Anda di halaman 1dari 53

1

ACARA I
STERILISASI ALAT, PEMBUATAN LARUTAN STOCK, DAN
PEMBUATAN MEDIA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Teknik kultur jaringan yang harus dilakukan adalah sterilisasi alat
dan media kultur. Sterilisasi alat perlu dilakukan untuk menghindari
adanya kontaminasi dari mikroorganisasi. Media kultur diperlukan untuk
eksplan agar memenuhi nutrisi dan zat-zat dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Perbanyakan kultur jaringan ini dilakukan menggunakan
bagian vegetatif tanaman dan dilakuakan ditempat yang steril.
Sterilisasi dimaksudkan untuk menciptakan serta memelihara
kondisi aseptik. Ukuran sumber kontaminan (bakteri dan jamur) yang
sangat kecil mengharuskan media tumbuh dan eksplan bebas dari sumber
kontaminan untuk menghindari kontsminasi. Perlunya sterilisasi guna
mencegah

kontaminasi

yang

akan

membawa

kwgagalan

bagi

keberhasilan kultur jaringan.


Kultur jaringan tanaman adalah suatu metode atau teknik
mengisolasi bagian tanaman (protplasma, sel, jaringan, dan organ) dan
menumbuhkannya pada media buatan dalam kondisi aseptik di dalam
ruang yang terkontrol sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap didalam wadah
tertutup yang tembus cahaya. Kultur jaringan mengandung dua prinsip
yaitu bahan tanam yang bersifat totipotensi dan budidaya yang
terkendali. Kegiatan dalam kultur jaringan dipengaruhi oleh, keadaan
media tanam, lingkungan tumbuh atau faktor lingkungannya, (pH, suhu,
kelembaban serta sterilitasnya perlu terjamin dan cahaya) serta sterilitas
mutlak harus terjamin juga mendukung keberhasilan.
Salah satu pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adalah
kontaminasi yang dapat terjadi pada setiap saat dalam masa kultur.
Kontaminasi dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal, untuk
itu diperlukannya pemahaman mengenai pentingnya sterilisasi alat dalam
1
mencegah terjadinya kontaminasi. Faktor lainnya berupa media untuk

mendukung

pertumbuhan

eksplan

(bagian

tanaman

yang

akan

dikulturkan), media setidaknya mengandung unsur hara makro, hara


mikro, karbohidrat, zat tumbuh, maupun bahan pemadat (agar).
Pentingnya memahami dan mampu melaksanakan mengenai prinsipprinsip sterilisasi alat, pembuatan larutan stok dan pembuatan media ini,
2.

agar setiap mahasiswa mampu melaksanakan kultur jaringan.


Tujuan Praktikum
Praktikum Kultur Jaringan acara I mengenai Sterilisasi Alat,
Pembuatan Larutan Stock, dan Pembuatan Media memiliki tujuan
sebagai berikut:
a. Mengetahui metode dan macam sterilisasi dalam kultur jaringan
b.

yang meliputi sterilisasi alat, ruang, dan eksplan


Mengetahui prosedur sterilisasi alat-alat penanaman (diseksi) dan alt

c.

kaca seperti botol kultur, petridish, erlemeyer dan lain-lain


Mengetahui langkah-langkah dalam pembuatan media kultur
jaringan terutama dalam pembuatan stock makro nutrient, mikro
nutrient, larutan buffer (Fe-EDTA), vitamin, dan Zat Pengatur

3.

Tumbuh (ZPT)
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Kultur Jaringan acara I mengenai Sterilisasi Alat,
Pembuatan Larutan Stock, dan Pembuatan Media dilaksanakan pada
Kamis, 23 April 2015, pada Kamis, 30 April 2015, dan pada Kamis 7
Mei 2015 pukul 14.30-15.30 WIB di Laboratorium Kultur Jaringan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka
Teknik kultur jaringan tumbuhan atau kultur in vitro dapat dijadikan
sebagai alternatif pemecahan masalah bagi perbanyakan bibit dan perolehan
metabolit sekunder dari tanaman ini. Teknik ini dapat menghasilkan metabolit
sekunder dalam jaringan tanaman dan juga dalam sel-sel yang dipelihara pada

media buatan secara aseptik. Metabolit sekunder bisa diperoleh melalui kultur
kalus. Metabolit yang dihasilkan dari kalus sering kali kadarnya lebih tinggi
dari pada metabolit yang diambil langsung dari tanamannya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan kalus adalah dengan
menambahkan pra zat ke dalam media. Media kultur jaringan tumbuhan
berisi garam-garam mineral, hormon, vitamin, sumber karbon, dan asam
amino. Pemilihan media kultur jaringan merupakan kunci sukses dalam
kultur jaringan. Hal ini menyebabkan banyak diadakan penelitian untuk
memodifikasi media-media yang memberikan respon berbeda terhadap
berbagai macam tanaman (Sitorus 2011).
Media yang digunakan dalam kultur jaringan sebaiknya terdiri atas
garam-garam anorganik (paling sedikit membutuhkan 16 unsur hara untuk
pertumbuhan). Zat-zat organik, walaupun tanaman yang tumbuh dalam
kondisi normal bisa mensintesa semua kebutuhan organiknya, namun tidak
menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan sehat,
maka biasa diberi tambahan mio inositol, asam amino, dan vitamin, bila perlu
ditambahkan air kelapa, ragi, tauge, dan lain-lain. Sumber karbon, untuk
mencukupi kebutuhan sintesis karbonnya, biasa diberikan sukrosa ke dalam
media. Bahan pemadat, biasanya menggunakan agar supaya media tetap
stabil tidak goayang-goyang. Keasaman media, pH media diatur berkisar 5,6
-5,8 agar tidak mengganggu fungsi membran sel dan pH sitoplasma. Zat
pengatur tumbuh, kepekaan jaringan terhadap penambahan zpt ditentukan
oleh konsentrasi hormon yang ada dalam jaringan. Aquadest dan arang aktif,
arang aktif berguna mengadsorpsi persenyawaan toxic yang terdapat dalam
media yang dapat menghambat pertumbuhan kultur. Buffer, penambahan
asam amino yang biasa digunakan FeSO4 dan Na-EDTA (Yunus 2010).
Lingkungan aseptik sebagai salah satu syarat utama suksesnya kegiatan
kultur jaringan perlu diterapkan dengan sungguh-sungguh. Untuk itu perlu
adanya usaha sterilisasi peralatan yang akan digunakan dalam proses kultur.
Sterilisasi ruang, bagian dalam laminar air flow disemprot dengan alkohol
70%. Kemudian lampu ultraviolet (UV) dinyalakan selama 1 jam. Saat akan

digunakan, lampu neon dan kipas dinyalakan. Sterilisasi alat, alat-alat


dissecting set dan glass ware yang akan digunakan dicuci terlebih dahulu dan
dikeringkan kemudian dibungkus dengan kertas payung, sedangkan mulut
botol ditutup dengan alumunium foil. Selanjutnya alat-alat disterilisasi di
dalam autoclaf dengan suhu 121C selama 15 menit. Proses inokulasi
eksplan, alat-alat dissecting set disterilisasi dengan alkohol 96% dan dibakar
dengan nyala api spiritus setiap kali akan digunakan di laminar air flow.
Sterilisasi media yang digunakan adalah media Murashige and Skoog atau
MS di masukkan ke dalam botol kultur dan disterilisasi dengan autoklaf
dengan suhu 1210C selama 15 menit. Sterilisasi eksplan, permukaan eksplan
daun terdiri dari 2 tahap sterilisasi yaitu sterilisasi tahap I yang dilakukan di
ruang persiapan dan sterilisasi tahap II yang dilakukan di laminar air flow.
Sterilisasi tahap I meliputi: Daun tembakau muda (daun ketiga sampai kelima
dari pucuk) diambil dari green house dibilas dengan air mengalir hingga
bersih. Sedangkan sterilisasi tahap II dilakukan setelah sterilisasi tahap I,
meliputi: Daun direndam dalam larutan etanol 70% selama 25 detik,
kemudian dibilas dengan aquades steril selama 5 menit, Kemudian dibilas
dengan aquades steril selama 5 menit sebanyak 3 kali. Selanjutnya eksplan
diambil dengan pinset dan ditiriskan pada cawan petri yang berisi kertas
saring (Zulkarnain, 2009).
Zat pengatur tumbuh tanaman berperan penting dalam mengontrol proses
biologi dalam jaringan tanaman. Perannya antara lain mengatur kecepatan
pertumbuhan dari masing-masing jaringan dan mengintegrasikan bagianbagian tersebut guna menghasilkan bentuk yang kita kenal sebagai tanaman.
Aktivitas zat pengatur tumbuh didalam pertumbuhan tergantung dari jenis,
struktur kimia, konsentrasi, genotipe tanaman serta fase fisiologi tanaman.
Dalam proses pembentukan organ seperti tunas atau akar ada interaksi antara
zat pengatur tumbuh eksogen yang ditambahkan kedalam media dengan zat
pengatur tumbuh endogen yang diproduksi oleh jaringan tanaman (Winata
1987 dalam Lestari 2011).

Larutan

stock

adalah

larutan

dengan

konsentrasi

lebih

pekat

dibandingkan dengan konsentrasi yang seharusnya. Jika ingin memakainya,


tinggal mengambil larutan stok tersebut untuk diencerkan sesuai formula
media kultur. Semua unsur hara, vitamin, hormon dan gula lalu ditambahkan
air sampai satu liter dan diaduk sampai semua bahan larut. Secara umum,
hormon yang digunakan dalam kultur jaringan ada tiga kelompok besar, yaitu
auksin,

sotokinin

dan

giberil.Auksin

berfungsi

untuk

merangsang

pertumbuhan akar, siitokinin untuk pertumbuhan tunas pucuk, dan giberelin


untuk diferensiasi atau perubahan fungsi sel terutama pembentukan kalus.
Contoh hormon kelompok auksin adalah IA, NAA, atau IBA. Contoh hormon
kelompok sitokinin adalah BAP. sedangkan contoh hormon kelompok
giberelin adalah GA 3, GA 2 dan GA 1 (Sandra 2000). Gibberellic Acid (GA)
terdapat dalam semua organ tanaman, dengan tingkat yang berbeda-beda,
terdapat banyak pada buah, biji, tunas, daun muda dan akar (Rahayu 2008).

C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja


1. Alat
a. Peralatan untuk peanaman eksplan, meliputi:
1) Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), lengkap dengan lampu
bunsen yang berisi spirtus

2)
3)

Petridish dan botol-botol kultur


Peralatan diseksi, yaitu pinset besar/kecil, pisau pemes, gunting
eksplan.
Alat-alat penanaman, yaitu petridish dan peralatan diseksi

dibungkus dengan kertas, kemudian disterilisasi di dalam autoklaf


pada tekanan 1,5 kg/cm2 selama 45 menit. Setelah disterilisasi, alat-

2.

