Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
NISSA NURACHMI MAULIANA [2015349099]
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan
rahmat,
karunia,
penulis
dapat
menyelesaikan makalah tentang Serat Pangan (Dietary Fiber) ini tepat pada
waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof.
Dr. Ir. Giyatmi, M. Si. selaku Dosen mata kuliah Pangan Fungsional yang telah
memberikan tugas ini.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya
kritik yang konstruktif demi perbaikan di masa yang akan datang. Penulis sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Serat Pangan (Dietary Fiber). Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, 21 April 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
ii
PENDAHULUAN.......................................................................................
11
PENUTUP...................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
13
LAMPIRAN................................................................................................
15
PENDAHULUAN
Serat makanan merupakan salah satu zat gizi yang belakangan ini dianggap
penting. Selama ini, pembahasan mengenai serat makanan sering terabaikan
dibandingkan dengan bahasan tentang protein, lemak, dan karbohidrat. Alasannya,
sifat fisik serat termasuk bagian dari makanan yang tidak dapat dicerna
(indigestible) dan sumbangan gizinya tidak diperhitungkan (negligible nutrient
value). Namun, serat makanan sebenarnya memiliki fungsi penting yang tidak
tergantikan oleh zat lainnya (Rusilanti, 2007).
Pada masa lalu, serat pangan hanya dianggap sebagai sumber energi yang
tidak tersedia (non-available energy source) dan hanya dikenal mempunyai efek
sebagai pencahar perut (melancarkan buang air besar). Akan tetapi berdasarkan
pengamatan peneliti-peneliti Inggris (Burkitt dan Trowell) pada tahun 1970-an,
disimpulkan bahwa terdapat suatu hubungan erat antara konsumsi serat pangan
dengan insiden timbulnya berbagai macam penyakit (Muchtadi, 2001).
Berdasarkan pengamatan bahwa penduduk Afrika pedalaman rnempunyai
sedikit insiden penyakit karena banyak mengkonsumsi serat pangan dibandingkan
dengan populasi di negara-negara maju, Burkitt dan Trowell menyimpulkan
bahwa konsumsi serat pangan dalam jumlah banyak akan memberikan pertahanan
tubuh tehadap timbulnya berbagai macam penyakit seperti kanker usus besar
(colon), penyakit divertikular, penyakit kardiovaskular dan kegernukan (obesitas)
(Muchtadi, 2001).
Dugaan bahwa serat (fiber) merupakan senyawa inert secara gizi didasarkan
atas asumsi bahwa senyawa tersebut tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim
pencernaan. Hasil-hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa ternyata
senyawa yang tidak dapat dicerna tersebut tidak hanya terdiri dari selulosa, tetapi
juga lignin, hemiselulosa, pentosan, gum dan senyawa pektin. Oleh karena itu,
akhirnya digunakan istilah serat pangan (dietary fiber), untuk menunjukkan
bahwa lignin serta karbohidrat lain yang tidak dapat dicerna termasuk ke
dalamnya (Muchtadi, 2001).
Kandungan serat diet makanan biasanya 6-12 kali lebih besar daripada
kandungan serat kasar (deMan, 1997). Kadar serat kasar nilainya lebih rendah
dibandingkan dengan kadar serat pangan, karena asam sulfat dan natrium
hidroksida mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menghidrolisis
komponen-komponen pangan dibandingan dengan enzim-enzim pencernaan
(Muchtadi, 2001)
Serat diet, yang didefinisikan sekarang, mencakup 3 fraksi utama berikut :
1. Polisakarida struktur, berkaitan dengan dinding sel tumbuhan, termasuk
selulosa, hemiselulosa, dan pektin;
2. Nonpolisakarida struktur, terutama lignin, dan;
3. Polisakarida nonstruktur, termasuk gom dan musilago (deMan, 1997).
Hampir sebagian besar serat pangan yang terkandung dalam makanan
bersumber dari pangan nabati. Serat tersebut berasal dari dinding sel berbagai
jenis buah-buahan, sayuran, serealia, umbi-umbian, kacang-kacangan dan lainlain. Padi-padian merupakan sumber serat yang baik. Proporsi dari berbagai
komponen serat pangan sangat bervariasi antara satu bahan pangan dengan bahan
pangan lainnya. Faktor-faktor seperti spesies, tingkat kematangan, bagian tanaman
yang dikonsumsi dan perlakuan terhadap bahan tersebut, sangat berpengaruh
terhadap komposisi kimia dan sifat fisik dari serat makanan, serta berpengaruh
juga terhadap peran fisiologis dalam tubuh (Muchtadi, 2001; deMan 1997).
