roda, teknologi bangunan (piramid), standar berat,
pengukuran, koin (mata uang).
b) 600 SM 530 M
Perkembangan ilmu dan teknologi sangat terkait dengan perkembangan matematika.
Dalam bidang Astronomi sudah ada pengamatan tentang gerak benda langit (termasuk
bumi), jarak dan ukuran benda langit. Dalam bidang sains fisik Physical Science, sudah
ada Hipotesis Democritus bahwa materi terdiri dari atom-atom. Archimedes memulai
tradisi Fisika Matematika untuk menjelaskan tentang katrol, hukum-hukum hidrostatika
dan lain-lain. Tradisi Fisika Matematika berlanjut sampai sekarang.
c) 530 M 1450 M
Dalam kurun waktu ini terjadi Perkembangan Kalkulus. Dalam bidang Astronomi ada
Almagest karya Ptolomeous yang menjadi teks standar untuk astronomi, teknik
observasi berkembang, trigonometri sebagai bagian dari kerja astronomi berkembang.
Dalam Sains Fisik, Aristoteles berpendapat bahwa gerak bisa terjadi jika ada yang
mendorong secara terus menerus.
d) 1450 M- 1550
Ada publikasi teori heliosentris dari Copernicus yang menjadi titik penting dalam
revolusi saintifik. Sudah ada arah penelitian yang sistematis. Adapun tokoh-tokoh fisika
pada zaman ini diantaranya adalah:
a) Thales (620-547 SM)
Menurut pemikiran Thales, air adalah elemen dasar alam. Segenap isi alam semesta
ini terbuat dari air. Gerakan larinya air merupakan alasan dasar untuk seluruh gerakan.
Thales menganggap materi dan gaya sebagai satu kesatuan.
b) Anaksimandross (609-546 SM)
Anaksimandross merupakan muridnya Thales yang mempercayai bahwa alam
diatur oleh suatu hukum. Menurutnya entitas wujud alam semesta adalan apeiron. Apeiron
ini mirip dengan konsep kehampaan atau vacuum, sesutau yang tak jelas atau tak tentu
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 17


dalam ruang dan waktu. Dia mempunyai gagasan bahwa evolusi binatang itu melalui
mutasi, dan bukan melalui seleksi alam.
c) Anaksimenes (585-525 SM)
Anaksimenes merupakan murid dari Anaksimandros. Dia mengungkapkan bahwa
udara atau angin merupakan entitas wujud alam semesta, udaralah yang mendasari
segalanya sehingga dapat dikatakan bahwa panas dan dingin merupakan penyebab udara
menciptakan suatu bentuk. Menurutnya bumi, matahari dan bintang adalah cakram atau
piringan di atas udara.
d) Empedocles (490-430 SM)
Menurut pendapat dari Empedocles, entitas wujud di alam semesta terdiri atas
empat unsur yaitu api, angin, air, tanah. Unsur-unsur empat tersebut tidak bisa saling tukar
menukar satu sama lain. Teori empat unsur ini di adopsi Aristoteles dan diyakini hingga
abad renaisans (pencerahan). Untuk membuktikan bahwa dia bisa abadi, dia melompat ke
kawah gunung api Etna.
e) Leucippos (5 SM)
Menurut pendapat Leucippos di dunia ini tak ada yang terjadi secara kebetulan
tanpa alasan, segalanya pasti punya tujuan. Leucippos merupakan Bapak Atomisme yang
berpendapat bahwa entitas wujud adalah atom. Ada dua entitas yang invariant (karar) yaitu
atom dan kehampaan. Segala sesuatu juga memiliki sifat mendasar yaitu perubahan dan
gerak.
Pada tahun 384-322 SM, Aristoteles mengemukakan teori :
Geosentris
(Bumi sebagai pusat tata surya) yang kemudian di awal abad ke-2 Claudius Ptolemaus juga
mengungkapkan teori tersebut. Sedangkan sekitar tahun 310-230 SM Aristrachus
mengajukan teori.
Heliosentris
(Matahari sebagai pusat tata surya) yang kemudian Copernicus juga mengungkapkan teori tersebut
pada abad ke-15.
2. Periode Awal Sains (1550 s/d 1800)
Pada periode ini merupakan periode awal manusia berfikir mengenai darimana dan
bagaimana proses bumi ini terbentuk. periode kedua ini mulai dikembangkan metoda
penelitian yang sistematis dengan Galileo dikenal sebagai pencetus metoda saintifik dalam
penelitian. Hasil-hasil yang didapatkan antara lain:
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 18


1) Kerja sama antara eksperimentalis dan teoris menghasilkan teori baru pada gerak planet.
2) Newton: meneruskan kerja Galileo terutama dalam bidang mekanika menghasilkan
hukum-hukum gerak yang sampai sekarang masih dipakai.
3) Dalam Mekanika selain Hukum-hukum Newton dihasilkan pula Persamaan Bernoulli,
Teori Kinetik Gas, Vibrasi Transversal dari Batang, Kekekalan Momentum Sudut,
Persamaan Lagrange.
4) Dalam Fisika Panas ada penemuan termometer, azas Black, dan Kalorimeter.
5) Dalam Gelombang Cahaya ada penemuan aberasi dan pengukuran kelajuan cahaya.
6)

Dalam Kelistrikan ada klasifikasi konduktor dan nonkonduktor, penemuan elektroskop,


pengembangan teori arus listrik yang serupa dengan teori penjalaran panas dan Hukum
Coulomb.

3. Periode Fisika Klasik (1800 s/d 1890)


Menurut Richtmeyer, periode sains klasik termasuk periode ketiga yang dimulai dari
tahun 1800an sampai 1890an. Pada periode ini diformulasikan konsep-konsep fisika yang
mendasar yang sekarang kita kenal dengan sebutan Fisika Klasik. Dalam periode ini
pemahaman dibidang kefisikaan masih sempit dan perkembangannya tidak seluas pada
perkembangan konsep-konsep fisika modern. Contoh-contoh pemikiran pada zaman ini
adalah :
a) Mekanika Klasik (Mekanika Newtonian)
Dalam Mekanika diformulasikan Persamaan Hamiltonian (yang kemudian dipakai
dalam Fisika Kuantum), Persamaan gerak benda tegar, teori elastisitas, hidrodinamika.
Mekanika klasik disini menggambarkan dinamika partikel atau sistem partikel. Dinamika
partikel demikian, ditunjukkan oleh hukum-hukum Newton tentang gerak, terutama oleh
hukum kedua Newton. Hukum ini menyatakan, Sebuah benda yang memperoleh
pengaruh gaya atau interaksi akan bergerak sedemikian rupa sehingga laju perubahan
waktu dari momentum sama dengan gaya tersebut.
Hukum-hukum gerak Newton baru memiliki arti fisis, jika hukum-hukum tersebut
diacukan terhadap suatu kerangka acuan tertentu, yakni kerangka acuan inersia (suatu
kerangka acuan yang bergerak serba sama tak mengalami percepatan). Prinsip Relativitas
Newtonian menyatakan, Jika hukum-hukum Newton berlaku dalam suatu kerangka acuan
maka hukum-hukum tersebut juga berlaku dalam kerangka acuan lain yang bergerak serba
sama relatif terhadap kerangka acuan pertama.
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 19


