Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSIDADE DE SO FRANCISCO

PROGRAMA DE FEITURA DE LEIS


MDULO DA SOCIEDADE CIVIL

Jesuit Education since


1855

LAPORAN
LOKAKARYA
PENELITIAN OLEH MASYARAKAT SIPIL UNTUK
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

ANALISA DAN REKOMENDASI


HAK MASYARAKAT ATAS TANAH ADAT

OLEH
KELOMPOK KERJA A
Anggota Tim :
1.

Manuel Exposto Fernandes [Perkumpulan Hak]

2.

Maria da G. de Vasconcelos [Lembaga Bantuan Hukum


Liberta]

3.

Rosa M. do R. de Sousa [National University of TimorLeste]

4.

Helder M.S.M. Sarmento [Judicial System Monitoring


Program]

5.

Carlito Candido Vicente [Halibur Timor Oan ba Progresso]

Diselenggarakan oleh University of San Francisco School of Law

Dili, 8 16 Oktober 2003

A Universidade de So Francisco um parceiro do Programa de Acesso a Justia em Timor-Leste da Fundao da sia


Rua Jacinto Cndido, Audian, Dili, Timor-Leste. Tel.: 670 390 331 7138 Facsmile: 670 390 324 245

HAK MASYARAKAT ATAS TANAH ADAT

A. PENDAHULUAN
Yang dimaksud dengan masalah sosial dalam penelitian ini adalah:
Permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan akibat tidak adanya
pengaturan yang jelas mengenai jaminan hak masyarakat terhadap tanah adat
di Timor-Leste.
B. LATAR BELAKANG
Konstitusi Republik Democratic Timor-Leste (RDTL) telah menempatkan
perlunya perlindungan kepemilikan tanah. Pasal-pasal yang bersangkutan
adalah:
Pasal 54 (Hak atas Milik Pribadi)
1. Setiap individu negara mempunyai hak milik pribadi, yang dapat dialihkan kepada orang
lain, selama masih hidup atau pada saat meninggal dunia, sesuai dengan undang-undang.
2. Milik pribadi mesti tidak digunakan dengan cara yang merugikan fungsi sosialnya.
3. Penuntutan resmi dan pengambilan alih kepemilikan untuk kepentingan umum hanya dapat
dilakukan setelah ganti rugi yang layak dibayar, sesuai dengan undang-undang.
4. Hanya warga negara nasional yang mempunyai hak milik atas tanah.
Pasal 141 (Tanah)
Kepemilikan, penggunaan dan pembangunan tanah, sebagai salah satu unsur dari penghasilan
ekonomi, akan diatur dengan undang-undang.
Demikian juga pengakuan konstitusi (Pasal 2.4) terhadap eksistensi hukum adat dan adat Timor:
Negara akan mengakui dan menghargai norma dan adat Timor Leste yang tidak bertentangan
dengan UUD dan undang-undang apapun lainnya yang khususnya berkaitan dengan hukum
adat.
Hal tersebut menunjukkan bahwa negara juga mengakui perlindungan terhadap hak-hak
masyarakat atas tanah adat sebagai hal yang sangat mendasar.

