Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Air untuk Irigasi dan Sistem Jaringan Irigasi
Air adalah sumber daya alam yang terbesar di dunia ini. Manusia sendiri sangat
membutuhkan air dalam kehidupannya. Tercatat dalam sejarah bahwa permulaan
peradaban di muka bumi ini pada daerah yang dilalui aliran sungai seperti sungai Nil di
Mesir, sungai Indus di India dan sungai Hwang-Ho di Cina
Dalam penggunaannya dalam kebutuhan air sehari-hari, sebanyak kurang lebih
80% di bumi ini digunakan untuk lahan bercocok tanam. Terdapat dua sumber air yang
dapat kita kenal, Sumber air yang berasal dari permukaan (surface water) seperti danau,
aliran sungai dan lain-lain. Dan sumber mata air yang berasal dari dalam tanah (ground
water) seperti mata air.
Pemanfaatan sumber-sumber air tersebut untuk disalurkan dalam penggunaannya
mengairi lahan-lahan bercocok tanam, atau biasa diistilahkan dengan kata irigasi. Irigasi
memainkan peranan penting dalam usaha meningkatkan hasil pangan. Dewasa ini hanya
sekitar 15 % tanah yang memadai untuk lahan pertanian menerima irigasi yang
terjamin. Masih banyak lahan pertanian yang belum tersentuh irigasi.
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air yang dilakukan manusia untuk
menunjang pertanian. Kemampuan suatu sumber air untuk mengeluarkan air pada suatu
daerah tergantung pada siklus hidrologinya. Irigasi diperlukan untuk mengukur secara
tepat elemen-elemen siklus hidrologi seperti presipitasi, evaporasi dan transpirasi untuk
menaksir berapa banyak air yang dapat dimanfaatkan untuk irigasi. Irigasi dikehendaki
dalam situasi apabila jumlah curah hujan lebih kecil dari pada kebutuhan tanaman dan
apabila jumlah curah hujan mencukupi tetapi distribusi dari curah hujan tersebut tidak
bersamaan dengan waktu yang dikehendaki tanaman. Air yang diperlukan untuk suatu
daerah irigasi adalah air yang terdapat di bumi, seperti : air yang berasal dari dalam
tanah, sungai, waduk, danau, maupun rawa. Sedangkan air hujan tidak tergolong
kategori air irigasi.
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan
irigasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu (1) jaringan irigasi sederhana,
(2) jaringan irigasi semi teknis dan (3) jaringan irigasi teknis. Karakteristik masingmasing jenis jaringan diperlihatkan pada Tabel 1. 1.

2
Tabel 1.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi
Teknis
Bangunan
permanen

Klasifikasi Jaringan Irigasi


Semi Teknis
Sederhana
Bangunan permanen atau Bangunan
semi permanen
sernentara

Baik

Sedang

Tidak mampu
mengatur/mengukur

Jaringan saluran

Saluran pernberi
dan Pembuang
terpisah

Petak tersier

Dikembangkan
Sepenuhnya

Saluran pemberi dan


Pembuang tidak
sepenuhnya terpisah
Belum dikembangkan
identitas bangunan tersier
jarang

Saluran pernberi
dan pembuang
menjadi satu
Belum ada jaringan
terpisah yang
dikembangkan

Bangunan
Utama
Kernarnpuan
dalam
mengukur dan
mengatur debit

Efisiensi secara
50-60%
40-50%
keseluruhan
Ukuran
Tak ada batasan
< 2000 hektar
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP 01
1.