Konsep partikel bebas diperkenalkan ketika suatu partikel bebas dari pengaruh gaya
atau interaksi dari luar sistem fisis yang ditinjau (idealisasi fakta fisis yang sebenarnya).
Gerak partikel terhadap suatu kerangka acuan inersia tak gayut (independen) posisi titik
asal sistem koordinat dan tak gayut arah gerak sistem koordinat tersebut dalam ruang.
Dikatakan, dalam kerangka acuan inersia, ruang bersifat homogen dan isotropik. Jika
partikel bebas bergerak dengan kecepatan konstan dalam suatu sistem koordinat selama
interval waktu tertentu tidak mengalami perubahan kecepatan, konsekuensinya adalah
waktu bersifat homogen.
b) Elektrodinamika Klasik
Dalam elektrodinamika diformulasikan Hukum Ohm, Hukum Faraday, Teori
Maxwell dan lain-lain. Elekrodinamika, sesuai dengan namanya adalah kajian yang
menganalisis fenomena akibat gerak elektron. Fenomena ini berkaitan dengan kelistrikan
dan kemagnetan. Kendati elektrodinamika merupakan bagian dari fisika klasik, hukumhukum elektrodinamika yang dikompilasi oleh Maxwell ternyata sesuai dengan teori
Relativitas, salah satu pilar dari fisika modern. Teori elektromagnet membahas medan
elektromagnet, yaitu medan listrik dan medan magnet . Kedua besaran ini berhubungan
dengan rapat muatan dan rapat arus. Bagian ini tidak akan mengulas secara rinci teori
medan elektromagnet sebab dapat diperoleh dalam kuliah khusus tentang elektrodinamika.
Hal yang perlu dikemukakan di sini adalah bahwa menurut Maxwell, medan listrik dan
magnet memenuhi persamaan Persamaan ini mengungkapkan bahwa medan elektromagnet
merambat dalam ruang dalam bentuk gelombang dengan kecepatan tetap v. Maxwell
adalah orang pertama yang mengungkapkan bahwa gelombang EM pada jangkauan
frekuensi tertentu adalah gelombang cahaya. Sejak itu orang kemudian memahami bahwa
gelombang EM meliputi frekuensi sangat rendah seperti sinar tampak (frekuensi berkisar
4000 A 7000A), hingga radiasi frekuensi tinggi seperti Sinar-X.
Dalam kajian optika dipahami bahwa cahaya memiliki berbagai sifat yang
menunjukkan bahwa konsep cahaya sebagai gelombang tidak esensial. Akan tetapi guna
menjelaskan secara lebih tepat mengenai gejala interferensi, khususnya difraksi, konsep
cahaya sebagai gelombang adalah mutlak. Pada prinsipnya fisika klasik berpandangan
bahwa materi terdiri atas partikel dan radiasi terdiri atas gelombang. Pandangan ini
menjadi acuan dalam menjelaskan gejala alam. Contohnya : gaya yang dialami oleh
partikel bermuatan seperti, elektron dan proton, dengan massa masing-masing muatan
listrik satu satuan, berinteraksi melalui interaksi gravitasi (massa) dan elektromagnetik.
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 20


Geraknya dapat dijelaskan melalui Hukum Lorentz. Akan tetapi, teori klasik tidak mampu
menjelaskan bagaiman interaksi partikel ini dengan cahaya (radiasi).
c) Termodinamika Klasik
Termodinamika adalah cabang ilmu pengetahuan yang membahas antara panas dan
bentuk bentuk energi lainnya. Michael A Saad dalam bukunya menerangkan
Termodimika merupakan sains aksiomatik yang berkenaan dengan transformasi energi dari
satu bentuk ke bentuk lainnya . energi dan materi sangat berkaitan erat, sedemikian eratnya
sehingga perpindahan energi akan menyebabkan perubahan tingak keadaan materi tersebut.
Hukum pertama dari termodinamika menyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dihilangkan namun berubah dari satu bentuk menjadi bentuk
yang lainnya. Hukum ini mengatur semua perubahan bentuk energi secara kuantitatif dan
tidak membatasi arah perubahan bentuk itu. Pada kenyataannya tidak ada kemungkinan
terjadinya proses dimana proses tersebut satusatunya hasil dari perpindahan bersih panas
dari suatu tempat yang suhunya lebih rendah ke suatu tempat yang suhunya lebih tinggi.
Pernyataan yang mengandung kebenaran eksperimental ini di kenal dengan hukum kedua
termodinamika.
Keterbatasan termodimika klasik. Termodinamika klasik menggarap keadaan
sistem dari sudut pandang makroskopik dan tidak membuat hipotesa mengenai struktur zat.
Untuk membuat analisa termodinamika klasik kita perlu menguraikan keadaan suatu
sistem dengan perincian mengenai karakteristik karakteristik keseluruhannya seperti
tekanan , volume dan temperature yang dapat diukur secara lansung dan tidak menyangkut
asumsi asumsi mengenai struktur zat.
Termodinamika klasik tidak memperhatikan perincian, perincian suatu proses tetapi
membahas keadaan keadaan kesetimbangan. Dari sudut pandang termodinamika jumlah
panas yang dipindahkan selama suatu proses hanyalah sama dengan beda antara perubahan
energi sistem dan kerja yang dilaksanakan., jelaslah bahwa analisa ini tidak memperhatikan
mekanisme aliran panas maupun waktu yang diperlukan untuk memindahkan panas
tersebut.
Termodinamika klasik mampu menerangkan mengapa perpindahan panas dapat
terjadi, namun termodinamika klasik tidak menjelaskan bagaimana cara panas dapat
berpindah. Kita mengenal bahwa panas dapat berpindah dengan tiga cara yaitu konduksi,
konveksi dan radiasi.
d) Teori Relativitas Umum
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 21


Einstein menyelesaikan teori relativitas umum pada 1915. Teori relativitas umum
menjelaskan bahwa gelombang elektromagnetik tidak sesuai dengan teori gerakan Newton.
Menurut Newton, gravitasi dianggap sebagai kekuatan penarik. Planet-planet bergerak
mengelilingi matahari dalam bentuk lingkaran elips karena matahari memiliki kekuatan
gravitasi yang amat besar. Tapi menurut Einstein, gravitasi tidak dianggap sebagai
kekuatan penarik, tapi lebih sebagai kekuatan eksterior yang merupakan konsekwensi dari
ruang dan waktu atau ruang-waktu. Rangkaian ruang-waktu empat-dimensi yang
melengkung seringkali dilukiskan seperti sebuah karet yang dimelarkan oleh benda
bermasabintang, galaksi, dll. Benda bermassa seperti matahari melengkungkan ruangwaktu di sekelilingnya dan planet-planet bergerak di sepanjang jalur melengkungnya
ruang-waktu.

Einstein

berkata:

materi

memberitahu

ruang

bagaimana

cara

melengkungkan atau memelarkan dirinya; ruang memberitahu materi cara bergerak. Teori
relativitas umum memprediksi dengan tepat sampai pada tingkatan apakah sebuah sinar
cahaya akan terbentang saat ia lewat di dekat matahari. Kalau dipaksa menyimpulkan teori
relativitas umum dalam satu kalimat: Keberadaan ruang, waktu, dan gravitasi tidak
terpisahkan dari benda.
4.

