A2 Hak Masyarakat Atas Tanah Adat
A2 Hak Masyarakat Atas Tanah Adat
LAPORAN
LOKAKARYA
PENELITIAN OLEH MASYARAKAT SIPIL UNTUK
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
OLEH
KELOMPOK KERJA A
Anggota Tim :
1.
2.
3.
4.
5.
A. PENDAHULUAN
Yang dimaksud dengan masalah sosial dalam penelitian ini adalah:
Permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan akibat tidak adanya
pengaturan yang jelas mengenai jaminan hak masyarakat terhadap tanah adat
di Timor-Leste.
B. LATAR BELAKANG
Konstitusi Republik Democratic Timor-Leste (RDTL) telah menempatkan
perlunya perlindungan kepemilikan tanah. Pasal-pasal yang bersangkutan
adalah:
Pasal 54 (Hak atas Milik Pribadi)
1. Setiap individu negara mempunyai hak milik pribadi, yang dapat dialihkan kepada orang
lain, selama masih hidup atau pada saat meninggal dunia, sesuai dengan undang-undang.
2. Milik pribadi mesti tidak digunakan dengan cara yang merugikan fungsi sosialnya.
3. Penuntutan resmi dan pengambilan alih kepemilikan untuk kepentingan umum hanya dapat
dilakukan setelah ganti rugi yang layak dibayar, sesuai dengan undang-undang.
4. Hanya warga negara nasional yang mempunyai hak milik atas tanah.
Pasal 141 (Tanah)
Kepemilikan, penggunaan dan pembangunan tanah, sebagai salah satu unsur dari penghasilan
ekonomi, akan diatur dengan undang-undang.
Demikian juga pengakuan konstitusi (Pasal 2.4) terhadap eksistensi hukum adat dan adat Timor:
Negara akan mengakui dan menghargai norma dan adat Timor Leste yang tidak bertentangan
dengan UUD dan undang-undang apapun lainnya yang khususnya berkaitan dengan hukum
adat.
Hal tersebut menunjukkan bahwa negara juga mengakui perlindungan terhadap hak-hak
masyarakat atas tanah adat sebagai hal yang sangat mendasar.
Bertitik tolak dari pengakuan konstitusional terhadap hak masyarakat atas tanah adat itulah, yang
melatarbelakangi perlunya pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap hak masyarakat
atas tanah adat.
Tujuan perlunya pengaturan akan hak masyarakat atas tanah adat antara lain:
1. Untuk melegitimasi kepemilikan masyarakat atas tanah adat.
2. Untuk memberikan kepastian kepada Negara mengenai bidang-bidang tanah yang
merupakan tanah masyarakat adat, tanah-tanah milik rakyat dan tanah-tanah yang menjadi
penguasaan Negara.
3. Perlindungan terhadap tanah masyarakat adat merupakan manifestasi perlindungan Hak
Asasi Manusia.
4. Memudahkan program registrasi kepemilikan tanah.
Legitimasi yang dimaksud dalam point 1 yaitu untuk memberikan jaminan kepastian hukum atas
kepemilikan tanah masyarakat adat. Melalui program registrasi nasional maupun distrik, hal itu
akan memberikan kepastian kepemilikan tanah masyarakat adat melalui sertifikat. Kecuali itu,
pemerintah secara yuridis konstitusional wajib memberikan perlindungan terhadap tanah adat.
Sesuai dengan prinsip Negara hukum yaitu asas legalitas, maka Negara diwajibkan dalam
menjalankan wewenang dan fungsi-fungsinya harus berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Atas dasar itu Negara dalam kaitannya dengan penguasaan atas bumi, air dengan segala sumber
daya alam yang ada di Timor Leste harus berdasarkan Undang-Undang. Hal ini dimaksudkan,
agar dalam menjalankan wewenangnya tidak disalahgunakan atau atas dasar tindakan sewenangwenang untuk menguasai maupun mengambil hak masyarakat atas tanah adat.
Perlindungan terhadap hak masyarakat atas tanah adat secara hakiki perlu dilakukan oleh
Negara, karena hal itu merupakan hak sipil yang harus dilindungi. Demikian pula program
registrasi kepemilikan tanah baik yang dilakukan secara nasional maupun distrik bertujuan untuk
memberikan kepastian kepemilikan terhadap:
1. Negara
2. Masyarakat adat
3. Individu
Registrasi nasional maupun distrik selain untuk membantu pemerintah dalam menata pembangunan,
khususnya yang berkaitan dengan pertanahan juga memberikan jaminan kepastian kepemilikan
terhadap masyarakat adat maupun kepemilikan tanah secara individual.
Dengan demikian tujuan nasional dalam bidang penataan pertanahan diharapkan :
a. Mencegah konflik masyarakat atas tanah adat.
b. Mencegah konflik kepemilikan tanah oleh individu dengan masyarakat adat dan Negara.
c. Menciptakan ketertiban dan ketentraman bagi Timor Leste.
Konflik horisontal kemungkinan terus bertambah, manakala perlindungan hukum mengenai
kepemilikan tanah masyarakat adat, tidak tertata dengan baik. Konflik dimaksud, dapat terjadi antara
individu dengan individu maupun individu berhadapan dengan masyarakat pemilik tanah adat.
Bahkan lebih jauh dari itu, kemungkinan dapat memicu konflik vertikal antara masyarakat
berhadapan dengan pemerintah.
Apabila kemungkinan-kemungkinan itu terjadi, dapat dipastikan konflik-konflik tersebut
mengganggu ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
A.
Tidak adanya aturan mengenai registrasi hak masyarakat atas Tanah Adat.