3.

alat tersebut disimpan di dalam oven.


b. Peralatan untuk pembuatan media, meliputi:
1) Timbangan analitik
2) Botol-botol kultur
3) Magnetik stirrer
4) pH meter
5) Gelas piala
6) Pipet
7) Plastik pp 0,3 mm
8) Karet gelang
9) Kertas label
Bahan-bahan untuk pembuatan media
a. Media Murashige and Skoog (MS Medium)
b. Aquadest
c. Larutan stock, terdiri atas hara makro dan mikro, vitamin serta ZPT
d. Agar-agar
e. Gula
f. NaOH 1 N dan HCL I N

Cara Kerja
a. Pembuatan Larutan Stock
Langkah-langkah pembuatan larutan stock, meliputi:
1) Larutan stock media
a) Menimbang bahan-bahan kimia yang telah dikalikan
menjadi beberapa kali konsentrasi, misalnya untk unsur
hara makro dikalikan 20 dan unsur hara mikro dikalikan

2)

b)

100 kali konsentrasi


Melarutkan bahan-bahan kimia tersebut ke dalam aquadest

c)

dengan volume tertentu, misalnya 500 ml


Memasukkan masing-masing larutan ke dalam botol dan

menyimpannya ke dalam refrigerator.


Larutan stock zat pengatur tumbuh

Cara membuat larutan stock masing-masing ZPT adalah


sebagai berikut:
a) Menghitung kebutuhan bahan BAP 100 ppm sebanyak 300
ml adalah sebagai berikut:
100 ppm
= 100 mg/l
= 30 mg/0,3 l
= 30 mg/300 ml
b) Menghitung kebutuhan bahan IBA 100 ppm sebanyak 100
ml adalah sebagai berikut:
100 ppm

c)

= 100 mg/l

=10 mg/0,1 l
=10 mg/100 ml
Melarutkan bahan dengan Alkohol atau NaOH 1 N
kemudian ditambah dengan aquadest sampai 300 ml utuk

d)

BAP dan 100 ml untuk IBA


Memasukkan masing-masing larutan tersebut ke dalam
botol dan menyimpannya ke dalam refrigerator

b.

Pembuatan Media
Komponen media kultur yang lengkap sebagai berikut:
1)

Air distilata (aquadest) atau air bebas ion sebagai pelarut atau

solven
2) Hara-hara makro dan mikro
3) Gula (umumnya sukrosa) sebagai sumber energy
4) Vitamin, asam amino dan bahan organik lain
5) Zat pengatur tumbuh
6) Suplemen berupa bahan-bahan alami, jika diperlukan
7) Agar-agar atau gelrite sebagai pemadat media.
(Yusnita 2004)
Langkah-langkah pembuatan media (1 liter) adalah sebagai
berikut:
1) Mengambil masing-masing larutan stock sesuai dengan ukuran
2)

yang telah ditentukan dan memasukkannya ke dalam gelas piala


Mengambil larutan stock ZPT sesuai dengan perlakuan,
misalnya:
a) Untuk membuat media 1 L dengan konsentrasi BAP 2 ppm,
maka volume larutan stock yang diambil adalah:
V1 M1
= V2 M2
V1 100 ppm
= 1000 ml 2 ppm

b)

V1
= 20 ml/L
Untuk membuat media 1 L dengan konsentrasi IAA 0,5

c)
d)
e)

ppm, maka volume larutan stock yang diambil adalah:


V1 M1
= V2 M2
V1 100 ppm
= 1000 ml 0,5 ppm
V1
= 5 ml/L
Keterangan : V1
= volume larutan stock yang diambil
M1 = dosis larutan stock yang tersedia
V2
= volume media yang akan dibuat
M2 = dosis media yang akan dibuat
Menambah aquadest sampai 1000 ml
Menambah gula sebanyak 30 gr
Mengatur pH dalam kisaran 5,8- 6,3 dengan menambahkan
beberapa tetes NaOH untuk menaikkan pH atau HCL untuk
menurunkan pH. Pada saat pengukuran pH, larutan media

f)
g)

diaduk dengan magnetic stirrer


Menambahkan agar-agar 8 gr kemudian dididihkan
Menuangkan larutan media ke dalam botol-botol kultur

h)
i)

kurang lebih 25 ml tiap botol


Menutup botol berisi larutan media dengan plastic
Memasukkan botol-botol berisi media ke dalam autoklaf
untuk proses sterilisasi pada tekanan 1,5 kg/cm2 selama 45

j)

menit
Menyimpan media pada rakpenyimpan media yang
bertujuan untuk mengantisipasi ada tidaknya kontaminasi
pada media sehingga dapat dicegah penggunaan media

c.

yang telah terkontaminasi pada saat penanaman.


Media Penanaman
Praktikum ini media yang digunakan adalah media Murashige
dan Skog (MS) yang dimodifikasi dengan penambahan media ZPT
BAP 2 ppm dan IAA 0,5 ppm. Media kultur tersebut digunakan
untuk peanaman 4 macam eksplan dengan masing-masing eksplan
sebanyak 2 kali untuk setiap mahasiswa/praktikan.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Peralatan dan Bahan Acara Sterilisasi Alat, Pembuatan
Larutan Stok dan Pembuatan Media
No Gambar
Botol-botol kultur yang sudah dibersihkan
menggunakan sabun cair kemudian dianginanginkan selama satu hari. Botol ysng
digunakan sebanyak 5 botol per individu

1.
Gambar 1.1 Botol kultur

Vitamin sebanyak 75 ml.


Bubuk agar sebanyak 12 gr.
Gula pasir digunakan sebanyak 45 gr.
Untuk aquadest sebanyak 1500 ml.

2.
Gambar 1.2 Bahan Media

Pengambilan bahan dan ZPT menggunakan


pipet dalam pembuatan media sebagai
nutrisi bagi eksplan

3.
Gambar 1.3 Pegambilan
bahan

Mengukur pH dengan alat pH meter sampai


berkisar 5,8-6,3. Pada praktikum ukuran pH
larutan stok 5,9.

4.
Gambar 1.4 pH media
5.

Pencampuran media sedang dilakukan


didalam didalam gelas piala dan diaduk
dengan menggunakan magnetik stirrer.

Gambar 1.5 Pencampuran

10

Media

Gelas ukur untuk menakar jumlah


komponen media cair yang dibutuhkan.

6.

Gambar 1.6 Gelas ukur

Media yang sudah jadi dimasukkan ke


dalam botol-botol kultur kemudian ditutup
dengan plastik dan dimasukkan kedalam
autoklaf untuk proses sterilisasi.

7.

Gambar 1.7 Media MS


yang siap digunakan

8.

2.

Autoklaf digunakan untuk proses sterilisasi


dengan tekanan 1,5kg/cm2 selama 45 menit.

Gambar 1.8 Mesin


autoclave
Sumber : Dokumentasi
Pembahasan
Menurut Debergh (1983) dalam Merlin (2013), bentuk fisik media
kultur sanagat mempengaruhi penyerapan dan pemanfaatan hara bagi
tanaman kultur. Penggunaan MS media cair dan adanya komposisi hara
makro, hara mikro dan vitamin yang lengkap dalam MS media cair
sangat diperlukan oleh tanaman untuk meningkatkan pembentukan akar.
Keberhasilan penggunaan metode kultur jaringan tergantung dari
pemilihan bahan tanam sebagai eksplan menetukan keberhasilan
perbanyakan secara in vitro. Selain itu, perkembangan eksplan selama
periode kultur dapat dipacu dengan memodifikasi ketersediaan hara dan
zat pengatur tumbuh dalam media kultur. Proses pembentukan organ
tanaman in vitro dapat diinduksi melalui direct organogenesis maupun

11

undirect organogenesis, melalui proses pembentukan kalus menurut


George dan Sherrington (1984) dalam Marlin. Kalus merupakan
sekelompok massa sel yang berkembang dengan cepat tetapi belum
terorganisir.
Baik atau tidaknya media yang buat atau ditandai dengan tidak atau
adanya sumber kontaminan yang menyebabkan media akan muncul
bakteri pada media. Media yang terkena bakteri warnanya akan kuning
atau menghitam sebelum digunakan sebagai media tanam. Pada dasarnya
peralatan yang digunakan dalam kultur jaringan harus bersih dan steril.
Peralatan yang tidak steril dapat menyebabkan tanaman yang ditanam
pada kultur jaringan menjadi terkontaminasi sehingga bahan eksplan
tidak dapat tumbuh kembang dan menghambat proses pertumbuhan
karena jamur dan bakteri. Media kultur jaringan menyedia tidak banyak
unsur hara mikro dan makro, tetapi pada karbohidrat yang pada
umumnya beberapa gula untuk menggantikan karbon yang didapat dari
fotosintesis.
Tingkat keasaman (pH) pada media juga perlu diperhatikan. Sel-sel
tanaman yang dikembangkan dengan teknik kultur jaringan mempunyai
toleransi yang dikembangkan dengan teknik kultur jairngan mempunyai
toleransi pH yang relatif sempit dengan titik optimal antara pH 5,8-6,3
(Daisy 1994 dalam Marlin) sebab pada keasaman ini merupakan pH
yang optimum untuk penerapan hara oleh tanaman. Pada praktikum
digunakan NaOH 3-4 tetes karena pH < 5,8. Penambahan yang
berlebihan yang tidak diukur dengan pH meter akan mengurangi tingkat
keberhasilan pembuatan media.
Penggunaan media Murashige & Skoog (MS) merupakan perbaikan
komposisi media Skoog, dengan unsur hara makro 75 ml/L, hara mikro
15 ml/L, Fe-EDTA 75 ml/L, Vitamin 75 ml/L, ZPT BAP 30 ml/L, gula
45 gr, agar 12 gr dengan aquades 1500ml dan pengukuran pH harus
sekitar 5,8-6,3, jika pH < 5,8 maka + NaOH untuk menaikkan pH dan
penggunaan HCL untuk menurunkan pH. Penggunaan komposisi ini
guna mendukung pertumbuhan optimum pada kultur jaringan. Aquades

12

sangat diperlukan untuk melarutkan bahan yang digunakan oleh


mikroorganisme untuk bisa hidup. Vitamin adalah bahan yang perlu
ditambahkan dalam media kultur in vitro, sebab sel bagian tanaman yang
dikulturkan secara in vitro belum mampu membuat vitamin sendiri untuk
kehidupannya. Gula digunakan sebagai sember energi dalam media
kultur, karena umunya bagian tanaman atau eksplan yang dikulturkan
tidak autotrof dan mempunyai laju fotosintesis yang rendah. Oleh sebab
itu tanaman kultur jaringan membutuhkan karbohidrat yang cukup
sebagai sumber energi.
Langkah-langkah yang dilakukan saat sterilisasi alat. Botol-botol
kultur dan peralatan diseksi yaitu pinset basar/kecil, pisau, gunting
eksplan dicuci dengan menggunakan deterjen kemudian dibersihkan
dengan air mengalir. Membiarkan botol-botol kultur dan peralatan
diseksi kering dengan sendirinya setelah ditiriskan, kemudian sterilisasi
dilakukan dengan autoclave 45 menit, temperatur sterilisasi 1210C
proses sterilisasi pada tekanan 1,5 kg/cm2 sudah terdapat media larutan
stok. Posisi botol kultur dan peralatan diseksi masih hangat harus segera
dipindahkan keruang kultur. Pada rak penyimpanan media yang
bertujuan untuk mengantisipasi ada tidaknya kontaminasi padammedia
sehingga dapat dicegah penggunaan media yang telah terkontaminasi
pada saat penanaman.
Langkah-langkah pembuatan larutan stok, lakukan penimbangan
bahan sesuai konsentrasi, untuk media 1,5 L ditambah gula 45 gr,
kemudian mengatur pH kisaran 5,8-6,3 ditambah agar 12 gr dan bahanbahan media unsur hara makro 75 ml/L, hara mikro 15 ml/L, Fe-EDTA
75 ml/L, Vitamin 75 ml/L, ZPT BAP 30 ml/L. Pada saat pengukuran pH,
larutan media diaduk dengan magnetic stirrer, kemudian didihkan.
Menuangkan larutan media ke dalam botol-botol kultur kurang lebih 25
ml tiap botol atau sebatas lekukan pada botol kultur bawah. Menutup
botol berisi larutan media dengan plastik wrap.
E. Kesimpulan dan Saran

13

1.

