4.1
Landasan Teori
Bahan baku (raw material), merupakan bahan mentah yang belum diolah
2.
kadang dijual ke
3.
perusahaan lain.
Barang jadi (finished products), yaitu barang yang sudah selesai
4.
59
5.
6.
61
62
63
Keterangan:
EOQ = Jumlah pemesanan ekonomis
D
64
EOI =
EOQ
..............................................................(4.2)
D
Keterangan:
D
4.1.5
65
( x i x i )
N
.......................................................... (4.4)
Keterangan :
x .........................................(4.5)
Keterangan :
SS = persediaan pengaman selama lead time
Z = perhitungan pada tabel tabel Z kurva normal
LT = Lead time
= standar deviasi
66
4.1.6
4.2
Pengumpulan Data
Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis mendapatkan data-data
kepada
67
Departement PIMIT
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Harga (Rp)
3.900
4.400
68
10
11
12
Oktober
13.200
November
12.100
Desember
11.000
Total
76.724
Sumber : Departemen Rendal Produksi (2015)
Tabel 4.3 Data Pemakaian Bahan Kimia Natrium Carbonate Tahun 2014
Pemakaian Bahan Baku
No
Bulan
Na2CO3 (Kg)
1
Januari
5.088
2
Februari
1.696
3
Maret
5.512
4
April
3.287
5
Mei
6
Juni
7
Juli
8
Agustus
9
September
10 Oktober
5.088
11 November
4.664
12 Desember
4.240
Total
29.575
Sumber : Departemen Rendal Produksi (2015)
Yang termasuk
69
Ferrosulfat (FeSO4)
3.900
Natrium Carbonate (Na2CO3)
4.400
Sumber: Departemen Rendal Produksi (2014)
117
132
70
pemesanan bahan baku yang dilakukan pihak PIMIT terhadap supplier setiap
tahun. Kebutuhan bahan baku yang berbeda pada pembuatan produk ini,
menyebabkan jumlah bahan baku yang dipesan juga berbeda. Pada tebel 4.6
berikut ini menampilkan data kuantitas pemesanan yang dilakukan pihak PIMIT
pada tahun 2014.
Tabel 4.6 Data Kuantitas Pemesanan Tahun 2014
Kuantits
No
Jenis bahan kimia
Satuan
Pemesanan
1
Ferrosulfat (FeSO4)
Kg
120.000
2
Natrium Carbonate (Na2CO3)
Kg
41.000
Sumber: PIMIT (2014)
Intensitas
Pemesanan
3 kali
3 kali
Adapun tingkat
4.3Pengolahan Data
Pengolahan data ini merupakan tindak lanjut dari langkah sebelumnya
dengan menggunakan analisis pengendalian persediaan bahan baku menggunakan
metode POQ (Period Order Quantity) melalui tahap-tahap berikut ini:
71
1
13.200
2
4.400
3
14.300
4
8.524
5
0
6
0
7
0
8
0
9
0
10
13.200
11
12.100
12
11.000
76.724
Sumber: Perhitungan Peneliti (2015)
( x i xi )
6.394
6.394
6.394
6.394
6.394
6.394
6.394
6.394
6.394
6.394
6.394
6.394
76.728
6.806
-1.994
7.906
2.130
-6.394
-6.394
-6.394
-6.394
-6.394
6.806
5.706
4.606
-4
( x ix )2
46.326.173
3.976.036
62.504.836
4.536.900
40.883.236
40.883.236
40.883.236
40.883.236
40.883.236
46.321.636
32.558.436
21.215.236
421.855.433
421.855.433
12
= 35.154 .619
= 5.929
x 5.929 x
= 19.505 kg
Jadi jumlah safety stock adalah 19.505 kg selama periode pemesanan
b. Penentuan Kuantitas Tiap Pesanan
Perhitungan kuantitas order dengan menggunakan metode POQ adalah
sebagai berikut.