Tanah Adat cenderung diambil dan dikuasai oleh Liurai (sistem feodal).
Tanah Adat diambil dan dikuasai oleh Negara (Jaman Pemerintahan Portugis dan Jaman
Pemerintahan Indonesia).
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi masalah utama adalah Hak
Masyarakat atas Tanah Adat Terabaikan.
D. PENJELASAN METODE
Untuk memahami lebih detail dan spesifik sebagai jawaban atas masalah sosial, maka pada bagian
ini menggunakan pendekatan ROCCIPI.
Fungsi daripada ROCCIPI dalam penelitian ini sebagai alat untuk melakukan klarifikasi dan
pengujian terhadap setiap penyebab masalah sosial dan perumusan solusi.
Uraian mengenai penyebab perilaku bermasalah dan solusinya dapat dipahami melalui kategori
ROCCIPI yang merupakan kepanjangan dari:
R (Rule)
Peraturan
O (Opportunity)
Kesempatan
C (Capacity)
Kemampuan
C (Communication)
Komunikasi
I (Interest)
Kepentingan
P (Process)
I (Ideology)
Proses
Ideologi
HH
Adapun alasan penentuan Pemegang Peranan 1, Pemegang Peranan 2 dan Pemegang Peranan 3
dalam penelitian ini dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
Pemegang Peranan 2 : Menetapkan Dato sebagai pemegang peran dalam penelitian ini
karena Dato adalah sebagai tokoh adat yang berfungsi sebagai pembantu Liurai.
F. 1.
Liurai
Pemegang Peranan 1 : Liurai
Peraturan
Kesempatan
Kemampuan
Menyalahgunakan wewenang
Komunikasi
Seharusnya komunikatif
Kepentingan
Mempertahankan kekuasaan
Proses
Ideologi
Sewenang-wenang
(b) Pemegang Peranan 2:
Dato
Memihak rakyat
Pemegang Peranan 2: Dato
Peraturan
Kesempatan
Kemampuan
Komunikasi
Kepentingan
Mempertahankan kekuasaan
Proses
Tidak demokratis
Ideologi
Status quo
tanah adat
(c) Pemegang Peranan 3: Masyarakat
Pemegang Peranan 3 : Masyarakat
Perilaku Bermasalah: Cenderung menyerahkan tanah adat kepada liurai karena mitos & menjual
Peraturan
Tidak adanya aturan yang memberi jaminan Perlu jaminan perlin- dungan hak
hak masyarakat atas tanah adat
masyarakat atas tanah adat
Kesempatan
Kemampuan
Komunikasi
Kepentingan
Proses
Ideologi
Bersikap pasrah
kekuasaan
Kesempatan
Belum ada peraturan pelaksanaan yang Perlu segera dibuat juklak dan juknis
mengatur secara detail perihal hak mengenai hak masyarakat atas tanah
masyarakat atas tanah adapt
adat
Wewenang tidak dijalankan
Komunikasi
Kepentingan
Proses
Ideologi
Belum proaktif
Kesempatan
Kemampuan
Belum menjalankan fungsi registrasi Perlu segera membentuk unit khusus untuk
tanah adat
registrasi tanah adat
Komunikasi
Kepentingan
10
Proses
Ideologi
Belum proaktif
tatap
muka
dengan
Perlu
proaktif
dalam
merumuskan
kebijakan nasional tentang hak masyarakat
atas tanah adat
11
Belum ada petunjuk pelaksanaan dan Perlu segera membuat juklak dan
petunjuk teknis yang khusus mengenai juknis mengenai pendaftaran hak
pendaftaran hak masya-rakat atas tanah adapt masyarakat atas tanah adat
Kesempatan
Kemampuan
Belum professional
Komunikasi
Kepentingan
Proses
Belum mendengar suara masyarakat tentang Perlu segera tatap muka dengan
tanah adat
masyarakat
Ideologi
Belum proaktif
Perlu meningkatkan
profesionalisme melalui
pendidikan dan pelatihan-pelatihan
juklak
melakukan
12
3. Undang-undang ini dapat menjadi landasan untuk menyelesaikan permasalahan tanah adat,
baik antara individu, kelompok masyarakat, maupun masyarakat dengan Liurai maupun
dengan pemerintah.
4. Undang-undang ini merupakan wujud pengakuan dan pelestarian budaya Timor Leste,
khususnya dibidang kepemilikan tanah adat.
5. Dengan hadirnya Undang-Undang ini, diharapkan dapat dilakukannya reformasi kepemilikan
tanah adat.
H. REKOMENDASI
Rekomendasi yang dapat disampaikan dalam kaitan dengan hak masyarakat atas tanah adat terdiri
dari dua bagian, yaitu:
Perlu
secepatnya
merumuskan
kebijakan
nasional
tentang
kepemilikan
13
I. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik antara lain:
1. Negara dalam hal ini pemerintahan RDTL perlu memberi perhatian yang serius terhadap
hak-hak masyarakat atas tanah adat, untuk menciptkan ketertiban dan keamanan nasional.
2. Pemerintah RDTL (Departemen Kehakiman, Land and Property National dan Land and
Property District) secepatnya merumuskan kebijakan-kebijakan nasional, mengenai hak
masyarakat atas tanah adat dan registrasi kepemilikan tanah adat.
3. Struktur kepemimpinan informal Liurai dan Dato yang selama ini berkarakter feodalis, tetapi
dihormati rakyat perlu segera direformasi.
4. Masyarakat adat perlu mendaftarkan bidang-bidang tanah yang dimilikinya.
14
sosial
dari
pandangan
masyarakat
madani,
mendayagunakan
dengan
menyumbangkan
pengetahuan
dan
15
16