Kesimpulan
Dari praktikum acara I Sterilisasi Alat, Pembuatan Larutan Stok dan
Pembuatan Media dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut:
a. MS (Mueashige & Skoog) memiliki kandugan garam-garam yang

2.

b.

lebih tinggi daripada media yang lain.


Media tanam harus berisi semua media zat yang diperlukan untuk

c.

menjamin kebutuhan eksplan.


pH dan kesterilan peralatan diseksi, botol kultur beserta bahan

praktikum mempengaruhi pertumbuhan eksplan.


Saran
Dari praktikum acara I Sterilisasi Alat, Pembuatan Larutan Stok
dan Pembuatan Media dapat diambil saran, bahwa praktikan perlu
berhati-hati dalam melakukan sterilisasi botol kultur dan peralatan
diseksi agar tidak terjadi kontaminasi. Saat proses pemindahan bahan
praktikum menuju mediapun juga perlu berhati-hati. Praktikan harus
memperhatikan Co Ass agar saat parktikum tidak banyak bertanya utnuk
menghindari terjadinya kontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA
Endang G Lestari 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan
Tanaman melalui Kultur Jaringan. Jurnal AgroBiogen 7(1):63-68. Bogor.
Marlin 2013. Pengembangan Teknologi Mikroprogasi Tanaman Jahe Gajah Bebas
Penyakit Layu Bakteri Ralstonia solanacearum. Laporan Tahun 1
Penelitian Hibah Kompetisi Bantuan Operasional Perguruan Tinggi
(BOPT). Bengkulu.

14

Rahayu, Hesti 2008. Hasil Kandungan Protein Kedelai (Glycine Max L. Merril)
pada Berbagai Tingkat Pemberian Nitrogen dan Giberelin. Jurnal
Agrosains 7(3): 178-181. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Sitorus EN 2011. Induksi Kalus Binahong (Basella rubra L.) Secara In Vitro Pada
Media Murashige & Skoog Dengan Konsentrasi Sukrosa Yang Berbeda.
Jurnal BIOMA. Vol.13 (1):7-12
Yunus, Ahmad, Samanhudi, Amalia T Sakya, Muji Rahayu 2010. Teknologi
Kultur Jaringan. UNS Press. Surakarta
Zulkarnain 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta

ACARA II
KULTUR TANAMAN KHASIAT OBAT
(JAHE)
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tanaman khasiat obat merupakan bahan baku obat herbal yang
memiliki kandungan dan khasiat bagi kesehatan manusia.

Sebagian

15

besar tanaman yang digunakan sebagai obat atau bahan obat merupakan
metabolit sekunder. Kultur jaringan adalah menumbuhkan sel atau
jaringan pada medium tertentu dalam kondisi suci hama (aseptis),
melalui kultur sel perbanyakan tumbuhan/hewan dapat dilakukan secara
cepat, jumlahnya terbatas, hemat tempat dan waktu, serta memiliki sifat
identik. Perbanyakan tanaman yang sesuai adalah dengan teknik kultur
jaringan, dimana tanaman yang didapat dalam jumlah besar, seragam,
bebas virus dan penyakit, sehingga aman di konsumsi manusia.
Jahe banyak digunakan sebagai obat pembantu pencernaan karena
efek panasnya terhadap perut dan sebagai obat anti racun. Manfaat lain
dari tanaman beraroma khas ini adalah sebagai persediaan makanan
segar dan obat pencegah penyakit kulit para pelayar pada pelayaran
antara Cina dan Asia Tenggara. Umunya jahe telah dibudidayakan oleh
penduduk dan jarang diketemukan secara liar di Jawa, meskipun
beberapa ahli mengatakan bahwa jenis ini sekarang sudah tersebar luas
dihampir seluruh kepulauan Indonesia. Indonesia merupakan slah satu
negara pengekspor tanaman biofarmaka diantaranya jahe, kencur, kunyit
dan temulawak.
Tanaman obat mempunyai peranan yang sangat besar dalam bidang
kesehatan dikarenakan dapat memproduksi zat-zat kimia yang memiliki
kegunaan yang potensial dalam pengobatan. Tanaman berkhasiat obat
yang terkenal khasiatnya dan sering dikonsumsi masyarakat Indonesia
adalah jenis tanaman jahe, kunyit, temulawak dan kencur. Pengadaan
bibit secara besar untuk menunjang kebutuhan obat maupun menunjang
16 Perbanyakan tanaman yang sesuai
kesehatan diperlukan secara mutlak.
adalah dengan teknik kultur jaringan, dimana tanaman yang didapat
dalam jumlah besar, seragam, bebas virus dan penyakit, sehingga aman
2.

di konsumsi manusia.
Tujuan Praktikum
Praktikum Kultur Jatingan acara II mengenai Kultur Tanaman
Khasiat Obat (Jahe dan Kencur) memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mengetahui teknik kultur jaringan jahe dan kencur

16

b.
3.

Mengetahui pengaruh BAP dan IBA terhadap pertumbuhan dan

perkembangan eksplan jahe dan kencur.


Waktu dan Tmpat Praktikum
Praktikum Kultur Jaringan acara II mengenai Kultur Tanaman
Khasiat Obat (Jahe dan Kencur) dilaksanakan pada 8 Mei pukul 14.3015.30 WIB di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka
Perbanyakan tanaman obat melalui teknik kultur jaringan berpeluang
untuk mendukung upaya pengadaan benih sumber bebas patogen dalam
jumlah banyak Hal ini akan menunjang program perbaikan potensi genetik
untuk menghasilkan varietas unggul baru selai menunjang penyediaan benih
sehat dalam jumlah banyak. Zat pengatur tumbuh berperan penting dalam
mengontrol proses biologi dalam jaringan tanaman. Peranannya antara lain
mengatur kecepatan pertumbuhan dari masing-masing jaringan dan
mengintegrasikan bagian-bagian tersebut gna menghasilkan bentuk yang kita

17

kenal sebagai tanman. Aktivitas zpt di dalm pertumbuhan tergantung dari


jenis, struktur kmia, konsentrasi, genotipe tanman serta fase fisiologi tanaman
(Abdillah 2013).
Tanaman jahe (Zingiber offici-nale Rosc.), temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Rosc.), kunyit (Curcuma domestica), dan bangle (Zingiber
cassumunar), merupakan tanaman dari kelompok temu-temuan yang
potensial untuk dikembangkan. Selain bermanfaat sebagai obat, tanaman
tersebut juga banyak digunakan sebagai bumbu masak, pewarna makanan
maupun kosmetik. Jahe sering digunakan untuk kar-minatif, stimulan dan
dioforetik, obat penambah nafsu makan, memperbaiki pencernaan, encok,
sakit kepala, batuk kering, gatal-gatal, cholera, difteri dan masuk angin. Jahe
sangat bermanfaat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat
cacing, abat asma, penambah darah, obat sakit perut, diare, usus buntu dan
rematik. Rimpang temulawak yang berkhasiat obat mampu mengatasi
penyakit kelainan pada hati/ lever, kantong empedu, pankreas. Selain itu juga
dapat menambah nafsu makan, menurunkan kadar kolesterol dalam darah,
dapat meningkatkan sistim immunitas tubuh, berkhasiat anti bakteri, anti
diabetik, anti hepatotoksik, anti inflamasi, anti oksidan, anti tumor, diuretika,
depresan dan hipolipodemik(Raharjo dan Rostiana 2008).
Keberhasilan perbanyakan in vitro dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain respon tanaman, jenis media tumbuh yang digunakan dan garamgaram mineral, vitamin, zat pengatur tumbuh (ZPT) yang tepat, serta kondisi
lingkungan kultur (George 1993 Kristina dan Syahid 2012). Benzyl Adenin
(BA) merupakan salah satu jenis ZPT yang umum digunakan dalam proses
multiplikasi tanaman secara in vitro. ZPT ini berperan penting dalam
pembelahan sel, yaitu dalam pembentukan benang gelondong pada proses
metaphase (George dan Sherrington 1984 dalam Kristina dan Syahid 2012).
Regenerasi tanaman dengan menggunakan teknik kultur jaringan dapat
dilakukan melalui jalur organ ogenesis dan embriogenesis somatik.
Perbanyakan tanaman dengan menggunakan teknik kultur jaringan melalui
jalur embriogenesis somatik lebih menguntungkan dibandingkan melalui

18

organogenesis karena dapat menghasilkan tanaman baru dengan jumlah yang


lebih banyak. Selain itu, karena embriosomatik berasal dari sel tunggal maka
akan lebih mudah utuk memonitor proses pertumbuhan setiep individu
tanaman. Embrigenesis somatik juga merupakan jalur yang lebih efisien
untuk penelitian yang melibatkan produksi tanaman yang ditransformasikan
secara genetik (Jimenez 2001 dalam Dewi Ibrahim 2010).
Eksplan adalah bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal
untuk

perbanyakan

tanaman.

Faktor eksplan

yang

penting

adalah

genotipe/varietas, umur eksplan, letak pada cabang, dan seks (jantan/betina).


Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagi eksplan adalah pucuk muda,
batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil, endosperm, ovari muda,
anther, embrio, dll. Dalam praktikum ini menggunakan eksplan mata tunas
kencur Lingkungan Tumbuh. Lingkungan tumbuh yang dapat mempengruhi
regenerasi tanaman meliputi temperatur, panjang penyinaran, intensitas
penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran wadah kultur (Karjadi 2009).

C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja


1. Alat
a. LAFC lengkap dengan lampu Bunsen
b. Petridish dan botol-botol kultur
c. Peralatan diseksi yaitu pinset besar/kecil dan pisau pemes
2. Bahan
a. Eksplan: Jahe (Zingiber officinale Rosc.)
b. Media kultur
c. Alkohol 96%
d. Aquadest steril
e. Spirtus
f. Chlorox (Sunclin).
3. Cara Kerja

19

a. Persiapan eksplan
1) Melakukan persemaian pada semua bahan tanaman dan
2)

melakukan pegamatan sampai tumbuh tunas


Mengambil tunas dengan mengikut sertakan sedikit bagian

3)

daging buah
Memotong bagian tunas dengan ukuran tertentu, maksimal 6

4)

cm atau bisa kurang


Mencuci bagian tunas yang telah dipotong sebelumnya dengan

5)

air mengalir hingga bersih


Menyiapkan media steril dalam botol brisi aquadest kemudian
menggojok bagian tunas tersebut dengan aquadest sebanyak 3-4

b.

c.

kali.
Sterilisasi eksplan (dilakukan dalam LAFC)
1) Merendam eksplan dengan chlorox 50% (Sunclin 100%)
2)
3)

selama 6-8 menit


Membilas eksplan dengan aquadest steril
Mengangkat dan menaruh eksplan setelah dibersihkan pada

4)

botol kosong
Mengambil eksplan dan memotong tunas hingga 2,5 cm dengan

5)

tetap mengikutsertakan daging buah


Mencelupkan tunas yang telah dipotong ke dalam larutan

6)

spiritus lalu dibakar


Mengupas atau membersihkan kembali sampai bagian yang

terbakar hilang.
Penanaman eksplan
1) Membuka plastik penutup botol media kultur
2) Mengambil eksplan dan menanamnya di media kultur dengan
3)

d.

menghindari kontaminasi.
Pemeliharaan
1) Menempatkan botol-botol media berisi eksplan di rak-rak kultur
2) Menjaga keadaan suhu, kelembaban dan cahaya pada
3)

e.

pinset. Setelah digunakan, pinset harus selalu dibakar diatas api


Mendekatkan mulut botol dengan api selama penanaman untuk

lingkungan di luar botol


Menyemprotkan botol-botol kultur dengan spirtus dilakukan 2

hari sekali untuk mencegah kontaminasi.


