Anda di halaman 1dari 4

Masalah Hakim Di Indonesia

Masalah terkait kinerja hakim di Indonesia sampai saat ini dirasakan belum memuaskan
hal ini dikarenakan banyak persoalan-persoalan yang melanda para hakimnya, disaat
masyarakat merindukan hukum yang bisa digunakan untuk dijadikan tumpuan terakhir disaat
keadilan dan hak hak masyarakat dirampas, ini menjadikan kepercayaan masyarakat terhadap
penegak hukum menjadi semakin melemah.
Contoh konkret seperti Polemik bermula ketika Hakim Sarpin Rizaldi mengabulkan
permohonan praperadilan Budi Gunawan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Saat itu, salah
satu permohonan praperadilan yang diajukan dan diterima adalah mengenai sah tidaknya
penetapan tersangka yang dilakukan KPK terhadap Budi Gunawan. Hakim Sarpin menerima
hal tersebut dan menyatakan pada intinya bahwa penetapan tersangka adalah salah satu
bentuk upaya paksa dan dapat diuji ke dalam acara praperadilan. Putusan ini pun langsung
memunculkan kontroversi. Banyak pihak, baik dari aktivis hukum, aktivis lainnya,
akademisi, politisi, mantan Hakim Agung, maupun Komisi Yudisial, beramai-ramai
mengeluarkan statement untuk menanggapi putusan tersebut. Inilah merupakan salah satu
bukti nyata dari tidak memuaskannya kinerja hakim di Indonesia yang dibarengi dengan
lemahnya pengawasan terhadap kinerja para hakim yang mengakibatkan semakin
melemahnya kepercayaan masyarakat terhadap aparatur penegak hukum di Indonesia.
Masalah yang penting untuk segera diselesaikan secepat mungkin yaitu bagaimana bisa
mendapatkan hakim yang baik, mengutip kata Odette Buitendam Good Judges Are Not
Born But Made. Ini berarti bahwa hakim yang baik yaitu hakim yang memiliki
profesionalitas, integritas, kualitas bukanlah lahir dengan sendirinya akan tetapi dibentuk.
Perubahan kearah terciptanya sistem peradilan yang lebih baik hanya dapat terjadi apabila
kita berhasil membentuk dan menempatkan hakim yang baik tersebut pada badanbadan
peradilan.
Masalah hakim selain itu juga yaitu tentang para hakim yang menuntut masalah
kesjahteraan padahal jika dibandingkan dengan kinerjanya ini sangatlah berbanding terbalik
dimana banyak praktik tidak baik di pengadilan di Indonesia. Hal ini menimbulkan
kepercayaan rakyat terhadap penegak hukum ini rendah.
Membangun Hakim Yang Baik
Berkaitan dengan pernyataan odette buitendam maka dalam membentuk dan
menempatkan hakim baru yang baik melalui cara :

Pendidikan Hakim
Dalam UndangUndang Nomor 49 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas
UndangUndang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum mengatur : Pasal 14 tentang

Pendidikan Hakim (1) Untuk dapat diangkat sebagai hakim pengadilan, seseorang harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
a.

Warga Negara Indonesia;

b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;


c.

Setia kepada Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

d. Sarjana Hukum;
e.

Lulus Pendidikan Hakim;

f.

Mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas dan kewajiban;

g. Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela;


h. Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling tinggi 40 (empat puluh) tahun;
dan
i.

Tidak pernah dijatuhi pidana penjara karena melakukan kejahatan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Penjelasan Pasal 14 (1) huruf e : Pendidikan hakim diselenggarakan bersama oleh Mahkamah
Agung dan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang terakreditasi A dalam jangka waktu
yang ditentukan dan melalui proses seleksi yang ketat.

Rekrutmen
Selain dari pendidikan juga perlu adanya rekruitmen hakim baru yang sesuai dengan Undang
Undang Nomor 49, 50 dan 51 Tahun 2009 :

1)

Pengangkatan hakim pengadilan negeri dilakukan melalui proses seleksi yang transparan,

2)

akuntabel dan partisipatif.


Proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan negeri dilakukan bersama oleh Mahkamah

Agung dan Komisi Yudisial.


3) Ketentuan lebih lanjut mengenai proses seleksi diatur bersama oleh Mahkamah Agung dan
Komisi Yudisial.
Rekrutmen selama ini mengandung beberapa masalah seperti penentuan kelulusan
tidak jelas dan tidak terbuka, minimnya peminat yang berkualitas, perencanaan rekrutmen
terpusat dan tidak melibatkan pengadilan daerah, informasi rekrutmen kurang terbuka,
persyaratan calon hakim tidak relevan dengan tanggung jawab jabatan, pelaksana rekrutmen
tidak kompeten, formasi tidak sesuai dengan kebutuhan, adanya campur tangan pihak luar.

Pengawasan
Dalam rangka mengawasi pelaksanaan tugas para hakim agung, perlu diatur adanya
dua jenis pengawasan, yaitu pengawasan internal dilakukan oleh Badan Pengawas pada
Mahkamah Agung. Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas ini bersifat internal

dan berfungsi sebagai pengawas terhadap pelaksanaan tugas-tugas peradilan di semua


tingkatan dan di seluruh wilayah hukum peradilan Republik Indonesia. Sedangkan
pengawasan yang bersifat eksternal dilakukan oleh sebuah komisi independen yang
dinamakan Komisi Yudisial. Keberadaan lembaga pengawas eksternal ini penting agar proses
pengawasan dapat benar-benar bertindak objektif untuk kepentingan pengembangan sistem
peradilan yang bersih, efektif dan efisien. Agar Komisi Yudisial ini dapat benar-benar bersifat
independen, maka administrasi komisi ini sebaiknya tidak dikaitkan dengan organisasi
Mahkamah Agung, tetapi sebaik dengan lembaga DPR. Demikian pula mengenai anggaran
Komisi Yudisial sebaiknya tidak dimasukkan dalam satu pos anggaran Mahkamah Agung,
tetapi dalam pos anggaran DPR.
Di samping itu, Komisi Yudisial sebaiknya berkedudukan hanya di Jakarta, dan
keanggotaannya ditentukan hanya berjumlah 9 (sembilan) orang, terdiri atas 3 orang mantan
hakim agung, 2 orang advokat, 2 orang tokoh masyarakat/tokoh agama, dan 2 orang
akademisi. Melihat lingkup wewenangnya, ditambah kompleksitas permasalahan yang
dihadapi serta luasnya wilayah Indonesia yang memerlukan pengawasan oleh Komisi ini,
perlu dipertimbangkan bahwa Komisi Yudisial ini tidak hanya dibentuk di Jakarta untuk
mengawasi para Hakim Agung, tetapi juga dibentuk di daerah-daerah tempat kedudukan
Pengadilan Tinggi, sehingga Komisi Yudisial ini benar-benar dapat difungsikan sebagai
lembaga pengawas eksternal yang efektif terhadap tugas-tugas peradilan di semua tingkatan.
Seperti halnya di tingkat pusat, di daerah-daerah keberadaan Komisi Yudisial ini juga
dikaitkan dengan DPRD.
Selain pengawasan internal dan eksternal juga diperlukannya pengawasan oleh
masyarakat, dalam masyarakat, berkembang ide pengawasan oleh masyarakat, dapat
dikatakan baik. Akan tetapi, pengawasan oleh masyarakat tersebut sebaiknya dikaitkan
dengan pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan oleh DPR yang sebagian telah pula
dilimpahkan menjadi tugas dan fungsi Komisi Yudisial. Oleh karena itu, segala jenis keluhan
dan laporan dari masyarakat berkenaan dengan tindakan Hakim Agung ataupun pejabat
peradilan kasasi pada umumnya yang merugikan kepentingan masyarakat, sebaiknya
diserahkan atau disampaikan kepada DPR atau kepada Komisi Yudisial, bukan kepada
pimpinan Mahkamah Agung ataupun kepada Hakim Agung.
Di samping itu, Hakim Agung juga tidak seharusnya dibebani dengan kewajiban
untuk memberikan informasi kepada masyarakat, dan untuk menindaklanjuti laporan yang
disampaikan langsung oleh masyarakat, karena ditetapkannya jaminan hak bagi masyarakat
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi
tentang penyelenggaraan peradilan dan putusan hakim dengan segala sarana yang tersedia.

Fungsi pemberian informasi semacam ini sebaiknya cukup ditangani oleh Sekretariat Jenderal
Mahkamah Agung, tanpa perlu melibatkan tanggungjawab Hakim Agung. Demikian pula
mengenai hak masyarakat untuk melaporkan mengenai pelanggaran ataupun tindakantindakan Hakim Agung ataupun para pejabat di lingkungan Mahkamah Agung yang dianggap
merugikan kepentingan masyarakat, tidak perlu dikaitkan dengan Hakim Agung dan
Mahkamah Agung, tetapi cukup dikaitkan dengan Komisi Yudisial. Justru dibentuknya
Komisi Yudisial itu adalah untuk menangani laporan-laporan dari masyarakat semacam itu.

http://civicsedu.blogspot.co.id/2012/06/kehakiman.html
https://kanggurumalas.com/2015/06/10/praperadilan-atas-sah-tidaknyapenetapan-tersangka-perjudian-hukum-yang-diterbiarkan/

Anda mungkin juga menyukai