Bertitik tolak dari pengakuan konstitusional terhadap hak masyarakat atas tanah adat itulah, yang
melatarbelakangi perlunya pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap hak masyarakat
atas tanah adat.
Tujuan perlunya pengaturan akan hak masyarakat atas tanah adat antara lain:
1. Untuk melegitimasi kepemilikan masyarakat atas tanah adat.
2. Untuk memberikan kepastian kepada Negara mengenai bidang-bidang tanah yang
merupakan tanah masyarakat adat, tanah-tanah milik rakyat dan tanah-tanah yang menjadi
penguasaan Negara.
3. Perlindungan terhadap tanah masyarakat adat merupakan manifestasi perlindungan Hak
Asasi Manusia.
4. Memudahkan program registrasi kepemilikan tanah.
Legitimasi yang dimaksud dalam point 1 yaitu untuk memberikan jaminan kepastian hukum atas
kepemilikan tanah masyarakat adat. Melalui program registrasi nasional maupun distrik, hal itu
akan memberikan kepastian kepemilikan tanah masyarakat adat melalui sertifikat. Kecuali itu,
pemerintah secara yuridis konstitusional wajib memberikan perlindungan terhadap tanah adat.
Sesuai dengan prinsip Negara hukum yaitu asas legalitas, maka Negara diwajibkan dalam
menjalankan wewenang dan fungsi-fungsinya harus berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Atas dasar itu Negara dalam kaitannya dengan penguasaan atas bumi, air dengan segala sumber
daya alam yang ada di Timor Leste harus berdasarkan Undang-Undang. Hal ini dimaksudkan,
agar dalam menjalankan wewenangnya tidak disalahgunakan atau atas dasar tindakan sewenangwenang untuk menguasai maupun mengambil hak masyarakat atas tanah adat.
Perlindungan terhadap hak masyarakat atas tanah adat secara hakiki perlu dilakukan oleh
Negara, karena hal itu merupakan hak sipil yang harus dilindungi. Demikian pula program
registrasi kepemilikan tanah baik yang dilakukan secara nasional maupun distrik bertujuan untuk
memberikan kepastian kepemilikan terhadap:
1. Negara
2. Masyarakat adat
3. Individu

Registrasi nasional maupun distrik selain untuk membantu pemerintah dalam menata pembangunan,
khususnya yang berkaitan dengan pertanahan juga memberikan jaminan kepastian kepemilikan
terhadap masyarakat adat maupun kepemilikan tanah secara individual.
Dengan demikian tujuan nasional dalam bidang penataan pertanahan diharapkan :
a. Mencegah konflik masyarakat atas tanah adat.
b. Mencegah konflik kepemilikan tanah oleh individu dengan masyarakat adat dan Negara.
c. Menciptakan ketertiban dan ketentraman bagi Timor Leste.
Konflik horisontal kemungkinan terus bertambah, manakala perlindungan hukum mengenai
kepemilikan tanah masyarakat adat, tidak tertata dengan baik. Konflik dimaksud, dapat terjadi antara
individu dengan individu maupun individu berhadapan dengan masyarakat pemilik tanah adat.
Bahkan lebih jauh dari itu, kemungkinan dapat memicu konflik vertikal antara masyarakat
berhadapan dengan pemerintah.
Apabila kemungkinan-kemungkinan itu terjadi, dapat dipastikan konflik-konflik tersebut
mengganggu ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
A.

IDENTIFIKASI MASALAH SOSIAL :

Tidak adanya aturan mengenai registrasi hak masyarakat atas Tanah Adat.

Tanah Adat cenderung diambil dan dikuasai oleh Liurai (sistem feodal).

Ada kecenderungan tanah adat dijual karena faktor ekonomi.

Tanah Adat diambil dan dikuasai oleh Negara (Jaman Pemerintahan Portugis dan Jaman
Pemerintahan Indonesia).

Tanah Adat cenderung dihibahkan kepada orang asing.

Perampasan dan perebutan Tanah Adat antar Masyarakat Adat.

Perlindungan terhadap Tanah Adat cenderung lemah.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi masalah utama adalah Hak
Masyarakat atas Tanah Adat Terabaikan.

D. PENJELASAN METODE
Untuk memahami lebih detail dan spesifik sebagai jawaban atas masalah sosial, maka pada bagian
ini menggunakan pendekatan ROCCIPI.
Fungsi daripada ROCCIPI dalam penelitian ini sebagai alat untuk melakukan klarifikasi dan
pengujian terhadap setiap penyebab masalah sosial dan perumusan solusi.
Uraian mengenai penyebab perilaku bermasalah dan solusinya dapat dipahami melalui kategori
ROCCIPI yang merupakan kepanjangan dari:
R (Rule)

Peraturan

O (Opportunity)

Kesempatan

C (Capacity)

Kemampuan

C (Communication)

Komunikasi

I (Interest)

Kepentingan

P (Process)
I (Ideology)

Proses
Ideologi

E. KATEGORI LEMBAGA PELAKSANA DAN PEMEGANG PERANAN.


1. Dalam bagian ini yang ditetapkan sebagai Lembaga Pelaksana adalah:
a) Departemen Kehakiman sebagai Lembaga Pelaksana
b) Land and Property National sebagai Lembaga Pelaksana 2
c) Land and Property District sebagai Lembaga Pelaksana 3.
H

HH
Adapun alasan penentuan Pemegang Peranan 1, Pemegang Peranan 2 dan Pemegang Peranan 3
dalam penelitian ini dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

Pemegang Peranan 1 : Secara tuturun temurun sebelum pendudukan Portugues dan


Indonesia, dikenal sebagai tokoh yang memiliki otoritas memimpin rakyat.

Pemegang Peranan 2 : Menetapkan Dato sebagai pemegang peran dalam penelitian ini
karena Dato adalah sebagai tokoh adat yang berfungsi sebagai pembantu Liurai.

Pemegang Peranan 3 : Dalam penelitian ini menetapkan masyarakat sebagai Pemegang


Peranan 3, oleh karena masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyrakat
adat, merupakan masyarakat yang memiliki hak atas tanah adat.

F. 1.

ANALISIS ROCCIPI TERHADAP PEMEGANG PERANAN

Masalah Utama: Hak masyarakat atas tanah adat terabaikan


(a) Pemegang Peranan 1:

Liurai
Pemegang Peranan 1 : Liurai

Perilaku Bermasalah: Cenderung mempertahankan feodalisme sehingga menguasai & mengalihkan

tanah adat kepada siapa pun yang dikehendaki


Kategori
ROCCIPI

Hipotesis/Penyebab atau Penjelasan


Perilaku Bermasalah

Solusi yang bisa diusulkan

Peraturan

Tidak ada aturan pelaksanaan yang Perlu dibuatkan peraturan pelaksanaan


memberi jaminan hak masyarakat atas mengenai hak masyarakat atas tanah
tanah adat
adat

Kesempatan

Rakyat terlalu mengkultuskan Liurai

Kultus individu terhadap


Liurai perlu dihilangkan

Kemampuan

Menyalahgunakan wewenang

Mengatur dan membatasi


wewenang

Komunikasi

Hanya satu arah (top down)

Seharusnya komunikatif

Kepentingan

Mempertahankan kekuasaan

Demokratisasi perlu ditumbuhkan


dalam kepemilikan tanah adat

Proses

Tidak demokratis (tidak mendengar suara Seharusnya Demokratis


rakyat)

Ideologi
Sewenang-wenang
(b) Pemegang Peranan 2:
Dato

Memihak rakyat
Pemegang Peranan 2: Dato

Perilaku Bermasalah: Cenderung mempertahankan feodalisme sehingga menguasai dan

mengalihkan tanah adat kepada siapapun yang dikehendaki


Kategori
ROCCIPI

Hipotesis/Penyebab atau Penjelasan


Perilaku Bermasalah

Solusi yang bisa diusulkan

Peraturan

Tidak ada aturan yang memberi jaminan


hak masyarakat atas tanah adat

Kesempatan

Dato mendukung struktur


Kekuasaan Liurai

Kemampuan

Bagian dari kekuasaan

Komunikasi

Cenderung mengikuti perintah


Liurai

Kepentingan

Mempertahankan kekuasaan

Proses

Tidak demokratis

Membongkar struktur kekuasaan


Liurai
Seharusnya mendengar suara rakyat

Ideologi

Status quo

Perlunya jaminan hak rakyat atas

Perlu jaminan hak atas


tanah adat
-

Menciptakan demokratisasi agar


terjamin hak rakyat atas tanah adat
Mereformasi struktur kekuasaan liurai

tanah adat
(c) Pemegang Peranan 3: Masyarakat
Pemegang Peranan 3 : Masyarakat
Perilaku Bermasalah: Cenderung menyerahkan tanah adat kepada liurai karena mitos & menjual

tanah karena factor ekonomi


Kategori
ROCCIPI

Hipotesis/Penyebab atau Penjelasan Perilaku


Bermasalah

Solusi yang bisa diusulkan

Peraturan

Tidak adanya aturan yang memberi jaminan Perlu jaminan perlin- dungan hak
hak masyarakat atas tanah adat
masyarakat atas tanah adat

Kesempatan

Tidak memperoleh perlindungan hak

Kemampuan

Tidak berdaya akibat


cenderung absolute

Komunikasi

Buntu karena top down

Kepentingan
Proses

Mencari perlindungan liurai dan memenuhi


keperluan hidup
Suara rakyat tidak didengar
Perlu tercipta demokratisasi

Ideologi

Bersikap pasrah

kekuasaan

Perlu perlindungan hak


yang Perlu memberdayakan hak-hak
masyarakat atas tanah adat
Perlu tercipta komunikasi harmonis

Perlu jaminan atas hak masyarakat


adat.

F.2. ANALISIS ROCCIPI TERHADAP LEMBAGA PELAKSANA


(a) Lembaga Pelaksana 1 : Departemen Kehakiman
Lembaga Pelaksana 1: Departemen Kehakiman
Perilaku Bermasalah: Belum merumuskan kebijakan nasional sesuai wewenangnya dalam

perlindungan hak masyarakat atas tanah adat


Kategori
ROCCIPI
Peraturan

Kesempatan

Hipotesis/Penyebab atau Penjelasan

Solusi yang bisa diusulkan

Belum ada peraturan pelaksanaan yang Perlu segera dibuat juklak dan juknis
mengatur secara detail perihal hak mengenai hak masyarakat atas tanah
masyarakat atas tanah adapt
adat
Wewenang tidak dijalankan

Perlu segera menjalankan wewenang


dlm merumuskan kebijakan nasional
ttg hak masyarakat atas tanah adat
Kemampuan Belum menggunakan wewenang untuk Perlu segera menjalankan wewenang
merumuskan kebijakan khusus mengenai dalam merumuskan kebijakan hak
hak masyarakat atas tanah adapt
masyarakat atas tanah adat
9

Komunikasi

Belum ada kerjasama dengan Departemen


terkait

Kepentingan

Masih memusatkan perhatian


persoalan global bidang pertanahan

Proses

Ideologi

Belum proaktif

Perlu pro aktif dalam merumuskan


kebijakan nasional. ttg hak masy. atas
tanah adapt

Koordinasi antar departemen segera


diwujudkan

pada Perlu memfokuskan perhatian pada


perlindungan
masyarakat
adat
terhadap tanah adapt

(b) Lembaga Pelaksana 2 : Land & Property Nasional


Lembaga Pelaksana2: Land & Property Nasional
Perilaku Bermasalah: Belum melakukan registrasi mengenai hak masyarakat atas tanah adat
Kategori
ROCCIPI
Peraturan

Hipotesis/Penyebab atau Penjelasan

Solusi yang bisa diusulkan

Belum ada peraturan pelaksanaan Perlu segera dibuat peraturan pelaksanaan


secara setail perihal hak masyarakat mengenai hak masyarakat atas tanah adat
atas tanah adat

Kesempatan

Belum menjalankan wewenang secara Perlu segera menjalankan wewenang dalam


optimal
merumuskan kebijakan nasional tentang
hak masyarakat atas tanah adat

Kemampuan

Belum menjalankan fungsi registrasi Perlu segera membentuk unit khusus untuk
tanah adat
registrasi tanah adat

Komunikasi

Belum ada kerjasama


Departemen terkait

Kepentingan

Masih memusatkan perhatian pada Perlu memfokuskan perhatian


persoalan-persoalan global bidang perlindungan masyarakat adat.
pertanahan.

dengan Koordinasi antara departemen terkait


segera diwujudkan
kepada

10

Proses

Belum mendengar suara masyarakat Perlu segera


tentang tanah adat.
masyarakat.