Periode Fisika Modern (1890 s/d saat ini)


Menurut Richtmeyer, periode sains modern termasuk periode ke empat yang dimulai
dari tahun 1890an sampai sekarang. Pada akhir abad ke 19 ditemukan beberapa fenomena
yang tidak bisa dijelaskan melalui fisika klasik. Hal ini menuntut pengembangan konsep
fisika yang lebih mendasar lagi yang sekarang disebut Fisika Modern. Dalam periode ini
dikembangkan teori-teori yang lebih umum yang dapat mencakup masalah yang berkaitan
dengan kecepatan yang sangat tinggi (relativitas) atau dan yang berkaitan dengan partikel
yang sangat kecil (teori kuantum).
Beberapa fenomena yang tidak bisa dijelaskan melalui fisika klasik diantaranya
adalah teori kinetik belum memuaskan bagi kebanyakan para ahli fisika, karena model
atom seperti bola kecil dianggap masih belum cukup untuk menentang anggapan mengenai
struktur dibagian dalam atom tersebut. Kenyataannya beberapa ilmuwan menolak untuk
mengakuinya, sebab atom berarti tidak dapat dibagi-bagi lagi dan tidak mungkin dibentuk
atau tersusun dari partikel lain. Pendirian seperti ini tidak dapat diubah lagi dan telah
cukup memuaskan pada periode ini.

Beberapa penemuan penting dalam zaman ini

diantaranya :
a) Relativitas Khusus
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 22


Teori Relativitas yang dipelopori oleh Einstein menghasilkan beberapa hal
diantaranya adalah kesetaraan massa dan energi E = mc 2 yang dipakai sebagai salah satu
prinsip dasar dalam transformasi partikel.
Hasil percobaan Michelson Morley tidak dapat dijelaskan melalui Fisika Klasik.
Maka Einstein mengemukakan dua postulat relativitas khusus:

Hukum fisika dapat dinyatakan dalam persamaan yang berbentuk sama dalam semua
kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap satu terhadap lainnya.

Kelajuan cahaya dalam ruang hampa sama besar untuk semua pengamat, tidak bergantung
dari keadaan gerak pengamat itu.

b) Efek Compton
Teori Kuantum, yang diawali oleh karya Planck dan Bohr dan kemudian
dikembangkan oleh Schroedinger, Pauli, Heisenberg dan lain-lain, melahirkan teori-teori
tentang atom, inti, partikel sub atomik, molekul, zat padat yang sangat besar perannya
dalam pengembangan ilmu dan teknologi.
Pada efek fotolistrik, cahaya dapat dipandang sebagai kuantum energi dengan
energi yang diskrit. Kuantum energi tidak dapat digambarkan sebagai gelombang tetapi
lebih mendekati bentuk partikel. Partikel cahaya dalam bentuk kuantum dikenal dengan
sebutan foton. Pandangan cahaya sebagai foton diperkuat lagi melalui gejala yang dikenal
sebagai efek Compton.
Jika seberkas sinar-X ditembakkan ke sebuah elektron bebas yang diam, sinar-X
akan mengalami perubahan panjang gelombang dimana panjang gelombang sinar-X
menjadi lebih besar. Gejala ini dikenal sebagai efek Compton, sesuai dengan nama
penemunya, yaitu Arthur Holly Compton.Sinar-X digambarkan sebagai foton yang
bertumbukan dengan elektron (seperti halnya dua bola bilyar yang bertumbukan). Elektron
bebas yang diam menyerap sebagian energi foton sehingga bergerak ke arah membentuk
sudut terhadap arah foton mula-mula. Foton yang menumbuk elektron pun terhambur
dengan sudut terhadap arah semula dan panjang gelombangnya menjadi lebih besar.
Perubahan panjang gelombang foton setelah terhambur. Dimana m adalah massa diam
elektron, c adalah kecepatan cahaya, dan h adalah konstanta Planck.
B. SEJARAH PENEMU GELOMBANG DAN CAHAYA
a) Penemu Gelombang Radio
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 23


Kemajuan teknologi berdampak pula terhadap siaran radio. Dulu kita hanya dapat
menikmati siaran radio dengan gelombang AM (amplitude modulation). Namun, kini
pendengar pun dimanjakan oleh kemunculan gelombang radio FM (frequency modulation)
yang bersuara lebih jernih. Orang yang berjasa menemukan gelombang FM adalah Edwin
Howard Armstrong yang dikenal sebagai Bapak penemu radio FM.
Amstrong dilahirkan pada tanggal 18 Desember 1890 di New York City, Amerika
Serikat (AS). Kepintaran dan keuletannya sudah tampak sejak kecil. Bahkan, ketika
usianya baru menginjak 14 tahun, ia telah bercita-cita ingin menjadi seorang penemu.
Ketika menginjak remaja, dia mulai mencoba menjadi tukang servis alat-alat rumah tangga
tanpa kabel (nirkabel), dan ketika duduk di bangku SMA, dia telah mulai mengadakan uji
coba dengan membuat tiang antena di depan rumahnya untuk mempelajari teknologi
nirkabel yang kala itu sering mengalami gangguan. Dia dengan cepat dapat memahami
permasalahan pada alat komunikasi tersebut. Ia juga dapat menemukan kelemahan sinyal
pada penerima akhir transmisi komunikasi. Padahal, tidak ada cara lain untuk memperkuat
tenaga pada pengiriman akhir.
Untuk mengembangkan pengetahuannya pada masalah gelombang komunikasi,
setelah tamat SMA, Amstrong masuk ke Universitas Columbia jurusan teknik. Di
universitas itulah ia melanjutkan penelitiannya di bidang nirkabel. Pada tahun ketiga di
Universitas

Columbia, Armstrong

memperkenalkan

temuannya,

berupa

penguat

gelombang radio pertama (radio amplifier). Radio sendiri sebenarnya sudah ditemukan
terlebih dahulu oleh Lee De Forest yang menggunakan Tabung Audion yang diberi nama
tabung Lee De Forest. Namun, gelombang yang dipancarkannya masih terlalu lemah.
Armstrong mempelajari cara kerja tabung Lee DeForest dan kemudian mendesain
ulang dengan mengambil gelombang elektromagnetik yang datang dari sebuah transmisi
radio dan dengan cepat memberi sinyal balik melalui tabung. Hanya sesaat, kekuatan
sinyal akan meningkat sebanyak 20.000 kali per detik. Fenomena ini oleh Armstrong
disebut dengan regenerasi radio, yang merupakan penemuan penting dan perlu saat radio
pertama kali ada. Dengan pengembangan ini, para teknisi radio tidak memerlukan 20 ton
generator lagi agar stasiun radio mereka mengudara. Desain sirkuit tunggal temuan
Armstrong menjadi kunci kelangsungan gelombang transmiter yang menjadi inti
operasional radio. Dan dia lulus sarjana teknik tahun 1913. Atas temuannya tersebut,
Armstrong mematenkan ciptaannya dan memberi lisensinya pada Marconi Corporation
tahun 1914.
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 24