Pengamatan selama 5 minggu, yang diamati:

20

1)

Mengamati setiap hari pengamatan saat muncul akar, tunas,

2)

daun, dan kalus (HST)


Mengamati satu minggu sekali pengamatan jumlah akar, jumlah

3)

tunas, dan jumlah daun


Melakukan deskripsi kalus (struktur dan warna kalus) pada

4)

akhir pengamatan
Membuat persentase keberhasilan dan melakukan perhitungan
data analisis pada akhir pengamatan.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
a. Tabel 2. Pengaruh BAP terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Eksplan Jahe.
Saat Muncul (HST)
Jumlah
Keterangan
Kontaminasi
Eksplan Tgl
Akar Tunas Daun Kalus Akar Tunas Daun(bakteri/ jamur)/
hidup
Terkontaminasi
Jahe 13/5/15 jamur/ mati
Sumber : Logbook
b. Foto

Gambar 2. (1), (2) Jahe 0, 7 HST (terkontaminasi)


2.

Pembahasan
Jahe atau Zingiber officinale merupakan tumbuhan rumpun
berbatang semu. Tanaman ini bisa bertahan hidup didaerah tropis dan
dikenal memiliki rasa pedas dan hangat. Pada rimpang memiliki
beberapa cirri umum seperti, tumbuh tegak dengan ketinggian 30-60 cm,
beralur, daun berwarna hijau tua, tangkai daun berbulu halus, helai daun

21

berbentuk lancet, bagian tepi ratadan bagian ujung runcing, tumbuh dari
dalam tanah berbentuk tongkat, panjang malai 3,5-5 cm, buah berbentuk
bulat panjang berwarna coklat, akar serabut warnanya putih kotor,
rimpang tebal tumbuh bercabang-cabang, warna rimpang kuning pucat,
bagian dalam berserat agak kasar.
Bahan perbanyakan jahe berasal dari rimpang jahe. Rimpang
tanaman jahe berumur minimal sembilan bulan. Eksplan berasal dari
tunas muda, yaitu tunas yang sudah muncul sekitar 0,5-1 cm. Eksplan
diambil dengan memotong mata tunas dengan ukuran sekitar minimal 1
cm dari tunas jahe.
Keberhasilan perbanyakan in vitro dipengaruhi oleh berbagai faktor,
menurut Koswara (2010) adapun faktor-faktor keberhasilan dalam kultur
jaringan jahe, genotip tanaman yaitu eksplan tanaman sangat bervariasi
tergantung dari spesies, bahkan varietas, atau tanaman asal eksplan
tersebut. Media kultur terdiri dari komposisi media, komposisi hormon
pertumbuhan dan keadaan fisik media. Lingkungan tumbuh seperti
halnya dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan cahaya. Kondisi eksplan
mempengaruhi keberhasilan teknik mikropropagasi adalah jenis eksplan,
ukuran, umur dan fase fisiologis jaringan yang digunakan sebagai
eksplan.
Benzyl Adenin (BA) merupakan salah satu jenis ZPT yang umum
digunakan dalam proses multiplikasi tanaman secara in vitro. ZPT ini
berperan penting dalam merangsang pertumbuhan dan morfogenesis
dalam kultur sel, jaringan dan organ. Zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam
kultur jaringan diperluksn untuk mengendalikan dan mengatur
pertumbuhan kultur tanaman. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada
tujuan dan tahap pengulturan. Sitokinin yang biasa digunakan adalah
Benzyl Amino Purin (BAP). Sitokinin adlah zat pengatur tumbuh yang
berfungsi dalam mendorong pembentukan sel, merangsang inisiasi dan
pertumbuhan tunas. Sitokinin dalam konsentrasi yang tinggi dapat
menginduksi pertumbuhan tunas, namun menghambat pertumbuhan akar.

22

Disamping merangsang multiplikasi tunas aksilar dan melawan domiasi


apikal (Beyl 2007).
Sedangkan faktor kegagalan kultur jaringan yang paling umum
adalah terkontaminasi oleh patogen, inokulum yang tumbuh abnormal,
dan eksplan tidak berkembang sama sekali. Teknik sterilisasi dan
pemenuhan kandungan dalam media merupakan hal terpenting yang
menentukan keberhasilan teknik ini. Jika alat, media, bahan tanam atau
lingkungan kerja tidak steril maka eksplan dapat terkontaminasi oleh
virus, jamur atau bakteri. Bahkan kemungkinan eksplan tidak dapat
tumbuh menjadi tanaman baru karena unsur penting dalam media kultur
yang jumlahnya terbatas telah terkontaminasi atau telah digunakan untuk
tumbuh jamur. Selain kontaminasi yang disebabkan oleh kurang sterilnya
peralatan kultur jaringan, terdapat faktor kegagalan lain dalam teknik ini
yaitu kurangnya kandungan unsur dalam media kultur jaringan. Udara
juga mempengaruhi ada tidaknya kontaminasi. Diperlukan adanya aliran
udara yang bertekanan dari dalam keluar ruangan agar terjadi pertukaran
udara yang bebas dari kontaminasi.

Kelembaban relatif lingkungan

kultur dapat diatur. Kelembaban ruang kultur yang tinggi akan


menyebabkan

terjadinya

pertumbuhan

mikroba

yang

akan

mengkontaminasi kultur dan alat-alat laboratorium.


Penanaman tanaman eksplan jahe tidak berhasil, ini ditunjukkan dari
tanaman eksplan yang terkontaminasi jamur (putih-putih disekitar
eksplan). Eksplan yang terkontaminasi jamur bisa sampai menutupi
eksplan. Minggu pertama tanaman jahe sudah terkontaminasi jamur.

23

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai Kultur Tanaman Khasiat
Obat (Jahe),maka dapat diambil bebrapa kesimpulan, sebagai berikut:
a. Kultur jaringan adlah menumbuhkan sel atau jaringan pada medium
tertentu dalam kondisi suci hama (aseptis), melalui kultur sel
perbanyakan tumbuhan/hewan dapat dilakukan secara cepat,
jumlahnya tak terbatas, hemat tempat dan waktu, serta memiliki
b.

sifat yang identik.


Pada minggu pertama sudah terjadi kontaminasi jamur (hifa) putih
pada seluruh permukaan eksplan namun pad media tidak terjadi
kontaminasi. Persentase keberhasilan kultur jaringan jahe sebesar

c.

0%.
Faktor penentu keberhasilan kultur jaringan ditinjau dari genotip

d.

tanaman, media kultur, lingkungan tumbuh dan kondisi eksplan.


Faktor penyebab kegagalan kultur jaringan kurang, sterilnya alatalat kultur dan saat penanaman eksplan, kondisi lingkungan tumbuh
yang kurang mendukung sehingga menyebabkan bahan eksplan

2.

terkontaminasi oleh jamur.


Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah praktikan harus lebih
mengutamakan sterilisasi dari alat, bahan tanam eksplant, media dan
lingkungan kerja agar memperkecil tingkat kontaminasi memperbesar
keberhasilan dalam kultur jaringan. Hindari media yang sudah
terkontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA

24

Abdillah, Rahmat Hanif 2013. Pemanfaatan Embriogenesis Somatik dalam


Usaha
Penyediaan Bibit Tanaman Obat. Makalah Seminar: Kamis,
2 Mei 2013. http:/elisa.ugm.ac.id di akses pada 12 Mei 2015.
Karjadi 2009. Potensi Penerapan Teknik Kultur Jaringan dan Perbanyakan Cepat
dalam Pengadaan Bibit Kentang Berkualitas. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran Lembang. Makalah Seminar Sehari Pengembangan KSP
Sayuran sembalun NTB, Mataram Oktober 2005.
Kristina, Nova Natalini dan Syahid Siti Fatimah. 2012. Pengaruh Air Kelapa
Terhadap Multiplikasi Tunas In Vitro, Produksi Rimpang, dan
Kandungan Xanthorrhizol Temulawak di Lapangan. Jurnal Littri 18(3),
September 2012. Hlm. 125-134
Meynarti Sari Dewi Ibrahim, Otih Rostiana dan Nurul Khumaid 2010. Pengaruh
Umur Eksplan terhadap Keberhasilan Pembentukan Kalus Embriogenik
pada Kultur Meristem Jahe (Zingiber officinale Rosc). Jurnal Littri Vol.
16(1), hal. 37-42. Bogor.
Raharjo dan Rostiana 2008. Pemanfaatan Tanaman Jahe. Jakarta: Erlangga.

25

ACARA III
KULTUR TANAMAN CAM (SANSEVIERIA)
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tanaman CAM adalah tumbuhan sukulen yang pada umumnya tidak
memiliki lapisan sel palisade yang terratur. Tanaman sansevieria mudah
dikenal dari daunnya yang tebal dan banyak mengandung air (fleshy dan
succulent) sehingga dengan struktur daun seperti ini membuat
sansevieria tahan terhadap kekeringan karena proses penguapan air dan
laju transpirasi dapat ditekan. Selain mempunyai corak daun yang indah
dan unik, mempunyai bentuk dan ukuran bervariasi, tanaman ini juga
berfungsi sebagai penyerap polutan di udara sekitar tempat tumbuhnya.
Kultur in vitro pada dasarnya merupakan suatu proses perbanyakan
sel, jaringan, organ atau protoplas dengan teknik steril. Teknik kultur
jaringan tersebut dapat menciptakan bibit yang resisten penyakit dan
dapt menyediakan bibit dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang
relatif singkat. Manfaat perbanyakan Sansivera dengan cara kultur
jaringan dapat menghemat bahan eksplan dan menghemat waktu. Bahan
eksplan dalam waktu singkat dapt menghasilkan kultur jaringan tanaman
dalam jumlah banyak.
Kultur jaringan pada sansievera biasanya untuk menghasilkan
anakan dalam jumlah yang banyak pada varietas yang langka.
Perbanyakan ini dilakukan karena sulitnya perkembangbiakan sansivera
secara vegetative. oleh karena itu, kultur jaringan sangat bermanfaat bagi
peningkatan varietas baru dan pengembangbiakan varietas-varietas
langka yang sulit dikembangbiakkan. Pada dasarnya kultur in vitro
merupakan suatu proses perbanyakan sel, jaringan, organ atau protoplas
dengan teknik steril. Berbeda dengan perbanyakan melalui stek daun,
anakan yang dihasilkan melalui metode kultur jaringan akan lebih
sergam dengan sifat sifatnya sama seperti tanaman induknya. Pada
sansevieria, metode ini lebih sering diterapkan untuk membiakkan jenis
27

26

yang lama menghasilkan anakan seperti jenis S. cyilindrica dan jenis


yang langka.
2.

Tujuan Praktikum
Praktikum Kultur Jatingan acara III mengenai Kultur Tanaman
CAM (Sansevieria) memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mengetahui teknik kultur jaringan Sansevieria
b. Mengetahui pengaruh BAP dan IBA terhadap pertumbuhan dan

3.

perkembangan eksplan Sansevieria.


Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Kultur Jaringan acara III mengenai Kultur Tanaman
CAM (Sansevieria) dilaksanakan pada 8 Mei 2015 pukul 14.30-15.30
WIB di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka
Sansivera

merupakan

jenis

tanaman

CAM

(Crassulation

Acid

Metabolisme). Tumbuhan ini biasanya tumbuh dengan berdaun atau


berbatang tebal yangbertranspirasi rendah. Tumbuhan Sansivera termasuk
tumbuhan sukulen yang pada umumnya tidak memiliki lapisan sel palisade
yang teratur. Sel daun atau batang merupakan sel mesofil bunga karang dan
terdapat sel bundle sheath (Bratayuda 2008).

27

Menjelaskan bahwa naungan dapat memperbaiki kemampuan berakar


pada stek batang setelah bagian aerialnya mendapatkan cukup cahaya untuk
melakukan fotosintesis dan penimbunan karbohidrat. Senyawa fenolat
dikenal sebagai pemacu atau penghambat internal untuk pembentukan akar
adventif. Pemberian cahaya merah dari diode pemancar-cahaya (LED) pada
planlet in vitro Protea cynaroides, meningkatkan perakaran hingga 67%
dibandingkan bila mendapatkan cahaya putih lampu neon biasa dengan hasil
7% saja. Pada saat bersamaan cahaya merah tersebut berpengaruh
menurunkan kandungan senyawa fenolat pada planlet yang akhirnya berhasil
menginduksi tumbuhnya akar (Wu dan Lin 2012).
Menurut Moore (1979) dalam Nursyamsi (2010), zat pengatur tumbuh
(ZPT) adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam jumlah sedikit (<1
milimole (mM)) mampu memacu, menghambat atau mengubah proses
fisiologi tanaman. ZPT yang penting untuk kultur jaringan tanaman antara
lain adalah auksin dan sitokinin. Zat pengatur tumbuh yang termasuk dalam
golongan auksin adalah IAA (Indole Acetic Acid), PAA (Phenyl Acetic Acid),
4-chloroIAA (4-chloro Indole Acetic Acid), dan IBA. Beberapa lainnya
merupakan auksin sintetik, misalnya NAA (Napthalene Acetic Acid), 24 D
(2,4 Dichloro Phenoxy Acetic Acid), dan MCPA (2-methyl-4 chloro Phenoxy
Acetic Acid, sedangkan yang termasuk dalam golongan sitokinin antara lain
BAP (Benzil Amino Purin), kinetin, dan lain-lain.
Transport auksin pada sel tanaman bersifat polar, yaitu dari atas ke
bawah. Menurut hipotesis pertumbuhan asam, pompa proton yang terletak di
dalam membran plasma memiliki peranan penting dalam respon sel-sel
tumbuhan terhadap keberadaan auksin. Saat auksin disintesis oleh sel, pH
dinding sel menurun dimana pengasaman dinding sel ini mengaktifkan enzim
ekspansin yang memecahkan ikatan hidrogen yang terdapat di antara
mikrofibril selulosa sehingga melonggarkan serat-serat dinding sel. Dengan
begitu air dari lingkungan dapat masuk ke dalam sel secara osmosis dan
menyebabkan penambahan volume sel. Ketika sel mulai bervolume dinding
sel akan mengaktifkan enzim extensin yang berfungsi untuk merekatkan

28

kembali mikrofibril selulosanya, perlahan-lahan auksin akan mengalir


melalui jaringan floem ke sel yang ada di bawahnya dan melakukan
mekanisme yang sama dengan sel sebelumnya sehingga terjadilah
pembesaran suatu jaringan (Ermavitalini 2012).
Untuk menginduksi pertunasan, kalus dibelah-belah dengan ukuran
kurang lebih 1 x 1 cm 2 secara aseptik, lalu ditanam dalam media pertunasan.
Media ini mengandung unsur mineral dan vitamin MS atau WP, yang masingmasing dikombinasikan dengan NAA 0.5 mg/L berfungsi sebagai media
dasar. Kedua jenis media dasar tersebut diperkaya dengan BAP dengan dua
tingkat konsentrasi (5 dan 7 mg/L). Media-media pertunasan diberi nama
MH1 (MS + BAP 5 mg/L), MH2 (MS + BAP 7 mg/L), WH1 (WP + BAP 5
mg/L) dan WH2 (WP + BAP 7 mg/L) (Ratnadewi 2015).
Salah satu alternatif metode perbanyakan yang dapat ditempuh adalah
melalui kultur in vitro. Metode ini diharapkan mampu menghasilkan tanaman
dalam skala besar dengan waktu yang relatif cepat serta kualitas tanaman
yang dihasilkan menjadi lebih baik melalui kultur jaringan kebutuhan
ketersediaan bibit tanaman dalam jumlah yang banyak dapat terpenuhi. Zat
pengatur tumbuh memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan kultur. Faktor yang perlu mendapat perhatian dalam
penggunaan zat pengatur tumbuh antara lain jenis zat pengatur tumbuh yang
akan digunakan, konsentrasi, urutan penggunaan, dan periode masa induksi
dalam kultur tertentu (Gunawan 1995 dalam Siregar 2013).
C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja
1. Alat
a. LAFC lengkap dengan lampu Bunsen
b. Petridish dan botol-botol kultur
c. Peralatan diseksi yaitu pinset besar/kecil dan pisau pemes
2. Bahan
a. Eksplan: Sansevieria
b. Media kultur
c. Alkohol 96%
d. Aquadest steril
e. Spirtus
f. Chlorox (Sunclin).

29

3.

Cara Kerja
a. Pesiapan eksplan
b. Sterilisasi eksplan (dilakukan dalam LAFC)
1) Merendam eksplan dalam larutan Dithane M-45 3 mg/l selama
12 jam, dilanjutkan dengan chlorox 5,25 % (Sunclin 100%)
selama 3 menit
2) Merendam dalam larutan tween-80 untuk menghilangkan lapisan

c.

lilin/kutikula/ duri-duri/ rambut


3) Membilas eksplan dengan aquadest steril
Penanaman eksplan
1) Membuka plastik penutup botol media kultur
2) Mengambil eksplan dan menanamnya di media kultur dengan
pinset. Setelah digunakan, pinset harus selalu dibakar diatas api
3) Selama penanaman, mulut botol harus selalu dekat dengan api

d.

untuk menghindari kontaminasi


Pemeliharaan
1) Botol-botol media berisi eksplan ditempatkan di rak-rak kultur
2) Lingkungan di luar botol harus dijaga suhu, kelembaban dan
cahayanya
3) Penyemprotan botol-botol kultur dengan spirtus dilakukan 2 hari

e.

sekali untuk mencegah kontaminasi.


Pengamatan selama 5 minggu, yang diamati:
1) Saat muncul akar, tunas, daun, dan kalus (HST), diamati setiap
hari
2) Jumlah akar, tunas dan daun, diamati 1 minggu sekali
3) Deskripsi kalus (struktur dan warna kalus), dilakukan pada akhir
pengamatan
4) Persentase keberhasilan, dilakukan pada akhir pengamatan

30

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
a. Tabel 3.1 Pengaruh BAP terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Eksplan Sansivera.
Saat Muncul (HST)
Jumlah
Keterangan
Kontaminasi
Eksplan Tgl
Akar Tunas Daun Kalus Akar Tunas Daun (bakteri/ jamur)/
hidup
1 Terkontaminasi
jamur/ mati
13/5/15 1 Tidak
terkontaminasi/
Sansivera
hidup
2 Terkontaminasi
21/5/15 jamur/ mati
Sumber : Logbook
b. Foto

2.

Gambar 3. (1), (2), (3) Sansivera 0, 7 dan 15 HST dari kiri ke kanan
Pembahasan
Dalam marga Avagaceae, Sansivera adalah salah satu dari
sekurangnya 60 jenis herba rimpang, berdaun tegak tersusun secara
roseta serta tidak bertangkai (Yuzzami 2010). Tanaman Sansivera, yang
digunakan sebagai eksplan adalah bagian batang yang berwarna hijau
dan segar tidak kering. Batang bagian kuning dibuang, lalu dipotong
menjadi kecil persegi panjang minimal 2,5 cm dan bisa ditanam di
botol kultur. Penanaman tanaman eksplan Sansivera tidak berhasil,

31

ditunjukkan dengan tanaman eksplan yang terkontaminasi jamur (putihputih disekitar eksplan) sampai bisa menutupi eksplan pada minggu
pertama 1 dari 2 tanaman Sansivera yang dikulturkan. Minggu ke-2
tanaman eksplan Sansivera keduanya terkontaminasi ini dilihat dari
eksplan yang sepenuhnya tertutupi jamur.
Keberhasilan pertumbuhan eksplan dipengaruhi oleh unsur-unsur
dalam media kultur jaringan, karena eksplan tidak dapat mencari unsur
tersebut seperti saat berada ditanah. Oleh karena itu agar tingkat
keberhasilan tinggi pada pengembangbiakan tanaman secara kultur
jaringan unsur-unsur pada media kultur jaringan harus lengkap sesuai
dengan kebutuhan pertumbuhan eksplan tanaman agar menjadi individu
baru.
Media tanam harus berisi semua zat yang diperlukan untuk
menjamin kebutuhan eksplan. Bahan-bahan yang diramu berisi
campuran garam mineral sumber unsur makro dan unsur mikro, gula,
protein, vitamin dan hormon pertumbuhan. Berhasilnya kultur jaringan
banyak ditentukan selain kondisi aseptik juga oleh media tanam.
Campuran media yang satu, dapat cock untuk jenis tanaman yang lain.
Zat pengatur tumbuh mempunyai peranan yang penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemberian ZPT adalah untuk
menstimulir akar dan tunas . ZPT yang sering digunakan pada kultur
jaringan adalah ZPT Harmonik, merupakan campuran antara mauksin,
sitokinin dan giberelin sehingga diharapkan dapat memicu pertumbuhan
akar dan tunas Sansivera.
Keberhasilan dalam kultur jaringan sangat ditentukan oleh medium
yang digunakan. Media yang digunakan untuk perbanyakan pada
umumnya adalah media MS. Menurut Trigiano (2010), keasaman media
umumnya adalah 5,5 sampai 6. Inisiasi merupakan proses awal dalam
kegiatan kultur jaringan sehingga akan menjadi penentu keberhasilan
kultur. Proses pertama dalam inisiasi adalah pengambilan eksplan atau
bahan kultur dari lapangan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
sterilisasi eksplan. Selain itu media kultur yang terdiri dari komposisi

32

media, komposisi hormon pertumbuhan dan keadaan fisik media,


perbedaan komposisi media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
eksplan. Selain itu lingkungan tumbuh seperti halnya dipengaruhi oleh
suhu, kelembaban dan cahaya, serta kondisi eksplan mempengaruhi
keberhasilan teknik mikropropagasi adalah jenis eksplan, ukuran, umur
dan fase fisiologis jaringan yang digunakan sebagai eksplan. Hasil
pengamatan dapat terlihat bahwa pada minggu pertama 1 dari 2 eksplan
Sansivera masih baik dan stgnan,belum ada tanda-tanda kontaminasi dan
1 yang lainnya terkontaminasi jamur pada eksplan, ditunjukkan dengan
adanya putih-putih (hifa) pada eksplan. Minggu kedua, ke-2 eksplan
sudah mengalami kontaminasi. Terlihat dari media dan bahan eksplan
yang penuh dengan hifa berwarna putih dipermukaan media dan diujung
eksplan. Kontaminasi dapat berasal dari eksplan, organisme kecil yang
masuk kemedia, botol kultur, alat tanam yang kurang steril, lingkungan
kerja, udara atau ruang kultur yang kotor dan kecerobohan dalam
pelaksanaan.
Teknik sterilisasi dan pemenuhan kandungan dalam media
merupakan hal terpenting yang menentukan keberhasilan teknik ini. Jika
alat, media, bahan tanam, atau lingkungan kerja tidak steril maka eksplan
dapat

terkontaminasi

oleh

virus,

jamur, atau

bakteri.

