Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktivitas yang tidak terpisahkan dari berbagai
bidang aktivitas yang kita geluti sehari-hari. Termasuk dalam aktifitas politik baik
dalam peran yang kecil atau besar, komunikasi memainkan peranan yang sangat
penting dan dominan bahkan. Komunikasi adalah hubungan antar manusia dalam
rangka mencapai saling pengertian (mutual understanding).
Dengan demikian, komunikasi sebagai proses politik, dapat diartikan
sebagai gejala-gejala yang menyangkut pembentukan kesepakatan. Misalnya
kesepakatan menyangkut bagaimana pembagian sumberdaya kekuasaan atau
bagaimana kesepakatan tersebut dibuat. Tentu saja komunikasi politik bukanlah
sebuah proses yang sederhana, banyak substansi masalah yang memerlukan
pembahasan yang mendalam.
Komunikasi politik berkaitan erat dengan sistem politik yang dianut
sebuah negara. Menurut Gabriel A. Almond, komunikasi merupakan salah satu
masukan yang menentukan bekerjanya semua fungsi dalam sistem politik.
Komunikasi politik diibaratkan sebagai suatu sistem sirkulasi darah dalam
tubuh yang mengalirkan pesan-pesan politik berupa tuntutan, protes, dan
dukungan (aspirasi dan kepentingan) ke jantung (pusat) pemrosesan sistem
politik. Ia berperan menyambungkan semua bagian dari sistem politik sehingga
aspirasi dan kepentingan tersebut dikonversikan menjadi kebijaksanaan. Bila
komunikasi berjalan lancar, wajar, dan sehat, sistem politik akan mencapai tingkat
BAB II
PEMBAHASAN
menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa
alternatif dan penyusunan skala prioritas tujuan yang dipilih.
Untuk melaksanakan kebijaksanaan itu, perlu dimiliki kekuasaan (power)
dan kewenangan (authority), yang akan dipakai baik untuk membina kerja sama
maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini.
Cara yang dipakai dapat bersifat persuasi (meyakinkan) dan jika perlu bersifat
paksaan (coercion). Tanpa unsur paksaan kebijaksanaan ini hanya merupakan
permuasan keinginan (statement of intent) belaka. 3
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
pengertian politik adalah bermacam kegiatan dalam suatu sistem politik yang
menyangkut proses menentukan tujuan dari sistem politik itu sendiri. Dalam
melaksanakan kebijaksanaan itu diperlukan kekuasaan (power) dan kewenangan
(authority) yang dipakai untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan
konflik yang timbul dalam proses ini.
politik memiliki hubungan yang erat dan istimewa karena berada dalam kawasan
(domain) politik dengan menempatkan komunikasi pada posisi yang sangat
fundamental. Tanpa adanya suatu jaringan (komunikasi) yang mampu
memperbesar (enlarging) dan melipatgandakan (magnifying) ucapan-ucapan dan
pilihan-pilihan individual, tidak akan ada namanya politik.
Komunikasi politik adalah proses di mana informasi politik yang relevan
diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara
sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik. Kejadian tersebut merupakan
proses yang berkesinambungan, melibatkan pula pertukaran informasi di antara
individu-individu dengan kelompok-kelompoknya pada semua tingkatan
masyarakat. Lagi pula tidak hanya mencakup penampilan pandangan-pandangan
serta harapan-harapan para anggota masyarakat, tetapi juga merupakan sarana
dengan mana pandangan dan asal-usul serta anjuran-anjuran pejabat yang
berkuasa diteruskan kepada anggota-anggota masyarakat selanjutnya juga
melibatkan reaksi-reaksi anggota-anggota masyarakat terhadap pandanganpandangan dan janji serta saran-saran para penguasa. Maka komunikasi politik itu
memainkan peranan yang penting sekali di dalam sistem politik: komunikasi
politik ini menentukan elemen dinamis, dan menjadi bagian menentukan dari
sosialisasi politik, partisipasi politik, dan pengrekrutan politik.7
Komunikasi politik menurut Nimmo sebagai kegiatan orang secara
kolektif yang mengatur perbuatan mereka di dalam konflik sosial. Lebih lanjut,
berbagai perbedaan seperti jasmani, cita-cita, perilaku dan sebagainya dalam
7 Rush, Michael dan Phillip Althoff. 2008. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:
PT Raja Grafindo. Hal : 24
10
11
10 Ibid
12
13
14
15
bidang politik. Bidang kajian yang difokuskan pada retorika ini targetnya untuk
menciptakan pendapat umum. Pada jaman Romawi, pendapat umum (public
opinion) digunakan untuk membuat kebijakan, dan berpijak dari itu juga dalam
periode ini public opinion juga sangat berpengaruh dalam pembuatan kebijakan
publik. Berfokus pada kajian reotika ini membuat periode ini sering dijuluki Ratu
Dunia yang bersumber dari pendapat umum.