Ongkos pesan (S)
Ongkos simpan (H)
= Rp 45.000/pesan
= Rp 117/kg
= 76.724 kg
Keb . bersih
= 6.394 kg/bulan
72
2. D . S
H
2 x 76.724 kg xRp 45.000
Rp 117 / kg
59.018.462 kg
= 7.683 kg
Interval pemesanannya adalah:
EOI =
EOQ
D
7.683
= 6.394
= 1,2 2
Berarti untuk satu kali pemesanan dilakukan sebanyak 2 periode
kedepan. Adapun jumlah pesanan yang optimal adalah:
Q=d ( T + L )+ Z T +L - I
= 6.394 (2 + 4) + 1,645(5.929) 0
= 38.364 + 9.754
= 48.118 kg
namun jumlah pemesanan tersebut tidak konstan, artinya jumlah pesanan
akan berbeda pada setiap kali pemesanan dilakukan.
c. Perhitungan Biaya Total Persediaan
Perhitungan total biaya persediaan (Total Inventory Cost) diperoleh dari
jumlah biaya pesanan, biaya penyimpanan, dan biaya pembelian. Adapun
besarnya biaya persediaan Ferrosulfat adalah sebagai berikut:
S
TIC = D Q
H
+ Q 2 +C
73
= 76.724
kg
Rp 45.000
48.118 kg
Rp 117 /kg
+ 48.118 kg
+ Rp 3.900
2
(96.236 kg)
= Rp 76.724 (0,94) + Rp 48.118(58,5) + Rp 375.320.400
= Rp (72.121 + 2.814.903 + 375.320.400)
= Rp 378.207.424,Berikut adalah tabel hasil perhitungan total biaya persediaan ferrosulfat.
Tabel 4.8 Total Biaya Persediaan Ferrosulfat
Total Inventory Cost
Biaya pemesanan
Rp
72.121,Biaya penyimpanan
Rp
2.814.903,Biaya pembelian
Rp 375.320.400,
Rp 378.207.424,Sumber: Perhitungan Peneliti (2015)
Jadi, besarnya biaya yang dikeluarkan untuk sekali pesan bahan baku ferrosulfat
berdasarkan metode POQ adalah Rp 378.207.424,-.
1
5.088
2
1.696
3
5.512
4
3.287
5
0
6
0
7
0
8
0
9
0
10
5.088
11
4.664
12
4.240
29.575
Sumber: Perhitungan Peneliti (2015)
( x i x i )
2.465
2.465
2.465
2.465
2.465
2.465
2.465
2.465
2.465
2.465
2.465
2.465
29.575
74
2.623
-769
3.047
822
-2.465
-2.465
-2.465
-2.465
-2.465
2.623
2.199
1.775
0
( x ix )2
6.882.315
590.720
9.286.748
676.369
6.074.171
6.074.171
6.074.171
6.074.171
6.074.171
6.882.315
4.837.434
3.152.104
62.678.861
62.678 .861
12
= 5223238,41
= 2.286
Perhitungan safety stock :
SS
= Z x x
= 1,645
x 2.286 x
= 7.521 kg
Jadi jumlah safety stock natrium carbonate selama periode pemesanan
adalah 7.521 kg.
b. Penentuan Kuantitas Tiap Pesanan
Perhitungan kuantitas order dengan menggunakan metode POQ adalah
sebagai berikut.
Ongkos pesan (S)
Ongkos simpan (H)
= Rp 20.000
= Rp 132
Total kebutuhan ( D )
= 29.575 kg
n
Keb . bersih
i
= 4 bulan
2 x 29.575 kg x Rp 20.000
Rp 132 kg
= 8.962.122 kg
= 2.994 kg
Interval pemesanannya adalah:
75
EOI =
EOQ
D
2.994
2.465
= 1,2 2
Berarti untuk satu kali pemesanan dilakukan sebanyak 2 periode
kedepan. Adapun jumlah pesanan yang optimal adalah:
Q=d ( T + L )+ Z T +L - I
= 2.465 (2 + 4) + 1,645(2.286) 0
= 14.790 + 3.761
= 18.551 kg
namun jumlah pemesanan tersebut tidak konstan, artinya jumlah pesanan
akan berbeda pada setiap kali pemesanan dilakukan.
