ACARA I
STERILISASI ALAT, PEMBUATAN LARUTAN STOCK, DAN
PEMBUATAN MEDIA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Teknik kultur jaringan yang harus dilakukan adalah sterilisasi alat
dan media kultur. Sterilisasi alat perlu dilakukan untuk menghindari
adanya kontaminasi dari mikroorganisasi. Media kultur diperlukan untuk
eksplan agar memenuhi nutrisi dan zat-zat dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Perbanyakan kultur jaringan ini dilakukan menggunakan
bagian vegetatif tanaman dan dilakuakan ditempat yang steril.
Sterilisasi dimaksudkan untuk menciptakan serta memelihara
kondisi aseptik. Ukuran sumber kontaminan (bakteri dan jamur) yang
sangat kecil mengharuskan media tumbuh dan eksplan bebas dari sumber
kontaminan untuk menghindari kontsminasi. Perlunya sterilisasi guna
mencegah
kontaminasi
yang
akan
membawa
kwgagalan
bagi
mendukung
pertumbuhan
eksplan
(bagian
tanaman
yang
akan
c.
3.
Tumbuh (ZPT)
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Kultur Jaringan acara I mengenai Sterilisasi Alat,
Pembuatan Larutan Stock, dan Pembuatan Media dilaksanakan pada
Kamis, 23 April 2015, pada Kamis, 30 April 2015, dan pada Kamis 7
Mei 2015 pukul 14.30-15.30 WIB di Laboratorium Kultur Jaringan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Teknik kultur jaringan tumbuhan atau kultur in vitro dapat dijadikan
sebagai alternatif pemecahan masalah bagi perbanyakan bibit dan perolehan
metabolit sekunder dari tanaman ini. Teknik ini dapat menghasilkan metabolit
sekunder dalam jaringan tanaman dan juga dalam sel-sel yang dipelihara pada
media buatan secara aseptik. Metabolit sekunder bisa diperoleh melalui kultur
kalus. Metabolit yang dihasilkan dari kalus sering kali kadarnya lebih tinggi
dari pada metabolit yang diambil langsung dari tanamannya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan kalus adalah dengan
menambahkan pra zat ke dalam media. Media kultur jaringan tumbuhan
berisi garam-garam mineral, hormon, vitamin, sumber karbon, dan asam
amino. Pemilihan media kultur jaringan merupakan kunci sukses dalam
kultur jaringan. Hal ini menyebabkan banyak diadakan penelitian untuk
memodifikasi media-media yang memberikan respon berbeda terhadap
berbagai macam tanaman (Sitorus 2011).
Media yang digunakan dalam kultur jaringan sebaiknya terdiri atas
garam-garam anorganik (paling sedikit membutuhkan 16 unsur hara untuk
pertumbuhan). Zat-zat organik, walaupun tanaman yang tumbuh dalam
kondisi normal bisa mensintesa semua kebutuhan organiknya, namun tidak
menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan sehat,
maka biasa diberi tambahan mio inositol, asam amino, dan vitamin, bila perlu
ditambahkan air kelapa, ragi, tauge, dan lain-lain. Sumber karbon, untuk
mencukupi kebutuhan sintesis karbonnya, biasa diberikan sukrosa ke dalam
media. Bahan pemadat, biasanya menggunakan agar supaya media tetap
stabil tidak goayang-goyang. Keasaman media, pH media diatur berkisar 5,6
-5,8 agar tidak mengganggu fungsi membran sel dan pH sitoplasma. Zat
pengatur tumbuh, kepekaan jaringan terhadap penambahan zpt ditentukan
oleh konsentrasi hormon yang ada dalam jaringan. Aquadest dan arang aktif,
arang aktif berguna mengadsorpsi persenyawaan toxic yang terdapat dalam
media yang dapat menghambat pertumbuhan kultur. Buffer, penambahan
asam amino yang biasa digunakan FeSO4 dan Na-EDTA (Yunus 2010).
Lingkungan aseptik sebagai salah satu syarat utama suksesnya kegiatan
kultur jaringan perlu diterapkan dengan sungguh-sungguh. Untuk itu perlu
adanya usaha sterilisasi peralatan yang akan digunakan dalam proses kultur.