2. Klasifikasi Serat Pangan
Menurut karakteristik fisik dan pengaruhnya terhadap tubuh, serat pangan
dibagi atas dua golongan besar, yaitu serat pangan larut air (Soluble Dietary
Fiber/SDF) dan serat pangan tidak larut air (Insoluble Dietary Fiber/IDF). Serat
pangan larut air merupakan komponen serat yang dapat larut di dalam air dan
dalam saluran pencernaan. Komponen serat ini dapat membentuk gel dengan cara
menyerap air. Adapun serat tidak larut adalah serat yang tidak larut dalam air,
tetapi memiliki kemampuan menyerap air dan meningkatkan tekstur dan volume
tinja (Astawan dan Andreas, 2008; Devi, 2010)
Gum, pektin dan sebagian hemiselulosa larut yang terdapat dalam dinding sel
tanaman merupakan sumber SDF. Sumber IDF adalah selulosa, lignin, sebagian
asam-asam
gulanya
adalah
asam
mannuronat,
galakturonat,
Selulosa
Merupakan polimer -glukosa dengan ikatan -14 diantara asam
glukosanya. Selulosa berfungsi sebagai bahan struktur dalam jaringan
tumbuhan dalam bentuk campuran polimer homolog dan biasanya disertai
polisakarida lain dan lignin dalam jumlah yang beragam (deMan, 1997).
lebih rapat dan lebih tahan terhadap enzim dan pereaksi kimia daripada
daerah nonkristal. Daerah kristal menyerap air dengan jelek. Derajat
kekristalan yang tinggi menyebankan modulus kekenyalan sangat meningkat
dan daya regang serat selulosa menjadi lebih besar dan mengakibatkan
makanan yang mengandung selulosa lebih liat (deMan, 1997).
2) Hemiselulosa
Hemiselulosa mengacu kepada polisakarida nonpati yang tidak larut
dalam air. Hemiselulosa bukan prazat untuk selulosa dan tidak berperan
dalam biosintesis selulosa tetapi dibuat tersendiri dalam tumbuhan sebagai
komponen struktur dinding sel. Kebanyakan hemiselulosa merupakan
beberapa polisakarida, yang biasanya mengandung 2 sampai 4 satuan gula
yang berlainan. Hemiselulosa dapat diperoleh dengan cara ekstraksi basa
dedak gandum dan ditemukan mengandung L-arabinosa 59%, D-xilosa
38,5%, dan asam D-glukuronat 9%. Endosperma gandum mengandung
sekitar 2,4% hemiselulosa (deMan, 1997).
3) Lignin
Lignin membentuk sel dinding tanaman dan material semen diantara
dinding tanaman. Setelah selulosa, lignin memiliki jumlah yang berlimpah di
dunia (Northey et. al., 2000). Lignin juga merupakan senyawa pada tanaman
yang mempunyai peranan sebagai antikanker, antibakteri, antijamur dan
antivirus. Lignin diubah oleh mikroflora usus menjadi enterolactone dan
enterodiol, yaitu dua senyawa yang sangat berperan dalam mencegah
serangan kanker, terutama kanker payudara (Wirakusumah, 2007).
3. Sifat Spesifik Serat Pangan
Sifat-sifat spesifik serat pangan yang berkaitan dengan efek fisiologisnya
meliputi:
a. Fermentabilitas
Seperti sudah tersurat dalam definisi, serat pangan tidak dapat dicerna di
dalam usus halus, tetapi akan mengalami degradasi mikrobiologis (fermentasi)
di dalam kolon sebagian atau seluruhnya. Fermentasi tersebut menghasilkan
asam lemak rantai pendek (Short-Chain Fatty Acids = SCFA) terutama asam
asetat, propionat dan butirat serta asam valerat, iso valerat, iso butirat dalam
jumlah yang lebih kecil. Di samping itu juga dihasilkan gas metana (CH 4),
karbon dioksida (CO2) dan hidrogen (H2). Fermentabilitas serat pangan
mempengaruhi "keruahan feses" karena jumlah masa bakteri dalam feses
tersebut. Dengan kata lain sifat meruah feses merupakan gabungan dari sifat
serat sendiri yang tidak tercerna dan masa bakteri yang tumbuh pada substrat
serat tersebut. Efektivitas fermentasi tergantung dari jenis serat pangan dan
berpengaruh pada sifat lakastif yang ditimbulkan (Marsono, 2004).