c. Perhitungan Total Biaya Persediaan
Perhitungan total biaya persediaan (total inventory cost) diperoleh dari
jumlah biaya pesanan, biaya penyimpanan, dan biaya pembeliaan. Adapun
besarnya biaya persediaan natrium carbonate adalah sebagai berikut:
S
H
TIC = D Q + Q 2 +C
Rp20.000
= 29.575 kg 18.551 kg
+ 18.551
kg
Rp 132/ kg
+ Rp
2
Jadi, besarnya biaya yang dikeluarkan untuk sekali pesan bahan baku
Natrium Carbonate berdasarkan metode POQ adalah Rp 164.505.052,-.
76
TIC
+C
TIC
= 76.724
H
+ Q 2 +C
kg
Rp 45.000
40.000 kg
+ 40.000 kg
Rp 117 /kg
+ Rp 3.900
2
(120.000 kg)
= Rp 76.724 (1,2) + Rp 40.000 (66)+ Rp 468.000.000
= Rp (92.069 + 2.640.000 + 468.000.000)
= Rp 470.732.069,Berikut adalah tabel hasil perhitungan total biaya persediaan ferrosulfat.
Tabel 4.11 Total Biaya Persediaan Ferrosulfat
Total Inventory Cost
Biaya pemesanan
Rp
92.069,Biaya penyimpanan
Rp
2.640.000,Biaya pembelian
Rp 468.000.000,
Rp 470.732.069,Sumber: Perhitungan Peneliti (2015)
77
Jadi, total biaya yang telah dikeluarkan PIMIT untuk persediaan bahan
baku ferrosulfat selama tahun 2014 adalah sebesar Rp 470.732.069,-.
TIC = D Q
+ Q 2 +C
Rp20.000
= 29.575 kg 13.667 kg
13.667
kg
Rp 132/kg
+ Rp
2
Jadi, total biaya yang telah dikeluarkan PIMIT untuk persediaan bahan
baku Natrium Carbonate adalah sebesar Rp 181.346.385,-.
4.4
mendapatkan project order yang kemudian akan menjadi perintah kerja bagi
setiap operator. Mengingat kapasitas yang dimiliki oleh PIMIT sendiri masih
sangat terbatas, maka dalam upaya merealisasikan proyeksi permintaan konsumen
sebanyak 140 Ton pada tahun 2015, perlu dilakukan beberapa manajemen waktu
proses serta jumlah produksi agar dapat mengendalikan jumlah persediaan bahan
baku.
78
4.4.1 Manajemen
Pengendalian
Waktu
Produksi
Untuk
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Batch-2
(waktu)
10.00-10.30
10.30-10.50
10.50-11.50
10.30-11.00
11.00-11.10
11.10-11.50
11.50-13.10
13.10-13.25
14.20-15.20
15-20-15.50
15.50-16.50
16.50-17.50
17.50-18.10
480
07.00-16.00
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, proses produksi adsorben sulfur
removal dari bahan baku hingga menjadi produk semi finishing membutuhkan
waktu selama 510 menit untuk 1 batch. Untuk batch yang kedua yang juga
membutuhkan waktu proses yang sama, memulai produksi pada jam 10.00 WIB.
Sehingga penyelesaian untuk batch yang kedua akan selesai ada jam 18.10 WIB.
Berikut ini merupakan waktu total operasi yang diterapkan dalam
memproduksi adsorben sulfur removal dari awal hingga akhir (dari bahan baku
sampai menjadi produk).
No
1
2
79
30
20
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
60
30
10
40
80
15
60
30
60
60
15
60
120
15
480
Dari data tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk memproduksi adsorben
sulfur removal dari bahan baku hingga menjadi produk
semi fiinishing
0
1
Production
(Kg)
0
?
5
6
7
8
?
?
?
?
Bulan
80
permintaan
9
100,000
10
15,000
95,000
11
100,000
5,000
12
?