Enam tahun kemudian, Westinghouse membeli hak paten Armstrong atas penerima
superheterodyne, dan memulai kiprahnya menjadi stasiun radio pertama bernama KDKA
di Pittsburgh. Mulailah radio menjadi sangat populer pada saat itu, mulai dari hiburan
sampai berita penting, tidak ada yang tidak memakai jasa radio. Setelah itu, bermunculan
terus gelombang radio lainnya. RCA (The Radio Corporation of America) segera membeli
seluruh hak paten radio begitu juga radio lain ikut membelinya.
Setelah Perang Dunia I usai, Armstrong kembali ke Universitas Columbia dan
bekerja sebagai profesor di universitas tersebut. Tahun 1923 dia menikah dengan Marion
MacInnes, sekretaris dari Presiden RCA, David Sarnoff. Pada dekade tersebut dia terlibat
dalam perang perusahaan dalam mengendalikan hak paten radio. Hal ini berlanjut sampai
awal tahun 1930, dan Armstrong kalah di pengadilan. Meski demikian, dia terus
melanjutkan penelitian untuk memecahkan masalah statistik radio. Ia berkesimpulan,
hanya ada satu solusi agar karyanya yang telah dicuri orang bisa dihargai, yaitu merancang
sistem yang sama sekali baru.
Penelitian demi penelitian pun terus dia lakukan untuk lebih menyempurnakan suara
radio tersebut. Pada 1933 Amstrong memperkenalkan sistem radio FM (frequency
modulation), yang memberi penerimaan jernih meskipun ada badai dan menawarkan
ketepatan suara yang tinggi yang sebelumnya belum ada. Sistem tersebut juga
menyediakan sebuah gelombang tunggal membawa dua program radio dengan sekali
angkut. Pengembangan ini disebut dengan multiplexing.
Sinyal suara tidak dapat langsung dipancarkan karena sinyal suara bukan gelombang
elektromagnetik. Jika sinyal suara tersebut diubah menjadi gelombang elektromagnetik
sekalipun, berapa panjang antena yang dibutuhkan. Perbedaan antara gelombang AM dan
FM, yaitu Untuk dapat mengirimkan sinyal suara dengan lebih mudah, sinyal suara
tersebut terlebih dahulu ditumpangkan pada sinyal radio dengan frekuensi yang lebih
tinggi dari sinyal suara tersebut. Metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal
radio disebut modulasi. Modulasi yang sering dipakai radio adalah modulasi amplitudo
(AM amplitude modulation) dan modulasi frekuensi (FM frequency modulation). Beda
utama antara gelombang AM dengan FM adalah cara memodulasi suaranya. Gelombang
FM mempunyai range tambahan sebesar plus 455 KHz. Jadi, jika ada frekeensi radio 88.00
FM, sebenarnya dia menggunakan frekuensi 88.00 MHz + 455 KHz. Mengapa ada
tambahan 455 KHz? Nah, gelombang FM itu memodulasi suara secara digital. Jadi,
gelombang suara audio itu dicacah secara digital sesuai frekuensi audio (batas ambang
telinga antara (6 Hz 20 KHz). Setelah dicacah secara digital (tambahan 455 KHz tadi,
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 25


sebagai digital audio buffer), sinyal digital tsb. di-mix dengan gelombang radio (carrier)
yang berfrekuensi 88.0 MHz tadi, kemudian dilempar ke udara terbuka. Bagian yang
penting dari sistem pemancar FM adalah antena, saluran transmisi, dan pemancar itu
sendiri.
Untuk memperkenalkan temuannya pada dunia, pada tahun 1940 Armstrong
mendapat izin untuk mendirikan stasiun radio FM pertama yang didirikan di Alpine, New
Jersey. Berkat temuannya tersebut , pada 1941, Institut Franklin memberi penghargaan
kepada Armstrong berupa medali Franklin, yang merupakan salah satu penghargaan
tertinggi komunitas ilmuwan. Kekalahannya dalam sengketa selama bertahun-tahun
dengan perusahaan yang telah memanfaatkan hak ciptanya, tak berpengaruh terhadap
pemberian medali Franklin tersebut.
Sayangnya, Armstrong harus mengakhiri hidupnya dengan cara tragis. Sang penemu
gelombang radio FM tersebut diketemukan mati bunuh diri di tahun 1954. Istrinya, Marion
MacInnes, yang menjadi pewaris hasil temuan Armstrong melanjutkan perjuangan
suaminya bertempur di persidangan dan memenangkan jutaan dolar. Atas kejernihan suara
yang dihasilkannya di awal 60-an, saluran FM mendominasi sistem radio, dan bahkan
digunakan untuk komunikasi antara bumi dan luar angkasa oleh Badan Antariksa Nasional
Amerika, NASA.
b) Penemu Gelombang Elektromagnetik
Dasar teori dari perambatan gelombang elektromagnetik pertama kali dijelaskan
pada 1873 oleh James Clerk Maxwell dalam papernya di Royal Society mengenai teori
dinamika medan elektromagnetik (bahasa Inggris: A dynamical theory of the
electromagnetic field), berdasarkan hasil kerja penelitiannya antara 1861 dan 1865.
Pada 1878 David E. Hughes adalah orang pertama yang mengirimkan dan menerima
gelombang radio ketika dia menemukan bahwa keseimbangan induksinya menyebabkan
gangguan ke telepon buatannya. Dia mendemonstrasikan penemuannya kepada Royal
Society pada 1880 tapi hanya dibilang itu cuma merupakan induksi.
Adalah Heinrich Rudolf Hertz yang, antara 1886 dan 1888, pertama kali
membuktikan teori Maxwell melalui eksperimen, memperagakan bahwa radiasi radio
memiliki seluruh properti gelombang (sekarang disebut gelombang Hertzian), dan
menemukan bahwa persamaan elektromagnetik dapat diformulasikan ke persamaan
turunan partial disebut persamaan gelombang. Gelombang elektromagnetik ditemukan oleh
Heinrich Hertz.
Setiap muatan

listrik

yang

memiliki

percepatan

memancarkan

radiasi

elektromagnetik. Waktu kawat (atau panghantar seperti antena) menghantarkan arus bolakGelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 26


