Anda di halaman 1dari 3

PPP Undang Partai Berbasis Agama se-Dunia ke Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengundang para pemimpin partai
berbasis agama dari berbagai belahan dunia, termasuk Partai Islam se-Malaysia (PAS) untuk menghadiri kongres
partai berbasis agama sedunia pada Januari 2016 sekaligus memperingati hari lahir ke-43 PPP.
"Saya akan bertemu Presiden PAS untuk berbagi sesama partai berbasis Islam dan saling berbagi pengalaman,
sekaligus mengundang pada bulan Januari 2016 dalam rangka seminar partai berbasis agama sedunia," kata
Ketua Umum PPP hasil Muktamar Surabaya Romahurmuziy, di Kuala Lumpur, Rabu (29/7).
Partai yang diundang dalam kongres tersebut bukan hanya yang berbasis Islam, namun dari berbagai agama
seperti Bharatiya Janata dari India yang berbasis Hindu dan Partai Demokrat di Jerman, katanya.
"Kami akan mengundang sebanyak-banyaknya. Diharapkan partai dari 24 negara hadir untuk menyampaikan
masalah, pandangan dan pengalaman. Berbagi pelajaran relevansi partai berbasis agama terhadap kontribusi
perdamaian dalam ranah ketatanegaraan politik modern," katanya.
Ia menambahkan bahwa dunia saat ini menyaksikan berbagai konflik yang berlangsung atas nama agama.
"Kita perlu menggali bahwa kanalisasi terhadap penggunaan idiom-idiom agama dalam kasus-kasus sektarian
harus dilakukan melalui format politik," lanjut dia.
Oleh karena itu, katanya, keberadaan partai berbasis agama di seluruh dunia harus diperkuat sesuai dengan
kearifan lokal masing-masing.
Selama kunjungannya ke Malaysia, Romahurmuziy akan melakukan konsolidasi pembinaan cabang partai di
Malaysia.
Selain itu ia juga akan melakukan orasi ilmiah di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) dan menjadi pembicara
seminar aksesi statuta Roma terkait Indonesia, di hadapan anggota perlemen seluruh dunia yang digelar di
Malaysia.

Pendikotomian Pendidikan Umum dengan Pendidikan


Agama Dinilai tidak Sesuai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Prodi Program Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibnu Khaldun (UIKA)
Bogor Dr Adian Husaini, mengharapakan lembaga pendidikan keagamaan diakomodasi oleh institusi pemerintahan
yang bertugas dalam hal pendidikan.
"Tidak adanya pendikotomian pendidikan agama dengan pendidikan umum adalah sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional," ujar Adian kepada Republika saat dihubungi Rabu (11/3).
Adian mencontohkan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti yang tidak mengatur
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) atau Universitas Islam Negeri (UIN). IAIN dan UIN hanya diatur oleh
kementerian agama.
Adian melanjutkan hal tersebut juga terjadi dengan sekolah-sekolah keagamaan, misalnya Sekolah Tinggi Teologi
Kristen dan Hindu, juga hanya diatur oleh kementerian agama.
"Memang saat ini masih dalam proses integrasi, sebagai contoh integrasi, Universitas Indosesia (UI) sekarang ada
jurusan ekonomi syariah, padahal dulu tidak boleh, bahkan sekarang ada psikologi Islam," ujar Adian.
Meskipun demikian dia mengatakan integrasi antara pendidikan agama dengan pendidikan umum hendaknya
berjalan tidak dipaksakan secara alamiah saja.

Pakar: Pendidikan Umum dan Agama Harus Terintegrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Prodi Program Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibnu Khaldun (UIKA)
Bogor Dr Adian Husaini mengharapkan adanya upaya pengintegrasian antara pendidikan umum dengan
pendidikan agama.
"Jadi antara ilmu agama dan ilmu umum harus terintegrasi," kata Adian saat dihubungi Republika Rabu (11/3).
Bahkan dia juga mengatakan kedepannya berharap sistem pendidikan nasional mengakomodasi pendidikan Islam.
Menurutnya, hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 dari segi
tujuan untuk membentuk manusia yang beriman bertakwa berakhlak mulia, serta cerdas kreatif mandiri. Dari tujuan
tersebut sebetulnya undang-undang sudah menyatukan.
Isi Undang-Undang yang dimaksud pada Bab II Pasal 3 adalah sebagai berikut; Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dia menambahakan bagaimana mau beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa kalau pendidikan
agamanya tidak baik. Yang dimaksud dengan pendidikan agama yang baik menurutnya bukan hanya jam
pelajarnya ditambah, yang lebih penting adalah kualitasnya. Baik kualitas gurunya maupun kualitas sistemnya.

Anda mungkin juga menyukai