Anda di halaman 1dari 4

Asuhan keperawatan pada anak dengan tuli sensori kongenital

Pengkajian lengkap
1. Anamnesa
Identitas:
Nama: An. A
Umur: 3 tahun
Alamat: Surabaya
Pekerjaan orang tua
Ayah: Technicall Engineer di perusahaan minyak
Ibu: pegawai BANK
Keluhan utama: orang tua mengungkapkan anaknya belum bisa bicara
Riwayat penyakit sekarang: Anak belum bisa bicara, baru bisa mengucapkan baa buu.
Riwayat penyakit dahulu: anak tidak MRS sebelumnya, apakah anak pernah
menderita retinitis, meningitis, apakah orang tua atau anak pernah mengkonsumsi
obat-obatan Aminoglikosida, golongan salisilat dan golongan deuretik
Riwayat
kesehatan keluarga:
apakah orang tua mengalami gangguan
pendengaran(tuli), goiter, DM, Artritis Reumatoid.
Status Kesehatan kesehatan anak:
1) Status imunisasi: orang tua mengungkapkan anak sudah menerima imunisasi
lengkap
2) Berat badan lahir
3) Apakah anak lahir spontan atau tidak
4) Apakah anak lahir cukup bulan/ langsung menangis atau tidak.
5) Apakah anak mendapatkan ASI ekslusif atau tidak
Pemeriksaan fisik:

Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada prosesus mastoideus


Pemeriksaan yang harus dijalani oleh anak tersebut
1. Pemeriksaan Audimetri
Pemeriksaan ini merupakan bagian penting dari pemeriksaan otologi lengkap.
Tujuannya adalah untuk menetukan derajat dan jenis ketulian, serta untuk
memantau terapi audiologi dan memantau penatalaksanaan otologi
2. Pemeriksaan nada murni
Untuk menentukan jenis derajat ketulian yang akurat dengan menggunakan
audiometer didalam ruangan dengan pengaturan bunyi
3. Pemeriksaan diagnostik khusus
1) Pemeriksaan OAE (Emisi Oto Augestik)
Adalah pengukuran gema bunyi yang dibangkitkan oleh sel-sel rambut luar di
koklea dan direkam di liang telinga
2) Pemeriksaan respon pusat pendengaran di batang otak (auditory brain system
respon)/ ABR

Membantu menentukan apakah terdapat defisit sensori neural di dalam koklea,


saraf akustik atau jaras pendengaran sentral.. pemeriksaan ABR merupakann
perekaman elektro fisiologis respon jaras pendengaran terhadap adanya bunyi.
Teknik pemeriksaan lain
Untuk pemeriksaann tuli sensori neural, prinsipnya mempunyai tujuan untuk megukur
ada atau tidaknya serta besarnya gambaran khas pada lesi koklea dan retro koklea:
1. Tes untuk menetukan ada atau tidaknya serta besaran adaptasi dengan cara
a) Tone Decay: tes untuk menghitung decay atau kelelahan pada
ambang pendengaran yaitu dengan memberikan rangsangan nada
murni yang terus menerus
b) Reflecks decay/ penyurutan refleks aukustik: daya adaptasi
pendengaran pada tingkat supra ambang juga dapat diukur dengan
refleks aukustik. Timbulnya reflek auskustik yang lama terjadi
sesuai dengan persepsi kekuatan suara.
c) Audiometri bekesy: cara lain untuk mengetahui penyurutan
ambang refleks akustik dengan cara membandingkan ambang
frekuensi untuk bunyi terus menerus dan bunyi perkulsasi 200
milidetik di kategorikan menjadi:
(1) Ambang bunyi terus menerus dan berpulsasi saling tumpang
tindih atau tipe 1.
(2) Ada pemisahan ambang nada terus menerus turun di bawah
ambang bunyi berpulsasi, pemisahan mulai pada frekuensi
tengah (tipe 2)
(3) Adaptasi terhadap bunyi terus menerus cepat hilang, turun
sampai lebih dari output audiometri maksimum(tipe 3)
(4) Pemisahan yang jelas dengan ambang bunyi terus menerus
lebih buruk daripada ambang bunyi berpulsasi sepanjang
frekuensi
d) Brief tone audimetri
Suatu teknik yang mempunyai harapan baik sebagai alat penunjang
diagnostik, adaptasi terhadap isyarat bunyi pendek dapat
dibandingkan dengan adaptasi terhadap isyarat bunyi panjang. Tes
ini menggabungkan pemeriksaan adaptasi dengan diagram bekesy
frekuensi tersendiri secara tradisional dengan pemeriksaan
mengenai efek patologi terhadap fungsi somasi temporal
2. Tes abrasi dan persepsi peningkatan penyaringan
Tes ini melibatkan pengukuran respon yang subyektif dan obyektif
terhadap perubahan intensitas suara. Tes ini meliputi:
(1) ABLB (Alternate Binaural Laudness Balance)
Merupakan asal mula tes diferensiasi audiologik sensori neural
berasal dari pengukuran peningkatan penyaringan suara yang
abnormal atau dikenal dengan fenomena koklea.
(2) Refleks akustik SL