Sterilisasi ruang, bagian dalam laminar air flow disemprot dengan alkohol
70%. Kemudian lampu ultraviolet (UV) dinyalakan selama 1 jam. Saat akan
Larutan
stock
adalah
larutan
dengan
konsentrasi
lebih
pekat
sotokinin
dan
giberil.Auksin
berfungsi
untuk
merangsang
2)
3)
2.
3.
Cara Kerja
a. Pembuatan Larutan Stock
Langkah-langkah pembuatan larutan stock, meliputi:
1) Larutan stock media
a) Menimbang bahan-bahan kimia yang telah dikalikan
menjadi beberapa kali konsentrasi, misalnya untk unsur
hara makro dikalikan 20 dan unsur hara mikro dikalikan
2)
b)
c)
c)
= 100 mg/l
=10 mg/0,1 l
=10 mg/100 ml
Melarutkan bahan dengan Alkohol atau NaOH 1 N
kemudian ditambah dengan aquadest sampai 300 ml utuk
d)
b.
Pembuatan Media
Komponen media kultur yang lengkap sebagai berikut:
1)
Air distilata (aquadest) atau air bebas ion sebagai pelarut atau
solven
2) Hara-hara makro dan mikro
3) Gula (umumnya sukrosa) sebagai sumber energy
4) Vitamin, asam amino dan bahan organik lain
5) Zat pengatur tumbuh
6) Suplemen berupa bahan-bahan alami, jika diperlukan
7) Agar-agar atau gelrite sebagai pemadat media.
(Yusnita 2004)
Langkah-langkah pembuatan media (1 liter) adalah sebagai
berikut:
1) Mengambil masing-masing larutan stock sesuai dengan ukuran
2)
b)
V1
= 20 ml/L
Untuk membuat media 1 L dengan konsentrasi IAA 0,5
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
menit
Menyimpan media pada rakpenyimpan media yang
bertujuan untuk mengantisipasi ada tidaknya kontaminasi
pada media sehingga dapat dicegah penggunaan media
c.
1.
Gambar 1.1 Botol kultur
2.
Gambar 1.2 Bahan Media
3.
Gambar 1.3 Pegambilan
bahan
4.
Gambar 1.4 pH media
5.
10
Media
6.
7.
8.
2.
11
12
13
1.
Kesimpulan
Dari praktikum acara I Sterilisasi Alat, Pembuatan Larutan Stok dan
Pembuatan Media dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut:
a. MS (Mueashige & Skoog) memiliki kandugan garam-garam yang
2.
b.
c.
DAFTAR PUSTAKA
Endang G Lestari 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan
Tanaman melalui Kultur Jaringan. Jurnal AgroBiogen 7(1):63-68. Bogor.
Marlin 2013. Pengembangan Teknologi Mikroprogasi Tanaman Jahe Gajah Bebas
Penyakit Layu Bakteri Ralstonia solanacearum. Laporan Tahun 1
Penelitian Hibah Kompetisi Bantuan Operasional Perguruan Tinggi
(BOPT). Bengkulu.
14
Rahayu, Hesti 2008. Hasil Kandungan Protein Kedelai (Glycine Max L. Merril)
pada Berbagai Tingkat Pemberian Nitrogen dan Giberelin. Jurnal
Agrosains 7(3): 178-181. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Sitorus EN 2011. Induksi Kalus Binahong (Basella rubra L.) Secara In Vitro Pada
Media Murashige & Skoog Dengan Konsentrasi Sukrosa Yang Berbeda.
Jurnal BIOMA. Vol.13 (1):7-12
Yunus, Ahmad, Samanhudi, Amalia T Sakya, Muji Rahayu 2010. Teknologi
Kultur Jaringan. UNS Press. Surakarta
Zulkarnain 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta
ACARA II
KULTUR TANAMAN KHASIAT OBAT
(JAHE)
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tanaman khasiat obat merupakan bahan baku obat herbal yang
memiliki kandungan dan khasiat bagi kesehatan manusia.
Sebagian
15
besar tanaman yang digunakan sebagai obat atau bahan obat merupakan
metabolit sekunder. Kultur jaringan adalah menumbuhkan sel atau
jaringan pada medium tertentu dalam kondisi suci hama (aseptis),
melalui kultur sel perbanyakan tumbuhan/hewan dapat dilakukan secara
cepat, jumlahnya terbatas, hemat tempat dan waktu, serta memiliki sifat
identik. Perbanyakan tanaman yang sesuai adalah dengan teknik kultur
jaringan, dimana tanaman yang didapat dalam jumlah besar, seragam,
bebas virus dan penyakit, sehingga aman di konsumsi manusia.
