Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH


ACARA 7

KARBON DAN BAHAN ORGANIK TANAH

Oleh :
YOKANANDA SHODRIANSAH
E1A006005

PROGRAM STUDI AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2007

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan organik merupakan sifat tanah yang penting karena kontribusinya terhadap
sifat-sifat tanah yang lain. Fungsi bahan organik di dalam tanah berpengaruh terhadap
sifat-sifat fisik (seperti kemantapan agregat, penetrabilitas akar tanah, kemampuan
tanah menahan air), sifat kimia (kapasitas pertukaran kation, kandungan nitrogen,
ketersediaan fosfor) dan biologi tanah (aktifitas mikroba tanah). Oleh sebab itu, terjadi
degradasi suatu lahan misalnya oleh erosi atau penambangan, umumnya diawali
menurunnya kandungan bahan organik di dalam tanah. Sebaliknya usaha rehabilitasi
lahan yang telah mengalami degradasi biasanya diawali dengan cara mengembalikan
bahan organic yang hilang itu. Beberapa usaha seperti melalui program penghijauan
serta menambah input organic seperti penambahan pupuk kandang, pupuk hijau dan
kompos, semuanya difokuskan pada penambahan bahn organic tanah.
1.2 Tujuan Praktikum

Menentukan kandungan karbon dan bahan organi di dalam tanah

Membandingkan kandungan karbon dan bahan organik dari beberapa sample tanah

Melihat secara kualitatif hubungan antara kandingan karbon dan bahan organic
tanah dengan hasil pengamatan morfologi profil di lapangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Hardjowigeno, tanah yang banyak mengandung humus atau bahan
organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah
maka kandungan bahan organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin tidak
subur. Oleh karena itu top soil perlu dipertahankanKarbon merupakan bahan organik
utama.
Karbon yang ditangkap tanaman merupakan berasal dari CO2 di udara. Kemudian
bahan organik didekomposisikan kembvali dan membebasakan kembali sejumlah
karbon. Perubahan karbon di dalam, di luar, di atas tanah disebut peredaran karbon.
Kandungan bahan organik tanah biasanya ditentukan dengan mengukur kadar
karbon (C) di dalam tanah. Kadar C tersebut kemudian dikalikan dengan 100/58,
dengan asumsi bahwa bahan organic mengandung 58% C. Prinsip-prinsip yang
penting dalam penetapan kandungan bahan organic suatu tanah adalah sebagai
berikut: Bahan organik dioksidasi, baik dengan K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat, maupun
melalui pembakaran. Selanjutnya, kehilangan bahan organic setelah dioksidasi
ditetapkan, misalnya dengan menghitung kelebihan K2Cr2O7 yang tidak tereduksi oleh
bahan organik (metode volumetrik). Atau dengan menetapkan jumlah gas CO 2 hasil
pembakaran (metode LECO)
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organic tanah, antara lain:
1. Kedalaman lapisan, menentukan kadar bahan organic dan N . Bahan organic
terbanyak pada lapisan atas setebal 20 cm (15-20%), makim kebawah makin
berkurang.
2. Faktor iklim, suhu dan curah hujan, makin ke daerah dingin kadar bahan organic
dan N makin tinggi.

3. Tekstur tanah, makin tinggi kandungan liat makin tinggi pula kandungan bahan
organic tanah bila kondisi yang lainnya sama.
4. Drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena drainase buruk
mengakibatkan bahan organic naik dari pada tanah berdrainase baik.
5. Vegetasi penutup lahan, adanya kapur juga mempengaruhi kadar bahan organic
tanah (Nurhayati Hakim, 1986).
Adapun cara untuk mempertahankan atau meningkatkan kandungan bahan
organic tanah, antara lain:
1. Sumber bahan organic tibak disia-siakan, seperti:
a.

Memberikan bahan hijau sukulen

b.

Menambah pupk kandang

c.

Penutupan sisa tanaman diatas tanah

2. Mempertahankan jaminan pelapukan, melalui:


a. Menjaga reaksi tanah (pH)
b. Menciptakan drainase yang sesuai
c. Menambahkan pupuk sang cukup
3. Rotasi tanam, mengatur penanaman secara bergilir dapat mempertahankan bahan
organic tanah.
Bahan organik yang terlapuk akan memiliki nisbah C/N yang lebih rendah.
Penurunan jumlah C pada bahan organi ini berarti penurunan jumlah energi yang
tersedia bagi jasad renik tanah. Dengan demikian perkembangan jasad renik tanah akan
berkurang sehingga hara-hara tanaman yang dibebaskan dari peromabakan bahan
organik akan dengan mudah digunakan oleh tanaman. Pada kondisi ini proses
mineralisasi akan lebih dominan dengan proses imobilisasi. Bahan organik yang segar
mengandung nisbah C/N > 30 biasanya menunjukkan imobilisasi yang lebih penting
dibandingkan mineralisasi. Bahan organik yang akan dikategorikan sebagai matang
apabila mengandung nisbah C/N <18. Tanah-tanah pertanian biasanya mengandung
bahan organik engan nsbah C/N antara 8 hingga 10

BAB III
METODELOGI
1. Alat dan bahan

Buret

Sampel tanah topsoil 0,5 mm

Labu ukur 1000 ml

Sampel tanah subsoil 0,5 mm

Pipet

K2Cr2O7 1 N

Erlenmeyer 50 ml

H2SO4 pekat (96%)

Stop watch

H3PO4 (85%)

Timbangan

Diphenyl amine

Botol semprot

FeSO4 0,5 N

Gelas ukur

Aquqdes (H2O)

2. Cara kerja
1. Menimbang sample tanah topsoil dan subsoil 0.5 mm masing-masing 0.1 gr
2. Memasukan sample tanah tersebut ke dalam labu ukur 0.5 mm
3. Menambahkan kedalamnya 10 ml K2Cr2O7 1 N dengan pipet
4. Menambahkan 10 ml H2SO4 pekat (memakai gelas ukur)
5. Mengocok dengan gerakan mendatar dan memutar
6. Warna harus tetap merah jingga, jika warna berubah menjadi hijau atau biru
maka tambahkan lagi K2Cr2O7 1 N dan H2SO4 (jumlah penambahan dicatat).
Diamkan selama 30 menit sampai larutan menjadi dingin
7. Menambahkan 5 ml H3PO4 25% dan 1 ml indicator diphenyl amine
8. Menjadikan volume 50 ml dengan menambahkan aquades dengan memakai
botol semprot
9. Mengoocok dengan membolak-balik sampai homogen dan biarkan mengendap
10. mengambil dengan pipet 5 ml larutan yang jernih,masukan ke dalam Erlenmeyer
50 m, dan tambahkan 15 ml aquades

11. Melakukan Titrasi dengan FeSO4 0,5 N hingga warna berubah kekuningkuningan
12. Mengulangi langkah-langkah diatas untuk blanko (tanpa tanah).
13. Menghitung kadar karbon dan bahan organik, dengan rumus:

( ml FeSO4 blanko ml FeSO4 sampel ) N FeSO4 3 10 100 / 77


100%
100

Wt

100 Kl

dan
Bahan Organik = C 100/58

Dimana :
C

: Karbon organic (%)

: Normalitas

Wt

: Berat sample tanah kering angin

Kl

: Kadar lengas sample tanah

100/77

: Rasio antara C

BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Tabel Hasil Pengamatan


Sampel

Kl (%)

Titrasi dengan

Wt (mg)

C (%)

BO (%)

