Anda di halaman 1dari 15

I.

KOMPETENSI UMUM
Praktikan dapat mengetahui dan memahami suatu antibiotic
yang dapat menghambat sampel (infeksi saluran kemih) apakah
termasuk antibiotic yang sensitif, intermediet, atau resisten.
II. KOMPETENSI KHUSUS
Praktikan dapat menjelaskan dan mengetahui teknik uji
sensitivitas, mengukur zona hambat pada masing-masing Antibiotik
yang

digunakan

yaitu,

Amoxicillin,

Cefixime,

Clindamicin,

Ciprofloxacin terhadap sampel uji infeksi saluran kemih dan


mengetahui tingkat sensitivitas, intermediet dan resistensi antibiotik
terhadap sampel infeksi saluran kemih.
III. PRINSIP PERCOBAAN
Prinsip dari praktikum ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar sensitivitas suatu antibiotik yang digunakan apakah bersifat
sensitive,

intermediet,

atau

resisten

dengan

melihat

zona

hambatannya.
IV.KAJIAN TEORI
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri,

yang

memiliki

khasiat

mematikan

atau

menghambat

pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif


kecil. Turunan zat-zat ini yang dibuat secara semi-sintetis, juga
termasuk kelompok ini begitu pula semua senyawa sintetis dengan
khasiat antibakteri (Tjay, 2007).
Dewasa ini berbagai jenis antimikroba telah tersedia untuk
mengobati penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme. Zat
antimikroba yang digunakan dalam pengobatan bertujuan untuk

mengeliminasi mikroorganisme infektif atau mencegah terjadinya


infeksi. Untuk tujuan terapi, suatu zat antimikroba harus menunjukkan
toksisitas selektif. Zat antimikroba yang berguna untuk terapi harus
menghambat mikroorganisme infektif dan bersifat toksik hanya
terhadap patogen infektif, tetapi tidak terhadap inangnya. Obat yang
membunuh pasien tidak digunakan untuk mengobati penyakit infeksi,
walaupun obat itu dapat membunuh mikroorganisme patogen, tetapi
tidak pada sel inang normal (Harmita, 2008).
Kegiatan antibiotis untuk pertama kalinya ditemukan secara
kebetulan oleh dr. Alexander Fleming. Tetpi penemuan ini

baru

dikembangkan dan di gunakan pada permukaan perang dunia II di


tahun 1941, ketika obat-obat anti bakteri sangat diperlukan untuk
menanggulangi infeksi dai luka-luka akibat pertempuran (Tjay, 2007).
Cara kerja dari antibiotik adalah perintangan sintesa protein,
sehingga kuman musnah atau tidak berkembang lagi, misalnya
kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, mkrolida dan linkomisin.
Selain itu beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin
dan sefalosporin) atau membran sel (polimiksin) (Tjay, 2007).
Penggolongan antibiotic berdasarkan spectrum aktivitasnya
dapat dibagi atas beberapa golongan yaitu (Djide, 2003):
1. Antibiotika dengan spectrum luas, efektif baik terhadap gram
negative maupun gram negative. Contohnya adalah turunan
tetrasiklin, turunan amfenikol, turunan aminoglikosida, turunan

makrolida,

rifampisin,

beberapa

turunan

penisilin

(ampisilin,

amoksisilin, bakampisilin, karbenisilin, hetasilin, dan lain-lain dan


sabagian besar turunan sefalosporin
2. Antibiotika dengan aktivitas lebih dominan terhadap bakteri gram
positif. Contohnya basitrasin, eritromisin, sebagian besar turunan
penisilin seperti benzyl penisilin, kloksasilin, penisilin G prokain dan
beberapa turuna sefalosporin
3. Antibiotika yang aktovitasnya lebih dominan terhadap bakteri gram
negative. Contohnya kolistin, polimiksin B sulfat dan sulfomisin
Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab
infeksi paa manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selekif
setinggi mungkin. Artinya obat tersebut harusbersifat sangat toksik
untuk mikroba, tetapi relative tidak toksik untuk hospes. Sifat toksisitas
selektif yang absolut belum atau mungkin tidak akan diperoleh
(Gunawan, 2007).
Mutasi pada gen yang mengkode protein atau RNA ribosom
bakteri dapat menyebabkan resistensi. Resistensi juga timbul apabila
bakteri menyerap plasmid yang membawa gen untuk inaktivasi
antibiotik. Karena penggunaan antibiotik yang luas dan sering
sembarangan, dengan cepat muncul galur akteri yang resisten
terhadap semua antibiotik yang ada (Smith, 2000).
Pada cara difusi agar digunakan media agar padat dan
reservoir yang dapat berupa cakram kertas, silinder atau cekungan
yang dibuat pada media padat. Larutan uji akan berdifusi dari