Jahe banyak digunakan sebagai obat pembantu pencernaan karena
efek panasnya terhadap perut dan sebagai obat anti racun. Manfaat lain
dari tanaman beraroma khas ini adalah sebagai persediaan makanan
segar dan obat pencegah penyakit kulit para pelayar pada pelayaran
antara Cina dan Asia Tenggara. Umunya jahe telah dibudidayakan oleh
penduduk dan jarang diketemukan secara liar di Jawa, meskipun
beberapa ahli mengatakan bahwa jenis ini sekarang sudah tersebar luas
dihampir seluruh kepulauan Indonesia. Indonesia merupakan slah satu
negara pengekspor tanaman biofarmaka diantaranya jahe, kencur, kunyit
dan temulawak.
Tanaman obat mempunyai peranan yang sangat besar dalam bidang
kesehatan dikarenakan dapat memproduksi zat-zat kimia yang memiliki
kegunaan yang potensial dalam pengobatan. Tanaman berkhasiat obat
yang terkenal khasiatnya dan sering dikonsumsi masyarakat Indonesia
adalah jenis tanaman jahe, kunyit, temulawak dan kencur. Pengadaan
bibit secara besar untuk menunjang kebutuhan obat maupun menunjang
16 Perbanyakan tanaman yang sesuai
kesehatan diperlukan secara mutlak.
adalah dengan teknik kultur jaringan, dimana tanaman yang didapat
dalam jumlah besar, seragam, bebas virus dan penyakit, sehingga aman
2.
di konsumsi manusia.
Tujuan Praktikum
Praktikum Kultur Jatingan acara II mengenai Kultur Tanaman
Khasiat Obat (Jahe dan Kencur) memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mengetahui teknik kultur jaringan jahe dan kencur
16
b.
3.
B. Tinjauan Pustaka
Perbanyakan tanaman obat melalui teknik kultur jaringan berpeluang
untuk mendukung upaya pengadaan benih sumber bebas patogen dalam
jumlah banyak Hal ini akan menunjang program perbaikan potensi genetik
untuk menghasilkan varietas unggul baru selai menunjang penyediaan benih
sehat dalam jumlah banyak. Zat pengatur tumbuh berperan penting dalam
mengontrol proses biologi dalam jaringan tanaman. Peranannya antara lain
mengatur kecepatan pertumbuhan dari masing-masing jaringan dan
mengintegrasikan bagian-bagian tersebut gna menghasilkan bentuk yang kita
17
18
perbanyakan
tanaman.
Faktor eksplan
yang
penting
adalah
19
a. Persiapan eksplan
1) Melakukan persemaian pada semua bahan tanaman dan
2)
3)
daging buah
Memotong bagian tunas dengan ukuran tertentu, maksimal 6
4)
5)
b.
c.
kali.
Sterilisasi eksplan (dilakukan dalam LAFC)
1) Merendam eksplan dengan chlorox 50% (Sunclin 100%)
2)
3)
4)
botol kosong
Mengambil eksplan dan memotong tunas hingga 2,5 cm dengan
5)
6)
terbakar hilang.
Penanaman eksplan
1) Membuka plastik penutup botol media kultur
2) Mengambil eksplan dan menanamnya di media kultur dengan
3)
d.
menghindari kontaminasi.
Pemeliharaan
1) Menempatkan botol-botol media berisi eksplan di rak-rak kultur
2) Menjaga keadaan suhu, kelembaban dan cahaya pada
3)
e.
20
1)
2)
3)
4)
akhir pengamatan
Membuat persentase keberhasilan dan melakukan perhitungan
data analisis pada akhir pengamatan.
Pembahasan
Jahe atau Zingiber officinale merupakan tumbuhan rumpun
berbatang semu. Tanaman ini bisa bertahan hidup didaerah tropis dan
dikenal memiliki rasa pedas dan hangat. Pada rimpang memiliki
beberapa cirri umum seperti, tumbuh tegak dengan ketinggian 30-60 cm,
beralur, daun berwarna hijau tua, tangkai daun berbulu halus, helai daun
21
berbentuk lancet, bagian tepi ratadan bagian ujung runcing, tumbuh dari
dalam tanah berbentuk tongkat, panjang malai 3,5-5 cm, buah berbentuk
bulat panjang berwarna coklat, akar serabut warnanya putih kotor,
rimpang tebal tumbuh bercabang-cabang, warna rimpang kuning pucat,
bagian dalam berserat agak kasar.