44,9
17
-

FeSO4
1,5 ml
1.0 ml
1,6 ml

100
100
-

1,948 %
11,688 %
-

3,358 %
20,152 %
-

Topsoil
Subsoil
Blanko

3.2 Perhitungan
a. Topsoil
C

( ml FeSO4 blanko ml FeSO4 sampel ) N FeSO4 3 10 100 / 77


100%

100

Wt
100 Kl
(1.5 ml 1.4 ml ) 0.5 N 3 10 100 / 77
100%
100

100
mg

100 44,9

1,948%

Bahan Organik

C 100 / 58
1,948% 100 / 58
3,358%

b. Subsoil

( ml FeSO4 blanko ml FeSO4 sampel ) N FeSO4 3 10 100 / 77


100%
100

Wt
100 Kl
(1.6 ml 1,0 ml ) 0.5 N 3 10 100 / 77
100%
100

100 mg
100 17

11,688%
Bahan Organik

C 100 / 58
11,688% 100 / 58
20,152%

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada hasil yang didapati dan dari perhitungan, diperoleh data bahwa kadar
karbon pada lapisan Top Soil adalah 1,948 %, sedangkan pada lapisan Sub Soil adalah
11,688 % dari perhitungan kadar karbon maka diteruskan lagi dengan perhitungan pada
Bahan Organik yang terdapat pada tanah, didapat bahwa Bahan Organik pada lapisan
Top Soil adalah 3,358 % dan kadar Bahan Organik pada lapisan sub soil adalah 20,152
% Hasil ini

berkebalikan dengan teori yang semestinya. Pada hasil pengamatan,

didapati hasil bahwa bahan organik yang terdapat pada lapisan top soil jauh lebih kecil
dibandingkan dengan kandungan bahan organik pada lapisan sub soil. Pada teorinya,
kandungan bahan organik lapisan top soil lebih besar dari pada lapisan sub soil.
Kejadian tersebut bisa terjadi karena adanya pencucian (iluviasi) dan
penimbunan yang terjadi karena adanya peran iklim yang mempengaruhi, seperti curah
hujan. Akibat hujan yang terjadi, lapisan yang mulanya adalah lapisan top soil menjadi
tertimbun oleh lapisan lain akibat adanya pncucian oleh air, dan akhirnya tertimbun oleh
lapisan yang memiliki sedikit kadar karbon dan kadar Bahan organik.. Horizon A yang
dikenal sebagai Horizon Pencucian (Iluviasi), maksudnya seluruh kandungan zat hara
dan mineral yang ada di dalamnya akan dicuci oleh aktivitas air (hujan, run-off, dan
sebagainya), sehingga bahan-bahan yang tercuci tersebut masuk ke dalam lapisan
bawahnya karena terlarut dan ikut masuk oleh aliran air yang membawanya.
Kemudian pada lapisan bawah atau Horizon B merupakan lapisan atau zona
Penimbunan (Eluviasi) bahan-bahan yang terlarut di dalam lapisan air yang terbawa
meresap ke lapisan ini dari lapisan di atasnya atau lapisan Iluviasi. Bahan-bahan organik
yang terbawa aliran air tertumpuk di daerah ini, hal ini otomatis menyebabkan
kandungan bahan organik pada daerah ini lebih besar dari pada lapisan di atsnya. Hal

inilah yang menyebabkan dan menjelaskan mengapa kandungan bahan organik pada
lapisan top soil tersebut lebih kecil dibandingkan lapisan sub soil.
Sedangakan kandungan C pada kedua lapisan dapat dijelaskan dengan aktivitas
mikroorganisme yang berhubungan dengan kandungan bahan karbon yang dimiliki
setiap lapisan tanah. Pada lapsian top soil, karena kandungan bahan organik yang
sedikit, maka aktivitas mikroorganisme di dalamnya pun sedikit. Hal tersebut
menyebabkan kadar bahan C yang sedikit pula, karena C dihasilkan dari aktivitas jasad
renik atau mikroorganisme di dalamnya. Sedangkan pada lapisan sub soil, karena bahan
organiknya tinggi, maka aktivitas jasad renik pun tinggi. Tingginya aktivitas
mikroorganisme yang tinggi tersebut, menghasilkan kadar C yang tinggi pula pada
lapisan ini.

