Sindrom Down New
Sindrom Down New
A. PENDAHULUAN
Nama Sindrom Down berasal dari nama seorang dokter yang
pertama kali melaporkan kasus hambatan tumbuh kembang psikomotorik
dan berakibat gangguan mental pada tahun 1866. Dokter tersebut adalah
dr. John Langdon Down dari Inggris. Sebelumnya, kelainan genetika ini
disebut sebagai Mongolismus, sebab memang penderitanya memiliki ciri
fisik menyerupai ras Mongoloid. Karena berbau rasialis maka nama ini
diganti menjadi Down Sindrom. Terlebih setelah tahun 1959 diketahui
bahwa kelainan genetika ini dapat terjadi pada ras mana saja tanpa
membedakan jenis kelamin.12
Sejak bayi baru lahir atau neonatus, sindom Down bisa dideteksi.
Bahkan kemajuan teknologi memungkinkan dilakukannya amniosintesis,
yaitu pengambilan cairan kandungan untuk diperiksa keadaan kromosom
janin bayinya. 12
B. DEFINISI
Sindrom Down merupakan kelainan genetik yang dikenal sebagai
trisomi 21, karena individu yang mendapat sindrom Down memiliki
kelebihan satu kromosom. Mereka memiliki tiga kromosom 21 dimana
orang normal hanya mempunyai dua saja. Kelebihan kromosom ini akan
megubah keseimbangan genetik tubuh dan mengakibatkan perubahan
karakteristik fisik dan kemampuan intelektual, serta gangguan dalam
fungsi fisiologi tubuh.1,3, 12
Terdapat tiga tipe sindrom Down yaitu trisomi 21 reguler,
translokasi, dan mosaik. Tipe pertama adalah trisomi 21 reguler. Kesemua
sel dalam tubuh akan mempunyai tiga kromosom 21. Sembilan puluh
empat persen dari semua kasus sindrom Down adalah dari tipe ini.13
Tipe yang kedua adalah translokasi. Pada tipe ini, kromosom 21
akan berkombinasi dengan kromosom yang lain. Seringnya salah satu
orang tua yang menjadi karier kromosom yang translokasi ini tidak
C. MANIFESTASI KLINIK
Gejala yang muncul akibat sindrom Down dapat bervariasi, antara lain:
1) Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya
penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relative
kecil dari normal (microcefal) dengan bagian anteroposterior kepala
mendatar. Kepala biasanya lebih kecil dan agak lebar dari bagian
depan ke belakang.12
2) Penderita sindrom Down mempunyai paras muka yang hampir sama
seperti muka orang Mongol. Pada bagian wajah biasanya tampak sela
hidung yang datar. Jarak diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit
disudut dalam. Ukuran mulut kecil dan ukuran lidah yang besar
menyebabkan lidah selalu terjulur (makroglossi). Pertumbuhan gigi
lambat dan tidak teratur. Letak telinga lebih rendah. 12
Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek
termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik
pada tangan maupun kaki melebar. Sementara itu lapisan kulit biasanya
tampak keriput (dermatoglyphics). Kelainan kromosom ini juga bisa
menyebakan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistem organ yang
lain. 12
Gambar 5. Jarak antara jari pertama dan kedua melebar pada pasien
dengan sindrom Down.
D. FAKTOR RISIKO
Risiko untuk mendapatkan bayi dengan sindrom Down didapatkan
meningkat dengan bertambahnya usia ibu saat hamil, khususnya bagi
wanita yang hamil pada usia diatas 35 tahun. Walau bagaimanapun, wanita
yang hamil pada usia muda tidak bebas terhadap risiko mendapat bayi
dengan sindrom Down.
Harus diingatkan bahwa kemungkinan mendapat bayi dengan sindrom
Down lebih tinggi jika wanita yang hamil pernah mendapat bayi dengan
sindrom Down, atau jika adanya anggota keluarga yang terdekat yang
terhambat,
dan
infeksi
intrauterine.