balik, radiasi elektromagnetik dirambatkan pada frekuensi yang sama dengan arus listrik.
Bergantung pada situasi, gelombang elektromagnetik dapat bersifat seperti gelombang atau
seperti partikel. Sebagai gelombang, dicirikan oleh kecepatan (kecepatan cahaya), panjang
gelombang, dan frekuensi. Kalau dipertimbangkan sebagai partikel, mereka diketahui
sebagai foton, dan masing-masing mempunyai energi berhubungan dengan frekuensi
gelombang ditunjukan oleh hubungan Planck E = H, di mana E adalah energi foton, h
ialah konstanta Planck 6.626 10 34 Js dan adalah frekuensi gelombang.
Sekitar abad ke 19, Maxwell menyatakan persamaan nya yang cukup mengejutkan
dunia Fisika. Salah satunya menyatakan adanya gelombang elektromagnetik. Namun, saat
itu belum dapat dibuktikan. Karna itu, Heinrich Hertz mencoba untuk membuktikan
keberadaan gelombang elektromagnetik itu.
Secara teori, Hertz menyadari bahwa gelombang elektromagnetik yang dinyatakan
Maxwell merupakan gabungan dari gelombang listrik dan gelombang magnetik secara
saling tegak lurus. Begitu pula dengan arah geraknya. Karena gelombang tersebut
mengandung gelombang listrik, maka Hertz mencoba membuktikan keberadaan
gelombang elektromagnetik tersebut melalui keberadaan gelombang listriknya yang
diradiasikan oleh rangkaian pemancar.
Hertz mencoba membuat rangkaian pemancar sederhana dengan bantuan trafo untuk
memperkuat tegangan dan kapasitor sebagai penampung muatannya. Karena ada arus
pergeseran pada gap pemancar, diharapkan ada radiasi gelombang elektromagnetik yang
akan dipancarkan. Karena secara teori, dari percikan yang muncul akan dihasilkan
gelombang elektromagnetik.
Alhasil, pada rangkaian loop penerima yang hanya berupa kawat berbentuk
lingkaran yang tanpa diberikan sumber tegangan apapun, ternyata muncul percikan listrik
pada gap-nya. Ini membuktikan ada listrik yang mengalir melalui radiasi suatu benda.yang
akhirnya terhantarkan ke loop. Karena merasa belum puas, Hertz mencoba untuk
menghitung frekuensi pada loop.
Ternyata frekuensi yang dihasilkan sama dengan frekuensi pemancar. Ini artinya
listrik pada loop berasal dari pemancar itu sendiri. Dengan ini terbuktilah adanya radiasi
gelombang elektromagnetik Maxwell. Percobaan Hertz ini juga memicu penemuan
telegram tanpa kabel dan radio oleh Marconi. Rangkaian ini ada dalam kaca quartz untuk
menghindari sinar UV.
c) Penemu Sinar Rontgen (Sinar X)
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 27


Tanggal 8 Nopember 1895 Rontgen sedang membuat percobaan dengan "sinar
cathode." Sinar cathode terdiri dari arus electron. Arus diprodusir dengan menggunakan
voltase tinggi antara elektrode yang ditempatkan pada masing-masing ujung tabung gelas
yang udaranya hampir dikosongkan seluruhnya. Sinar cathode sendiri tidak khusus
merembes dan sudah distop oleh beberapa sentimeter udara. Pada peristiwa ini Rontgen
sudah sepenuhnya menutup tabung sinar cathode dengan kertas hitam tebal, sehingga
biarpun sinar listrik dinyalakan, tak ada cahaya yang bisa terlihat dari tabung. Tetapi, saat
Rontgen menyalakan arus listrik di dalam tabung sinar cathode, dia terperanjat melihat
bahwa cahaya mulai memijar pada layar yang terletak dekat bangku seperti distimulir oleh
sinar lampu. Kemudian ia memadamkan tabung dan layar (yang terbungkus oleh barium
platino cyanide) cahaya berhenti memijar. Karena tabung sinar cathode sepenuhnya
tertutup, Rontgen segera sadar bahwa sesuatu bentuk radiasi yang tak terlihatan pasti
datang dari tabung ketika cahaya listrik dinyalakan. Karena ini merupakan hal yang
misterius, dia menyebut radiasi yang tampak itu "sinar X." Adapun "X" merupakan
lambang matematik biasa untuk sesuatu yang tidak diketahui.
Telah diketahui oleh aristoteles (384-322 sebelum masehi) bahwa suara disebabkan
oleh vibrasi udara. Pengetahuan ini kemungkinan di dasarkan pada pengamatan bahwa
musik dihasilkan oleh vibrasi dawai. Pada kenyataannya mempelajari hubungan antara
bunyi-bunyi musik dan panjang dari vibrasi dawai telah dikembangkan dengan baik pada
masa sebelum masehi atau dunia kuno. Tentunya , keterangan yang cukup tentang
gelombang suara tidak mungkin hingga ke jamannya Newton. Walaupun tidak mengetahui
sifat dasar dari cahaya pada jaman Newton, dia bersepekulasi bahwa cahaya adalah
gelombang sama seperti suara. Christian Huygen (1629-1695) yang hidup pada waktu
yang sama dengan newton mengembnagkan sebuah teori gelombang tentang cahaya, tapi
Newton sendiri menyokong sebuah teori bahwa cahaya tersusun dari partikel-partikel tak
bermasa (corpuscles). Hipotesis Newton bahwa partikel tak bermasa ini bergerak melalui
ruang dengan kecepatan konstan dan ada perbedaan tipe dari partikel tak bermasa untuk
masing-masing warna. Dia keberatan tentang teori gelombang dari cahaya, tidak seperti
suara yang tidak kelihatan bengkok di sekitar sudut. Gelombang alamiah dari cahaya
akhirnya ditetapkan dengan eksperimen dan demonstrasi yang terus menerus menurut
prinsip superposisi. Eksperimen-eksperimen ini di kerjakan oleh Thomas Young. Dan
dilanjutkan oleh Augustin Fresnel.
d) Sejarah Penemu Cahaya
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 28


Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan
panjang gelombang sekitar

380750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi

elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak. Selain
itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi tersebut merupakan
sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombangpartikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh
indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika,
merupakan area riset yang penting pada fisika modern.
Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang
mempelajari besaran optik seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi
dan fase cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan
pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan refraksi, dan pendekatan sifat optik
fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-masing studi optika klasik
ini disebut dengan optika geometris (geometrical optics) dan optika fisis (physical optics).
Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan
memicu serangkaian penemuan dan pemikiran.
1. Euclid
Euclid (Alexandria) Dalam nya Optica ia mencatat bahwa perjalanan cahaya dalam
garis lurus dan menjelaskan hukum refleksi. Dia percaya bahwa visi akan melibatkan sinar
dari mata ke obyek terlihat dan ia mempelajari hubungan antara ukuran jelas dari objek dan
sudut-sudut yang mereka subtend di mata. Hero (juga dikenal sebagai Heron) di
Alexandria. Dalam karyanya Catoptrica, Hero menunjukkan dengan metode geometri
bahwa jalan sebenarnya yang diambil oleh sebuah sinar cahaya dipantulkan dari sebuah
cermin pesawat yang lebih pendek daripada jalur tercermin lain yang mungkin diambil
antara sumber dan titik pengamatan.
2. Robert Grosseteste
Robert Grosseteste (Inggris) scholarum. Magister dari Universitas Oxford dan
pendukung pandangan bahwa teori harus dibandingkan dengan observasi, Grosseteste
menganggap bahwa sifat cahaya memiliki arti khusus dalam filsafat alam dan menekankan
pentingnya matematika dan geometri di mereka belajar. Dia percaya bahwa warna terkait
dengan intensitas dan bahwa mereka memperpanjang dari putih menjadi hitam, putih yang
paling murni dan berbaring di luar merah dengan hitam tergeletak di bawah biru. pelangi
itu menduga sebagai akibat refleksi dan refraksi cahaya matahari oleh lapisan dalam 'awan
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 29


