Anda di halaman 1dari 8

DAMPAK KERJASAMA AFTA TERHADAP

PEREKONOMIAN INDONESIA
Posted: 6 May 2015 in Uncategorized

0
Nama

: Rumaisha

NPM

: 29211008

Kelas

: 4EB05

Mata Kuliah

: Akuntansi Internasional

Subjek

: Tugas 2 (Regional VS Global)

==================================================================
===========
DAMPAK KERJASAMA AFTA TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA
Globalisasi yang berkembang di dunia kini tak dapat lagi dihindari, bahkan di hilangkan pun
itu hal yang cukup mustahil bagi kita yang secara tidak sadar sudah terbawa arus dan berada
di budak-budak zaman globalisasi yang serba canggih ini. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
tak sedikit orang yang memanfaatkan situasi globalisasi yang mendunia ini untuk dijadikan
peluang positif bagi penggerakan ekonomi. Karena bahwasannya, dengan zaman yang
modern ini semua orang dapat menikmati kecanggihan teknologi yang dikemas sedemikian
rupa dan disediakan oleh produsen-produsen ternama di pelosok negeri dengan cara
menyuguhkan produk-produk terbaru dan tercanggih mereka dengan harga yang ekonomis.
Bagaimana tidak, dengan kecanggihan ponsel misalnya memberikan contoh kepada kita
bahwa ponsel tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi, tapi saat ini ponsel bisa
mengerjakan pekerjaan sulit yang bersamaan sekali pun dengan satu klik saja.
Perkembangan globalisasi tersebut mau tidak mau, suka tidak suka harus diikuti dengan
pergerakan ekonomi juga. Pasalnya, diiringi dengan pesatnya pemakaian teknologi ini
menyebabkan siklus perekonomian pun membutuhkan teknologi untuk membantu subjek
ekonomi agar bekerja lebih cepat dan efisien. Dahulu siklus ekonomi hanya dilakukan di
dalam tempat yang disebut pasar, dengan kecanggihan teknologi sekarang penjual dan
pembeli tidak bersusah payah bertemu dan bertatap muka untuk melakukan transaksi karena
sekarang ada sistem jual beli online. Kesimpulannya ialah dengan teknologi yang semakin
canggih, maka sistem di sektor apapun akan berubah menjadi sistem yang lebih canggih.
Perdagangan bebas adalah salah satu dampak dari globalisasi dan dapat diartikan sebagai
sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized Commodity Description and
Coding System (HS) dengan ketentuan dari World Customs Organization yang berpusat di
Brussels, Belgium. Penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan

perdagangan lainnya. Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya
hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar
individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.
Di zaman yang serba modern seperti saat ini, perdagangan bebas telah menjadi harga mati
yang tidak bisa ditawar lagi. Hampir seluruh negara di dunia telah dipengaruhi oleh sistem
ekonomi perdagangan bebas, atau yang dikenal dengan free trade ini. Perlu kita ketahui
bahwa globalisasi ini merupakan sebuah sistem yang berani menembus ruang dunia sehingga
menghilangkan batas-batas negara. Namun, perlu dicatat pula bahwa globalisasi tidak akan
pernah ada jika negara itu benar-benar tidak ada.
Dalam globalisasi sebenarnya peran negara yang paling utama adalah sebagai alat
pengukur, yang bisa menyebabkan seseorang tahu globalisasi tengah berperan jika dia tidak
sedang berhubungan dengan temannya yang berada di negara lain atau bisa juga jika dia tidak
sedang menggunakan produk dari negara lain. Maka dari itu, negara mempunyai peran besar
yaitu sebagai pengukur keberadaan sistem globalisasi ini. Di samping itu, peran negara
adalah menjalankan sedikit urusan yang tidak bisa dikerjakan sendiri oleh individu, yaitu
memaksimalkan kesejahteraan individu seperti dengan pembentukan sistem hukum, jaminan
keamanan nasional, dan pembuatan uang.
Pertumbuhan perdagangan dunia pun meningkat secara drastis. percepatan trend ini yang
diharapkan terjadi oleh kaum liberal seiring dengan semakin meningkatnya teknologi
informasi dan telekomunikasi. Dengan semakin terintegrasinya perdagangan dunia, maka
hubungan perekonomian negara-negara akan semakin luas tanpa batas. Akan tetapi proyeksi
ini menyimpan beberapa permasalahan terutama dengan semakin berkembangnya praktek
neomerkantilisme oleh Amerika Serikat, kepemimpinan penguasa dunia yang sedang
menuruni puncak popularitas ekonomi akibat krisis finansial global yang belum lama ini
melanda.
Mengikuti perkembangan di zaman globalisasi, AFTA hadir di tengah-tengah negara ASEAN
yang katanya akan membangun dan memajukan perekonomian di negara Asia Tenggara.
Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area, AFTA) adalah sebuah
persetujuan oleh ASEAN mengenai sektor produksi lokal di seluruh negara ASEAN. Dapat
dipastikan pergerakan perdagangan bebas ini dapat berdampak negatif dan positif terhadap
bangsa yang mengalami perekonomian yang terus bergejolak tak menentu seperti Indonesia.
Perjanjian AFTA ditandatangani pada tanggal 28 Januari 1992 di Singapura. Ketika
persetujuan AFTA ditandatangani resmi, ASEAN memiliki enam anggota, yaitu, Brunei,
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Vietnam bergabung pada tahun 1995,
Laos dan Myanmar pada tahun 1997 dan Kamboja pada tahun 1999. AFTA sekarang terdiri
dari sepuluh negara ASEAN. Keempat pendatang baru tersebut dibutuhkan untuk
menandatangani persetujuan AFTA untuk bergabung ke dalam ASEAN, namun diberi
kelonggaran waktu untuk memenuhi kewajiban penurunan tarif AFTA. AFTA akan berlaku
secara mutlak pada tahun akhir tahun 2015.
Adapun tujuan penyelenggaraan kerjasama AFTA yaitu pertama, untuk meningkatkan daya
saing ASEAN sebagai basis produksi dalam pasar dunia melalui penghapusan bea dan
halangan non-bea dalam ASEAN. Kedua, untuk menarik investasi asing langsung ke
ASEAN. Kedua tujuan ini akan mengarah dan mengacu pada tujuan akhir, yaitu
menyejahterakan negara-negara ASEAN di segala sektor.