pencadang ke permukaan media agar padat yang telah diinokulasi


bakteri. Bakteri akan terhambat pertumbuhannya dengan pengamatan
berupa lingkaran atau zona disekeliling pencadang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi metode difusi agar, yaitu (Rostinawati, 2009) :
a) Pradifusi, perbedaan waktu pradifusi mempengaruhi jarak difusi
dari zat uji yaitu difusi antar pencadang.
b) Ketebalan medium agar adalah penting untuk memperoleh
sensitivitas yang optimal. Perbedaan ketebalan media agar
mempengaruhi difusi dari zat uji ke dalam agar, sehingga akan
mempengaruhi diameter hambat. Makin tebal media yang
digunakan akan makin kecil diameter hambat yang terjadi.
c) Kerapatan

inokulum,

ukuran

inokulum

merupakan

faktor

terpenting yang mempengaruhi lebar daerah hambat, jumlah


inokulum yang lebih sedikit menyebabkan obat dapat berdifusi
lebih jauh, sehingga daerah yang dihasilkan lebih besar,
sedangkan jika jumlah inokulum lebih besar maka akan dihasilkan
daerah hambat yang kecil.
d) Komposisi media agar, perubahan komposisi media dapat
merubah sifat media sehingga jarak difusi berubah. Media agar
berpengaruh
mempengaruhi

terhadap
aktivitas

ukuran

daerah

beberapa

kecepatan difusi antibakteri

dan

hambat

bakteri,

dalam

hal

mempengaruhi

mempengaruhi

kecepatan

pertumbuhan antibakteri.
e) Suhu inkubasi, kebanyakan bakteri tumbuh baik pada suhu 370C.

f) Waktu inkubasi disesuaikan dengan pertumbuhan bakteri, karena


luas daerah hambat ditentukan beberapa jam pertama, setelah
diinokulasikan pada media agar, maka daerah hambat dapat
diamati segera setelah adanya pertumbuhan bakteri.
g) Pengaruh pH, adanya perbedaan pH media yang digunakan dapat
menyebabkan perbedaan jumlah zat uji yang berdifusi, pH juga
menentukan jumlah molekul zat uji yang mengion. Selain itu pH
berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri.

V. METODE KERJA
a. Alat
Adapun alat-alat yang dipakai pada saat praktikum adalah:
bunsen, vial, erlenmeyer, inkubator, korek api, rak tabung, spoit 1
mL, spoit 5 mL, dan tabung reaksi.
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah
Antibiotik (Amoxicillin, Cefixime, Choramphenicol, Ciprofloxacin,
Clindamicin, Levofloxacin), sampel urin infeksi saluran kemih,

alkohol, kapas, kertas pembungkus, kertas label, medium NA


(Nutrien Agar), medium NB (Nutrient Broth), peper disk dan tissue.
c. Cara kerja
Disiapkan cawan petri kemudian diberi patron sebanyak 4
patron pada capet tersebut, lalu siapkan medium NA dan sampel
urine infeksi saluran kemih. Setelah itu dipipet medium NA kedalam
vial kemudian dipipet sampel urin sebanyak 1 mL, setelah itu
dihomogenkan. Kemudian tuang ke dalam cawan petri tunggu
hingga memadat, setelah memadat di masukkan peper disk yang
telah di rendam dengan antibiotic Ciprofloxacin , Amoxicillin,
Cefixime, Clindamicin, terlebih dahulu diamkan beberapa menit.
Setelah itu diinkubasi selama 1X24 jam kemudian amati zona
hambatnya.

I HASIL PRAKTIKUM
A Data Pengamatan

Antibiotik

Penyakit

Ciprofloxacin
Cefixine
Amoxicillin
Clindamycin

Infeksi Saluran
Kemih

B Foto Pengamatan

Zona Hambat
(mm)
I
II
III
13
15
13

Ratarata
(mm)
13,67

Keterangan :
1 Ciprofloxacin
2 Amoxicillin
3 Clindamicin
4 Cefixime
5 Zona hambatan
6 PEMBAHASAN
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka
terhadap antibiotik. Atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik
yang masih baik untuk memberikan daya hambat terhadap mikroba.
Uji sensitivitas terhadap suatu antimikroba untuk dapat menunjukkan
pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap
mikroba.