berair' tapi pengaruh tetesan individu tidak dianggap. Dia memegang melihat, bersama
dengan orang-orang Yunani sebelumnya, bahwa visi melibatkan emanasi dari mata ke
objek yang dirasakan.
3. Roger Bacon
Roger Bacon (Inggris). Seorang pengikut Grosseteste di Oxford, Bacon
diperpanjang pekerjaan Grosseteste di optik. Ia menganggap bahwa kecepatan cahaya
terbatas dan bahwa disebarluaskan melalui media dengan cara yang analog dengan
propagasi suara. Dalam karyanya Opus Maius, Bacon menggambarkan studinya atas
perbesaran benda kecil dengan menggunakan lensa cembung dan menyarankan agar
mereka bisa menemukan aplikasi di koreksi penglihatan yang rusak. Dia menghubungkan
fenomena pelangi untuk refleksi sinar matahari dari hujan individu
4. Al-Kindi (801 M 873 M)
Ilmuwan Muslim pertama yang mencurahkan pikirannya untuk mengkaji ilmu
optik adalah Al-Kindi (801 M 873 M). Hasil kerja kerasnya mampu menghasilkan
pemahaman baru tentang refleksi cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual.
Secara lugas, Al-Kindi menolak konsep tentang penglihatan yang dilontarkan
Aristoteles. Dalam pandangan ilmuwan Yunani itu, penglihatan merupakan bentuk yang
diterima mata dari obyek yang sedang dilihat. Namun, menurut Al-Kindi penglihatan justru
ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut
radiasi yang padat.
5. Ibnu Sahl (940 M 100 M)
Sarjana Muslim lainnya yang menggembangkan ilmu optik adalah Ibnu Sahl (940
M 100 M). Sejatinya, Ibnu Sahl adalah seorang matematikus yang mendedikasikan
dirinya di Istana Baghdad. Pada tahun 984 M, dia menulis risalah yang berjudul On
Burning Mirrors and Lenses (pembakaran dan cermin dan lensa). Dalam risalah itu, Ibnu
Sahl mempelajari cermin membengkok dan lensa membengkok serta titik api cahaya.
Ibnu Sahl pun menemukan hukum refraksi (pembiasan) yang secara matematis
setara dengan hukum Snell. Dia menggunakan hukum tentang pembiasan cahaya untuk
memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan cermin yang titik fokus cahayanya berada di
sebuah titik di poros.
6. Al-Haitham (965 M 1040 M)
Ilmuwan Muslim yang paling populer di bidang optik adalah Ibnu Al-Haitham (965
M 1040 M). Menurut Turner, Al-Haitham adalah sarjana Muslim yang mengkaji ilmu
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 30


optik dengan kualitas riset yang tinggi dan sistematis. Pencapaian dan keberhasilannya
begitu spektakuler, puji Turner. Sang ilmuwan Muslim ini meyakini bahwa sinar cahaya
keluar dari garis lurus dari setiap titik di permukaan yang bercahaya.
Selain itu, Al-Haitham memecahkan misteri tentang lintasan cahaya melalui
berbagai media melalui serangkaian percobaan dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
Keberhasilannya yang lain adalah ditemukannya teori pembiasan cahaya. Al-Haitham pun
sukses melakukan eksperimen pertamanya tentang penyebaran cahaya terhadap berbagai
warna.
Ia pun mencetuskan teori tentang berbagai macam fenomena fisik seperti bayangan,
gerhana, dan juga pelangi. Ia juga melakukan percobaan untuk menjelaskan penglihatan
binokular dan memberikan penjelasan yang benar tentang peningkatan ukuran matahari
dan bulan ketika mendekati horison. Ibnu Haytham menyatakan bahwa objek yang dilihat
mengeluarkan cahaya yang kemudian ditangkap mata sehingga bisa terlihat.
Secara detail, Al-Haitham pun menjelaskan sistem penglihatan mulai dari kinerja
syaraf di otak hingga kinerja mata itu sendiri. Ia juga menjelaskan secara detil bagian dan
fungsi mata seperti konjungtiva, iris, kornea, lensa, dan menjelaskan peranan masingmasing terhadap penglihatan manusia. Al-Haitham juga mencetuskan teori lensa pembesar.
7. Kamal Al-Din Al-Farisi (1267 -1319 M)
Kitab Tanqih merupakan pendapat dan pandangan al-Farisi terhadap buah karya
Ibnu Haytham. Dalam pandangannya, tak semua teori optik yang diajukan Ibnu Haytham
menemukan kebenaran. Guna menutupi kelemahan teori Ibnu Haytham, al-Farisi Al-Farisi
lalu mengusulkan teori alternatif. Sehingga, kelemahan dalam teori optik Ibnu Haytham
dapat disempurnakan.
Salah satu bagian yang paling penting dalam karya al-Farisi adalah komentarnya
tentang teori pelangi. Ibnu Haytham sesungguhnya mengusulkan sebuah teori, tapi alFarisi mempertimbangkan dua teori yakni teori Ibnu Haytham dan teori Ibnu Sina
(Avicenna) sebelum mencetuskan teori baru. Teori yang diusulkan al-Farisi sungguh luar
biasa. Ia mampu menjelaskan fenomena alam bernama pelangi menggunakan matematika.
Menurut Ibnu Haytham, pelangi merupakan cahaya matahari dipantulkan awan
sebelum mencapai mata. Teori yang dicetuskan Ibnu Haytham itu dinilainya mengandung
kelemahan, karena tak melalui sebuah penelitian yang terlalu baik. Al-Farisi kemudian
mengusulkan sebuah teori baru tentang pelangi. Menurut dia, pelangi terjadi karena sinar
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 31


cahaya matahari dibiaskan dua kali dengan air yang turun. Satu atau lebih pemantulan
cahaya terjadi di antara dua pembiasan.
Al-Farisi membuktikan teori tentang pelanginya melalui eksperimen yang luas
menggunakan sebuah lapisan transparan diisi dengan air dan sebuah kamera obscura," kata
J. J O'Connor, dan E.F. Robertson dalam karyanya bertajuk "Kamal al-Din Abu'l Hasan
Muhammad Al-Farisi". Al-Farisi pun diakui telah memperkenalkan dua tambahan sumber
pembiasan, yaitu di permukaan antara bejana kaca dan air. Dalam karyanya, al-farisi juga
menjelaskan tentang warna pelangi. Ia telah memberi inspirasi bagi masyarakat fisika
modern tentang cara membentuk warna.
Para ahli sebelum al-Farisi berpendapat bahwai warna merupakan hasil sebuah
pencampuran antara gelap dengan terang. Secara khusus, ia pun melakukan penelitian yang
mendalam soal warna. Ia melakukan penelitian dengan lapisan/bola transparan. Hasilnya,
al-Farisi mencetuskan bahwa warna-warna terjadi karena superimposition perbedaan
bentuk gambar dalam latar belakang gelap.
"Jika gambar kemudian menembus di dalam, cahaya diperkuat lagi dan
memproduksi sebuah warna kuning bercahaya. Selanjutnya mencampur gambar yang
dikurangi dan kemudian sebuah warna gelap dan merah gelap sampai hilang ketika
matahari berada di luar kerucut pembiasan sinar setelh satu kali pemantulan," ungkap alFarisi.
Penelitiannya itu juga berkaitan dengan dasar investigasi teori dalam dioptika yang
disebut al-Kura al-muhriqa yang sebelumnya juga telah dilakukan oleh ahli optik Muslim
terdahulu yakni, Ibnu Sahl (1000 M) dan Ibnu al-Haytham (1041 M). Dalam Kitab Tanqih
al-Manazir , al-Farisi menggunakan bejana kaca besar yang bersih dalam bentuk sebuah
bola, yang diisi dengan air, untuk mendapatkan percobaan model skala besar tentang tetes
air hujan.
Dia kemudian menempatkan model ini dengan sebuah kamera obscura yang
berfungsi untuk mengontrol lubang bidik kamera untuk pengenalan cahaya. Dia
memproyeksikan cahaya ke dalam bentuk bola dan akhirnya dikurangi dengan beberapa
percobaan dan penelitian yang mendetail untuk pemantulan dan pembiasan cahaya bahwa
warna pelangi adalah sebuah fenomena dekomposisi cahaya.
8. Al Hasan (965-1038 M)
Al Hasan (965-1038) mengemukakan pendapat bahwa mata dapat melihat bendabenda di sekeliling karena adanya cahaya yang dipancarkan atau dipantulkan oleh bendaGelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 32