<40%
< 500 hektar

Irigasi Sederhana
Di dalam proyek sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur, air lebih akan

mengalir ke selokan pembuang. Para pemakai air tergabung dalam satu kelompok sosial
yang sama, dan tidak diperlukan keterlibatan pemerintah di dalam organisasi jaringan
irigasi semacam ini. Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar antara
sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit
untuk pembagian air.
Jaringan irigasi yang masih sederhana itu mudah di organisasi tetapi memiliki
kelemahan-kelemahan yang serius. Pertama-tama, ada pemborosan air dan karena pada
umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang itu tidak selalu
dapat mencapai daerah rendah yang lebih subur. Kedua, terdapat banyak penyadapan
yang memerlukan lebih banyak biaya lagi dari penduduk karena setiap desa membuat
jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri. Karena bangunan pengelaknya bukan
bangunan tetap/permanen, maka umurnya mungkin pendek. Namun jaringan ini masih
memiliki beberapa kelemahan antara lain, (1) terjadi pemborosan air karena banyak air
yang terbuang, (2) air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang
lebih subur, dan (3) bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu
bertahan lama. Gambar 1.1 memberikan ilustrasi jaringan irigasi sederhana.

Gambar 1.1. Skema Jaringan Irigasi Sederhana


(Sumber : Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01)
2.

Irigasi Semi Teknis


Dalam kebanyakan hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi sederhana

dan jaringan semiteknis adalah bahwa yang belakangan ini bendungnya terletak di
sungai lengkap dengan pengambilan dan bangunan pengukur di bagian hilirnya.
Mungkin juga dibangun beberapa bangunan permanen di jaringan saluran. Sistem
pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Adalah mungkin bahwa
pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas daripada daerah
layanan jaringan sederhana. Oleh karena itu biayanya ditanggung oleh lebih banyak
daerah layanan. Organisasinya lebih rumit dan jika bangunan tetapnya berupa bangunan
penganbilan dari sungai, maka diperlukan lebih banyak keterlibatan dari pemerintah,
dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Gambar 1.2 memberikan ilustrasi jaringan
irigasi semi teknis sebagai bentuk pengembangan dari jaringan irigasi sederhana.

Gambar 1.2. Skema Jaringan Irigasi Semi Teknis


(Sumber : Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01)
3.

Irigasi Teknis
Salah satu teknis prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah pemisahan

antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini berarti bahwa baik
saluran irigasi maupun pembuang tetap bekerja sesuai dengan fungsinya masingmasing, dari pangkal hingga ujung. Saluran irigasi mengalirkan air irigasi ke sawahsawah dan saluran pembuang mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke selokanselokan pembuang alamiah yang kemudian akan membuangnya ke laut.
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak
tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar
antara 50-100 Ha, kadang-kadang sampai 150 Ha. Petak tersier menerima air di suatu
tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan pembawa yang diatur oleh
Dinas Pengairan. Pembagian air di dalam petak tersier diserahkan kepada para petani.
Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung
di dalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya dialirkan
ke jaringan pembuang primer. Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsipprinsip

di

atas

adalah

cara

pembagian

air

yang

paling

efisien

dengan

mempertimbangkan waktu-waktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan-kebutuhan

5
pertanian. Jaringan teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian
air irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien.
Jika petak tersier hanya memperoleh air dari satu tempat saja yaitu jaringan
(pembawa) utama, akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit di saluran
primer, eksploitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah dibandingkan
dengan apabila setiap petani diijinkan untuk mengambil sendiri air dari jaringan
pembawa. Untuk menghindari kesalahan pengolahan air dalam hal-hal khusus, dibuat
sistem gabungan (fungsi saluran irigasi dan pembuang digabung). Walaupun jaringan ini
memiliki keuntungan-keuntungan tersendiri, kelemahan-kelemahannya juga amat serius
sehingga sistem ini pada umumnya tidak akan diterapkan.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari jaringan gabungan semacam ini adalah
pemanfaatan air yang lebih ekonomis dan biaya pembuatan saluran lebih rendah, karena
saluran pembawa dapat dibuat lebih pendek dengan kapasitas yang lebih kecil.
Kelemahan-kelemahannya adalah bahwa jaringan semacam ini lebih sulit diatur dan
dieksploitasi, lebih cepat rusak dan menampakkan pembagian air yang tidak merata.
Bangunan-bangunan tertentu di dalam jaringan tersebut akan memiliki sifat-sifat seperti
bendung dan relatif mahal. Gambar 1.3. memberikan ilustrasi jaringan irigasi teknis
sebagai pengembangan dari jaringan irigasi semi teknis.