Bahan perbanyakan jahe berasal dari rimpang jahe. Rimpang
tanaman jahe berumur minimal sembilan bulan. Eksplan berasal dari
tunas muda, yaitu tunas yang sudah muncul sekitar 0,5-1 cm. Eksplan
diambil dengan memotong mata tunas dengan ukuran sekitar minimal 1
cm dari tunas jahe.
Keberhasilan perbanyakan in vitro dipengaruhi oleh berbagai faktor,
menurut Koswara (2010) adapun faktor-faktor keberhasilan dalam kultur
jaringan jahe, genotip tanaman yaitu eksplan tanaman sangat bervariasi
tergantung dari spesies, bahkan varietas, atau tanaman asal eksplan
tersebut. Media kultur terdiri dari komposisi media, komposisi hormon
pertumbuhan dan keadaan fisik media. Lingkungan tumbuh seperti
halnya dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan cahaya. Kondisi eksplan
mempengaruhi keberhasilan teknik mikropropagasi adalah jenis eksplan,
ukuran, umur dan fase fisiologis jaringan yang digunakan sebagai
eksplan.
Benzyl Adenin (BA) merupakan salah satu jenis ZPT yang umum
digunakan dalam proses multiplikasi tanaman secara in vitro. ZPT ini
berperan penting dalam merangsang pertumbuhan dan morfogenesis
dalam kultur sel, jaringan dan organ. Zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam
kultur jaringan diperluksn untuk mengendalikan dan mengatur
pertumbuhan kultur tanaman. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada
tujuan dan tahap pengulturan. Sitokinin yang biasa digunakan adalah
Benzyl Amino Purin (BAP). Sitokinin adlah zat pengatur tumbuh yang
berfungsi dalam mendorong pembentukan sel, merangsang inisiasi dan
pertumbuhan tunas. Sitokinin dalam konsentrasi yang tinggi dapat
menginduksi pertumbuhan tunas, namun menghambat pertumbuhan akar.
22
terjadinya
pertumbuhan
mikroba
yang
akan
23
c.
0%.
Faktor penentu keberhasilan kultur jaringan ditinjau dari genotip
d.
2.
DAFTAR PUSTAKA
24
25
ACARA III
KULTUR TANAMAN CAM (SANSEVIERIA)
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tanaman CAM adalah tumbuhan sukulen yang pada umumnya tidak
memiliki lapisan sel palisade yang terratur. Tanaman sansevieria mudah
dikenal dari daunnya yang tebal dan banyak mengandung air (fleshy dan
succulent) sehingga dengan struktur daun seperti ini membuat
sansevieria tahan terhadap kekeringan karena proses penguapan air dan
laju transpirasi dapat ditekan. Selain mempunyai corak daun yang indah
dan unik, mempunyai bentuk dan ukuran bervariasi, tanaman ini juga
berfungsi sebagai penyerap polutan di udara sekitar tempat tumbuhnya.
Kultur in vitro pada dasarnya merupakan suatu proses perbanyakan
sel, jaringan, organ atau protoplas dengan teknik steril. Teknik kultur
jaringan tersebut dapat menciptakan bibit yang resisten penyakit dan
dapt menyediakan bibit dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang
relatif singkat. Manfaat perbanyakan Sansivera dengan cara kultur
jaringan dapat menghemat bahan eksplan dan menghemat waktu. Bahan
eksplan dalam waktu singkat dapt menghasilkan kultur jaringan tanaman
dalam jumlah banyak.
Kultur jaringan pada sansievera biasanya untuk menghasilkan
anakan dalam jumlah yang banyak pada varietas yang langka.
Perbanyakan ini dilakukan karena sulitnya perkembangbiakan sansivera
secara vegetative. oleh karena itu, kultur jaringan sangat bermanfaat bagi
peningkatan varietas baru dan pengembangbiakan varietas-varietas
langka yang sulit dikembangbiakkan. Pada dasarnya kultur in vitro
merupakan suatu proses perbanyakan sel, jaringan, organ atau protoplas
dengan teknik steril. Berbeda dengan perbanyakan melalui stek daun,
anakan yang dihasilkan melalui metode kultur jaringan akan lebih
sergam dengan sifat sifatnya sama seperti tanaman induknya. Pada
sansevieria, metode ini lebih sering diterapkan untuk membiakkan jenis
27
26
Tujuan Praktikum
Praktikum Kultur Jatingan acara III mengenai Kultur Tanaman
CAM (Sansevieria) memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mengetahui teknik kultur jaringan Sansevieria
b. Mengetahui pengaruh BAP dan IBA terhadap pertumbuhan dan
3.