benda yang bersangkutan masuk ke dalam mata. Teori ini akhirnya dapat diterima oleh
orang banyak sampai sekarang ini.
9. Sir Isaac Newton (1642-1727 M)
Sir Isaac Newton (1642-1727) yang mendukung pendapat Al Hasan merupakan
ilmuwan berkebangsaan Inggris yang mengemukakan pendapat bahwa dari sumber cahaya
dipancarkan partikel-partikel yang sangat kecil dan ringan ke segala arah dengan kecepatan
yang sangat besar. Bila partikel-partikel ini mengenai mata, maka manusia akan mendapat
kesan melihat benda tersebut.
Alasan dikemukakanya teori ini adalah sebagai berikut:

Karena partikel cahaya sangat ringan dan berkecepatan tinggi maka cahaya dapat
merambat lurus tanpa terpengaruh gaya gravitasi bumi.

Ketika cahaya mengenai permukaan yang halus maka cahaya akan akan dipantulkan
dengan sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul sehingga sesuai dengan hukum
pemantulan Snellius. Peristiwa pemantulan ini dijelaskan oleh Newton dengan
menggunakan bantuan sebuah bola yang dipantulkan di atas bidang pantul.

Alasan berikutnya adalah pada peristiwa pembiasan cahaya yang disamakan dengan
peristiwa menggelindingnya sebuah bola pada papan yang berbeda ketinggian yang
dihubungkan dengan sebuah bidang miring. Dari permukaan yang lebih tinggi bola
digelindingkan dan akan terus menggelinding melalui bidang miring sampai akhirnya bola
akan menggelinding di permukaan yang lebih rendah. Jika diamati perjalanan bola, maka
sebelum melewati bidang miring lintasan bola akan membentuk sudut terhadap garis
tegak lurus pada bidang miring. Setelah melewati bidang miring lintasan bola akan
membentuk sudut terhadap garis tegak lurus pada bidang miring. Jika permukaan atas
dianggap sebagai udara dan permukaan bawah dianggap sebagai air serta bidang miring
merupakan batas antara udara dan air, gerak bola dianggap sebagai jalannya pembiasan
cahaya dari udara ke air, maka Newton menganggap bahwa kecepatan cahaya dalam air
lebih besar dari pada kecepatan cahaya dalam udara.

10. Jean Focault (1819 1868 M)


Jean Focault (1819 - 1868) melakukan percobaan tentang pengukuran kecepatan
cahaya dalam berbagai medium. Dalam percobaannya Jeans Focault mendapatkan
kesimpulan bahwa kecepatan cahaya dalam air lebih kecil dari pada kecepatan cahaya
dalam udara.
11. Christian Huygens (1629-1695 M)
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 33


Menurut Christian Huygens (1629-1695) seorang ilmuwan berkebangsaan Belanda,
bahwa cahaya pada dasarnya sama dengan bunyi dan berupa gelombang. Perbedaan cahaya
dan bunyi hanya terletak pada panjang gelombang dan frekuensinya. Pada teori ini
Huygens menganggap bahwa setiap titik pada sebuah muka gelombang dapat dianggap
sebagai sebuah sumber gelombang yang baru dan arah muka gelombang ini selalu tegak
lurus tehadap muka gelombang yang bersangkutan. Pada teori Huygens ini peristiwa
pemantulan, pembiasan, interferensi, ataupun difraksi cahaya dapat dijelaskan secara tepat,
namun dalam teori Huygens ada kesulitan dalam penjelasan tentang sifat cahaya yang
merambat lurus.

12. James Clerk Maxwell (1831 - 1879)


Percobaan James Clerk Maxwell (1831 - 1879) seorang ilmuwan berkebangsaan
Inggris (Scotlandia) menyatakan bahwa cepat rambat gelombang elektromagnetik sama
dengan cepat rambat cahaya yaitu 3108 m/s, oleh karena itu Maxwell berkesimpulan
bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Kesimpulan Maxwell ini di dukung
oleh:

Seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Heinrich Rudolph Hertz (1857 - 1894) yang
membuktikan bahwa gelombang elektromagnetik merupakan gelombang tranversal. Hal
ini sesuai dengan kenyataan bahwa cahaya dapat menunjukkan gejala polarisasi.

Percobaan seorang ilmuwan berkebangsaan Belanda, Peter Zeeman (1852 - 1943) yang
menyatakan bahwa medan magnet yang sangat kuat dapat berpengaruh terhadap berkas
cahaya.

Percobaan Stark (1874 - 1957), seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman yang


mengungkapkan bahwa medan listrik yang sangat kuat dapat mempengaruhi berkas
cahaya.

13. Max Karl Ernst Ludwig Planck (1858 1947 M)


Teori kuantum pertama kali dicetuskan pada tahun 1900 oleh seorang ilmuwan
berkebangsaan Jerman yang bernama Max Karl Ernst Ludwig Planck (1858 - 1947).
Dalam percobaannya Planck mengamati sifat-sifat termodinamika radiasi bendabenda hitam hingga ia berkesimpulan bahwa energi cahaya terkumpul dalam paket-paket
energi yang disebut kuanta atau foton. Dan pada tahun 1901 Planck mempublikasikan teori
kuantum cahaya yang menyatakan bahwa cahaya terdiri dari peket-paket energi yang
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 34


disebut kuanta atau foton. Akan tetapi dalam teori ini paket-paket energi atau partikel
penyusun cahaya yang dimaksud berbeda dengan partikel yang dikemukakan oleh
Newton . Karena foton tidak bermassa sedangkan partikel pada teori Newton memiliki
massa.
14. Albert Einstein
Pernyataan Planck ternyata mendapat dukungan dengan adanya percobaan Albert
Einstein pada tahun 1905 yang berhasil menerangkan gejala fotolistrik dengan
menggunakan teori Planck. Fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari suatu
logam yang disinari dengan panjang gelombang tertentu. Akibatnya percobaan Einstein
justru bertentangan dengan pernyataan Huygens dengan teori gelombangnya.Pada efek
fotolistrik, besarnya kecepatan elektron yang terlepas dari logam ternyata tidak bergantung
pada besarnya intensitas cahaya yang digunakan untuk menyinari logam tersebut.
Sedangkan menurut teori gelombang seharusnya energi kinetik elektron bergantung pada
intensitas cahaya.
15. Maxwell
Inti teori Maxwell mengenai gelombang elektromagnetik adalah:
a. Perubahan medan listrik dapat menghasilkan medan magnet.
b. Cahaya termasuk gelombang elektromagnetik. Cepat rambat gelombang )
permeabilitas & elektromagnetik (c) tergantung dari permitivitas ( ()

dan

zat.

