Nama
Nama
NIM
Kelas
: Muhammad Hasanain
: 04011381419180
: Gamma
Learning Issue
Farmakokinetik (digoxin, warfarin dan amoxixilin)
Farmakokinetik merupakan sebuah proses atau perjalanan suatu obat di dalam tubuh
organisme berupa absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan ekskresi.
[Proses Mekanisme Obat]
Untuk dapat memberikan efek yang diinginkan, suatu obat harus dapat mencapai
tempatnya bekerja. Seperti halnya kerja antibiotik terhadap pengobatan infeksi ginjal.
Maka antibiotik harus dapat mencapai ginjal (tempatnya bekerja) agar dapat
membunuh bakteri yang menginfeksi ginjal sehingga memberikan efek teraupetik pada
penyakit terkait. Setelah obat bekerja di dalam tubuh sehingga menimbulkan efek,
selanjutnya obat akan diekskresikan. Ada beberapa tahapan yang perlu dilalui obat
hingga proses pengeluaran obat oleh tubuh.
1) Absorpsi
Absorpsi merupakan proses penyerapan zat aktif obat oleh tubuh. Proses absorpsi ini
sangat penting dalam menentukan efek obat. Hanya zat aktif yang berada dalam
keadaan larut yang dapat diabsorpsi oleh tubuh. Setelah zat aktif terlarut dalam
pencernaan, zat tersebut selanjutnya akan di absorpsi melalui usus dan kemudian
memasuki pembuluh darah. Terdapat banyak mekanisme absorpsi obat melalui usus,
anatara lain filtrasi, difusi pasif, transpor aktif, transpor, difusi terfasilitasi, dan
pinositosis (transfer pasangan ion). Sebagian besar obat diabsorpsi menggunakan
mekanisme difusi pasif. Semua bentuk sediaan obat mengalami tahap absorpsi kecuali
obat yang digunakan secara intravena karena obat langsung disuntikkan ke pembuluh
darah sehingga obat tidak melalui tahap liberasi dan absorpsi. Efek yang diberikan obat
intravena pun lebih cepat muncul. Proses absorpsi dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor:
Kelarutan obat
Kemampuan berdifusi melalui membran sel
Sirkulasi pada letak absorpsi
Konsentrasi obat
Cara pemakaian obat
Bentuk sediaan obat
Luas permukaan kontak obat
2) Distribusi
Proses penyaluran atau penyebaraan obat melalui pembuluh darah. Setelah berada di
dalam pembuluh darah obat akan di sebarkan ke seluruh tubuh bersama aliran darah.
Selanjutnya obat akan memasuki orga-organ tubuh. Pada tahap inilah obat mencapai
tempat kerjanya dan dapat memberikan efek yang diharapkan.
Beberapa senyawa obat melintasi plasenta atau tali pusat sehingga penggunaan obatobatan pada ibu hamil perlu dipertimbangkan karena kemungkinan akan menimbulkan
efek berbahaya pada janin. Bahkan dapat menimbulkan efek toksis yang berakibat
kelahiran bayi cacat atau mati. Untuk penggunaan obat pada ibu hamil perlu bukti
klinis yang menyatakan efektivitas obat tidak membahayakan pada janin.
3) Metabolisme
Proses detoksifikasi obat oleh tubuh. Di dalam tubuh obat dianggap sebagai benda
asing karena secara normal kandungan senyawa obat tidak terdapat di dalam tubuh.
Proses detoksifikasi obat perlu dilakukan oleh tubuh guna menurunkan kadar
toksik/racun. Tubuh suatu organisme telah memiliki mekanisme alamiah untuk
melakukan proses tersebut. Sebagian besar obat didetoksifikasi di hati oleh enzimenzim mikrosomal hati. Proses tersebut menghasilkan senyawa dengan sifat toksik
lebih rendah sehingga tidak terlalu beracun bagi tubuh organisme.
Beberapa kelompok obat masih tetap dalam bentuk aktif setelah didetoksifikasi hati
sehingga memberikan efek yang diharapkan. Namun ada pula kelompok obat yang
sudah tidak aktif lagi setelah didetoksifikasi hati. Untuk kelompok obat tersebut,
pemberiannya secara intravena (disuntikkan ke pembuluh darah) guna menghindari
proses detoksifikasi hati. obat tersebut akan langsung tersebar ke seluruh tubuh
bersama aliran darah, baru kemudian mengalami detoksifikasi hati menjadi bentuk
tidak aktif.