Bahkan

kemungkinan eksplan tidak dapat tumbuh menjadi tanaman baru karena


unsur penting dalam media kultur yang jumlahnya terbatas telah
terkontaminasi atau digunakan untuk tumbuh jamur.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan

33

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai Kultur Tanaman CAM


(Sansivera), maka dapat diambil bebrapa kesimpulan, sebagai berikut:
a. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman untuk
b.

mendapatkan bibit tanaman secara cepat.


Pada minggu pertama media tidak terkontaminasi oleh jamur, tetapi
pada 1 dari 2 bahan eksplan terkontaminasi jamur. Pada minggu
kedua , ke-2 bahan eksplan terkontaminasi dengsn munculnya jamur

c.
d.

putih pada seluruh permukaan media dan eksplan.


Presentase keberhasilan kultur jaringan Sansivera sebesar 0%.
Faktor penentu keberhasilan kultur jaringan ditinjau dari genotip

e.

tanaman, media kultur, lingkungan tumbuh dan kondisi eksplan.


Faktor yang menyebabkan kegagalan kultur jaringan kurang
sterilnya alat-alat kultur dan saat penanaman eksplan, udara, proses
kultur jaringan yang kurang sesuai prosedur dan kondisi lingkungan
tumbuh yang kurang mendukung yang menyebabkan terkontaminasi

2.

oleh jamur.
Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah praktikan harus lebih
mengutamakan sterilisasi dari alat, bahan tanam eksplant, media dan
lingkungan kerja agar memperkecil tingkat kontaminasi memperbesar
keberhasilan dalam kultur jaringan. Hindari media yang sudah
terkontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA
Aisya Intan Paramartha, Dini Ermavitalini, dan Siti Nurfadilah 2012. Pengaruh
Penambahan Kombinasi Konsentrasi ZPT NAA dan BAP terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium Taurulinum J.J Smith
Secara In Vitro. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 1, No. 1. Surabaya.
Bratayuda A. 2008. Sansivera Hybrid Increased. Makalah Seminar Departemen
Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Vol. 11 Hal. 121-130.

34

Diah Ratnadewi, Ai Nurhasanah Huznul Izzati, Aris Tjahjoleksono 2015.


Pertumbuhan Planlet Lidah Mertua (Sansevieria sp.) Blue Leaf dari
Kultur Kalus. Jurnal Sumberdaya Hayati Vol. 1 No. 1, hlm 15-18.
Bogor.
Lili Herawati Siregar, Luthfi AM Siregar, Lollie AP Putri 2013. Pengaruh Benzil Amino Purina dan -Asam Asetat NAftalena terhadap
Pertumbuhan Akar Boesenbergia flava secara In Vitro. Jurnal Online
Agroekoteknologi Vol.1, No.3. Medan.
Nursyamsi 2010. Teknik Kultur Jaringan Sebagai Alternatif Perbanyakan
Tanaman untuk Mendukung Rehabilitasi Lahan. Makalah pada Ekspose
Hasil-Hasil. Makassar.
Wu HC, Lin CC 2012. Red light-emitting diode (LEDs) light irradiation improves
root and leaf formation in difficult to propagate Protea cynaroides L.
plantlets in vitro. J. HortSci. 47:1490-1494
Yuzzami, Witono JR, Hidayat S, Handayani T, Sugiarti, Mursidawati S, Triono T,
Astuti IP, Sudarmono, Wawaningrum H 2010. Ensiklopedia Flora Jilid I.
PT Kharisma Ilmu. Jakarta.

ACARA IV
SUB KULTUR (KRISAN)
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kegiatan subkultur dilakukan untuk mengganti media tanam kultur
jaringan dengan media yang baru, sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Sedangkan tahapan-tahapan dari kultur jaringan itu sendiri dimulai dari

35

pemilihan dan penyiapan tanaman induk eksplan, inisiasi kultur,


multifikasi dan perbanyakan propagul, pemanjangan tunas dan
pertumbuhan akar dan aklimatisasi. Pada tahapan multifikasi dan
elongasi media untuk eksplan harus diganti, pergantian dari media lama
ke media baru disebut dengan subkultur.
Setiap tanaman memiliki karakteristik dan kecepatan tumbuh yang
berbeda-beda. Sehingga cara dan waktu subkultur juga berbeda-beda.
Tanaman yang harus segera atau relatif cepat di subkultur adalah jenis
pisang-pisangan, alokasia, kencur, dan sebagainya. Tanaman yang relatif
lama adalah aglaonema. Batang tanaman krisan tumbuh agak tegak
dengan percabangan yang agak jarang, berstruktur lunak, dan berwarna
hijau tetapi bila dibiarkan tumbuh terus, batang berubah menjadi keras
(berkayu) dan berwarna hijau kecoklatan, serta berdiameter batang
sekitar 0,5 cm. Bunga krisan tegak pada ujung tanaman dan tersusun
dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang, serta termasuk bunga
lengkap. Bunga krisan merupakan bunga majemuk yang terdiri atas
bunga pita dan bunga tabung. Pada bunga pita terdapat bunga betina
(pistil), sedangkan bunga tabung terdiri atas bunga jantan dan bunga
betina (biseksual) dan biasanya fertil.
Pada dasarnya subkultur kita memisahkan, memotong, membelah
dan menanam kembali eksplan yang telah tumbuh sehingga jumlah
tanaman akan bertambah banyak. Tujuannya adalah supaya kultur tetap
mendapatkan

unsur

hara

atau

nutrisi

untuk

pertumbuhannya.

Perkembangan tanaman anggrek secara vegetatif juga sulit dilakukan


karena kemungkinan hidup tunas tanaman
sangat rendah. Cara mengatasi
38
sulitnya perkembangbiakan anggrek salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah perbanyakan tanaman anggrek melalui kultur jaringan
dengan bahan tanam berupa polong anggrek yang sudah matang dan
2.

dilakukan di dalam laboratorium.


Tujuan Praktikum
Praktikum Kultur Jatingan acara IV mengenai Sub Kultur
(Anggrek) memiliki tujuan sebagai berikut:

36

a.

3.

Mengetahui teknik memindahkan atau sub-kultur tanaman secara

invitro pada kultur jaringan anggrek


b. Mengetahui tingkat keberhasilan sub kultur pada aggrek
Waktu dan Tmpat Praktikum
Praktikum Kultur Jaringan acara IV mengenai Sub Kultur
(Anggrek) dilaksanakan pada 13 Mei 2015 pukul 10.00 WIB di
Laboratorium Kultur Jaringan , Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka
Untuk tanaman yang tipe pertumbuhannya dengan pemanjangan batang
maka subkultur bisa dilakukan dengan memotong tanaman perruas tanaman
yang ada. Namun jika ada planlet yang masih terlalu kecil dan beresiko tinggi
untuk dipotong, maka subkulturnya cukup dilakukan dengan dipisahkan dari
induknya dan ditanam kembali secara terpisah. Contoh tanamannya adalah
jati, krisan, dan tanaman lain yang memiliki karakteristik pertumbuhan yang
sama. kita dapat menghitung kecepatan produksi tanaman dengan mengetahui
kecepatan tanaman melakukan multifikasi hingga siap disubkultur. Teknik
subkultur tanaman pada media padat lebih mudah dilakukan yaitu hanya
dengan meletakkan kalus yang sudah terbentukdi atas cawan petri, kemudian
membelah-belahnya menjadi bagian-bagian kecil lagi dengan menggunakan
pertolongan skalpel dan pinset. Setelah terjadi potonganpotongan kalus kecilkecil, maka segeradimasukkan kembali ke dalam erlenmeyer baru yang berisi

37

mediadengan komposisi bahan kimia sama seperti media lama. Selanjutnya


erlenmeyer

ditutup

dan

diinkubasikan

kembali

Semua

pekerjaan

harusdilakukan dalam suasana steril (George 2010).


Bunga seruni, krisan atau krisantemum adalah sejenis tumbuhan
berbunga yang sering ditanam sebagai tanaman hias pekarangan atau bunga
petik. Tumbuhan berbunga ini mulai muncul pada zaman kapur. Bunga seruni
adalah bagian dari bunga suku kenikir-kenikiran atau Asteraceae yang
mencakup bermacam-macam jenis Chrysanthemum. Bunga nasional Jepang
ini dalam bahasa Jepang disebut sebagai kiku. Karena aromanya yang
wangi, bunga ini sering ditambahkan kedalam the agar lebih wangi dan
nikmat (Vernent 2013).
Aplikasi kultur jaringan pada awalnya ialah untuk propagasi tanaman.
Selanjutnya penggunaan kultur jaringan lebih berkembang lagi yaitu untuk
menghasilkan tanaman yang bebas penyakit, koleksi plasma nutfah,
memperbaiki sifat genetika tanaman, produksi dan ekstraksi zat-zat kimia
yang bermanfaat dari sel-sel yang dikulturkan. Kemudian dijadikan tanaman
yang tumbuh sehat dan bebas penyakit (Zaitlin dan Palukaitis 2008).
Bahan pemadat (gelling agents) merupakan salah satu komponen yang
penting di dalam media kultur jaringan tanaman maupun mikroorganisme.
Media yang dipadatkan secara sempurna dapat menjadi media yang baik
untuk pertumbuhan jaringan tanaman maupun mikroorganisme, karena dapat
memelihara proses biokimia dan fisiologisnya (Maliro dan Lameck 2004
dalam Priadi). Bahan pemadat yang digunakan dalam kultur jaringan tanaman
adalah jenis agar standar khusus untuk kultur jaringan tanaman yang
umumnya masih diimpor, misalnya merek Bacto, Oxoid atau Gelrite dan
Phytagel (Priadi 2008).
Melihat besarnya minat masyarakat dan potensi pemanfaatan krisan
menyebabkan tanaman ini semakin banyak dikembangkan dan dibudidayakan.
Adapun kendala yang sering dihadapi dalam pengembangan dan budidaya
krisan adalah ketersediaan bibit.Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk
menghasilkan bibit krisan dalam jumlah banyak dan waktu relatif singkat
adalah melalui teknik kultur jaringan. Kultur jaringan merupakan suatu teknik

38

mengisolasi bagian tanaman, baik berupa organ, jaringan, sel atau pun
protoplasma dan selanjutnya mengkultur bagian tanaman tersebut pada media
buatan dengan kondisi lingkungan yang steril dan terkendali. Bagian-bagian
tersebut dapat beregenerasi hingga membentuk tanaman lengkap kembali
(Basri 2008).