Ternyata perubahan medan listrik menimbulkan medan magnet yang tidak tetap
besarannya atau berubah-ubah. Sehingga perubahan medan magnet tersebut akan
menghasilkan lagi medan listrik yang berubah-ubah.
Proses terjadinya medan listrik dan medan magnet berlangsung secara sama dan
menjalar kesegala arah. Arah getar vektor medan-bersama listrik dan medan magnet saling
tegak lurus. Jadi gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dihasilkan dari
perubahan medan magnet dan medan listrik secara berurutan, dimana arah getar vektor
medan listrik dan medan magnet saling tegak lurus.
Dari seluruh teori-teori cahaya yang muncul dapat disimpulkan bahwa cahaya
mempunyai sifat dual (dualisme cahaya) yaitu cahaya dapat bersifat sebagai gelombang
untuk menjelaskan peristiwa interferensi dan difraksi tetapi di lain pihak cahaya dapat
berupa materi tak bermassa yang berisikan paket-paket energi yang disebut kuanta atau
foton sehingga dapat menjelaskan peristiwa efek fotolistrik.
16. Wilhelm Conrad Rntgen (1845-1923 M)
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 35


Wilhelm Conrad Rntgen ialah fisikawan Jerman. Pada tahun 1895, saat
mengadakan percobaan dengan aliran arus listrik dan tabung gelas yang dikosongkan
sebagian (tabung sinar katode), Rontgen mengamati bahwa potongan barium platinosianida
yang berdekatan melepaskan sinar saat tabung itu dioperasikan. Ia merumuskan teori
bahwa saat sinar katode (elektron) menembus dinding gelas tabung, beberapa radiasi yang
tak diketahui terbentuk yang melintasi ruangan, menembus bahan kimia, dan menyebabkan
fluoresensi. Pengamatan lebih lanjut mengungkapkan bahwa kertas, kayu, dan aluminum,
di antara bahan lain, transparan pada bentuk baru radiasi ini. Ia menemukan bahwa itu
mempengaruhi plat fotografi, dan, sejak tidak secara nyata menunjukkan beberapa sifat
cahaya, seperti refleksi atau refraksi, secara salah ia berpikir bahwa sinar itu tak
berhubungan pada cahaya. Dalam pandangan pada sifat tak pasti itu, ia menyebut
fenomena radiasi X, walau juga dikenal sebagai radiasi Rontgen. Ia mengambil fotografi
sinar-X pertama, dari bagian dalam obyek logam dan tulang tangan istrinya.
17. Christiaan Huygens
Christiaan Huygens (Belanda). Dalam komunikasi dengan Academie des Science di
Paris, dikemukakan teori gelombang Huygens itu cahaya (terbit dalam karyanya Traite de
Lumiere pada tahun 1690). Ia menganggap bahwa cahaya ditransmisikan melalui-eter
meresapi semua yang terdiri dari partikel elastik kecil, masing-masing dapat bertindak
sebagai sumber sekunder wavelet. Atas dasar ini, Huygens banyak menjelaskan
karakteristik propagasi dikenal cahaya, termasuk refraksi ganda dalam kalsit ditemukan
oleh Bartholinus.
18. Robert Wilhelm Bunsen dan Gustav Kirchoff
Robert Wilhelm Bunsen dan Gustav Kirchoff mengamati spektrum emisi logam
alkali dalam api dan juga mencatat adanya garis-garis gelap yang timbul dari penyerapan
ketika mengamati spektrum dari sumber cahaya terang melalui api. Asal dari garis-garis
gelap itu mirip dengan garis-garis gelap dalam spektrum matahari diamati oleh Wollaston
dan Fraunhofer dan dikaitkan dengan penyerapan cahaya oleh gas di atmosfer matahari
yang lebih dingin dibandingkan yang memancarkan cahaya.
19. James Clerk Maxwell
James Clerk Maxwell (Skotlandia). Dari studi tentang persamaan menggambarkan
medan listrik dan magnetik, ditemukan bahwa kecepatan gelombang elektromagnetik
harus, dalam kesalahan eksperimental, sama dengan kecepatan cahaya. Maxwell
menyimpulkan bahwa cahaya adalah suatu bentuk gelombang elektromagnetik
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 36

20. Albert Abraham Michelson (1852 - 1931) dan Edward Morley (1838 1923)
Mereka membuktikan bahwa Eter (merupakan medium merambatnya cahaya)
sebenarnya tidak ada. Apabila ada akibat gerak translasi bumi akan menimbulkan angin
Eter yang dapat mempengaruhi berkas cahaya.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1) Sejarah perkembangan fisika memiliki karakteristik periode-periode yang dapat dibagi ke
dalam empat periode, yaitu: periode pra-sains berlangsung cukup lama, yaitu sampai
dengan tahun 1500. Periode ini ditandai adanya unsur mitologi, dimana validasi sains tidak
diperlukan. Kemudian periode awal sains dimulai ketika Galileo memperkenalkan cara
baru mengamati fenomena sains melalui kegiatan eksperimen. Periode ketiga dikenal
dengan periode sains klasik, dimana pengamatan masih bersifat makroskopis. Dalam
periode ketiga tidak terjadi perubahan paradigma. Berikutnya periode sains modern dengan
sifat pengamatan sangat mikroskopis.
2) Sejarah penemu gelombang dan cahaya :
Gelombang dan Optik

Gelombang di Dalam Medium Elastis- 37


Christian Huygens (1629-1695) seorang ilmuwan berkebangsaan Belanda, menyatakan
bahwa cahaya pada dasarnya sama dengan bunyi dan berupa gelombang. Dasar teori dari
perambatan gelombang elektromagnetik pertama kali dijelaskan pada 1873 oleh James
Clerk Maxwell dalam papernya di Royal Society mengenai teori dinamika medan
elektromagnetik (bahasa Inggris: A dynamical theory of the electromagnetic field),
berdasarkan hasil kerja penelitiannya antara 1861 dan 1865.
Pada 1878 David E. Hughes adalah orang pertama yang mengirimkan dan menerima
gelombang radio ketika dia menemukan bahwa keseimbangan induksinya menyebabkan
gangguan ke telepon buatannya.
Heinrich Rudolf Hertz (1886-1888), pertama kali membuktikan teori Maxwell melalui
eksperimen. Orang yang berjasa menemukan gelombang FM adalah Edwin Howard
Armstrong yang dikenal sebagai Bapak penemu radio FM.

Gelombang dan Optik

Anda mungkin juga menyukai