Untuk pemberian secara oral, obat akan memasuki hati terlebih dahulu karena
pembuluh darah yang berasal dari usus akan menuju ke hati, baru tersebar ke seluruh
tubuh. Tahap ini menyebabkan obat mengalami detoksifikasi terlebih dahulu sebelum
mencapai tempat kerjanya. Jika terjadi demikian obat tidak memberikan efek maksimal
karena sebagian kecil atau besar obat sudah berada dalam bentuk tidak aktif.
4) Ekskresi
merupakan proses pengeluaran obat dari tubuh organisme terutama dilakukan oleh
ginjal melalui urine. Selain organ ginjal obat diekskresikan lewat kulit (keringat),
pernapasan (udara), kelenjar payudara (air susu), mata (air mata), dan saluran
pencernaan (feses). Obat akan dikeluarkan dalam bentuk metabolit (bentuk asalnya).
Farmakokinetik digoxin
mekanisme kerja
Gagal jantung kongestif: menghambat pompa Na/K ATP0-ase yang bekerja dengan
meningkatkan pertukaran natrium-kalsium intraselular sehingga meningkatkan kadar
kalsium intraseluler dan meningkatkan kontraktilitas. Aritmia supraentrikular : Secara
langsung menekan konduksi AV node sehingga meningkatkan periode refractory efektif
dan menurunkan konduksi kecepatn - efek inotropik positif, meningkatkan vagal tone,
dan menurunkan dan menurunkan kecepatan ventrikular dan aritmia atrial. Atrial
fibrilasi dapat menurunkan sensitifitas dan meningkatkan toleransi pada serum
konsentrasi digoksin yang lebih tinggi. Digoksin merupakan prototipe glikosida jantung
yang berasal dari Digitalis lanata.
Mekanisme kerja digoksin melalui 2 cara, yaitu efek langsung dan tidaklangsung. Efek
langsung yaitu meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (efek inotropik positif).
Hal ini terjadi berdasarkan penghambatan enzim Na+, K+ -ATPasedan peningkatan
arus masuk ionkalsium keintra sel. Efektidak langsung yaitu pengaruh digoksin
terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas jantung terhadap neurotransmiter.
Mekanisme Aksi
Gagal jantung kongestif: menghambat pompa Na/K ATP0-ase yang bekerja dengan
meningkatkan pertukaran natrium-kalsium intraselular sehingga meningkatkan kadar
kalsium intraseluler dan meningkatkan kontraktilitas. Aritmia supraentrikular : Secara
langsung menekan konduksi AV node sehingga meningkatkan periode refractory efektif
dan menurunkan konduksi kecepatn - efek inotropik positif, meningkatkan vagal tone,
dan menurunkan dan menurunkan kecepatan ventrikular dan aritmia atrial. Atrial
fibrilasi dapat menurunkan sensitifitas dan meningkatkan toleransi pada serum
konsentrasi digoksin yang lebih tinggi.
Monitoring Penggunaan Obat
Kapan mengukur konsentrasi serum digoksin : konsentrasi serum digoksin harus
dimonitor karena digoksin mempunyai rentang terapi yang sempit ; endpoint therapy
sukar ditentukan dan toksisitas digoksin dapat mengancam jiwa. Kadar serum digoksin
harus diukur sedikitnya 4 jam setelah pemberian dosis intravena dan sedikitnya 6 jam
setelah pemberian dosis oral (optimal 12 24 jam setelah pemberian). Terapi awal
(inisiasi): Jika loading dose diberikan: konsentrasi serum digoksin diukur dalam 12
24 jam sesudah pemberian loading dose awal. Kadar yang terukur menunjukkan
hubungan kadar plasma digoksin dan respon. Jika loading dose tidak diberikan :
konsentrasi serum digoksin ditentukan setelah 3 5 hari terapi. Terapi pemeliharaan
(maintenance ):Konsentrasi harus diukur minimal 4 jam setelah dosis IV dan paling
sedikit 6 jam setelah dosis oral.Konsentrasi serum digoxin harus diukur dalam 5-7
hari(rata-rata waktu steady state) setelah mengalami perubahan dosis. Pemeriksaan
dilanjutkan 7 14 hari setelah perubahan ke dalam dosis pemeliharaan (maintenance)
Catatan : pada pasien dengan end-stage renal disease (gagal ginjal terminal) diperlukan
waktu 15 20 hari untuk mencapai steady state. Sebagai tambahan pasien yang
menerima obat-obat yang dapat menurunkan kalium seperti diuretik, harus dimonitor
kadar kalium, magnesium dan kalsium. Konsentrasi serum digoksin harus diukur jika
terdapat kondisi berikut : Apabila meragukan kepatuhan pasien atau mengevaluasi
timbulnya respon klinik yang jelek pada pengobatan awal.