Sifat
fermentabilitas
ini
sekarang
banyak
dimanfaatkan
dalam
makanan dalam bentuk feses. Dalam usus besar, serat pangan akan mengikat
zat karsinogenik. Berkat transit time yang singkat, waktu zat karsinogenik
bermukim dalam usus besar juga makin pendek sehingga risiko pada usus
juga makin kecil (Astawan dan Andreas, 2008).
b. Mengontrol kadar kolesterol
Banyak penelitian juga telah menunjukkan bahwa serat pangan
berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol serum atau plasma darah,
baik pada hewan percobaan maupun manusia. Serat pangan dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam darah karena mampu mengikat asam
empedu. Ikatan ini akan keluar bersama feses, lemak, dan kolesterol. Makin
banyak serat yang dikonsumsi, makin banyak pula asam empedu, lemak, dan
kolesterol yang dikeluarkan dari tubuh bersama feses (Astawan dan Andreas,
2008).
Produk oat (sejenis gandum) telah banyak diteliti dan diketahui sebagai
sumber serat pangan terlarut yang dapat menurunkan kadar kolesterol, yakni
-glukan. Telah dibuktikan secara ilmiah bahwa mengonsumsi produk ini
akan menurunkan total kolesterol dan Low Density Lipoprotein (LDL)
kolesterol, dan itu berarti resmi diakui oleh Food and Drug Administration
(FDA) pada tahun 1997 (Silalahi, 2006)
Serat golongan larut air yang banyak terdapat dalam havermout,
kacang-kacangan, sayur, dan buah-buahan dapat mengikat asam empedu
sehingga dapat menurunkan absorbsi lemak dan kolesterol darah, sehingga
menurunkan risiko, mencegah atau meringankan penyakit jantung koroner
dan dislipidemia (Almatsier, 2006).
Serat pangan dapat mempengaruhi kadar kolesterol penderita
overweight-obesitas dengan menjerat lemak di usus halus, mengikat asam
empedu dan meningkatkan ekskresinya ke feses sehingga dapat menurunkan
kadar kolesterol LDL dan trigliserida dan meningkatkan HDL/High Density
Lipoprotein (Fairudz dan Khairun, 2015).
PENUTUP
Uraian yang telah disampaikan di atas memberikan gambaran betapa serat
pangan sebagai salah satu zat gizi telah mengalami perkembangan pemahaman.
Faktor yang mendukung kenaikan daya tarik serat pangan adalah sifat-sifat serat,
efek fisiologis serta manfaatnya bagi kesehatan. Sifat-sifat fisik serat pangan
memberikan efek fisiologis yang spesifik dengan demikian juga mempunyai
pengaruh kesehatan yang spesifik pula. Sebagai negara yang padat penduduk
dengan asupan zat gizi yang sangat variatif kemungkinan efek negatif karena
rendahnya asupan serat pangan mungkin tidak begitu terasa. Akan tetapi bukan
berarti kita harus melupakan atau mengabaikan. Sosialisasi mengenai manfaat dan
sumber-sumber serat pangan kepada seluruh lapisan masyarakat juga perlu di
berikan agar masyarakat yang selama ini menerima informasi serat pangan lewat
iklan produk di TV atau radio juga mendapat informasi yang imbang dari sumber
lain yang lebih kompeten. Bagi Institusi Pendidikan yang mempelajari pangan
sudah waktunya tidak hanya mengajarkan serat kasar (crude fibre) kepada para
mahasiswanya, tetapi juga serat pangan (dietary fibre). Sedangkan bagi awam
pengetahuan serat pangan juga sangat diperlukan agar bisa menjaga diri dan
memiliki referensi dalam memilih makanan untuk menu hariannya (Marsono,
2004).
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
DeMan, John M. 1997. Kimia Makanan Edisi Kedua. Bandung. ITB.
Sumber Internet
AACC Report. 2001. The definition of Dietary Fiber. Cereal Foods World , Vol 46,
No. 3. (http://www.aaccnet.org/ ; diakses pada tangal 15 April 2016).
Almatsier, Sunita (Ed). 2006. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama. (http://books.google.co.id; diakses pada tanggal 14 April
2016).