B. Tinjauan Pustaka
Sansivera
merupakan
jenis
tanaman
CAM
(Crassulation
Acid
27
28
29
3.
Cara Kerja
a. Pesiapan eksplan
b. Sterilisasi eksplan (dilakukan dalam LAFC)
1) Merendam eksplan dalam larutan Dithane M-45 3 mg/l selama
12 jam, dilanjutkan dengan chlorox 5,25 % (Sunclin 100%)
selama 3 menit
2) Merendam dalam larutan tween-80 untuk menghilangkan lapisan
c.
d.
e.
30
2.
Gambar 3. (1), (2), (3) Sansivera 0, 7 dan 15 HST dari kiri ke kanan
Pembahasan
Dalam marga Avagaceae, Sansivera adalah salah satu dari
sekurangnya 60 jenis herba rimpang, berdaun tegak tersusun secara
roseta serta tidak bertangkai (Yuzzami 2010). Tanaman Sansivera, yang
digunakan sebagai eksplan adalah bagian batang yang berwarna hijau
dan segar tidak kering. Batang bagian kuning dibuang, lalu dipotong
menjadi kecil persegi panjang minimal 2,5 cm dan bisa ditanam di
botol kultur. Penanaman tanaman eksplan Sansivera tidak berhasil,
31
ditunjukkan dengan tanaman eksplan yang terkontaminasi jamur (putihputih disekitar eksplan) sampai bisa menutupi eksplan pada minggu
pertama 1 dari 2 tanaman Sansivera yang dikulturkan. Minggu ke-2
tanaman eksplan Sansivera keduanya terkontaminasi ini dilihat dari
eksplan yang sepenuhnya tertutupi jamur.
Keberhasilan pertumbuhan eksplan dipengaruhi oleh unsur-unsur
dalam media kultur jaringan, karena eksplan tidak dapat mencari unsur
tersebut seperti saat berada ditanah. Oleh karena itu agar tingkat
keberhasilan tinggi pada pengembangbiakan tanaman secara kultur
jaringan unsur-unsur pada media kultur jaringan harus lengkap sesuai
dengan kebutuhan pertumbuhan eksplan tanaman agar menjadi individu
baru.
Media tanam harus berisi semua zat yang diperlukan untuk
menjamin kebutuhan eksplan. Bahan-bahan yang diramu berisi
campuran garam mineral sumber unsur makro dan unsur mikro, gula,
protein, vitamin dan hormon pertumbuhan. Berhasilnya kultur jaringan
banyak ditentukan selain kondisi aseptik juga oleh media tanam.
Campuran media yang satu, dapat cock untuk jenis tanaman yang lain.
Zat pengatur tumbuh mempunyai peranan yang penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemberian ZPT adalah untuk
menstimulir akar dan tunas . ZPT yang sering digunakan pada kultur
jaringan adalah ZPT Harmonik, merupakan campuran antara mauksin,
sitokinin dan giberelin sehingga diharapkan dapat memicu pertumbuhan
akar dan tunas Sansivera.
Keberhasilan dalam kultur jaringan sangat ditentukan oleh medium
yang digunakan. Media yang digunakan untuk perbanyakan pada
umumnya adalah media MS. Menurut Trigiano (2010), keasaman media
umumnya adalah 5,5 sampai 6. Inisiasi merupakan proses awal dalam
kegiatan kultur jaringan sehingga akan menjadi penentu keberhasilan
kultur. Proses pertama dalam inisiasi adalah pengambilan eksplan atau
bahan kultur dari lapangan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
sterilisasi eksplan. Selain itu media kultur yang terdiri dari komposisi
32
terkontaminasi
oleh
virus,
jamur, atau
bakteri.
Bahkan
33
c.
d.
e.
2.
oleh jamur.
Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah praktikan harus lebih
mengutamakan sterilisasi dari alat, bahan tanam eksplant, media dan
lingkungan kerja agar memperkecil tingkat kontaminasi memperbesar
keberhasilan dalam kultur jaringan. Hindari media yang sudah
terkontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aisya Intan Paramartha, Dini Ermavitalini, dan Siti Nurfadilah 2012. Pengaruh
Penambahan Kombinasi Konsentrasi ZPT NAA dan BAP terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium Taurulinum J.J Smith
Secara In Vitro. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 1, No. 1. Surabaya.
Bratayuda A. 2008. Sansivera Hybrid Increased. Makalah Seminar Departemen
Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Vol. 11 Hal. 121-130.
34
ACARA IV
SUB KULTUR (KRISAN)
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kegiatan subkultur dilakukan untuk mengganti media tanam kultur
jaringan dengan media yang baru, sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Sedangkan tahapan-tahapan dari kultur jaringan itu sendiri dimulai dari
35
unsur
hara
atau
nutrisi
untuk
pertumbuhannya.
36
a.
3.
B. Tinjauan Pustaka
Untuk tanaman yang tipe pertumbuhannya dengan pemanjangan batang
maka subkultur bisa dilakukan dengan memotong tanaman perruas tanaman
yang ada. Namun jika ada planlet yang masih terlalu kecil dan beresiko tinggi
untuk dipotong, maka subkulturnya cukup dilakukan dengan dipisahkan dari
induknya dan ditanam kembali secara terpisah. Contoh tanamannya adalah
jati, krisan, dan tanaman lain yang memiliki karakteristik pertumbuhan yang
sama. kita dapat menghitung kecepatan produksi tanaman dengan mengetahui
kecepatan tanaman melakukan multifikasi hingga siap disubkultur. Teknik
subkultur tanaman pada media padat lebih mudah dilakukan yaitu hanya
dengan meletakkan kalus yang sudah terbentukdi atas cawan petri, kemudian
membelah-belahnya menjadi bagian-bagian kecil lagi dengan menggunakan
pertolongan skalpel dan pinset. Setelah terjadi potonganpotongan kalus kecilkecil, maka segeradimasukkan kembali ke dalam erlenmeyer baru yang berisi
37
ditutup
dan
diinkubasikan
kembali
Semua
pekerjaan
38
mengisolasi bagian tanaman, baik berupa organ, jaringan, sel atau pun
protoplasma dan selanjutnya mengkultur bagian tanaman tersebut pada media
buatan dengan kondisi lingkungan yang steril dan terkendali. Bagian-bagian
tersebut dapat beregenerasi hingga membentuk tanaman lengkap kembali
(Basri 2008).
mati
Penanaman eksplan
1) Membuka plastik penutup botol media kultur
2) Mengambil eksplan dan menanamnya di media subkultur
dengan pinset. Satu botol kultur diisi 2 tanaman. Setelah
digunakan, pinset harus selalu dibakar di atas api
39
3)
d.
e.
kultur
Lingkungan di luar botol harus dijaga suhu, kelembaban dan
3)
cahayanya
Penyemprotan botol-botol kultur dengan spirtus dilakukan 2
hari
Jumlah akar, tunas, dan daun, diamati 1 minggu sekali
Deskripsi kalus (struktur dan warna), dilakukan akhir
4)
pengamatan
Presentase keberhasilan, dilakukan pad akhir pengamatan
40
Gambar 4. (1), (2), (3) Krisan K 0, 7, 14, 21 HST (dari kiri ke kanan)
2.
Pembahasan
Krisan merupakan tanaman bunga berupa perdu dengan sebutan
lain seruni, bunga emas (golden flower) atau chrysanthemum berasal dari
daratan cina. Tanaman krisan tumbuh tegak, pada ujung tanaman
tersusun dalam tangkai (tandan) berukuran pendek sampai panjang,
berstruktur lunak dan berwarna hijau, bila dibiarkan tumbuh terus batang
menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecoklat-coklatan. Akar
tanaman menyebar kesemua arah pada kedalam 30-40 cm. akarnya
mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang
baik, hal tersebut dikarenakan akar tanaman berjenis serabut.
Sub kultur merupakan salah satu tahap metode dalam kultur
jaringan, yaitu suatu teknik yang dilakukan diantara tahapan kultur. Sub
kultur atau overplanting adalah pemindahan planlet yang masih sangat
41
kecil (planlet muda) dari medium lama kedalam medium baru yang
dilakukan secara aseptis di dalam entkas atau Laminar Air Flow (LAF).