Total
140,000
140,000
Sumber : PIMIT (2015)
15,000
= 8 jam
8 jam
1 Minggu
= 6 batch
1 Bulan
= 24 batch
1 Tahun
= 288 batch
1 Ton
= 3 batch
1 Tahun
= 96 Ton
81
Siang (12.05-18.10)
A-2
A-5
A-8
A-1&2
A-5&6
Malam (19.00-04.20)
B-3
B-6
B-9
B-3&4
B-7&8
Hari
SENIN
SELASA
RABU
KAMIS
JUMAT
Keterangan
Variabel (A&B)
Koefisien (1-9)
Proses Permesinan
Proses Finishing
Shift
Batch
Gambar 4.1 Jadwal Kerja Pada Proses Produksi Adsorben Sulfur Removal
Sumber : Peneliti (2015)
Gambar 4.2 Jadwal Kerja Pada Proses Produksi Adsorben Sulfur Removal
Sumber : Peneliti (2015)
82
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa: pertama, untuk proses produksi
pada hari pertama, produk sudah mengalami proses oksidasi selama lebih kurang
setengah hari. Sehingga proses penjemuran selama 3 hari mulai dihitung dari hari
pertama hingga hari ke tiga. Kedua, untuk kerja shift malam, produksi yang
dihasilkan sebanyak 1 batch, dikarenakan kapasitas area penjemuran untuk
kegiatan oksidassi yang terbatas. Ketiga, untuk proses penjemuran pada 1 batch
yang terakhir akan selesai pada pagi sabtu (saat pekerja shift malam akan pulang).
Keempat, proses finishing untuk 1 batch yang terakhir tidak dapat dilakukan
dalam minggu tersebut, melainkan harus dilakukan pada minggu selanjutnya.
Maka di peroleh data sebagai berikut:
1 Minggu
= 8,5 batch
1 Tahun
= 408 batch
1 Bulan
= 34 batch
1 Ton
= 3 batch
akan diperoleh
jumlah produksi diakhir tahun sebanyak 171 Ton. Dengan begitu akan ada
kelebihan produksi sebanyak 31 Ton yang dapat dijadikan stock untuk tahun
selanjutnya. Adapun jika perhitungan produksi di atas berdasarkan asumsi jumlah
minggu dalam 1 tahun (1 Tahun = 52 Minggu), maka akan diperoleh produksi di
akhir tahun 2015 sebanyak 146 Ton. Ditambah dengan adanya stock di awal
tahun, jumlah produksi berdasarkan target yaitu sebanyak 140 Ton akan dapat
dipenuhi. Bahkan akan kelebihan produksi sebanyak 41 Ton yang dapat dijadikan
stock diawal tahun 2016 berikutnya.
83
Tabel 4.16 Proyeksi Kebutuhan Gudang Berdasarkan Rencana Produksi dan Pemasaran Tahun
2015
Dari tabel hasil proyeksi produksi di atas, dapat dilihat bahwa, jumlah
produksi pada tahun 2015 sebanyak 128 Ton dengan jumlah produksi setiap tahun
yang berbeda-berbeda. Dengan perkiraan produksi tersebut maka dapat dihitung
besarnya bahan baku yang dibutuhkan. Berikut data aktual pemakaian bahan
baku yang dibutuuhkan dalam memproduksi produk adsorben sulfur removal.
FeSO4 = 1.100 kg/ batch
1 Ton = 3 batch x 1.100 kg/batch
= 3.300 kg
Na2CO3= 424 kg/ batch
1 Ton = 3 batch x 424 kg/batch
= 1.272 kg
Jadi, untuk memproduksi 1 Ton adsorben sulfur removal dibutuhkan 3.300
kg ferrosulfat dan 1.272 kg natrium carbonate. Maka perhitungan untuk produksi
yang telah ditargetkan setiap bulan di tahun 2015 adalah sebagai berikut.