Anonim. 2009. Health Secret of Dragon Fruit Menguak Keajaiban si Kaktus
Eksotis dalam Penyembuhan Penyakit. Jakarta. Elex Media Komputindo.
(http://books.google.co.id; diakses pada tanggal 14 April 2016).
Astawan, Made dan Andreas Leomitro Kasih. 2008. Khasiat Warna-Warni
Makanan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. (http://books.google.co.id;
diakses pada tanggal 14 April 2016).
-------. 2009. Khasiat Whole Grain Makanan Berserat untuk Hidup Sehat. Jakarta.
Gramedia Pustaka Utama. (http://books.google.co.id; diakses pada tanggal
14 April 2016).
Devi, Nirmala. 2010. Nutrition and Food Gizi untuk Keluarga. Jakarta. Kompas
Media Nusantara. 2015. (http://books.google.co.id; diakses pada tanggal 14
April 2016).
Fairudz, Alyssa dan Khairun Nisa. Pengaruh Serat Pangan terhadap Kadar
Kolesterol Penderita Overweight. Majority, Volume 4, No. 8.
(http://jukeunila.com/wp-content/uploads/2015/11/121-126-ALYSSA.pdf;
diakses pada tanggal 28 Maret 2016).
Marsono, Yustinus. 2004. Serat Pangan dalam Perspektif Ilmu Gizi. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Yogyakarta.
Universitas
Gadjah
Mada.
(https://aryaulilalbab.files.wordpress.com/2015/03/serat-pangan-dalamperspektif-ilmu-gizi.pdf; 28 Maret 2016).
Muchtadi, Dedi. 2001. Sayuran sebagai Sumber Serat Pangan untuk Mencegah
Timbulnya Penyakit Degeneratif. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Vol
XII,
No,
1.
Bogor.
IPB.
(http://www.oaj.unsri.ac.id/files/baijournal/Dedi_Muchtadi_sayuran_sebagai_sumber.PDF;
diakses
pada
tanggal 28 Maret 2016).
Northey, Robert A, et al. 2000. Lignin: Historical, Biological, and Materials
Perspectives,
Volume
742.
American
Chemical
Society.
(http://books.google.co.id; diakses pada tanggal 14 April 2016).
Rusilanti & Clara M. Kusharto. 2007. Sehat dengan Makanan Berserat. Jakarta.
AgroMedia Pustaka. (http://books.google.co.id; diakses pada tanggal 14
April 2016).
Silalahi, Jansen. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta.
(http://books.google.co.id; diakses pada tanggal 14 April 2016).
Kanisius.
Wirakusumah, Emma S. 2007. Jus Buah dan Sayuran. Jakarta. Penebar Swadaya.
(http://books.google.co.id; diakses pada tanggal 14 April 2016).
LAMPIRAN
Contoh Produk di Pasaran yang Mengandung Serat Pangan
1. PRODUK SUSU SEREAL ENERGEN
3,5
1,5
0
1
23
1
17
60
g
g
g
g
g
g
g
mg
% AKG
6%
8%
0%
2%
8%
5%
3%
30%
15%
20%
15%
20%
25%
10%
10%
15%
LAMPIRAN (lanjutan)
2. PRODUK MIE INSTAN INDOMIE MY NOODLEZ
%
AKG
12%
Lemak
Jenuh
3g
18%
Kolesterol
0 mg
Lemak Total
51 g
%
AKG
17%
5g
20%
0%
Gula
3g
14%
Natrium
580 mg
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin B6
45%
25%
25%
Vitamin B12
20%
Niasin
Asam Folat
Asam
Pantotenat
Zat Besi
Protein
8g
25%
35%
35%
6%
25%
LAMPIRAN (lanjutan)
3. PRODUK AGAR NUTRIJELL
LAMPIRAN (lanjutan)
4. PRODUK RUMPUT LAUT BUGO KREZZ!
3,5
1,5
0
0
1
1
1
0
60
60
g
g
g
mg
g
g
g
g
mg
mg
% AKG
5%
8%
0%
2%
0%
5%
3%
1%
0%
0%
0%
LAMPIRAN (lanjutan)
5. PRODUK MINUMAN BUAVITA GUAVA
0 g
0 g
33 g
2 g
20 g
55 mg
105 mg
% AKG
0%
0%
11%
7%
2%
2%
60%
115%
10%
8%
6%
15%