Tanaman yang tipe pertumbuhannya dengan pemanjangan batang
maka sub kultur bisa dilakukan dengan memotong perruas tanaman.
Planlet yang masih terlalu kecil dan beresiko tinggi untuk dipotong,
maka subkulturnya cukup dilakukan dengan dipisahkan dari induknya
dan ditanam kembali secara terpisah. Kesepakatan produksi tanaman
dapat dihitung dengan mngetahui kecepatan tanaman melakukan
multifikasi hingga siap disub kultur. Sub kultur dilakukan saat media
sudah terlihat habis atau setiap 2 bulan sekali. Jumlah subkultur juga
sekitar 2-3 kali sebelum aklimatisasi (Kuswandi 2012). Jika terlalu
sering melakukan sub kultur
yang
kurang
baik
serta
lingkungan
yang
mudah
42
bahan eksplan
krisan hidup.
43
2.
b.
c.
d.
tangkai.
Faktor penentu keberhasilan kultur jaringan ditinjau dari genotip
kerja
agar
memperkecil
tingkat
kontaminasi
dan
DAFTAR PUSTAKA
Basri Z 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Palu: Universitas Tadulako Press.
George E F dan Sherrington P D 2010. Plant Propagation by Tissue Culture.
Priadi, Doy, dkk.2008. Pertumbuhan In vitro Tunas Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz) pada Berbagai Bahan Pemadat Alternatif Pengganti Agar. Jurnal
BIODIVERSITAS. Vol. 9(1):9-12.
Verent ME 2013. Conservation: Tactics for Constant Crisis. In Perspectives on
Biodiversity: Case Studies of Genetic Resources Consewallion and Deve
Copment. Potter CS et all (Eds). MAS Publication. Washington.
44
ACARA V
AKLIMATISASI (ANGGREK)
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Aklimatisasi dilakukan dengan mengeluarkan anggrek dari dalam
botol dengan cara menarik bibit anggrek satu per satu dengan
menggunakan kawat atau memecah botol pada bagian pangkal botol.
Anggrek merupakan salah satu anggota famili Orchidaceae yang dapat
45
Tujuan Praktikum
49
Praktikum Kultur Jatingan acara V mengenai Aklimatisasi
(Anggrek) memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mengetahui teknik aklimatisasi pada tahapan akhir dari kultur
b.
3.
jaringan
Meningkatkan
pemahaman
dan
memberikan
keterampilan
46
B. Tinjauan Pustaka
Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki banyak spesies anggrek
alam. Diperkirakan setengah dari spesies ini terdapat di Papua, sedangkan
2.000 spesies lainnya terdapat di Kalimantan dan sisanya tersebar di pulaupulau lain di Indonesia (Lubis, 2010).
Teknik perbanyakan mikro yang merupakan suatu bentuk aplikasi teknik
kultur jaringan dan bertujuan untuk perbanyakan tanaman telah terbukti
sesuai
untuk
perbanyakan
anggrek
termasuk
dendrobium.
Untuk
47
48
d.
e.
49
Keterangan
Kontaminasi Tinggi
Eksplan Tgl
tunas
Akar Tunas Daun Kalus Akar Tunas Daun (bakteri/
jamur)/ hidup
28/5/15
2
hidup
1 cm
Anggrek 4/6/15
3
hidup
1 cm
11/6/15
-
b.
2.
Jumlah
Sumber : Logbook
Foto
50
51
52
1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai Aklimatisasi Anggrek
(Dendrobium sp), maka dapat diambil bebrapa kesimpulan, sebagai
berikut:
a. Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada
kultur jaringan (in-vitro) yang semula kondisinya terkendali
kemudian berubah pada kondisi lapangan yang kondisinya tidak
terkendali lagi, disamping itu tanaman juga harus mengubah pola
b.
c.
2.
dibutuhkan.
d. Pertumbuhan tanaman anggrek lama.
Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah praktikan harus lebih
mengutamakan sterilisasi dari alat, bahan tanam eksplant, agar
memperkecil tingkat kontaminasi dan memperbesar keberhasilan dalam
kultur jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
Endin Izudin 2013. Teknik Aklimatisasi Tanamaan Hasil Kultur Jaringan,
Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants. Jurnal Informasi
Teknis Vol.11 No. 2. 49 56. Yogyakarta.
53