Hal ini juga sudah tercermin dalam politik di Indonesia, dimana dalam
prakteknya masih kurang transparan. Misalnya saja ketika ingin dibuat dan
disahkannya kebijakan mengenai kenaikan BBM. Pemerintah dalam menentukan
kebijakan tersebut akan dilaksanakan atau tidak bergantung pada pendapat umum
masyarakat (public opinion). Dalam kebijakan mengenai kenaikan BBM tersebut
sempat dibatalakan karena adanya aksi protes dari masyarakat yang merupakan
salah satu cara mereka menyampaikan pendapat umum mereka.
Kenyataan yang terjadi, era sekarang ini masyarakat dalam menyampaikan
public opinion menggunakan jalan yang salah. Sehingga justru akan menyebabkan
kerusuhan yang merugikan banyak pihak baik materi maupun psikis.
2. Periode Sekitar Perang Dunia I dan II
Fase kedua dalam sejarah perkembangan Komunikasi Politik adalah
periode yang berlangsung pada kurun waktu sesudah seperempat pertama abad
ke-20 sampai dekade tahun 1950-an. Perkembangan Komunikasi Politik periode
ini dibarengi dengan terjadinya Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Pihak-pihak
antara poros Jerman dan Sekutu Amerika Serikat saling melemparkan propaganda
dan perang urat syaraf (psywar).
16
Perang Dunia I terjadi antara kurun waktu tahun 1914 sampai 1918, dan
Perang Dunia II terjadi sekitar tahun 1939 sampai 1945. Kajian Komunikasi
Politik dalam perkembangan sekitar terjadinya Perang Dunia II banyak membahas
mengenai propaganda dan perang urat syaraf, dimana akan ditekankan pada
perilaku memilih dan pengaruh media massa terhadap keputusan memilih.
Kajian komunikasi politik pada awalnya berakar pada Ilmu Politik,
meskipun penamaan lebih banyak dikenal dengan Propaganda. Hal ini dimulai
pada tahun 1922 dengan penelitian dari Ferdinand Tonnies dan Walter
Lippmanyang meneliti tentang opini publik pada masyarakat, kemudian
dilanjutkan oleh Bagehot, Maine, Byrce, dan Graha Wallas di Inggris yang
menelaah peranan pers dan pembentukan opini publik. Ketika Harold D Lasswell
menulis disertasi Doktor tentang Propaganda Technique in the World War (1927).
Praktek propaganda berkembang terutama menjelang perang dunia ke II ketika
Nazi Jerman berhasil melakukan ekspansi dengan sukses.
Propaganda sendiri diartikan sebagai manajemen pengendalian simbolsimbol verbal cenderung tidak atau kurang baik. Hal ini juga serupa dengan
pendapat Lasswell dengan tulisannya Propaganda technique in The Word War
menjelaskan propaganda didefinisikan sebagai penggunaan simbol-simbol untuk
mempengaruhi perilaku kontroversial, propaganda sama dengan manipulasi
perasaan manusia yang diperlukan baik pada masa perang maupun damai,
propaganda merupakan salah satu instrumen dari empat pada instrumen utama
kebijakan dalam perang dan damai,tiga instrumen lainnya adalah diplomasi,
senjata dan ekonomi.
17
15 (http://marhaifa.wordpress.com/2009/03/14/ilmu-komunikasi-politik/) di kutip
tanggal 28 Maret 2016
18
19