E. INTERAKSI OBAT
Kuinidin, verapamil, amiodarondan propafenon dapat meningkatkan kadar digitalis.
Diuretik, kortikosteroid, dapat menimbulkan hipokalemia, sehingga mudah terjadi
intoksikasi digitalis. Antibiotik tertentu menginaktivasi digoksin melalui metabolisme
bakterial di usus bagian bawah. Propantelin, difenoksilat, meningkatkan absorpsi
digoksin. Antasida, kaolin-peptin, sulfasalazin, neomisina, kolestiramin, beberapa obat
kanker, menghambat absorpsi digoksin. Simpatomimetik, meningkatkan resiko aritmia.
Beta - bloker, kalsium antagonis, berefek aditif dalam penghambatan konduksiAV.
Interaksi dengan obat-obat berikut dilaporkan menunjukkan signifikansi klinik
aminoglutetimid, asam aminosalisilat, antasida yang mengandung alumunium,
sukralfat, sulfasalazin, neomycin, ticlopidin.
- Dengan Obat Lain :
Efek Cytochrome P450: substrat CYP3A4 (minor):Meningkatkan efek/toksisitas :
senyawa beta-blocking (propanolol), verapamil dan diltiazem mempunyai efek aditif
pada denyut jantung. Karvedilol mempunyai efek tambahan pada denyut jantung dan
menghambat metabolisme digoksin. Kadar digoksin ditingkatkan oleh amiodaron
(dosis digoksin diturunkan 50 %), bepridil, siklosporin, diltiazem, indometasin,
itrakonazol, beberapa makrolida (eritromisin, klaritromisin), metimazol, nitrendipin,
propafenon, propiltiourasil, kuinidin dosis digoksin diturunkan 33 % hingga 50 % pada
pengobatan awal), tetrasiklin dan verapamil. Moricizine dapat meningkatkan toksisitas
digoksin . Spironolakton dapat mempengaruhi pemeriksaan digoksin, namun juga dapat
meningkatkan kadar digoksin secara langsung. Pemberian suksinilkolin pada pasien
bersamaan dengan digoksindihubungkan dengan peningkatan risiko aritmia. Jarang
terjadi kasus toksisitas akut digoksin yang berhubungan dengan pemberian kalsium
secara parenteral (bolus). Obat-obat berikut dihubungkan dengan peningkatan kadar
darah digoksin yang menunjukkan signifikansi klinik : famciclovir, flecainid,
toksisitas Monitoring dengan ketat ( terutama pasien yang menerima diuretik atau
amphotericin) terhadap penurunan kadar kalium dan magnesium dan peningkatan
kalsium , hal-hal tersebut merupakan pemicu toksisitas digoksin. Ukur fungsi ginjal.
Perhatikan interaksi obat. Obervasi pasien terhadap tanda-tanda toksisitas nonkardiak,
kebingungan dan depresi.
FARMAKOKIETIK WARFARIN
Warfarin adalah anti koagulan oral yang mempengaruhi sintesa vitamin K-yang
berperan dalam pembekuan darah- sehingga terjadi deplesi faktor II, VII, IX dan X. Ia
bekerja di hati dengan menghambat karboksilasi vitamin K dari protein prekursomya.
Karena waktu paruh dari masing-masing faktor pembekuan darah tersebut, maka hila
terjadi deplesi faktor Vll waktu protrombin sudah memanjang. Tetapi efek anti
trombotik baru mencapai puncak setelah terjadi deplesi keempat faktor tersebut. Jadi
efek anti koagulan dari warfarin membutuhkan waktu beberapa hari karena efeknya
terhadap faktor pembekuan darah yang baru dibentuk bukan terhadap faktor yang sudah
ada disirkulasi.