Perjanjian AFTA secara otomatis akan membawa dampak kepada bagaimana negara-negara
di ASEAN akan saling berkompetisi dan juga bersaing dalam tingkat Asia Tenggara sendiri.
Permasalahannya, apakah kawasan Asia Tenggara saat ini siap untuk menghadapi tantangan
itu? Langkah-langkah apa yang perlu dilakukan oleh negara ASEAN dalam menghadapi
globalisasi dan pasar bebas itu? Penulis setidaknya melihat ada beberapa hal yang menjadi
permasalahan yang perlu diperhatikan oleh negara-negara di Asia Tenggara, yakni konsep jati
diri negara-negara ASEAN, daya saing, profesionalisme diri dan hubungan kerjasama
ASEAN. Tulisan ini mencoba memberikan pandangan dan opini serta langkah-langkah
seperti apa yang harus dilakukan terkait dengan permasalahan AFTA.
Wacana perdagangan bebas sebagai jalan menuju kesejahteraan masih terus diperdebatkan
khususnya di Indonesia. Di media massa masih sering termuat berbagai pro-kontra maupun
pemain industri dalam negeri yang meneriakkan pentingnya perlindungan ekonomi industri.
Kemudian meskipun telah banyak pakar ilmu ekonomi yang menunjukkan secara
meyakinkan bahwa perdagangan bebas membawa lebih banyak manfaat bagi banyak orang
dari pada sebaliknya, namun tampaknya hal itu saja belum cukup untuk membimbing
pembuatan kebijakan publik yang lebih cenderung tunduk pada kekuatan lobi pro-proteksi.
Meski demikian, sebagian dari pengambil kebijakan Indonesia (pemerintah) percaya pada
manfaat perdagangan bebas juga, terbukti dari tarik-ulur yang kadangkala muncul di media
massa kita. Perhitungan ekonomi politik pastilah penyebab tarik-menarik ini. Harus diakui
pembuatan kebijakan memang perlu perencanaan dan perhitungan yang matang.
Seiring dengan munculnya perdagangan bebas itu, nasionalisme dan proteksionisme menjadi
lebih terlihat. Apalagi Indonesia juga akan memasuki era perdagangan bebas wilayah ASEAN
atau ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2015. Jadi, isu nasionalisme dalam
konteks perdagangan pun semakin penting. Hal ini bertujuan agar produk Indonesia bisa
menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Memang kesepakatan Indonesia dalam perjanjian
organisasi perdagangan bebas yang biasa disebut World Trade Organization (WTO) masih
menuai kontroversi. Karena sebagian kalangan menilai Indonesia belum layak turut serta
dalam perdagangan bebas. Namun, karena Indonesia terlanjur menyetujui perjanjian WTO,
maka mau tidak mau Indonesia harus menyiapkan diri menyongsong perdagangan bebas.
Inilah harga yang harus dibayar akibat menganut sistem ekonomi terbuka. Meskipun dalam
prakteknya justru produk-produk asing terutama produk Cina yang membanjiri pasar
Indonesia.
Era globalisasi yang telah dimulai bukan saja berpengaruh pada hubungan luar negeri bangsa
ini, namun lebih dari itu, asumsi dasar perekonomian nasional juga sebenarnya telah semakin
bergeser. Indonesia yang memiliki basis perekonomian kerakyatan, tentunya mengalami
tantangan terhadap paham ekonomi liberal yang berasaskan kompetisi bebas dan bersifat
individu maupun kelompok. Era perdagangan bebas yang menjadi salah satu senjata dari
ekonomi liberal, saat ini telah ada di depan mata, dan Indonesia menjadi salah satu negara
yang meratifikasinya. Harapan kita sekarang hanyalah adanya kesiapan dan kemampuan
secara mental, sistem sosial budaya, politik, serta ekonomi bangsa kita dalam menghadapi
ancaman globalisme-kapitalistik ini. Sehingga tidak memudahkan pengintegrasian
perekonomian Negara Indonesia ke dalam genggaman para pemodal negara-negara kaya.
Indonesia belum siap dalam menghadapi AFTA di beberapa sektor, baik secara mental, sistem
sosial budaya, politik, serta ekonomi. Banyak mereka yang masih tidak mengerti latar
belakang Indonesia menyetujui dan ikut terjun di perdagangan bebas tersebut yang bisa saja