C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja


1. Alat
a. LAFC lengkap dengan lampu bunsen
b. Petridish dan botol-botol kultur
c. Peralatan diseksi yaitu pinset besar/kecil dan pisau pemes
2. Bahan
a. Eksplan : kultur krisan usia 3 bulan
b. Media kultur krisan
c. Alkohol 96%
d. Aquadest steril
e. Spirtus
f. Chlorox (Sunclin)
3. Cara Kerja
a. Persiapan media sub kultur
b. Sub kultur (dilakukan dalam LAFC)
1) Mengeluarkan eksplan kultur anggrek pada petridish
2) Membersihkan eksplan dari media yang ada, akar pada eksplan
tidak boleh dihilangkan hanya dibersihkan dari bagian yang
c.

mati
Penanaman eksplan
1) Membuka plastik penutup botol media kultur
2) Mengambil eksplan dan menanamnya di media subkultur
dengan pinset. Satu botol kultur diisi 2 tanaman. Setelah
digunakan, pinset harus selalu dibakar di atas api

39

3)
d.

e.

Selama penanaman, mulut botol harus selalu dekat dengan api

untuk menghindri kontaminasi


Pemeliharaan
1) Botol botol media berisi eksplan ditempatkan di rak rak
2)

kultur
Lingkungan di luar botol harus dijaga suhu, kelembaban dan

3)

cahayanya
Penyemprotan botol-botol kultur dengan spirtus dilakukan 2

hari sekali untuk mencegah kontaminsi


Pengamatan selama dua minggu, yang diamati:
1) Saat muncul akar, tunas, daun, dan kalus (HST), diamati setiap
2)
3)

hari
Jumlah akar, tunas, dan daun, diamati 1 minggu sekali
Deskripsi kalus (struktur dan warna), dilakukan akhir

4)

pengamatan
Presentase keberhasilan, dilakukan pad akhir pengamatan

40

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil pengamatan
a. Tabel 5.1 Tingkat Keberhasilan Sub Kultur pada Krisan
(Chrysanthemum morifolium ramat)
Saat Muncul (HST)
Jumlah
Keterangan
Kontaminasi
Eksplan Tgl
Akar Tunas Daun Kalus Akar Tunas Daun (bakteri/ jamur)/
hidup
21/5/15 3
2
6
hidup
Krisan 28/5/15 6
3
15
hidup
4/6/15 7
3
15 Kontam/ jamur
Sumber : Logbook
b. Foto

Gambar 4. (1), (2), (3) Krisan K 0, 7, 14, 21 HST (dari kiri ke kanan)
2.

Pembahasan
Krisan merupakan tanaman bunga berupa perdu dengan sebutan
lain seruni, bunga emas (golden flower) atau chrysanthemum berasal dari
daratan cina. Tanaman krisan tumbuh tegak, pada ujung tanaman
tersusun dalam tangkai (tandan) berukuran pendek sampai panjang,
berstruktur lunak dan berwarna hijau, bila dibiarkan tumbuh terus batang
menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecoklat-coklatan. Akar
tanaman menyebar kesemua arah pada kedalam 30-40 cm. akarnya
mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang
baik, hal tersebut dikarenakan akar tanaman berjenis serabut.
Sub kultur merupakan salah satu tahap metode dalam kultur
jaringan, yaitu suatu teknik yang dilakukan diantara tahapan kultur. Sub
kultur atau overplanting adalah pemindahan planlet yang masih sangat

41

kecil (planlet muda) dari medium lama kedalam medium baru yang
dilakukan secara aseptis di dalam entkas atau Laminar Air Flow (LAF).
Tanaman yang tipe pertumbuhannya dengan pemanjangan batang
maka sub kultur bisa dilakukan dengan memotong perruas tanaman.
Planlet yang masih terlalu kecil dan beresiko tinggi untuk dipotong,
maka subkulturnya cukup dilakukan dengan dipisahkan dari induknya
dan ditanam kembali secara terpisah. Kesepakatan produksi tanaman
dapat dihitung dengan mngetahui kecepatan tanaman melakukan
multifikasi hingga siap disub kultur. Sub kultur dilakukan saat media
sudah terlihat habis atau setiap 2 bulan sekali. Jumlah subkultur juga
sekitar 2-3 kali sebelum aklimatisasi (Kuswandi 2012). Jika terlalu
sering melakukan sub kultur

dapat mengakibatkan perubahan pada

tanaman krisan yang disebut dengan keragaman somaklonal.


Keberhasilan penanaman eksplan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu sterilisasi, pemilihan bahan eksplan, faktor lingkungan seperti pH,
cahaya dan temperatur, serta kandungan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)
dalam medium kultur. Faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam
penanaman eksplan adalah media dan alat yang tidak steril, perlakuan,
pengovenan

yang

kurang

baik

serta

lingkungan

yang

mudah

mengkontaminasi bagi media penanaman.


Kegiatan sub kultur ini menggunakan tanaman krisan. Kontaminasi
tersebut organisme kecil yang masuk kemedia, botol kultur, alat tanam
yang kurang steril, lingkungan kerja, ruang kultur yang kotor dan
kecerobohan dalam pelaksanaan. Adanya kontaminasi diharapkan dalam
melakukan sub kultur dilakukan sesuai prosedur dan mengusahakan agar
pelaksanaan, ruang kultur dan peralatan selalu steril.
Faktor yang turut menentukan keberhasilan pelaksanaan kultur
jaringan adalah genotip (varietas) tanaman serta komposisi media yang
digunakan. Sejumlah laporan sebelumnya telah menunjukkan bahwa
setiap genotip (varietas) tanaman membutuhkan komposisi media
tertentu guna mendukung pertumbuhan eksplan yang optimal (Takumi
and Shimada 1997; Iseret 1999; Basri 2003). Selanjutnya, aspek penting

42

yang harus diperhatikan pada komposisi suatu media yaitu kebutuhan


terhadap zat pengatur tumbuh, khususnya kombinasi dan konsentrasi dari
zat pengatur tumbuh yang paling sering digunakan, yaitu auksin, seperti
NAA dan IBA, serta sitokinin seperti BAP. Penggunaan auksin (NAA
dan IBA) bersama sitokinin (BAP) pada konsentrasi yang tepat memacu
pertumbuhan eksplan, terutama dalam pembentukan daun, tunas dan ruas
yang intensif (Gunawan 1988).
Hasil pratikum menunjukkan

bahan eksplan

krisan hidup.

Ditunjukkan dengan munculnya 2 tunas, 5 akar yang masih terlihat putih,


dan 6 daun ditunas, setelah 7 HST pada planlet dan 3 tunas, 6 akar
terlihat berwarna coklat, dan 15 daun ditunas setelah 14 HST. Pada
minggu pengamatan ketiga atau 21 HST jumlah tunas masih 3, akar
tumbuh menjadi 7 dan berwarna coklat, jumlah daun tetap 15, namun
tanaman mengalami kontaminasi jamur. Kontaminasi menutupi media
dan terbentuk hitam setengah media terlihat dari bawah media dan putih
diseluruh media dan sekitar eksplan. Pertumbuhan tunas terletak diketiak
daun pada krisan.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai Sub Kultur (Krisan), maka
dapat diambil bebrapa kesimpulan, sebagai berikut:
a. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman untuk
mendapatkan bibit tanaman secara cepat.

43

2.

b.
c.

Eksplan yang digunakan adalah Krisan meliputi batang dan daun.


Pada awal penanaman sub kultur jumlah daun sebanyak 3 helai pada

d.

tangkai.
Faktor penentu keberhasilan kultur jaringan ditinjau dari genotip

tanaman, media kultur, lingkungan tumbuh dari kondisi eksplan.


e. Jumlah daun semakin banyak ditiap minggunya.
f. Eksplan mengalami kontaminasi pada minggu ketiga pengamatan.
Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah praktikan harus lebih
mengutamakan sterilisasi dari alat, bahan tanam eksplant, dan
lingkungan

kerja

agar

memperkecil

tingkat

kontaminasi

dan

memperbesar keberhasilan dalam kultur jaringan.

DAFTAR PUSTAKA
Basri Z 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Palu: Universitas Tadulako Press.
George E F dan Sherrington P D 2010. Plant Propagation by Tissue Culture.
Priadi, Doy, dkk.2008. Pertumbuhan In vitro Tunas Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz) pada Berbagai Bahan Pemadat Alternatif Pengganti Agar. Jurnal
BIODIVERSITAS. Vol. 9(1):9-12.
Verent ME 2013. Conservation: Tactics for Constant Crisis. In Perspectives on
Biodiversity: Case Studies of Genetic Resources Consewallion and Deve
Copment. Potter CS et all (Eds). MAS Publication. Washington.

44

Zaitlin M and P Palukaitis 2008. Advances in understanding plant viruses and


virus disease. Annu. Rev. Phytopathol. 38 : 117-143.

ACARA V
AKLIMATISASI (ANGGREK)
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Aklimatisasi dilakukan dengan mengeluarkan anggrek dari dalam
botol dengan cara menarik bibit anggrek satu per satu dengan
menggunakan kawat atau memecah botol pada bagian pangkal botol.
Anggrek merupakan salah satu anggota famili Orchidaceae yang dapat

45

dijumpai hampir diseluruh belahan dunia terutama daerah tropis mulai


dari dataran rendah hingga tinggi, bahkan sampai ke daerah perbatasan
pegunungan bersalju. Tanaman anggrek mempunyai pola pertumbuhan
yang berbeda dengan tanaman hias lainnya. Pertumbuhan anggrek, baik
vegetatif (pertumbuhan tunas, batang, daun, dan akar) serta pertumbuhan
generatif (pertumbuhan primordial bunga, buah, dan biji) tidak hanya
ditentukan oleh faktor genetik, tetapi juga oleh faktor iklim dan faktor
pemeliharaan. Namun yang menjadi cirri umum bunga anggrek ialah
bahwa anggrek memiliki tiga lembar daun bunga dan tiga lembar
kelopak bunga yang mirip dengan daun bunga. Satu diantara daun bunga
itu disebut bibir dan lebih lebar daripada daun bunga, selebihnya terletak
paling bawah pada bunga bibir ini berfungsi sebagai landasan bagi
serangga penyerbuk.
Prinsip media aklitmatisasi cukup halus, dapat memegang air
dengan baik, serta bebas dari jamur dan penyakit. Media aklimatisasi
sebaiknya distreilisasi dengan cara menggunakan autoklaf, disemprot
fungisida dan dicampur dengan furadan. Aklimatisasi anggrek bertujuan
untuk mengadaptasikan anggrek dengan lingkungan luar. Kelembapan
media aklimatisasi sekitar 80% dan kebutuhan sinar sekitar 40%. Karena
itu, tempat aklimatisasi perlu dinaungi dengan plastik supaya
kelembaban media terjaga baik dan tidak terkena sinar matahari
langsung.
2.

Tujuan Praktikum
49
Praktikum Kultur Jatingan acara V mengenai Aklimatisasi
(Anggrek) memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mengetahui teknik aklimatisasi pada tahapan akhir dari kultur
b.

3.

jaringan
Meningkatkan

pemahaman

dan

memberikan

keterampilan

melakukan aklimatisasi planlet anggrek


c. Mengetahui adaptabilitas planlet anggrek pada tahap aklimatisasi
Waktu dan Tmpat Praktikum

46

Praktikum Kultur Jaringan acara V mengenai Aklimatisasi


(Anggrek) dilaksanakan pada Kamis, 21 Mei 2015 pukul 14.30 WIB di
Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka
Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki banyak spesies anggrek
alam. Diperkirakan setengah dari spesies ini terdapat di Papua, sedangkan
2.000 spesies lainnya terdapat di Kalimantan dan sisanya tersebar di pulaupulau lain di Indonesia (Lubis, 2010).
Teknik perbanyakan mikro yang merupakan suatu bentuk aplikasi teknik
kultur jaringan dan bertujuan untuk perbanyakan tanaman telah terbukti
sesuai

untuk

perbanyakan

anggrek

termasuk

dendrobium.