Warfarin tidak mempunyai efek langsung terhadap trombus yang sudah terbentuk,
tetapi dapat mencegah perluasan trombus. Warfarin telah terbukti efektif untuk
pencegahan stroke kardioembolik. Karena meningkatnya resiko pendarahan, penderita
yang diberi warfarin harus dimonitor waktu protrombinnya secara berkala.
Farmakokinetik :
Mula kerja biasanya sudah terdeteksi di plasma dalam 1 jam setelah
pemberian.
o
ANTIBIOTIK
antibiotik merupakan zat anti bakteri yang diproduksi oleh berbagai spesies
mikroorganisme
(bakteri,
jamur,
danactinomycota)
yang
dapat
menekan
yang
bekerja
langsung
pada
membran
sel
mikroorganisme,
misalnya,
kloramfenikol,
tetrasiklin,eritromisin,
klindamisin,
Penisilin diklasifikasikan sebagai obat -laktam karena cincin laktam mereka yang
unik. Mereka memiliki ciri-ciri kimiawi, mekanisme kerja, farmakologi, efek klinis,
dan karakteristik imunologi yang mirip dengan sefalosporin, monobactam,
carbapenem, dan -laktamase inhibitor, yang juga merupakan senyawa -laktam.
Penisilin dapat terbagi menjadi beberapa golongan :
-Penisilin natural (misalnya, penisilin G)
Golongan ini sangat poten terhadap organisme gram-positif, coccus gram negatif,
dan bakteri anaerob penghasil non--laktamase. Namun, mereka memiliki potensi
yang rendah terhadap batang gram negatif.
-Penisilin antistafilokokal (misalnya, nafcillin)
Penisilin jenis ini resisten terhadap stafilokokal -laktamase. golongan ini aktif
terhadap stafilokokus dan streptokokus tetapi tidak aktif terhadap enterokokus,
bakteri anaerob, dan kokus gram negatif dan batang gram negatif.
-Penisilin
dengan
spektrum
yang
diperluas
(Ampisilin
dan
Penisilin
generasi
ketiga
adalah
sefeperazone,
sefotaxime,
6. Golongan Aminoglikosida
Yang termasuk golongan aminoglikosida, antara lain: streptomisin, neomisin,
kanamisin,
tobramisin,
sisomisin,
netilmisin,
dan
lain
lain.
Golongan
gram negatif enterik, terutama pada bakteremia dan sepsis, dalam kombinasi
dengan vankomisin atau penisilin untuk mengobati endokarditis, dan pengobatan
tuberkulosis (Katzung, 2007).
7. Golongan Sulfonamida dan Trimetoprim
Sulfonamida dan trimetoprim merupakan obat yang mekanisme kerjanya
menghambat sintesis asam folat bakteri yang akhirnya berujung kepada tidak
terbentuknya basa purin dan DNA pada bakteri. Kombinasi dari trimetoprim dan
sulfametoxazole merupakan pengobatan yang sangat efektif terhadap pneumonia
akibat P.jiroveci, sigellosis, infeksi salmonela sistemik, infeksi saluran kemih,
prostatitis, dan beberapa infeksi mikobakterium non tuberkulosis (Katzung, 2007).
8. Golongan Fluorokuinolon
Golongan fluorokuinolon termasuk di dalamnya asam nalidixat, siprofloxasin,
norfloxasin, ofloxasin, levofloxasin, dan lainlain. Golongan fluorokuinolon aktif
terhadap bakteri gram negatif. Golongan fluorokuinolon efektif mengobati infeksi
saluran kemih yang disebabkan oleh pseudomonas. Golongan ini juga aktif
mengobati
diare
yang
disebabkan
oleh
shigella,
salmonella,
E.coli,
dan
Source :
http://www.health.harvard.edu/heart-health/warfarin-users-beware-of-antibiotics
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3712345/ Jacques Baillargeon,
Ph.D., Holly M. Holmes, M.D., Yu-li Lin, M.S., Mukaila A. Raji, M.D., M.Sc., Gulshan
Sharma, M.D., M.P.H., and Yong-Fang Kuo, Ph.D.
https://www.pharmgkb.org/pathway/PA145011114#tabview=tab0&subtab=
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39872/4/Chapter%20II.pdf