Gambar 1.3. Skema Jaringan Irigasi Teknis


(Sumber : Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01)

6
1.2. Maksud dan Tujuan Irigasi
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Pasal 2 Nomor 20 Tahun 2006
tentang Irigasi, irigasi berfungsi mendukung produktivitas usaha tani guna
meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan
kesejahteraan masyarakat, khususnya petani, yang diwujudkan melalui keberlanjutan
sistem irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi.
Keberlanjutan sistem irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) ditentukan
oleh:
a. Keandalan air irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan membangun waduk, waduk
lapangan, bendungan, bending, pompa, dan jaringan drainase yang memadai,
mengendalikan mutu air, serta memanfaatkan kembali air drainase.
b. Keandalan prasarana irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan peningkatan dan
pengelolaan jaringan irigasi yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi
jaringan irigasi di daerah irigasi
c. Meningkatnya pendapatan masyarakat petani dari usaha tani yang diwujudkan
melalui kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang mendorong
keterpaduan dengan kegiatan diversifikasi dan modernisasi usaha tani. Kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan norma, standar,
pedoman, dan manual yang ditetapkan oleh Menteri.
Tujuan irigasi disediakan dan dimanfaatkan adalah untuk memperoleh hasil produksi
yang optimal dari semua usaha pertanian yang mendapatkan manfaat dari air irigasi.
Tujuan irigasi secara teknis adalah menampung dan mengumpulkan air serta
melancarkan jalannya air dari daerah-daerah tergenang (inundasi). Tujuan irigasi secara
langsung adalah untuk membasahi tanah agar dicapai suatu kondisi tanah yang baik
untuk pertumbuhan tanaman dalam hubungannya dengan prosentase kandungan air dan
udara sebagai pengangkut bahan-bahan pupuk untuk perbaikan tanah..
Dengan irigasi kini diharapkan air dari sungai dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan air bagi pertanian. Kebutuhan air tanaman dapat dijaga keberadaannya dalam
meningkatkan produksi tanaman. Dengan begitu masalah kekurangan pangan dan
sandang dapat diatasi.

Lebih lanjut meningkatkan produksi tanaman ini akan

meningkatkan pendapatan petani.


Sedangkan tujuan pemberian tugas irigasi bagi mahasiswa adalah diharapkan
mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dasar dalam bidang teknis

7
perencanaan saluran dan bangunan pengairan yang merupakan prasyarat untuk
mendesain suatu jaringan irigasi, selain itu diharapkan mahasiswa dapat lebih
memahami mata kuliah irigasi dengan lebih mendalam sehingga dapat menerapkan
teori-teori irigasi dalam pertanian. Adapun manfaat dari pemberian tugas ini adalah
diharapkan mahasiswa Teknik Pengairan dapat :
1. merencanakan jaringan irigasi yang sesuai dengan standar perencanaan irigasi
2. menganalisa kebutuhan air irigasi bagi tanaman
3. menyusun pola tata tanam
1.3. Keuntungan Irigasi
Keunggulan utama dari sistem irigasi adalah air yang diberikan mendekati
kesetimbangan dengan kebutuhan air tanaman, meminimumkan air larian, dan
perkolasi. Luas pembasahan yang sempit dapat meminimumkan pertumbuhan gulma
pada lahan pertanian dan menghemat air sehingga tagihannya menjadi lebih. Sistem ini
akan melakukan semua tugas penyiraman untuk membantu kerja para petani. Jadwal
penyiraman yang teratur akan menghasilkan tanaman yang lebih dan lebih merata
pertumbuhannya. Ada banyak alasan yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan
yang tinggi dari sistem ini. Kontinyunya pemberian air di sekitar daerah perakaran
menyebabkan kandungan lengas tanah pada daerah perakaran tinggi, sehingga masalah
kekurangan air bisa diminimalisir. Terbatasnya permukaan tanah yang terkena air dapat
mengurangi pertumbuhan gulma, sehingga kompetisi tanaman inti untuk memperoleh
air dan unsur hara rendah.
Dari uraian diatas, dengan adanya sistem irigasi yang mulai digunakan pada setiap
lahan pertanian, dimungkinkan para petani mulai merasakan keuntungan, seperti :
1.

Pengairan lahan pertaian di setiap


daerah mulai terstruktur.

2.

Tercukupinya

kebutuhan

air

tanaman.
3.

Keadaan perekonomian para petani


berangsur membaik.

4.

Tercapainya
optimal.

hasil

panen

yang

8
1.4. Syarat Utama Irigasi
Irigasi memainkan peranan penting daam usaha meningkatkan hasil pangan.
Kerena dengan irigasi kebutuhan air untuk tanaman dapat terpenuhi. Sehingga proses
pertumbuhan tanaman dapat berjalan dengan baik. Syarat utama irigasi yang merupakan
tempat unsur fungsional pokok yang harus ada dalam irigasi, yaitu :
1.

Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak


tersier.

2. Petak-petak tersier dengan system pembagian air dan sisem pembuangan kolektif,
air irigasi dibagi-bagi dan di alirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung
di dalam suatu sistem pembuangan dalam petak tersier.
3. Sistem pembuang yang ada di luar daeah irigasi untuk membuang kelebihan air di
sungai atau saluran-saluran alamiah.
4. Tersedianya sumber air dan air yang berlimpah untuk dapat mengalirkan air agar
dapat berguna bagi makhluk hidup. Karena jika tidak tersedia air yang melimpah
atau cukup banyak, maka air tidak bisa diribusikan untuk memenuhi kebutuhan
makhluk hidup.
Dengan adanya bangunan-bangunan utama, jaringan pembawa, petak-petak tersier, dan
system pembuang dapat mengorganisir air agar dapat cukup untuk memenuhi kebutuhan
agar tidak boros. Karena apabila tidak tedapat empat unsur fungsional pokok irigasi, air
tidak dapat terorganisir dengan baik dan terjadi pemborosan air, serta bisa saja air tidak
sampai ke daerah yang lebih tinggi dari sumber air.
1.5. Syarat Utama Air, Tanah, dan Tanaman untuk Irigasi
Tanah merupakan proses penguraian batuan yang terdiri dari proses mekanik
disintegrasi dan proses kimia dekomposisi. Ada beberapa jenis tanah yang mempunyai
komposisi mineral yang sama dengan batu asalnya atau beberapa mineral baru karena
dimungkinkan bersenyawa dengan air, karbondioksida dan mineral organik lainnya.
Tanah mendukung pertumbuhan tanaman dengan menyediakan air dan oksigen
yang sangat berguna bagi tanaman. Di dalam tanah selain terdapat air tanah juga
terdapat udara, mineral, dan karbonat bebas yang tersimpan pada lapisan teratas bumi.
Juga terdapat sisa-sisa tanaman dan hewan (fosil) dengan berbagai macam tingkatan
dekomposisi.
Sifat fisik tanah mempengaruhi kesuburan tanah dan daya tumbuh tanaman.
Sifat fisik terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah tekstur tanah

9
dan struktur tanah. Menurut ukurannya butiran tanah dibedakan atas pasir, lumpur, dan
tanah liat.
Untuk mendapatkan mutu tanah yang baik dan lahan yang baik untuk untuk
irigasi perlu diperhatikan ciri fisik dan ciri kimianya, yaitu :
Ciri-ciri fisik :

Tekstur dan struktur tanah

Permeabilitas dan tingkat infiltrasi

Kapasitas menyimpan air

Kemiringan lahan dan ke dalaman permukaan tanah

Drainability dan kedalaman lapisan batu

Ciri-ciri kimia :

Cation-exchange capacity

Exchangeable cation

Alkaline earth carbonates

Toxic ion salinity

Jenis tanah dapat digolongkan menjadi:


a) Red soil (tanah merah)
Tekstur dari tanah merah kebanyakan sandy loam dan sandy lay yang
mempunyai derajat kapur rendah dan punya warna merah di permukaannya.Biasanya
kekurangan kadar nilai praktis yang tinggi dalam pengolahannya. Juga dalam hal
penggunaan irigasi, pupuk hijau, pupuk kimia, dll.
b) Laterit soil (tanah laterit)
Banyak dijumpai di puncak-puncak bukit, tekstur tanahnya terbuka dan
berpori namun seperti tekstur karang. Di tempat-tempat tersebut tanah laterit dibuat
sebagai bahan bangunan. Laterit punya kadar nitrogen, kadar phospor, potasium dan
kapur yang rendah.
c) Aluvial soil (tanah aluvial)
Biasa ditemui sepanjang aliran sungai dan biasanya datang bersamaan dengan
banjir. Teksturnya kekurangan nitrogen dan biasanya respon dengan pupuk phospor.
Tanah ini sangat cocok untuk tanaman beras, tebu atau jagung.
d) Black soil (tanah hitam)

10
Pada umumnya tanah hitam punya tampilan bongkah-bongkah yang pecah
dimusim kering. Juga pada bagian-bagian tertentu punya kandungan kapur dengan
kedalaman tertentu pula. Tanah hitam respon terhadap penggunaan pupuk nitrogen
dan phospor. Juga dapat pula digunakan pupuk buatan dan pupuk hijau (kompos).
e) Desert soil (tanah gurun)
Pada umumnya berpasir, punya curah hujan yang rendah, kadar garam yang
baik dan rendah kandungan organik yang lainnya. Tanah ini akan sangat produktif
jika diterapkan irigasi. Tanpa pengairan yang baik tanah ini akan sia-sia.
f) Sakine and alkaline soil
Terdapat pada daerah yang curah hujannya lebih tinggi dari tanah berpasir
(desert soil). Apabila pada tanah ini diterapkan sistem irigasi maka harus diterapkan
sistem drainasi yang baik pula. Karena, apabila tidak maka akan terjadi pengendapan
pada suatu daerah yang tidak dapat ditumbuhi tanaman.
g) Peaty and marshy soil
Tanah ini terbentuk oleh tanaman yang dapat tumbuh di tempat yang basah.
Tanaman yang mati tidak dapat segera terurai karena adanya kelebihan air. Setelah
beberapa tahun kemudian barulah proses penguraian berjalan. Jika ada pemupukan
dan pengairan yang baik maka tanah ini dapat menghasilkan dengan baik.
Air sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Jumlah air yang diperlukan
untuk tumbuhan relatif kecil bila dibandingkan dengan jumlah air yang lewat pada
tumbuhan yang berkembang. Sebagai contoh pada penggunaan air pada tanaman
jagung :

Air sebagai unsur pokok

0,9%

Air sebagai bahan reaksi

0,1%

Air yang hilang dalam transpirasi

98,9%

Air yang terdapat di dalam tanah dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian :


Air Higroskopis
Biasa ditahan sebagai partikel tanah oleh gaya tarik molekular dan tidak
terpengaruh oleh gerakan gaya gravitasi ataupun gerakan kapilaritas. Air ini
tidak cocok untuk tanaman.
Air Kapiler

11
Berada pada pori-pori kapiler tanah dan ditahan oleh gaya permukaan.
Cocok untuk digunakan di pertanian dengan syarat adanya sistem irigasi yang
baik.
Air Gravitasi
Merupakan air yang berlimpah dalam tanah yang dapat keluar dengan
gaya gravitasi dan juga turun hingga ke muka air tanah.
Air juga dapat diklasifikasikan atas tidak tersedia (unavailable), tersedia
(available), dan berlebihan (superflous). Klasifikasi ini berdasarkan atas ketersediaan
air tanah bagi tumbuhan.
Air tanah sendiri memiliki beberapa klasifikasi :
a. Field capacity (kapasitas lahan)
Jumlah air yang dapat ditahan tanah setelah kelebihan air gravitasi dibuang dan
setelah gerakan air untuk material telah menipis.
b. Permanent wilting point (titik laju penanaman)
Disebut juga koefesien laju, merupakan air dimana tanaman tidak dapat lagi
mengambil air dari tanah untuk pertumbuhannya. Merupakan tingkat paling
rendah pada jangkauan uap air yang tersedia. Untuk sebagian besar tanah,
nilainya sekitar 15% dari air higroskopis.
c. Avaible moisture (uap air yang tersedia)
Merupakan perbedaan jumlah air dalam tanah antara field capacity dan
permanent wilting. Air yang tersedia ini sangat berguna bagi tumbuhan.
d. Moisture equivalent (persamaan uap air)
Merupakan prosentase dari uap air yang terkumpul dalam sampel kecil dari tiap
kedalaman 1cm tanah kering dengan pengaruh graitasi tiap 1000 kali dengan
periode 30 menit.
Rumusnya :
Persamaan Uap Air (Moisture Equivalent) = kapasitas lahan (field capacity)
= 1,8 hingga 2 titik laju permanen
= 2,7 hingga 3 nilai koefisien higroskopis
Sedangkan dalam suatu proyek irigasi sangat penting untuk mengetahui
kualitas air dalam penggunaannya untuk pertanian. Parameter yang umumnya
mempengaruhi kualitas air irigasi adalah nilai pH (pH rate) dan jumlah total padatan

12
terlarut (total dissolved solids). Kesesuaian air untuk irigasi dalam hubungan antara
TDS dan nilai pH
Tabel 1.2. Hubungan antara TDS dan Nilai pH
Total Dissoled Solids
(TDS)

Kesesuaian Air

Ketidaksesuaian Air

Diatas 400 ppm

Semua air pada dasarnya sesuai

400 - 600 ppm

pH < 9,0

pH< 9,0

600 800 ppm

ph < 8,5

ph < 8,5

800 1000 ppm

pH < 8,0

pH < 8,0

1000 1200 ppm

Diragukan untuk irigasi

Lebih dari 1200 ppm

Tidak cocok untuk irigasi

Tabel 1.3. Batas Konduktivitas menurut The U.S Salinity Laboratory


Kelas

Konduktivitas (micromhos/cm)

Kelayakan Untuk Irigasi

C1

dibawah 250

Aman

C2

250 750

Aman bersyarat

C3

750 2250

Aman dengan tanah permeabel

C4

2250 4000

Kurang aman

C5

Diatas 4000

Tidak cocok

Mengetahui kesesuaian air untuk irigasi selain dengan kriteria nilai pH dan
juga batas konduktivitas ada juga dengan kriteria U.S.D.A. Air irigasi dengan
kandungan kalsium dan ion magnesium dalam jumlah yang seimbang atau melebihi
sodium, sejumlah kosentrasi dari kalsium atau magnesium akan tertahan pada partikel
lempung dari tanah untuk mempertahankan kemiringan yang baik dan permeabilitas.
Berdasarkan beberapa faktor yang berpengaruh, The U.S Salinity Laboratory pada
tahun 1954 memakai kriteria SAR, yaitu menghitung konsentrasi ion dengan rumus :
SAR

Sodium
Calcium Magnesium
2

nilai 24 keatas

: tinggi ( S1,S2,S3 )

nilai 10 18

: menengah ( S2 )

nilai dibawah 10

: rendah ( S1 )

13
Penambahan gypsum (CaSO4) pada air dapat menurunkan nilai SAR.
Sedangkan kualitas air yang baik adalah penurunan C1-C2 dan S1-S2. nilai C2-S2,
C1-S2 dan C3-S1 merupakan nilai air yang cukup baik.
1.6. Kedudukan Irigasi dalam UU Pengairan, Keppres & Peraturan-Peraturan
Daerah Sumber Air Irigasi
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006
tentang Irigasi Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2 dan 3 yang berbunyi :
Ayat 2 : Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat
pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah
Ayat 3 : Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa,
irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2001
Tentang Irigasi Bab I pasal 1 yang berbunyi :
1. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas maupun di bawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang
dimanfaatkan di darat;
2. Sumber air adalah tempat/wadah air baik yang terdapat pada, di atas, maupun di
bawah permukaan tanah;
3. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang
jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan
irigasi tambak;
4. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi;
5. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari
penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangannya;
6. Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai
dari bangunan utama, saluran induk/primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap
serta bangunan pelengkapnya;

14
7. Jaringan tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan
air didalam petak tersier yang terdiri dari saluran pembawa yang disebut saluran
tersier, saluran pembagi yang disebut saluran kuarter dan saluran pembuang berikut
saluran bangunan turutan serta pelengkapnya, termasuk jaringan irigasi pompa yang
luas areal pelayanannya disamakan dengan areal tersier;
8. Petak irigasi adalah petak lahan yang memperoleh air irigasi;
9. Petak tersier adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan kesatuan dan
mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama;
10. Penyediaan air irigasi adalah penentuan banyaknya air persatuan waktu dan saat
pemberian air yang dapat dipergunakan untuk menunjang pertanian;
11. Pembagian air irigasi adalah penyaluran air dalam jaringan utama;
12. Pemberian air irigasi adalah penyaluran alokasi air dari jaringan utama ke petak
tersier dan kuarter;
13. Penggunaan air irigasi adalah pemanfaatan air di lahan pertanian;
14. Pembuangan/drainase adalah pengaliran kelebihan air irigasi yang sudah tidak
dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu;
15. Perkumpulan petani pemakai air adalah istilah umum untuk kelembagaan pengelola
irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan
irigasi yang dibentuk oleh petani sendiri secara demokratis, termasuk kelembagaan
lokal pengelola air irigasi;
16. Komisi irigasi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara Pemerintah
Kabupaten/Kota, perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, pemakai
air irigasi untuk keperluan lainnya, dan unsur masyarakat yang berkepentingan
dalam pengelolaan irigasi yaitu wakil lembaga swadaya masyarakat, wakil
perguruan tinggi, dan wakil pemerhati irigasi lainnya, pada wilayah kerja
Kabupaten/Kota yang bersangkutan;
17. Forum koordinasi daerah irigasi adalah wadah konsultasi dan komunikasi dari dan
antar perkumpulan petani pemakai air, petugas Pemerintah Daerah, serta pemakai
air irigasi untuk keperluan lainnya dalam rangka pengelolaan irigasi pada satu atau
sebagian daerah irigasi yang jaringan utamanya berfungsi multiguna, serta dibentuk
atas dasar kebutuhan dan kepentingan bersama;

15
18. Waduk adalah tempat/wadah penampungan air di sungai agar dapat digunakan
untuk irigasi maupun keperluan lainnya;
19. Waduk lapangan atau embung adalah tempat/wadah penampungan air irigasi pada
waktu terjadi surplus air di sungai atau air hujan;
20. Pembangunan jaringan irigasi adalah seluruh kegiatan penyediaan jaringan irigasi
di wilayah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya atau penyediaan jaringan
irigasi untuk menambah luas areal pelayanan;

Anda mungkin juga menyukai