Suatu

penurunan

aktivitas

antimikroba

akan

dapat

menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh


metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi
dilakukan. Biasanya metode merupakan standar

untuk mengatasi

keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas antimikroba.

Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan dari mikroorganisme


yang digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme
lain.

Sedangkan

resisten

adalah

suatu

keadaan

dimana

mikroorganisme tahan terhadap zat-zat antimikroba.


Zat antimikroba yang digunakan dalam pengobatan bertujuan
untuk

mengeliminasi

mikroorganisme

infektif

atau

mencegah

terjadinya infeksi. Untuk tujuan terapi, suatu zat antimikroba harus


menunjukkan toksisitas selektif. Zat antimikroba yang berguna untuk
terapi harus menghambat mikroorganisme infektif dan bersifat toksik
hanya terhadap patogen infektif, tetapi tidak terhadap inangnya.
Tujuan dilakukannya percobaan ini dengan menggunakan
sampel infeksi saluran kemih yaitu untuk mengetahui seberapa besar
sensitivitas suatu antibiotik yang digunakan apakah bersifat sensitif,
intermediet atau resisten dengan cara melihat zona hambatannya.
Dalam percobaan kali ini, metode yang digunakan adalah
metode agar difusion(difusi agar) dimana metode ini didasarkan pada
difusi antibiotik dari paper disk yang dipasang horizontal pada lapisan
agar padat dalam cawan petri sehingga mikroba yang ditambahkan
dihambat pertumbuhannya pada daerah berupa lingkaran atau zona
yang disekeliling paper disk yang berisi larutan antibiotik. Zona atau
lingkaran tersebut dinamakan zona hambatan,dimana zona hambatan
adalah daerah yang tidak terdapat pertumbuhan mikroorganismenya
lagi.

Adapun alasan kenapa antibiotik harus dibuat dalam bentuk ppm


yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap daya kerja
antibiotik dimana semakin

rendah

konsentrasi antibiotik yang

digunakan maka semakin kecil zona bening yang akan terbentuk dan
semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka zona bening yang
terbentuk semakin besar.
Paper disk harus direndam selama 15 menit pada cairan
antibiotik, alasannya yaitu agar cairan antibiotik benar-benar meresap
sempurna pada paper disk.
Berdasarkan data pengamatan terhadap pengujian antibiotic
dengan menggunakan sampel infeksi saluran kemih Ciprofloxacin
diperoleh rata-rata zona hambat 13,67

mm. Sedangkan untuk

Amoxicillin , Cefixime dan Clindamicin tidak memiliki zona hambat,


Dapat disimpulkan bahwa antibiotik yang paling sensitive terhadap
sampel infeksi saluran kemih yaitu Ciprofloxacin karna memiliki zona
hambat yang paling luas dari pada antibiotik lainnya.
VIII.

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,maka dapat


kesimpulan bahwa sampel antibiotic yang digunakan memiliki tingkat
sensitivitas yang baik adalah Ciprofloxacin hal ini dapat dilihat pada
zona hambat yang terbentuk yaitu 13,67 mm, Sedangkan untuk
Amoxicillin , Cefixime dan Clindamicin tidak memiliki zona hambat.

VI.DAFTAR PUSTAKA
Djide, M.N.,Sartini.,S., K., (2003), Mikrobiologi Farmasi Terapan ,
Fakultas
MIPA,
Jurusan
Farmasi,
Uninersitas
Hasanuddin.Makassar
Gunawan, G., S, 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi 5,Fakultas
Kedokteran-Universitas Indonesia, Jakarta.
Harmita. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. EGC: Jakarta.
Rostinawati, Tina, 2009 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga
Rosell (Hibiscus Sabdariffa L.) Terhadap Escherichia coli,
Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus Dengan Metode
Difusi Agar, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran
Jatinangor.
Smith, Colleen. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. EGC: Jakarta.
Tjay, Tan. 2007. Obat-Obat Penting. PT. Gramedia:Jakarta.

IX.

LAMPIRAN

Skema Kerja

capet steril

suspensi biakan

Medium NA

mikroba

Paper disk
Sampel

Inkubasi 37 C 1x 24 jam

Diukur diameter hambatannya

Anda mungkin juga menyukai