Pada
abnormalitas
d) Pyelectasis fetal
Sekitar 2% janin dengan sindrom Down ditemukan isolated
pyelectasis. Pyelectasis ialah dilatasi pelvis renalis dimana
diameter renal pelvis yang diukur secara anteroposterior lebih atau
sama dengan 4 mm, pada janin usia gestasi 15 hingga 20 minggu;
diameter anteroposterior lebih atau sama dengan 5 mm pada janin
usia 20 hingga 30 minggu; dan diameter anteroposterior lebih atau
sama dengan 7 mm pada janin usia 30 hingga 40 minggu. Pada
pemeriksaan ultrasonografi memberi gambaran ruang hypoechoic
berbentuk spherical atau elliptical di dalam pelvis renalis. 1,2
Gambar 11 . Janin
dengan
pyelectasis bilateral ringan
10
f)
sedikit
Ekstremitas
dan
humerus
Femur
lebih
pendek
pada
yang
janin
11
Gambar 14 . Clinodactyly2
Pada sindrom Down juga ditemukan clinodactyly yaitu
hypoplasia atau tidak adanya phalanx tengah pada jari kelima
tangan, sehingga jari kelima membentuk kurvatura kearah
medial. Selain itu, juga ditemukan Sandal gap yaitu
melebarnya jarak antara jari pertama dan jari kedua kaki.2
2. Uji serum maternal
12
Trimester pertama
Trimester kedua
kedua.
Tabel 2. Skrining pada janin dengan sindrom Down
F. UJI DIAGNOSTIK
Terdapat beberapa uji diagnostik yang boleh dilakukan untuk
mendeteksi sindrom Down. Uji diagnostik ini merupakan pemeriksaan
14
invasif yang dilakukan dengan indikasi pada ibu yang hamil dengan usia
yang tidak lagi muda, adanya hasil skrining aneuploidy abnormal, dan/atau
hasil skiring sonogram yang menunjukkan kelainan janin. 1
1) Amniosintesis
Dilakukan dengan mengambil sampel cairan amnion yang
kemudian diuji untuk menganalisa kromosom janin. Sebuah jarum
dimasukkan melalui dinding perut ibu ke dalam rahim,
menggunakan USG untuk memandu jarum. Sel dan protein dalam
cairan amnion diperiksa di laboratorium untuk menguji kelainan
spesifik pada janin. 1,2
sampai 22 secara
15
mengulang
tindakan
amnionsintesis.
Ada
sedikit
16
17
3) Cordocentesis
Teknik ini disebut juga sebagai Percutaneus Umbilical Blood
Sampling (PUBS). Teknik dimana darah dari umbilicus diambil
dan diuji untuk melihat kromosom janin. Teknik dilakukan pada
kehamilan diatas 18 minggu. Tes ini dilakukan sekiranya teknik
tidak berhasil memberikan hasil yang jelas. Resiko keguguran
lebih tinggi. 1,2
18
G. PERAWATAN
Bayi sindrom Down dapat disusui. Bayi yang diberi ASI lebih
jarang mengalami infeksi saluran napas atas dan bawah, kejadian otitis
media, serta penyakit atopi dan alergi saluran pernapasan. ASI juga
meningkatkan perkembangan motorik oral, yang merupakan dasar dari
proses bicara.12
Masalah menghisap akibat hipotonia atau defek jantung dapat
menyulitkan proses menyusui pada awalnya, terutama pada bayi
prematur. Pada situasi ini, ibu dapat memberikan ASI yang diperah.
Setelah beberapa minggu kemampuan menghisap bayi umumnya akan
membaik dan bayi dapat dirawat dengan efektif, jika bayi yang diberi
ASI tidak mengalami penambahan berat badan yang cukup, pemberian
susu formula tambahan atau ASI perahan harus dipertimbangkan. 12
H. EVALUASI PERTUMBUHAN
Parameter pertumbuhan harus diplot pada setiap kunjungan
dengan kurva pertumbuhan standard dan khusus untuk sindrom Down.
Setiap penurunan persentil pertumbuhan harus dicari
penyebabnya. Defek jantung yang tidak terdiagnosis umumnya
merupakan penyebab tersering terjadinya gagal tumbuh pada bayi
dengan sindrom Down. Leukemia juga harus dipertimbangkan sebagai
salah satu penyebab. Pada keadaan dimana pertambahan berat badan
19
20
21