BAB IV
KESIMPULAN

Kandungan bahan C pada tanah tergantung dari aktivitas jasad renik yang
berhubungan dengan kandungan bahan organik yang dikandngnya.
Tanah yang memiliki kandungan karbon dan bahan organic yang tinggi akan lebih
baik dibanbingkan tanah yang sedikit kandungan karbon dan bahan organic baik
bari segi pertumbuhan tanaman maupum ketahanan (konsistensi) tanah tersebut.
Pada pengamatan, nilai bahan organik pada lapisan top soil lebih kecil
dibandingakan dengan lapisan sub soil, hal ini berkebalikan dengan teori, Bisa
terjadi karena penimbunan dan pencucian.
Semakin tinggi kandungan bahan organik dari tanah tersebut akan semakin tinggi
juga kandungan karbonnya.
Rumus untuk mencari nilai kadar karbon dalam tanah
C

( ml FeSO4 blanko ml FeSO4 sampel ) N FeSO4 3 10 100 / 77


100%
100

Wt
100 Kl

Rumus Untuk mencari nilai Bahan organic dalam tanah


Bahan Organik = C 100/58

JAWABAN PERTANYAAN
1. Bandingkan nilai C dari contoh tanah yang saudara amati, Jelaskan mengapa
sampai terjadi perbedaan (kalau ada)
Jawab:
Berdasarkan hasil pengamatan didapati hasil perbandingan yang terbalik
dengan nilai teori (top soil>sub soil), yaitu nilai kandungan C top soil lebih kecil
dibandingakan nilai C pada sub soil (1,948: 11,688). Hal tersebut disebabkan
karena kandungan bahan organik pada lapisan atas lebih kecil dibandingakan
kandunngan pada lapisan bawah. Hal tersebut menyebabkan aktivitas jasad renik
atau mikroorganisme untuk menghasilkan C menjadi lebih kecil dibanding sub
soil.
2. Bandingkan nilai-nilai C tersebut dengan hasil pengamatan morfologi profil,
seperti warna, struktur, dan konsistensi tanah. Kesimpulan apa yang bisa saudara
tarik dari perbandingan tersebut?
Jawab:
Percobaan ke dua belum dilakukan, tetapi dapat kita jelaskan secara
teoritis. Teorinya, apabila kandungan bahan organik terutama C pada suatu tanah
tinggi, makatanah tersebut berwarna gelap, strukturnya gembur dan remah. Pada
lapisan atas, memang tanah berwarna lebih gelap dari pada lapisan bawah,
sedangkan dari segi struktur keduanya tampak hampir sama. Karena laju
pencucian yang tinggi, bahan organik lebih banyak pada lapisan bawah, dan
pada lapisan atas warna tetap tidak berubah, karena dengan cepat digantikan
dengan bahan organik lainnya (disebabkan karena tingginya laju pelapukan).

Jadi, warna, struktur, dan konsistensi tanah belum secara mutlak dapat
menggambarkan kondisi bahan organik yang dikandungnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Penuntun Praktikum DDIT. Bengkulu : Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.
Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas Lampung .
Hillel, D. 1980. Introduction to Soil Physics: London : Academic Press. Inc.
Seto Kusuma Ananto. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah Dan Air. Jakarta : Kalam
Mulia.
Soepardi, G. 1997. Sifat dan Ciri Tanah. Yogyakarta: Gajah Maga University Press.
Suhardi. 1997. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Bengkulu : Laboratorium Ilmu Tanah Faperta
UNIB.
Titiek, Klami, dkk. Hubungan Tanah, Air Dan Tanaman . Semarang : IKIP Semarang
Press.

Anda mungkin juga menyukai