Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Ayu Astrini N.Ps
G4A013033
Pembimbing :
dr. Yunanto Dwi Nugroho, Sp.PD.
2014
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS:
Diabetes Melitus Tipe 2
2014
Disusun oleh :
Ayu Astrini N. Ps
G4A013033
Mengetahui,
Pembimbing
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia karena kelainan sekresi maupun kerja insulin. Diabetes
melitus merupakan salah satu penyakit kronik yang prevalensinya secara global
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (DAdamo, 2008).
Jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000 mencapai
8,43 juta jiwa dan WHO telah memperkirakan bahwa jumlah ini akan meningkat
menjadi sebanyak 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Saat ini prevalensi DM di
Indonesia menduduki urutan ke empat di dunia setelah India, Cina dan Amerika
Serikat (Perkeni, 2011).
Penyakit DM terdiri dari 2 tipe yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1
merupakan jenis diabetes yang terjadi karena tubuh kekurangan atau tidak
diproduksinya hormon insulin oleh pankreas, sedangkan DM tipe 2 adalah kondisi
di mana jumlah hormon insulin dalam tubuh cukup namun tidak dapat berfungsi
dengan baik (McWright,2008).
Penyakit DM tipe 2 di Indonesia merupakan salah satu penyebab utama
kematian karena penyakit tidak menular atau sekitar 2,1% dari seluruh kematian.
Diperkirakan sekitar 90% kasus DM di seluruh dunia tergolong DM tipe 2.
Jumlah penderita DM tipe 2 semakin meningkat pada kelompok umur dewasa
terutama umur > 30 tahun dan pada seluruh status sosial ekonomi (Perkeni, 2011).
I.
Status Pasien
A. Identitas Pasien
a. Nama
: Ny. M
b. Umur
: 67 Tahun
c. Jenis kelamin
: Perempuan
d. Status
e. Suku bangsa
: Jawa
f. Agama
: Islam
g. Pekerjaan
: Tidak bekerja
h. Alamat
: Bukateja
i. Tanggal Masuk
j. Autoanamnesis
k. No. CM
: 746581
B. Anamnesis
a. Keluhan Utama
: Lemas
b. Keluhan Tambahan
sering BAK
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSMS dengan keluhan lemas dan mudah
lelah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Selain itu pasien
mengeluh adanya mual, tetapi tidak disertai muntah. Pasien mengaku
cepat haus dan sering BAK hingga 2-3 kali pada malam hari saat tidur.
d. Riwayat Penyakit dahulu :
1
Riwayat hipertensi
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat HD
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat OAT
: Disangkal
Riwayat hipertensi
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
Keluarga
Pasien tinggal bersama dua anaknya. Pasien mempunyai 6 orang
anak (4 anak perempuan dan 2 anak laki-laki). Pasien berasal dari
keluarga dengan sosial ekonomi menengah. Sumber pembiayaan
kesehatan berasal dari BPJS Non PBI.
Rumah
Pasien tinggal di sebuah rumah bersama dengan keluarganya.
Rumah yang dihuni terdiri dari 5 kamar, ruang tamu, dapur, 1
kamar mandi, dan ruang makan.
Pekerjaan
Pasien tidak bekerja.
Kebiasaan
Pasien jarang berolahraga dan melakukan aktivitas fisik lain.
Pasien mengaku senang mengkonsumsi makanan manis namun
sudah mulai mengurangi sejak terdiagnosis DM 10 tahun lalu.
C. Pemeriksaan Fisik
a.
b.
Kesadaran
Status Gizi
(obese 1)
d.
Tanda Vital
1)
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
2)
Nadi
: 68 x/menit
3)
Pernapasan
: 20 x/menit
4)
Suhu (Peraksiller)
: 37,4 C
e.
Status Generalis
1) Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala
: Simetris, mesocephal
Rambut
: Distribusi merata
2) Pemeriksaan mata
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
Palpebra
: Oedem (-/-)
: (+/+) / (+/+)
3) Pemeriksaan telinga
Simetris
Kelainan bentuk
: (-)
Discharge
: (-)
4) Pemeriksaan Hidung
Discharge
: (-)
: (-)
6) Pemeriksaan leher
Deviasi trakea
: (-)
: (-)
Perbesaran limfonodi
: (-)
JVP
: 5 + 2 cm H2O
7) Pemeriksaan Ekstremitas
Status Lokalis
Pulmo
Inspeksi : Simetris kanan kiri, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Palpasi : Vokal fremitus lobus superior kanan = kiri
Vokal fremitus lobus inferior kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru, batas paru hepar di SIC V
LMCD.