Bulan ke-1
Bulan ke- 7
FeSO4
11 Ton = 11 x 3.300 kg
= 36.300 kg
Na2CO3
11 Ton = 11 x 1.272 kg
= 13.992 kg
Bulan ke- 8
FeSO4
11 Ton = 11 x 3.300 kg
= 36.300 kg
Na2CO3
11 Ton = 11 x 1.272 kg
= 13.992 kg
Bulan ke- 9
FeSO4
11 Ton = 11 x 3.300 kg
= 36.300 kg
Na2CO3
11 Ton = 11 x 1.272 kg
= 13.992 kg
Bulan ke- 2
FeSO4
11 Ton = 11 x 3.300 kg
= 36.300 kg
Na2CO3
11 Ton = 11 x 1.272 kg
= 13.992 kg
84
Bulan ke- 3
FeSO4
12 Ton = 12 x 3.300 kg
= 39.600 kg
Na2CO3
12 Ton = 12 x 1.272 kg
= 15.264 kg
Bulan ke- 10
FeSO4
11 Ton = 11 x 3.300 kg
= 36.300 kg
Na2CO3
11 Ton = 11 x 1.272 kg
= 13.992 kg
Bulan ke- 11
FeSO4
11 Ton = 11 x 3.300 kg
= 36.300 kg
Na2CO3
11 Ton = 11 x 1.272 kg
= 13.992 kg
Bulan ke- 12
FeSO4
12 Ton = 12 x 3.300 kg
= 39.600 kg
Na2CO3
12 Ton = 12 x 1.272 kg
= 15.264 kg
FeSO4
12 Ton = 12 x 3.300 kg
= 39.600 kg
Na2CO3
12 Ton = 12 x 1.272 kg
= 15.264 kg
Bulan ke- 4
FeSO4
11 Ton = 11 x 3.300 kg
= 36.300 kg
Na2CO3
11 Ton = 11 x 1.272 kg
= 13.992 kg
Bulan ke- 5
FeSO4
11 Ton = 11 x 3.300 kg
= 36.300 kg
Na2CO3
11 Ton = 11 x 1.272 kg
= 13.992 kg
Bulan ke- 6
FeSO4
12 Ton = 12 x 3.300 kg
= 39.600 kg
Na2CO3
12 Ton = 12 x 1.272 kg
= 15.264 kg
Dari hasil perhitungan di atas, maka diperoleh jumlah bahan baku yang
harus disediakan untuk merealisasikan produksi 140 Ton. Berikut tabel hasil
perkiraan jumlah bahan baku yang dibutuhkan.
Tabel 4.17 Proyeksi Penggunaan Bahan Baku Tahun 2015
Satua
Penggunaan Bahan Baku
No
Bulan
Total
FeSO4
Na2CO3
n
1
Ke-1( Januari)
Kg
36.300
13.992
50.292
2
Ke-2 (Februari)
Kg
36.300
13.992
50.292
3
Ke-3 (Maret)
Kg
39.600
15.264
54.864
4
Ke-4 (April)
Kg
36.300
13.992
50.292
5
Ke-5 (Mei)
Kg
36.300
13.992
50.292
6
Ke-6 (Juni)
Kg
39.600
15.264
54.864
7
Ke-7 (Juli)
Kg
36.300
13.992
50.292
Tabel 4.17 Proyeksi Penggunaan Bahan Baku Tahun 2015 (Lanjutan)
8
Ke-8 (Agustus)
Kg
36.300
13.992
50.292
9
Ke-9 (September)
Kg
39.600
15.264
54.864
10 Ke-10 (Oktober)
Kg
36.300
13.992
50.292
11 Ke-11(November)
Kg
36.300
13.992
50.292
12 Ke-12 (Desember)
Kg
39.600
15.264
54.864
Total
448.800
172.992
621.792
Sumber : Perhitungan Peneliti (2015)
85
Dari tabel hasil proyeksi kebutuhan gudang di atas dapat dilihat bahwa
untuk memproduksi adsorben sulfur removal dengan jumlah 140 Ton dalam
setahun diperlukan maksimum kapasitas gudang penyimpanan bahan baku dan
produk dengan muatan 314 Ton. Disamping itu, untuk memproduksi produk
dengan rata-rata produksi 11,5 Ton per bulan diperlukan bahan baku rata-rata per
bulan sebanyak 53 Ton.
