PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jala (meshes) bedah sintetis adalah alat medis yang ditanamkan untuk
meperkuat jaringan lunak untuk meperbaiki kelemahannya, yang mana termasuk
prolap dari dasar pelvis pada wanita dan kelemahan sfingter uretra pada wanita
dan pria.1
Jala bedah sudah digunakan sejak tahun 1950-an untuk memperbaiki
hernia abdominalis. Jala implan telah memainkan peran yang penting dalam
pengobatan hernia yang kompleks dan prosedur rekontruksi dinding abdomen
lainnya. Pada tahun 1990an, para ginekolog mulai menggunakan jala bedah yang
sama untuk pengobatan dari Stress Urinary Incontinence (SUI).1
Pertama dilaporkan antara tahun 1900-1909 oleh Witzel dan Goepel di
Jerman, Bartlett di Amerika dan Mc Gavin di Inggris. Mereka menggunakan
lembaran tipis perak yang dipaskan dan dijahitkan pada tepi-tepi defek. Pada
kebanyakan kasus logam tersebut mengalami korosi dan pecah-pecah serta ditolak
oleh tubuh sehingga terjadi sinus kronis dan hernia rekuren. Lembaran metal
tandalum dikenalkan oleh Burke (1940) dan balutan tandalum digunakan oleh
Throckmorton (1948). Tetapi hasilnya dilaporkan bahwa metal tersebut
mengalami kerusakan dan diikuti terjadinya hernia rekuren, bahkan kemudian
dilaporkan terjadi fistula enterokutan, sehingga bahan ini ditinggalkan. Sebagai
gantinya, ahli bedah lainnya mencoba lembaran dari jaringan alami. Mair (1945)
menggunakan flap fascia femoralis untuk menutup defek, tetapi metode ini
terbukti mengecewakan. Usher (1958) mempopulerkan penggunaan plastik
polimer sintetik dalam bentuk lembaran anyaman atau mesh polyamid dan yang
terbaru polypropylene. Material ini murah, tersedia universal, mudah dipotong
sesuai dengan bentuk yang diinginkan, fleksibel, dan mudah di-handle,
menimbulkan sedikit reaksi jaringan serta tidak direjeksi walaupun ada infeksi.2
6. Hernia
a. Traumatik diaphragmatic hernia
Pada laporan kasus Traumatic Diaphragmatic Hernia yang dibuat oleh
Arcot Rekha dan Ananthakrishnan Vikram, dilaporkan :
Seorang perempuan berusia 65 tahun datang ke IGD dengan
keluhan utama sesak nafas saat berakrivitas maupun saat istirahat. OS
dikirim ke pusat pelayanan kesehatan tingkat ke empat karena kasus
bronkopnemonia. Ibu tersebut juga mengeluhkan distensi perut dan
sulit buang air besar lebih dari seminggu. Pada pemeriksaan dijumpai
peningkatan suara nafas pada paru kiri dan terdengar suara usus pada
paru kiri dan suara usus pada andomen. Ibu tersebut mengalami
asidosis resporatory pada analisis gas darah.30
Pada foto polos yang dilakukan di IGD menunjukkan bayangan
usus di dada. Ibu tersebut di stabilkan di IGD lalu dibawa untuk CT
scan thorax dan abdomen yang mana menunjukkan herniasi dari
lengkung usus lewat diafragman kiri. Disana tampak mediastinal
terdorong ke kanan dan tampak sedikit lapangan paru pada dada
sebelah kiri.30
Diagnosis dari hernia diafragmatica ditegakkan. Pada anamnesa
didapatkan riwayat terjatuh 10 hari sebelum masuk rumah sakit (terjadi
laparoskopi
adalah