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+)
Suara tambahan wheezing (-), RBH (-), RBK(-)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis terlihat di SIC V, 2 jari medial LMCS
Palpasi : Ictus Cordis teraba SIC V, 2 jari medial LMCS,
kuat angkat (-)
Perkusi : Batas kanan atas SIC II LPSD
Batas kanan bawah SIC IV LPSD
Batas kiri atas SIC II LPSS
Batas kiri bawah SIC V, 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1 > S2 di apeks reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
D. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium (13 Mei 2014)
Pemeriksaan
Darah Lengkap
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
Hitung Jenis Leukosit
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
Kimia Klinik
Ureum darah
Kreatinin darah
Glukosa sewaktu
Natrium
Kalium
Klorida
Hasil
Nilai Rujukan
13.6 g/dL
14540 /uL ()
39 %
5.0 ^6/uL
281.000 / uL
77.1 fL ()
27.0 pg
35.1 %
14.5 %
10,4 fL
12,0 16,0
4800 10800
37 47
4,2 5,4
150.000 450.000
79 99
27 31
33 37
11,5 14,5
7,2 11,1
0,7 %
0,0 % ()
10,1 % ()
48,4 %
26,6 %
14,2 % ()
0,0 1,0
2,0 4,0
2,0 5,0
40,0 70,0
25,0 40,0
2,0 8,0
71,5 U/L ()
1,94 U/L ()
318 mg/dL ()
128 mmol/L ()
5.0 mmol/L
85 mmol/ L ()
14,98 38,52
0,60 1,00
200
136 145
3.5 5.1
98 107
Hasil
350 mg/dl ()
288 mg/dL ()
8,4 % ()
Nilai Rujukan
126 mg/dl
200 mg/dl
4,7 7,0 %
Hasil
Nilai Rujukan
215 mg/dL ()
Glukosa sewaktu
Tanggal 19 Mei Pukul 07.59
Pemeriksaan
Fisis
Warna
Kejernihan
Bau
Kimia
Berat Jenis
PH
Leukosit
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Eritrosit
Sedimen
Eritrosit
Leukosit
Epitel
Silinder Hialin
Silinder Lilin
Silinder Halus
Silinder Kasar
Kristal
Bakteri
Trikomonas
Jamur
Hasil
Nilai Rujukan
Kuning
Agak keruh
Khas
1.015
8,0
25
Negatif
Negatif
100
Negatif
Normal
Negatif
10
1.010 1.030
4,6 7,8
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
Negatif
Normal
Negatif
Negatif
01
10 15
20 - 25
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
+2
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
: sedang
c. Pemeriksaan Laboratorium :
1) Hiperglikemia
F. Diagnosis Kerja
G. Diagnosis Banding
H. Terapi
a. Non Farmakologis
1) Istirahat
2) Diet bergizi seimbang
3) Menghindari makanan yang terlalu banyak mengandung gula
4) Meningkatkan aktivitas fisik dan olahraga
5) Edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga meliputi pencetus,
terapi, komplikasi penyakit, prognosis penyakit.
b. Farmakologi
1) IVFD RL 20 tpm
2) Inj. Cefotaxim 2x1 gr
3) Inj. Novomix 10-0-10
4) Po. Paracetamol 3x500 mg tab
5) Po. Domperidon 3x1 tab
I. Prognosis
Ad Vitam
: Dubia ad malam
Ad Fungsionam
: Dubia ad malam
Ad Sanastionam
: Dubia ad malam
II.
1.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Diabetes
Melitus tipe 2 atau dikenal juga dengan sebutan Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) adalah kondisi hiperglikemia kronis yang
disebabkan karena kegagalan relatif sel pankreas dan resistensi insulin
(Perkeni, 2011).
2.
Faktor risiko
Faktor risiko diabetes tipe 2 terbagi atas:
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, riwayat
keluarga dengan diabetes, usia > 45 tahun, riwayat melahirkan bayi
dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM
Gestasional dan riwayat berat badan lahir rendah < 2,5 kg.
b. Faktor risiko yang dapat diperbaiki seperti berat badan lebih (indeks
massa tubuh > 23kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi (>140/90
mmHg), dislipidemia (HDL <35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl
dan diet tinggi gula rendah serat.
c. Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes seperti penderita
sindrom ovarium poli-kistik, atau keadaan klinis lain yang terkait
dengan ressitensi insulin, sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa
terganggu/glukosa darah puasa terganggu dan riwayat penyakit
kardiovascular (stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung,
pembuluh darah arteri kaki) (Perkeni, 2011).
3.
Patofisiologi
Patofisiologi diabetes melitus tipe 2 terdiri atas tiga mekanisme, yaitu
(Suyono, 2007) :
a. Resistensi insulin
Resistensi insulin terjadi karena adanya penurunan kemampuan
hormon insulin untuk bekerja secara efektif pada jaringan-jaringan
target perifer (terutama pada otot dan hati. Resistensi terhadap insulin
ini merupakan hal yang relatif. Untuk mencapai kadar glukosa darah
yang normal dibutuhkan kadar insulin plasma yang lebih tinggi. Pada
orang dengan diabetes melitus tipe 2, terjadi penurunan terhadap
penggunaan maksimum insulin, yaitu lebih rendah 30 - 60 % daripada
orang normal. Resistensi terhadap kerja insulin menyebabkan terjadinya
gangguan penggunaan insulin oleh jaringan-jaringan yang sensitif dan
meningkatkan pengeluaran glukosa hati. Kedua efek ini memberikan
kontribusi
terjadinya
hiperglikemi
pada
diabetes.