Untuk

memanfaatkan teknik ini secara optimal diperlukan penguasaan kondisi yang


tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan anggrek secara in vitro. Salah
satunya adalah pemakaian media kultur dengan kandungan komponenkomponennya yang tepat dan mampu merangsang perbanyakan protocorm
like bodies (PLB) ataupun tunas (Tuhuteru 2012).
Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di
lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil

47

perbanyakan secara in vitro karena planlet akan mengalami perubahan


fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami
karena pembiakan in vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan terkontrol
sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol. Aklimatisasi
merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro dirumah kaca, rumah
plastik, rumah bibit dan lapangan sangat jauh berbeda. Kondisi ini diluar
botol berkelembaban nisbi jauh lebih tinggi daripada kondisi didalam botol.
Planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa
tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptic, serta suplai hara
mineral dan sumber energy berkecukupan (Herawan 2009).
Tahapan aklimatisasi ini diperlukan oleh planlet karena terdapat
perbedaan kritis antara kedua tempat tumbuh tersebut. Tanpa proses
aklimatisasi planlet tidak akan mampu tumbuh dan beradaptasi dengan
kondisi luar, meliputi kelembaban udara, intensitas cahaya, suhu dan media
tumbuh. Pada umumnya tanaman yang tumbuh secara in vitro membutuhkan
proses aklimatisasi untuk meningkatkan ketahanannya ketika dipindahkan ke
lapangan (Nugroho dan Sugito 1996 dalam Endin Izudin 2013).
Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur
jaringan (in-vitro) yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada
kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu
tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrop ke
tanaman autotrop. Aklimatisasi merupakan tahapan yang sanggat penting
untuk dilalui dalam proses perbanyakan in vitro. Adanya perbedaan yang
sangat tajam terutama kelembaban dan intensitas cahaya lingkungan di dalam
botol dan di luar botol menyebabkan proses aklimatisasi ini merupakan
tahapan yang kritis. Media tanam merupakan salah satu faktor pendukung
pertumbuhan tanaman agar dapat tumbuh dengan baik. Media tanam
berfungsi sebagai tempat melekat dan tempat menyimpan air yang dapat
diperlukan untuk pertumbuhan. Syarat media tanam anggrek tidak menjadi
sumber penyakit, mempunyai aerasi dan drainase yang bagus mampu
mengikat air dan zat hara (Tangti et al. 2012).

48

Anggrek Denrobium merupakan salah satu jenis tanaman yang sulit


berkembangbiak secara vegetatif maupun secara generatif. Oleh karena itu
upaya yang dapat dilakukan untuk perbanyakan tanaman anggrek Denrobium
adalah dengan melalui teknik kultur jaringan. Kultur jaringan anggrek
Denrobium pengambilan eksplan dapat dilakukan dengan tiga cara. Menurut
Soeryowinoto SM dan M Soeryowinoto (2010), ketiga cara tersebut adalah
pengambilan eksplan dari tunas anggrek Denrobium. Pengambilan tunas dari
kelki Denrobium. Kelki adalah tunas dari tanamananggrek yang keluar pada
bagian bulm (cane) yaitu pseudobulm tanaman anggrek memanjang yang
bentuknya seperti tebu. Eksplan dari protocorn. Eksplan dari penyebaran biji
yang kemudian melambung hijau dan mulai bertunas daun, tumbuh
protocorn like body (Plb) dan kemudian berkembang.

C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja


1. Alat
a. Pot
2. Bahan
a. Planlet anggrek
b. Media tanam
pakis, arang, sabut arang
3. Cara Kerja
a. Menyiapkan media tanam untuk aklimatisasi dengan pakis, arang,
b.
c.

sabut aren yang telah diletakkan pada pot (gelas plastik)


Mengambil planlet anggrek dari dalam botol dengan sangat hati-hati
Membersihkan planlet dari sisa-sisa media agar sampai bersih, bila

d.
e.

perlu dicuci dengan menggunakan air bersih


Menanam planlet pada media yang sudah disiapkan
Melakukan pengamatan pada tanaman selama 2 minggu, jumlah
daun dan tinggi tanaman.

49

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
a. Tabel 5.1 Adaptabilitas Planlet Anggrek pada Tahap Aklimatisasi
Saat Muncul (HST)

Keterangan
Kontaminasi Tinggi
Eksplan Tgl
tunas
Akar Tunas Daun Kalus Akar Tunas Daun (bakteri/
jamur)/ hidup
28/5/15
2
hidup
1 cm
Anggrek 4/6/15
3
hidup
1 cm
11/6/15
-

b.

2.

Jumlah

Sumber : Logbook
Foto

Gambar 5. (1), (2), (3), (4) Anggrek 0, 7, 14, 21, 28 HST


(dari kiri ke kanan)
Pembahasan
Struktur tanaman anggrek akarnya berbentuk silidris dan berdaging,
lunak dan mudah patah dengan ujung akar yang meruncing, licin dan
sedikit lengket. Dalam keadaan kering akan tampak berwarna putih
keperakan pada bagian luarnya dan hanya pada bagian ujung akar saja
yang berwarna hijau atau keuguan. Akar yang telah tua mnejadi coklat
dan mongering. Batang anggrek dapat dibedakan menjadi dua

50

berdasarkan pola pertumbuhannya yaitu monopodial dan sympodial.


Anggrek monopodial pertumbuhannya lurus keatas pada satu batang
tanpa batas. Anggrek sympodial, tidak memiliki batang utama.
Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada
kultur jaringan yang semula kondisinya tidak terkendali lagi, disamping
itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrop
ke tanaman autotrop. Menurut Ziv (1986 dalam Slamet 2011),
aklimatisasi adalah masa adaptasi planlet dari kultur heterotrofik menjadi
autotrofik, yang merupakan tahap akhir dari kegiatan kultur in vitro.
Aklimatisasi merupakan adaptasi planlet dari lingkungan yang terkendali
(in vitro) ke lingkungan in vitro sebelum ditanam di lapangan.
Berdasarkan praktikum kultur jaringan anggrek (Dendrobium sp)
sebagai eksplan. Pada awal penanaman aklimatisasi pada anggrek jumlah
daun sebanyak 2 helai pada 1 tunas, sampai pada minggu pertama 7
HST pengamatan diperoleh jumlah daun yang tumbuh masih sama
sebanyak 2 helai daun. Pada minggu kedua 14 HST jumlah daun 3 helai.
Jumlah akar pada tanaman tidak diketahui.
Media merupakan hal terpenting dalam menunjang keberhasilan
pertumbuhan aklimatisasi anggrek. Pada praktikum ini menggunakan
media dengan susunan media arang dibawah dan pakis diatas. Campuran
media tanam ini sangat cocok digunakan untuk tanaman anggrek di
daerah dengan kelembaban tinggi. Media ini juga berperan dalam
menjaga drainase, aerasi serta kelembaban tanaman.
Arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan
dari media jenis arang adalah sifatnya yang buffer (penyangga), dapat
menetralisir kekeliruan unsur hara, tidak mudah lapuk sehingga tidak
ditumbuhi jamur atau cendawan. Keunggulan media batang pakis lebih
dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan
drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh
akar tanaman. Unsur-unsur dalam media kultur jaringan harus
mendukung pertumbuhan eksplan, karena eksplan tidak dapat mencari
unsur tersebut seperti saat berada didalam tanah.

51

Selain itu menurut Yustina (2004) lingkungan juga sangat


berpengaruh terhadap keberhasilan aklimatisasi. Keadaan lingkungan
yang mempengaruhi seperti kelembaban, suhu dan cahaya. Cahaya
dalam keadaan in vitro kelembaban udara 95% agar planlet dapat tumbuh
ketika aklimarisasi maka secara bertahap udara diturunkan dari 95% in
vitro menjadi 70-80% pada kondisi in vivo. Dengan ini lapisan kutikula
terbentuk dan stomata mulai berfungsin (Wardiyati 1998). Perbedaan
suhu dari keadaan in vitro ke in vivo akan berpengaruh, agar planlet tidak
mati maka ketika aklimatisasi, suhu di tempat aklimatisasi harus dijaga
agar tanaman atau planlet dapat beradaptasi dengan suhu pada keadaan
in vivo. Intensitas, tanaman harus mampu beradaptasi dari cahaya lab
yang hanya penyinaran kemedia dengan lampu menuju keadaan cahaya
langsung dari matahari. Bila tanaman tidak tahan denga intensitas cahaya
yang lebih tinggi pada lingkungan maka tanaman akan mati.
Sumber kontaminasi mikroorganisme pada system kultur jaringan
bisa dipengaruhi oleh medium sebagai akibat proses sterilisasi yang tidak
sempurna. Limgkungan kerja dan pelaksanaan penanaman yang kurang
hati-hati. Eksplan atau serangga atau hewan kecil yang berhasil masuk
kedalam botol kultur setelah diletakkan kedalam ruang kultur jaringan.

E. Kesimpulan dan Saran

52

1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai Aklimatisasi Anggrek
(Dendrobium sp), maka dapat diambil bebrapa kesimpulan, sebagai
berikut:
a. Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada
kultur jaringan (in-vitro) yang semula kondisinya terkendali
kemudian berubah pada kondisi lapangan yang kondisinya tidak
terkendali lagi, disamping itu tanaman juga harus mengubah pola
b.

hidupnya dari tanaman heterotrop ke tanaman autotrop.


Arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan
dari media jenis arang adalah sifatnya yang buffer (penyangga),
dapat menetralisir kekeliruan unsur hara, tidak mudah lapuk

c.

sehingga tidak ditumbuhi jamur atau cendawan.


Pakis baik untuk media anggrek karena memiliki daya mengikat air,
serta aerasi dan drainase yang baik, pakis juga sangat awet karena
melapuk secara perlahan-lahan dan mengandung unsure hara yang

2.

dibutuhkan.
d. Pertumbuhan tanaman anggrek lama.
Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah praktikan harus lebih
mengutamakan sterilisasi dari alat, bahan tanam eksplant, agar
memperkecil tingkat kontaminasi dan memperbesar keberhasilan dalam
kultur jaringan.

DAFTAR PUSTAKA
Endin Izudin 2013. Teknik Aklimatisasi Tanamaan Hasil Kultur Jaringan,
Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants. Jurnal Informasi
Teknis Vol.11 No. 2. 49 56. Yogyakarta.

53

Lubis NN 2010. Mikropropagasi Tunas Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata


Lindl) Dengan Pemberian Benzil Amino Purin dan Naftalen Asam
Asetat. [Skripsi] Universitas Sumatera Utara. Medan.
R Herawan 2009. Penuntun Praktikum Teknik Kultur Jaringan Tanaman
Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
S Tuhuteru, ML Hehanussa. SHT Raharjo 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan
Anggrek (Dendrobium anosmum) pada Media Kultur In Vitro dengan
Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Agrologia, Vol. 1. No. 1. 1-12.
Ambon.
Tangti Yosepa, Chairani Siregar, Evi Gusmayanti 2012. Pengaruh Penggunaan
Jenis media Terhadap Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp (hibrida).
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian 2(2) : 43 45.

Anda mungkin juga menyukai