86
1
36.300
2
36.300
3
39.600
4
36.300
5
36.300
6
39.600
7
36.300
8
36.300
9
39.600
10
36.300
11
36.300
12
39.600
448.800
Sumber: Perhitungan Peneliti (2015)
( x i x i )
37.400
37.400
37.400
37.400
37.400
37.400
37.400
37.400
37.400
37.400
37.400
37.400
448.800
-1.100
-1.100
2.200
-1.100
-1.100
2.200
-1.100
-1.100
2.200
-1.100
-1.100
2.200
0
( x ix )2
1.210.000
1.210.000
4.840.000
1.210.000
1.210.000
4.840.000
1.210.000
1.210.000
4.840.000
1.210.000
1.210.000
4.840.000
29.040.000
29.040 .000
12
= 2.420.000
= 1.556
Perhitungan safety stock :
SS
= Z x x
= 1,645
x 1.556 x
= 5.120 kg
Jadi jumlah safety stock ferrosulfat selama periode pemesanan adalah
5.120 kg.
b. Penentuan kuantitas tiap pesanan
Perhitungan kuantitas order dengan menggunakan metode POQ adalah
sebagai berikut.
Ongkos pesan (S)
= Rp 45.000/pesan
Ongkos simpan (H)
= Rp 117/kg
Total Kebutuhan (D)
= 448.800 kg /tahun
n
87
Keb . bersih
i
= 37.400 kg/bulan
Lead time (LT)
= 4 bulan
Maka kuantitas pemesanan bahan baku ferrosulfat dengan metode POQ
adalah:
EOQ =
2. D . S
H
2 x 448.800 kg xRp 45.000
Rp 117 / kg
345.230.770 kg
= 18.581 kg
Interval pemesanannya adalah:
EOI =
EOQ
D
18.581
27.400
= 0,7 1
Berarti untuk satu kali pemesanan dilakukan sebanyak 1 periode
kedepan. Adapun jumlah pesanan yang optimal adalah:
Q=d ( T + L )+ Z T +L - I
= 27.400 (1 + 4) + 1,645(1.556) 0
= 137.000 + 2.560
= 139.560 kg
namun jumlah pemesanan tersebut tidak konstan, artinya jumlah pesanan akan
berbeda pada setiap kali pemesanan dilakukan.
c. Perhitungan Total Biaya Persediaan
Perhitungan total biaya persediaan (total inventory cost) diperoleh dari
jumlah biaya pesanan, biaya penyimpanan, dan biaya pembeliaan. Adapun
besarnya biaya persediaan ferrosulfat adalah sebagai berikut:
88
S
TIC = D Q
H
+ Q 2 +C
Rp 45.000
Rp 117 /kg
= 448.800 kg 139.560 kg + 139.56 0kg
+
2
Rp3.900(558.240 kg)
= Rp 448.800 (0,3) + Rp 139.560 (58,5)+ Rp
2.177.136.000
= Rp (134.640 + 8.165.260+ 2.177.136.000)
= Rp 2.185.435.900,Berikut adalah tabel hasil perhitungan total biaya persediaan natrium
carbonate.
Tabel 4.20 Total Biaya Persediaan Ferrosulfat
Total Inventory Cost
Biaya Pemesanan
Rp
134.640,Biaya Penyimpanan
Rp
8.165.260,Biaya Pembelian
Rp 2.177.136.000,
Rp 2.185.435.900,Sumber: Perhitungan Peneliti (2015)
14.416
14.416
14.416
14.416
14.416
14.416
14.416
14.416
14.416
14.416
14.416
14.416
172.992
89
-424
-424
848
-424
-424
848
-424
-424
848
-424
-424
848
0
( x ix )2
179.776
179.776
719.104
179.776
179.776
719.104
179.776
179.776
719.104
179.776
179.776
719.104
4.314.624
( x i x i )
4.314 .624
12
= 359.552
= 600
Perhitungan safety stock :
SS
= Z x x
= 1,645
x 600 x
= 1.974 kg
Jadi jumlah safety stock natrium carbonate selama periode pemesanan
adalah 1.974 kg.
b. Penentuan Kuantitas Tiap Pesanan
Perhitungan kuantitas order dengan menggunakan metode POQ adalah
sebagai berikut.