Peningkatan
molekul
post
reseptor
diduga
berkombinasi
dalam
glukosa
hati
juga
berkaitan
dengan
meningkatnya
4.
Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis untuk diabetes melitus baik tipe 1 maupun 2
dapat dilakukan dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut (Perkeni,
2011) :
a. Gejala klasik DM ditambah dengan hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu >200 mg/dl
b. Gula darah puasa > 126 mg/dl dengan adanya gejala klasik
c. Gula darah 2 jam post prandial > 200 mg/dl. Pemeriksaannya dilakukan
dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) di mana subjek diberikan
75 gr glukosa yang dilarutkan ke dalam 250 cc air lalu 2 jam kemudian
dilakukan pengecekan gula darah.
DM Tipe 1
Biasanya < 30 tahun
Berat
DM Tipe 2
Biasanya > 30 tahun
Ringan
diagnosis
Kadar Insulin
Berat badan
Biasanya kurus
tinggi
Biasanya gemuk atau
Pengobatan
normal
Diet, olahraga, tablet,
insulin
5.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan DM yaitu :
Jangka pendek
Jangka panjang
Perjalanan penyakit DM
Karbohidrat
Dianjurkan sebesar 45-65 % total asupan energi dengan sukrosa
tidak lebih dari 10% total asupan energi.
Lemak
Dianjurkan sekitar 20 25% kebutuhan kalori dengan lemak jenuh <
7% kebutuhan kalori. Perlu adanya pembatasan terhadap makanan
yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain :
daging berlemak dan susu penuh (whole milk). Selain itu, dianjurkan
juga untuk mengkonsumsi kolesterol < 300 mg/hari.
Protein
Dibutuhkan sebesar 15 20% total asupan energi. Sumber protein
yang baik adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa
kulit, produk susu rendah lemak, kacang dan kacang-kacangan, tahu,
tempe. Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein
menjadi 0,8 g/kg BB/hari atau 10% dari kebutuhan energi.
Garam
Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 3000 mg
atau sama dengan 6 7 g (1 sendok teh) garam dapur. Selain itu,
natrium dibatasi sampai 2400 mg atau sama dengan 6g/hari terutama
pada penderita hipertensi.
Serat
Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/hari.
c. Latihan jasmani
d. Intervensi farmakologis
Jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan TGM dan
latihan jasmani, maka terapi selanjutnya dilakukan dengan intervensi
farmakologi yang meliputi (Sudoyo, 2006)
1) Obat Hipoglikemik Oral ( OHO )
Berdasarkan cara kerjanya, OHO diklasifikasikan ke dalam 4
golongan (Sudoyo, 2006) :
-Memicu sekresi insulin (sulfonilurea dan glinid)
-Meningkatkan
sensitivitas
terhadap
insulin
(metformin,
tiazolidindion)
-Menghambat glukoneogenesis (metformin)
-Menghambat absorpsi glukosa (penghambat glukosidase )
Cara Kerja
Efek samping
Sulfonilurea
sekresi insulin
Hipoglikemia
Glibenclamide
Pilihan utama
BB naik
Gliclazide
Glipizide
Gilmepiride
Glinid
sekresi insulin
BB naik
Repaglinid
fase pertama
Nateglinid
Berikatan pada
adiposity t.u
Rosiglitazone
PPAr- ( reseptor di
subkutan dgn
Pioglitazone
redistribusi
lemak,BB,
Rentensi cairan
Penghambat Glukoneogenesis
Biguanides
Glukoneogenesis
Mual, anorexia,
Metformin
absorpsi glukosa di
Kembung dan
usus halus
flatulens
Acarbose
2) Insulin
Indikasi pemberian insulin yaitu sebagai berikut (Perkeni, 2011):
-
Ketoasidosis diabetik
Efek samping yang lain berupa reaksi imun terhadap insulin yang
dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin
6. Komplikasi
Komplikasi diabetes melitus dibagi ke dalam dua kategori yaitu
komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang
(PERKENI, 2011 ; Schteingart, 2005) :
a. Komplikasi metabolik akut
i. Ketoasidosis Diabetik
Hipoglikemia
Komplikasi metabolik lain yaitu hipoglikemia terutama
komplikasi terapi insulin. Pasien diabetes dependen insulin
mungkin suatu saat menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak
daripda yang dibutuhkan untuk mempertahankan kadar glukosa
normal yang mengakibatkan terjadi hipoglikemia.
III.
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
1
yang mendukung.
Penegakan diagnosis diabetes melitus tipe 2 berdasarkan kadar GDS >200
mg/dl, GDP 126 mg/dl, dan GD2PP 200 mg/dl dengan onset > 30 tahun.
DAFTAR PUSTAKA