Adalah pengukuran terhadap peningkatan penyaringan suara


abnormal dengan cara mengukur ambang refleks akustik
(3) Tes SISI
Adalah tes untuk mendeteksi peningkatan penyaringan suara
minimal atau tes perbedaan limen (DL) dimana telinga yang
abnormal dibandingkan dengan kemampuan telinga normal utnk
mengenali modulasi intensitas suara.
3. Tes untuk efek distorsi
Untuk menilai efek pada kemampuan menterjemahkan isyarat tutur,
meliputi:
(1) Diskriminasi tutur
Merupakan komponen dasar dari tes fundamental dalam menilai
pendengaran. Tes ini untuk mengukur kemampuan mendengar nada
murni dengan kemampuan mendengar isyarat tutur.
(2) Fungsi intensitas kemampuan
Untuk mengetahui penilaian diskriminasi tutur memburuk atau
berbalik role over bila intensitas rangsangan ditambah sampai
melampaui batas maksimal PB.
Selain pemeriksaan Audiometri, juga perlu dilakukan pemeriksaan timpanografi yaitu untuk
mengukur reflek otot telinga tengah terhadap stimulus suara, selain kelenturan membran
timpani, dengan mengubah tekanan udara dalam kanalis telinga yang tertutup. Kelenturan
akan berkurang pada penyakit telinga tengah.
Selain pemeriksaan diatas, dapat dilakukan juga pemeriksaan untuk mengetahui ketajaman
auditorius untuk membedakan tuli konduktif atau sensorineural yaitu dengan uji weber dan
uji rinne
DIAGNOSA MEDIS YANG DIDERITA OLEH ANAK TERSEBUT TERKAIT KASUS
THT
Klasifikasi tuli:
1. Tuli konduksi disebabkan oleh proses patologik di telinga luar, liang telinga luar,
membran timpani atau rongga telingga tengah dan isinya
2. Tuli sensori neural terjadi akibat gangguan di koklea, saraf akustik, atau jaras
pendengatran sentral.
3. Tuli campuran disebakan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensori neural
4. Tuli sentral mengacu pada suatu kondisi patologik di dalam otak yang menyebabkan
gangguan pengolahan informasi auditory yang normal
Klasifiikasi menurut Arif Mutakin 2010
1. Tuli konduksi, mengganggu gelombang suara pada saat mengalir dari telinga luar ke
koklea telinga dalam karena gelombang suara tidak ditransmisikan melalui struktur
telinga luar dan tengah. Contoh penyebabnya adalah pembengakakan kanal auditorius
atau robekan timpani.

2. Tuli sensorineural melibatkan telinga dalam, saraf auditorius, atau pusat pendengaran
di otak
3. Tuli campuran, melibatkan gabungan dari tuli konduksi dan sensorineural
Berdasarkan data-data yang ditemukan pada kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa
diagnosa medisnya adalah TULI SENSORINEURAL
Adapun etiologi dari Tuli Sensori Neural, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Faktor genetik
Adanya penyakit penyerta, seperti sindroma usher, goiter
Retardasi mental
DM, HT, Remathoid artritis
Infeksi: meningitis, retinitis, sifilis
Penggunaan obat-obatan golongan salisilat, deuretik, aminoglukosida.

DIAGNOSA KEPERAWATAN BESERTA INTERVENSI YANG DAPAT DIBERIKAN


PADA ANAK TERSEBUT

Anda mungkin juga menyukai