Ongkos pesan (S)
Ongkos simpan (H)
= Rp 20.000
= Rp 132
Total kebutuhan ( D )
= 172.992 kg
n
Keb . bersih
i
= 4 bulan
2 x 172.992 kg x Rp 20.000
Rp 132kg
= 52.421.819 kg
90
= 7.241 kg
Interval pemesanannya adalah:
EOI =
EOQ
D
7.241
14.416
= 0,5 1
Berarti untuk satu kali pemesanan dilakukan untuk 1 periode kedepan.
Adapun jumlah pesanan yang optimal adalah:
Q=d ( T + L )+ Z T +L - I
= 14.416 (1 + 4) + 1,645(600) 0
= 72.080 + 987
= 73.067 kg
namun jumlah pemesanan tersebut tidak konstan, artinya jumlah pesanan akan
berbeda pada setiap kali pemesanan dilakukan.
c. Perhitungan Total Biaya Persediaan
Perhitungan total biaya persediaan (total inventory cost) diperoleh dari
jumlah biaya pesanan, biaya penyimpanan, dan biaya pembeliaan. Adapun
besarnya biaya persediaan natrium carbonate adalah sebagai berikut:
S
H
TIC = D Q + Q 2 +C
Rp20.000
= 172.992 kg 73.067 kg
+ 73.067
kg
Rp 132/kg
+
2
91
Biaya pembelian
Rp
Rp
Sumber: Perhitungan Peneliti (2015)
964.484.400,969.358.720,-
Jadi, besarnya biaya yang dikeluarkan untuk sekali pesan bahan baku
Natrium Carbonate berdasarkan metode POQ adalah Rp 969.358.720,-.
4.5
bahan baku
diperoleh nilai safety stock untuk bahan baku adalah sebesar 19.505 kg periode
pemesanan. Adapun safety stock untuk natrium carboante adalah sebesar 7.521
selama periode pemesanan dengan kebutuhan produksi rata-rata 2.994 kg/ bulan.
Sedangkan dari pihak perusahaan sendiri tidak menerapkan adanya safety stock.
Safety
terjadinya peningkatan jumlah pemesanan selama lead time. Jumlah safety stock
digunakan untuk persediaan minimal yang harus ada di gudang agar tanggap
dalam menghadapi perubahan permintaan dari konsumen, keterlambatan
92
pengiriman bahan baku, kesalahan dalam proses produksi, dan lain sebagainya.
Dengan keputusan berdasarkan Metode POQ, hal-hal demikian dapat diantisipasi.
Sedangkan dengan keputusan yang telah diterapkan perusahaan yang tidak
menyediakan safety stock , hal- hal demikian tidak dapat diantisipasi.
Q (Metode
POQ)
48.118
18.551
93
kebutuhan Natrium Carbonate dalam setahun adalah 29.575 kg. Dengan interval
pemesanan berdasarkan metode POQ, maka jumlah kebutuhan Natrium
Carbonate dapat dipenuhi dengan efektif. Sedangkan dengan metode yang telah
diterapkan perusahaan, jumlah pemesanan sebesar 13.667 kg dengan interval
pemesanan sebanyak 3 kali dalam setahun. Jumlah ini memilki kelebihan yang
jauh lebih besar dari kebutuhan sehingga dapat menyebabkan terjadinya over
stock.
perhitungan
total
biaya
yang
harus
dikeluarkan
dalam
Rp
sebanyak 34
95
Total
50.292
50.292
54.864
50.292
50.292
54.864
50.292
50.292
54.864
50.292
50.292
54.864
621.792
Dengan jumlah
tersebut maka diperoleh rata-rata produksi dalam 1 bulan sebanyak 11,5 Ton
produk dengan kebutuhan bahan baku sebanyak 51 Ton/bulan.
Tabel 4.27 Kapasitas Gudang Bahan Baku dan Produk
96
bahan baku
SS (Metode
POQ)
5.120
1.974
diperoleh nilai safety stock untuk bahan baku adalah sebesar 5.120 kg selama
periode produksi. Adapun safety stock untuk natrium carboante adalah sebesar
1.974 kg selama periode produksi dengan kebutuhan produksi rata-rata 13.568 kg/
bulan. Jumlah safety stock untuk masing-masing bahan baku tersebut tidak terlalu
besar dikarenakan jumlah produksi setiap bulan pada tahun 2015 masih dalam
keadaan stabil, tidak adanya produksi yang terlalu kecil maupun terlalu besar.
Dengan adanya Safety stock (persediaan pengaman) maka jika terjadi kondisikondisi tidak terduga seperti perubahan permintaan dari konsumen, keterlambatan
pengiriman bahan baku, kesalahan dalam proses produksi, dan lain sebagainya
selama lead time dapat dihadapi.
97
Q (Metode
POQ)
139.560
73.067
Bahan Baku
Dari tabel 4.30 di atas dapat dilihat bahwa, dengan menggunakan metode
POQ biaya total persediaan yang harus dikeluarkan untuk pemesanan bahan baku
Ferrosulfat adalah Rp 2.185.435.900,-Adapun total biaya persediaan yang
harus dikeluarkan untuk bahan baku Natrium Carbonate dengan metode POQ
adalah Rp 969.358.720,-. Sehingga biaya total yang harus dikeluarkan untuk
98
persediaan bahan baku Ferrosulfat dan Natrium Carbonate untuk produksi 140
Ton produk pada tahun 2015 adalah Rp 3.154.794.620,-.
Besarnya Total Inventory Cost (TIC) ditentukan oleh biaya penyimpanan,
biaya pemesanan, dan biaya pembelian. Total biaya tersebut tidak hanya untuk
memproduksi produk 140 ton, tapi mampu memproduksi produk dengan jumlah
lebih yaitu sebesar 31 Ton. Biaya yang dikeluarkan untuk Ferrosulfat lebih besar
dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk bahan baku Natrium
Carbonate karena bahan baku Ferrosulfat dibutuhkan dalam jumlah yang lebih
banyak dibandingkan dengan bahan baku Natrium Carbonate dalam kegiatan
produksi meskipun harga bahan baku Ferrosulfat/kg sedikit lebih murah.
99
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan serta analisis mengenai Pengendalian
Persediaan FeSO4 dan Na2CO3 tahun 2014-2015 pada unit PIMIT dengan Metode
Period Order Quantity (POQ) untuk kegiatan produksi adsorben sulfur removal
pada PT. Pupuk Iskandar Muda, diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:
1.
2.
3.
100
perusahaan
Dalam upaya pencapaian terget produksi adsorben sulfur removal
sebanyak 140 Ton pada tahun 2015, bagian PIMIT mnerapkan sistem shift
untuk memperoleh jumlah produksi yang optimal sehingga kapasitas
6.
448.800 kg
101
c.
7.
c.
5.2
Saran
Berdasarkan hasil perhitungan serta analisis mengenai Pengendalian
Persediaan FeSO4 dan Na2CO3 tahun 2014-2015 pada unit PIMIT dengan Metode
Period Order Quantity (POQ) untuk kegiatan produksi adsorben sulfur removal
pada PT. Pupuk Iskandar Muda, saran yang dapat disampaikan diantaranya:
1. Sebelum melakukan kegiatan produksi dengan terget tertentu, pihak
PIMIT harus melakukan perencanaan dan pengendalin persediaan bahan
baku yang lebih baik lagi.
2. Dalam upaya peningkatan jumlah produksi di bagian PIMIT, sebaiknya
dilakukan penambahan
lagi dilakukan secara manual yang sangat bergantung pada keadaan cuaca
karena waktu penyelesaiannya akan sulit diprediksi.
102