malah membuat perekonomian Indonesia semakin terpuruk. Ironisnya, pemerintah tidak


membuka mata pada saat pergerakan sektor Indonesia di perhitungkan, kelambanan
pergerakan segala sektor tak menyadarkan Indonesia untuk tidak menyetujui AFTA, sehingga
banyak yang mengatakan Indonesia disebut sok-sokan dalam menyetujui ratifikasi AFTA.
Perdagangan bebas ini bukan masalah ringan, karena ini akan menentukan nasib negara kita
dimasa yang akan datang. Tidak hanya di sektor produksi lokal yang dipertaruhkan disini,
melainkan sektor tenaga kerja juga ikut ditaruhkan. Keadaan ini membuat beberapa prokontra yang signifikan. Pihak pro mengatakan dengan adanya perdagangan bebas di sektor
tenaga kerja, maka banyak peluang tenaga kerja untuk terus berkarir dengan patriot
semangatnya dan dapat bersaing di dunia tenaga kerja ASEAN. Kontra menuturkan bahwa
jika Indonesia tidak bisa menyeimbangi persaingan tenaga kerja ASEAN maka indonesia
telah kalah telak dalam perekonomian dan dapat meningkatkan angka pengangguran.
Dengan adanya perdagangan bebas, perusahaan-perusahaan transnasional dan pasar modal
dunia membebaskan bisnis dari kekuasaan politik tanpa distorsi oleh berbagai tekanan
negara. Disimpulkankan bahwa aktivitas bisnis yang primer dan kekuasaan politik tidak
mempunyai peran lain kecuali perlindungan sistem terhadap perdagangan bebas dunia.
Akibatnya, peran negara sebagai alat untuk mensejahterakan rakyat semakin terkikis oleh
kekuatan pasar yang tidak mempunyai agenda sosial dan usaha pengentasan kemiskinan.
Kondisi ini berdampak terhadap hubungan sosial yang selalu diukur dari pendekatan dan
solusi pasar, serta prinsip ekonomi pasar yang juga dijadikan tolok ukur untuk mengevaluasi
berbagai kebijakan, yang selanjutnya akan melahirkan arogansi kekuatan kapital dan negara
berperan sebagai tukang stempel bagi mereka. Yang mana dalam hal ini akumulasi modal
menjadi prasyarat isi material kelembagaan negara.
Selain itu dengan adanya perjanjian-perjanjian dengan organisasi perdagangan versi WTO
dapat menyebabkan adanya hambatan nontarif yang sangat merugikan, dimana hal ini sengaja
diciptakan seperti yang terjadi saat ini. Kebijakan nontarif impor ini memaksa penghapusan
satu-satunya bentuk proteksi yang tersisa oleh negara-negara dunia ketiga termasuk Indonesia
terhadap penetrasi pasar dalam negeri oleh kekuatan-kekuatan imperialis. Tetapi negaranegara imperialis dapat membatasi penetrasi terhadap pasar dalam negeri mereka terhadap
ekspor dari negara-negara dunia ketiga melalui penerapan serangkaian hambatan-hambatan
nontarif yang kokoh.
Sedangkan pada negara dunia ketiga atau Indonesia, dengan adanya hambatan nontarif sudah
tentu akan menyebabkan banjirnya barang impor karena mudahnya barang luar negeri masuk
ke pasar dalam negeri serta adanya peralihan impor dari yang tadinya ilegal menjadi legal.
Maka dengan ini agenda pemberdayaan ekonomi rakyat akan semakin terpuruk akibat
desakan kuat dari komoditas-komoditas asing yang notabene telah mengekspansi secara
simultan, dan benturan antara pemberdayaan ekonomi rakyat dengan pasar bebas pun tidak
dapat terelakkan. Yang semua ini menyebabkan semakin banyaknya angka pengangguran dan
akhirnya melumpuhkan perekonomian nasional. Sebenarnya dibalik semua ini ada
kepentingan dari negara-negara maju, yaitu agenda penaklukan kembali pasar dalam negeri
negara-negara dunia ketiga. Yang mana inilah tujuan mendasar dibalik tekanan kekuatan
negara-negara imperialis terhadap pasar bebas.
Di lain sisi dampak positif yang dapat diambil dari liberalisasi perdagangan versi WTO ini
tidak mempunyai peran signifikan dalam usaha peningkatan sumber daya yang ada maupun
produk yang akan dihasilkan. Selain itu dengan adanya perdagangan bebas hanya akan lebih