Ideologi

Belum proaktif

tatap

muka

dengan

Perlu
proaktif
dalam
merumuskan
kebijakan nasional tentang hak masyarakat
atas tanah adat

11

(c)Lembaga Pelaksana 3 : Land & Property District


Lembaga Pelaksana 3 : Land & Property District
Perilaku Bermasalah: Belum menjalankan fungsi dan tugas pendaftaran atas tanah adat
Kategori
ROCCIPI
Peraturan

Hipotesis/Penyebab atau Penjelasan

Solusi yang bisa diusulkan

Belum ada petunjuk pelaksanaan dan Perlu segera membuat juklak dan
petunjuk teknis yang khusus mengenai juknis mengenai pendaftaran hak
pendaftaran hak masya-rakat atas tanah adapt masyarakat atas tanah adat

Kesempatan

Belum menjalankan fungsi dan tugas

Kemampuan

Belum professional

Komunikasi

Belum ada petunjuk secara khusus mengenai Perlu segera dibentuk


masalah hak masyarakat atas tanah adapt
tentang tanah adat

Kepentingan

Masih memusatkan perhatian pada persoalan Perlu memberi perhatian terhadap


global pertanahan dan karena belum ada masalah tanah adat
peraturan khusus.

Proses

Belum mendengar suara masyarakat tentang Perlu segera tatap muka dengan
tanah adat
masyarakat

Ideologi

Belum proaktif

Perlu meningkatkan
profesionalisme melalui
pendidikan dan pelatihan-pelatihan

Perlu aktif dalam


registrasi tanah adat

juklak

melakukan

G. ANALISIS DAMPAK SOSIAL


Kedepan, apabila suatu undang-undang dapat menjamin hak-hak masyarakat atas tanah adat (yang
merupakan warisan leluhur), maka hal itu akan menimbulkan beberapa dampak sosial yang
menguntungkan :
1. Bidang-bidang tanah adat yang dikuasai secara tidak wajar di masa lalu, baik oleh Liurai
maupun pemerintah Portugues dan pemerintah Indonesia, memberi peluang kepada
masyarakat untuk memperoleh kembali hak-haknya atas tanah adat tersebut.
2. Undang-Undang tersebut akan menciptakan kepastian hukum bagi masyarakat adat, atas
tanah adat.

12

3. Undang-undang ini dapat menjadi landasan untuk menyelesaikan permasalahan tanah adat,
baik antara individu, kelompok masyarakat, maupun masyarakat dengan Liurai maupun
dengan pemerintah.
4. Undang-undang ini merupakan wujud pengakuan dan pelestarian budaya Timor Leste,
khususnya dibidang kepemilikan tanah adat.
5. Dengan hadirnya Undang-Undang ini, diharapkan dapat dilakukannya reformasi kepemilikan
tanah adat.
H. REKOMENDASI
Rekomendasi yang dapat disampaikan dalam kaitan dengan hak masyarakat atas tanah adat terdiri
dari dua bagian, yaitu:

Rekomendasi untuk Lembaga Pelaksana; dan


Rekomendasi untuk Pemegang Peranan.

1. Rekomendasi untuk Lembaga Pelaksana 1, 2 dan 3


a. Lembaga Pelaksana 1: Departemen Kehakiman

Secepatnya merumuskan kebijakan nasional tentang hak masyarakat atas tanah


adat

Perlu segera mengeluarkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang


berlaku secara nasional mengenai hak masyarakat atas tanah adat

Perlu peningkatan koordinasi antara departemen kehakiman dengan Land and


Property nasional dan distrik dalam menanggani hak masyarakat atas tanah adat

b. Lembaga Pelaksana 2: Land & Property Nasional

Perlu

secepatnya

merumuskan

kebijakan

nasional

tentang

kepemilikan

masyarakat atas tanah adat.

Dipandang perlu membentuk unit khusus yang berwenang dan berfungsi


menjalankan registrasi tanah adat.

c. Lembaga Pelaksana 3: Land & Property Distrik

Perlu secepatnya melaksanakan pendaftaran hak masyarakat atas tanah adat

13

Meningkatkan profesionalisme petugas dalam meregistrasi tanah melalui


pendidikan dan latihan.

2. Rekomendasi Pemegang Peranan 1, 2 & 3


a. Pemegang Peranan 1: Liurai

Perlu aturan yang membatasi kekuasaan liurai melalui hukum adat

Menciptakan komunikasi antara raja dengan rakyat secara demokratis

b. Pemegang Peranan 2: Dato

Perlu secepatnya reformasi struktur kekuasaan liurai dan dato

c. Pemegang Peranan 3: Masyarakat

Perlu Jaminan perlindungan hak masyarakat atas tanah adat

Memberdayakan masyarakat atas tanah adat

I. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik antara lain:
1. Negara dalam hal ini pemerintahan RDTL perlu memberi perhatian yang serius terhadap
hak-hak masyarakat atas tanah adat, untuk menciptkan ketertiban dan keamanan nasional.
2. Pemerintah RDTL (Departemen Kehakiman, Land and Property National dan Land and
Property District) secepatnya merumuskan kebijakan-kebijakan nasional, mengenai hak
masyarakat atas tanah adat dan registrasi kepemilikan tanah adat.
3. Struktur kepemimpinan informal Liurai dan Dato yang selama ini berkarakter feodalis, tetapi
dihormati rakyat perlu segera direformasi.
4. Masyarakat adat perlu mendaftarkan bidang-bidang tanah yang dimilikinya.

14

---Tamat--Catatan: Laporan ini dihimpun oleh Program Perancangan Undang-Undang di


Timor Leste dari Fakultas Hukum, University of San Francisco, bagian dari
Program Akses Terhadap Keadilan yang diselenggarakan oleh The Asia
Foundation.
Tujuh kelompok kerja yang mana anggotanya terdiri dari Lembaga Swadaya
Masyarakat Timor Leste, yang memiliki keahlian dan pengalaman di masingmasing bidang yang bersangkutan, dibentuk sehubungan dengan Program
Perancangan Undang-Undang oleh USF. Tujuan dari pembentukan kelompok
tersebut adalah menyediakan latar belakang dan data serta menganalisa
masalah

sosial

dari

pandangan

masyarakat

madani,

mendayagunakan

masyarakat madani agar dapat turut serta dalam pengembangan peraturan


perundang-undangan

dengan

menyumbangkan

pengetahuan

dan

ketrampilannya, serta menjalinkan hubungan antara masyarakat madani dan


Parlemen Nasional Timor-Leste.
Laporan-laporan ini dimaksudkan sebagai bahan bagi Komisi-Komisi Parlemen
Nasional Timor-Leste, yang mana laporan-laporan ini akan diajukan kepadanya
sesuai dengan bagian parlemen dalam Program Perancangan Undang-Undang.
Metodologi pemecahan masalah sehubungan dengan perancangan undangundang yang disebut ROCCIPI dikutip dari karya berjudul Legislative Drafting
for Democratic Social Change A Manual for Drafters oleh Seidman, A.,
Seidman, R. and Abeyesekere, N Kluwer Law International, 2001 (Edisi
Bahasa Indonesia berjudul: Penyusunan Rancangan Undang-Undang Dalam
Perubahan Masyarakat Yang Demokratis Sebuah Panduan Untuk Pembuat
Rancangan Undang-Undang ELIPS Seri Dasar Hukum Ekonomi 10 2002).
Program Akses terhadap Keadilan didanai oleh United States Agency for
International Aid (USAID).

15

Pandangan-pandangan yang diucapkan di dalam laporan ini bukan pandangan


Universitas San Francisco, The Asia Foundation atau USAID.

16

Anda mungkin juga menyukai