dinikmati oleh segelintir orang atau kelompok tertentu saja yang mempunyai kekuatan kapital
kuat dan sebagian besar lainnya lebih dirugikan. Karena mereka dijadikan tidak produktif dan
hanya dijadikan sebagai konsumen yang baik saja.
Globalisasi (termasuk AFTA 2015) sebenarnya dapat memberikan dampak positif bagi
Indonesia. Menurut Sutrisno Budiharto, nilai positif dari globalisasi di Indonesia:
1. Dari sisi pengelolaan negara, pemerintahan dapat dijalankan secara terbuka dan
demokratis. Jika pemerintahan dijalankan secara jujur dan bersih tentunya akan
mendapat tanggapan positif dari rakyat.
2. Dari sisi ekonomi, terbukanya pasar internasional dapat memperluas jangkauan
pemasaran pelaku industry di Indonesia. Jika mampu menguasai pasar internasional,
maka hal itu akan meningkatkan kesempatan kerja dalam negeri maupun
meningkatkan devisa negara.
3. Dari sisi budaya, ketatnya iklim persaingan bebas di dunia internasional dapat
mendorong masyarakat beradaptasi dengan kehidupan yang beretos kerja tinggi (lebih
disiplin). Masyarakat harus memperkuat kualitas diri untuk menghadapi ketatnya
persaingan agar tak ketinggalan dengan bangsa lain. Pada akhirnya, hal ini dapat
memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme.
4. Semakin mudah mengakses modal investasi dari luar negeri. Apabila investasinya
bersifat langsung, misalnya dengan pendirian pabrik di Indonesia maka akan
membuka lapangan kerja. Hal ini bisa mengatasi kelangkaan modal di Indonesia.
5. Semakin mudah memperoleh barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dan belum
bisa diproduksi di Indonesia
6. Semakin meningkatnya kegiatan pariwisata, sehingga membuka lapangan kerja di
bidang pariwisata sekaligus menjadi ajang promosi produk Indonesia.
Namun, globalisasi (termasuk AFTA 2015) juga dapat memberikan dampak negatif terhadap
Indonesia. Dampak negatif dari globalisasi di Indonesia:
1. Dapat mengikis nasionalisme. Gejala merosotnya nasionalisme itu sudah mulai
tampak di Indonesia sejak lama. Dari sisi cultural, ada gejala hilangnya rasa cinta
terhadap produk dalam negeri karena Indonesia dibanjiri barang impor. Generasi
muda mulai banyak yang lupa akan identitas bangsa Indonesia sendiri tapi cenderung
larut dalam gaya hidup liberal yang kebarat-baratan.
2. Kemungkinan hilangnya pasar produk ekspor Indonesia karena kalah bersaing dengan
produksi negara lain yang lebih murah dan berkualitas. Misalnya produk pertanian
kita kalah jauh dari Thailand.
3. Membanjirnya produk impor di pasaran Indonesia sehingga mematikan usaha-usaha
di Indonesia. Misalnya, ancaman produk mainan Cina yang lebih murah bagi industri
mainan di tanah air.

4. Ancaman dari sektor keuangan dunia yang semakin bebas dan menjadi ajang
spekulasi. Investasi yang sudah ditanam di Indonesia bisa dengan mudah ditarik atau
dicabut jika dirasa tidak lagi menguntungkan. Hal ini bisa memengaruhi kestabilan
ekonomi.
5. Ancaman masuknya tenaga kerja asing (ekspatriat) di Indonesia yang lebih
profesional SDMnya. Lapangan kerja di Indonesia yang sudah sempit jadi semakin
sempit.
Maka dari itu sebaiknya kita sebagai warga Indonesia yang mencintai Indonesia wajib
hukumnya untuk mendukung Indonesia agar bisa sejahtera. Misalnya dengan membeli
produk dalam negeri karena pasar kita yang sudah tersaingi oleh pasar luar negeri di era
globalisasi ini. Dalam hal Globalisasi ini, peran pemerintah dalam suatu negara sangat
diperlukan, mengingat segala aspek yang dilakukan adalah demi tercapainya suatu keadaan
negara yang lebih baik. Pemerintah perlu menyikapi kehadiran globalisasi disini secara
intensif dan berkelanjutan. Karena jika tidak besaing dengan negara ASEAN akan membuat
kehidupan masyarakat Indonesia semakin terpuruk.
Melihat dampak yang lebih banyak merugikan tersebut, kiranya perlu dilakukan antisipasi
yang cepat dan menyeluruh. Beberapa bentuk upaya antisipasi yang belum maupun sudah
ditempuh Indonesia antara lain:
1. Memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk lebih mencintai produk dalam
negeri dengan terus meningkatkan mutu produk-produk dalam negeri agar lebih
berkualitas. Misalnya menggiatkan program Aku Cinta Produk Indonesia (ACI ).
2. Melakukan negosiasi ulang kesepakatan perdagangan bebas itu atau minimal
menundanya, terutama untuk sektor-sektor yang belum siap.
3. Melakukan seleksi produk untuk melindungi industri nasional.
4. Mencabut pungutan retribusi yang memberatkan dunia usaha di daerah, agar industri
lokal menjadi lebih kompetitif.
5. Pengetatan pemeriksaan barang masuk di pelabuhan harus dilakukan juga, karena
negara lain juga melakukan hal yang sama.
6. Memberikan kemudahan dalam bentuk pendanaan, dengan cara kredit usaha dengan
bunga yang rendah.
7. Mengaktifkan rambu-rambu nontarif, seperti pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia (SNI), ketentuan label, dan sejumlah peraturan lainnya terkait dengan
pengamanan pasar dalam negeri.
8. Memperbaiki berbagai kebijakan ekonomi untuk menghadapi perdagangan bebas.
Tetapi secara jangka panjang langkah-langkah tersebut tidak bisa digunakan secara permanen.
Kebijaksanaan globalisasi menuntut masyarakat industri harus berjuang dengan keras untuk
memenangkan persaingan global yang semakin mengancam, maka di sini dibutuhkan suatu
kejelian. Oleh karena itu, negara dunia ketiga harus saling membahu dalam menciptakan tata

dunia yang adil dengan menggalang seluruh kekuatan yang tersedia, baik dalam bentuk
kebijakan maupun koalisi untuk penyusunan skenario ekonomi dunia yang adil agar
eksploitasi tidak kembali terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Budiharto, Sutrisno. 2014. Globalisasi AFTA 2015, Nasionalisme, dan Ancamannya.


http://ekonomi.kompasiana.com. Diakses pada 2 Mei 2015.
Cody, Newbie. 2014. Dampak Pasar Bebas Terhadap Perekonomian Indonesia. http://gr3atschool.blogspot.com. Diakses pada 2 Mei 2015.
Linda. 2011. Pengaruh Tentang Perdagangan Bebas di Tingkat Asia Terhadap Lulusan
Sarjana Ekonomi. http://ndandutz.wordpress.com. Diakses pada 2 Mei 2015.

Share this:

Twitter

Facebook

Loading...

Related
PENERAPAN HUKUM DALAM EKONOMI
Pengangguran dan Inflasi
TAHAPAN PENERAPAN STANDAR IFRS DI INDONESIA

Leave a Reply

PERKEMBANGAN AKUNTANSI INTERNASIONAL


SEJARAH PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA
Create a free website or blog at WordPress.com. | The Greyzed Theme.
Follow

Follow rumaishaa
Get every new post delivered to your Inbox.

Build a website with WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai