Anda di halaman 1dari 12

MARAKNYA PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH

Nama Kelompok : 1. Albait Abdul


2. M. Zufar Akbar R. M
3. Yunus Ilham

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
MARAKNYA PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH. Penulisan makalah
merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan di Universitas Islam Nusantara
Bandung.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada :
1. Bapak Prof.H.Abdurrakhman Ginting,Ph.D selaku dosen pembimbing mata
kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan
2. Rekan-rekan semua di prodi Pendidikan Bahasa Inggris
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal


pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah


Bullying adalah fenomena yang telah lama terjadi di kalangan remaja.
Kasus bullying biasanya menimpa anak sekolah. Pelaku bullying akan
mengintimidasi/mengejek kawannya sehingga jjkawannya tersebut jengkel.
Atau lebih parah lagi, korban bullying akan mengalami depresi dan hingga
timbul rasa untuk bunuh diri. Bullying harus dihindari karena bullying
mengakibatkan korbannya berpikir untuk tidak berangkat ke sekolah karena
di sekolahnya ia akan di bully oleh si pelaku. Selain itu, bullying juga dapat
menjadikan seorang anak turun prestasinya karena merasa tertekan sering
di bully oleh pelaku.
Sekalipun bullying telah menjadi sebuah masalah selama berabadabad, bullying tidak menerima perhatian penelitian signifikan sampai tahun
1970-an (Olweus, 1978). Profesor Dan Olweus adalah ilmuwan pertama yang
memfokuskan diri pada topik tersebut dan mengkontribusikan data
ilmiahnya pada literatur bullying. Banyak penelitian Olweus menjelaskan
mengapa beberapa anak melakukan bullying dan mengapa beberapa lainnya
menjadi korban bullying. Bukan itu saja, Olweus juga menunjukkan
bahwa bullying di sekolah dapat direduksi secara signifikan. Hal ini
merupakan pencapaian yang sangat penting.
Hasil studi dari Olweus mengesankan banyak peneliti sosial di dunia.
Sebelum abad ke -20 berakhir, ratusan studi serupa telah dilakukan di
banyak negara. Buku, artikel, website, video dan CD mulai bermunculan
dengan maksud untuk menjelaskan apa saja yang perlu kita lakukan untuk
mereduksi bahkan menghentikan bullying di sekolah

1.2

Rumusan Masalah
1. Apa sajakah faktor penyebab maraknya bullying antar pelajar di
sekolah?

2. Apa sajakah dampak dari tindakan bullying antar pelajar di sekolah?


3. Bagaimana altrnatif tindakan yang bisa dilakukan untuk permasalahan
tersebut?
1.3.

Tujuan

1.

Mendeskripsikan faktor penyebab maraknya bullying antar pelajar di


sekolah.
2. Mendeskripsikan dampak yang timbul dari tindakan bullying antar pelajar di
sekolah.
3. Mengidentifikasi alternatif tindakan yang bisa dilakukan untuk permasalahan
tersebut.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.

Definisi Bullying
Bullying (arti harfiahnya: penindasan) adalah perilaku seseorang atau
sekelompok orang secara berulang yang memanfaatkan ketidakseimbangan
kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya (korban) secara mental atau
secara fisik. Menurut Merriam-Webster Online Dictionary, bullying adalah a
blustering rowbeating person; especially one who is habitually cruel to
others who are weaker. Melakukan bullying berarti to treat someone
abusively or to affect them by means of force or coercion.. Center for
Children and Families in the Justice System mendefinisikan bullying sebagai ,
repeated and systematic harassment and attacks on others. Bullying bisa
terjadi dalam berbagai format dan bentuk tingkah laku yang berbeda-beda.
Di antara format dan bentuk tersebut adalah; nama panggilan yang
tidak disukai, terasing, penyebaran isu yang tidak benar, pengucilan,
kekerasan fisik, dan penyerangan (mendorong, memukul, dan menendang),
intimidasi, pencurian uang atau barang lainnya, bisa berbasis suku, agama,
gender, dan lain-lain.
Bullying merupakan suatu bentuk ekspresi, aksi bahkan perilaku
kekerasan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi
pengertian bullying sebagai kekerasan fisik dan psikologis berjangka
panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang
tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi di mana ada hasrat untuk
melukai
atau
menakuti
orang
atau
membuat
orang
tertekan, trauma atau depresi
dan
tidak
berdaya.Bullying biasanya

dilakukan berulang sebagai suatu ancaman, atau paksaan dari seseorang


atau kelompok terhadap seseorang atau kelompok lain. Bila dilakukan
terus menerus akan menimbulkan trauma, ketakutan, kecemasan, dan
depresi. Kejadian tersebut sangat mungkin berlangsung pada pihak yang
setara, namun, sering terjadi pada pihak yang tidak berimbang secara
kekuatan maupun kekuasaan. Salah satu pihak dalam situasi tidak mampu
mempertahankan diri atau tidak berdaya. Korban bullyingbiasanya memang
telah diposisikan sebagai target. Bullying sering kita temui pada hubungan
sosial yang bersifat subordinat antara senior dan junior.
2.2 Jenis Bullying
a.
Bullying secara verbal, berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik
kejam, penghinaan (baik yang bersifat pribadi maupun rasial), pernyataanpernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, teror, suratsurat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk
yang keji dan keliru, gosip dan lain sebagainya. Dari ketiga
jenis bullying, bullyingdalam bentuk verbal adalah salah satu jenis yang
paling mudah dilakukan, kerap menjadi awal dari perilaku bullying yang
lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang
lebih jauh.
b.
Bullying secara fisik, yang termasuk jenis ini ialah memukuli, mencekik,
menyikut, meninju, menendang, menggigit, emiting, mencakar, serta
meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, merusak
serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas.
Kendati bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan mudah untuk
diidentifikasi,
namun
kejadian bullying secara
fisik
tidak
sebanyak bullying dalam
bentuk
lain.
Anak
yang
secara
teratur
melakukan bullying dalam bentuk ini kerap merupakan anak yang paling
bermasalah dan cenderung beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang
lebih lanjut.
c.
Bullying secara
relasional
(pengabaian),
digunakan
untuk
mengasingkan atau menolak seorang teman atau bahkan untuk merusak
hubungan persahabatan. Bullying secara relasional adalah pelemahan harga
diri si korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan,
pengecualian atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap
yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan
nafas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang
kasar. Bullying secara relasional mencapai puncak kekuatannya di awal masa
remaja, saat terjadi perubahan-perubahan fisik, mental, emosional dan
seksual. Ini adalah saat ketika remaja mencoba untuk mengetahui diri
mereka dan menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya.

d.
Bullying elektronik, merupakan bentuk dari perilaku bullying yang
dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone,
internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya
ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi,
gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi,
menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh
kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup baik terhadap
sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya.
2.3. Faktor Penyebab Perilaku Bullying antar Pelajar
Banyak sekali faktor penyebab mengapa seseorang berbuat bullying. Pada
umumnya
orang
melakukann
bullying
karena
merasa
tertekan,
terancam,terhina, dendam dan sebagainya. Berikut faktor-faktor yang
menyebabkan perilaku bullying antar pelajar :
1. faktor keluarga
Pelaku bullying bisa jadi menerima perlakuan bullying pada dirinya, yang
mungkin dilakukan oleh seseorang di dalam keluarga. Anak-anak yang
tumbuh dalam keluarga yang agresif dan berlaku kasar akan meniru
kebiasaan tersebut dalam kesehariannya. Kekerasan fisik dan verbal yang
dilakukan orangtua kepada anak akan menjadi contoh perilaku. Hal ini akan
diperparah
dengan
kurangnya
kehangatan
kasih
sayang
dan
tiadanya dukungan dan pengarahan membuat anak memiliki kesempatan
untuk menjadi seorang pelaku bullying. Sebuah studi membuktikan bahwa
perilaku agresif meningkat pada anak yang menyaksikan kekerasan
yang dilakukan sang ayah terhadap ibunya.
2. faktor kepribadian
Salah
satu
faktor
terbesar
penyebab
anak
melakukan bullying
adalah tempramen. Tempramen adalah karakterisktik atau kebiasaan yang
terbentuk dari respon emosional. Hal ini mengarah pada perkembangan
tingkah laku personalitas dan sosial anak. Seseorang yang aktif dan impulsif
lebih mungkin untuk berlaku bullying dibandingkan orang yang pasif atau
pemalu.
Beberapa anak
pelaku bullying sebagai
jalan
untuk
mendapatkan
popularitas, perhatian, atau memperoleh barang-barang yang diinginkannya.
Biasanya mereka takut jika tindakan bullying menimpa diri mereka sehingga
mereka mendahului berlaku bullying pada orang lain untuk membentuk citra
sebagai pemberani. Meskipun beberapa pelaku bullying merasa tidak suka
dengan perbuatan mereka, mereka tidak sungguh-sungguh menyadari
akibat perbuatan mereka terhadap orang lain.
3. faktor sekolah
Tingkat pengawasan di sekolah menentukan seberapa banyak dan
seringnya terjadi
peristiwa bullying. Sebagaimana
rendahnya
tingkat
pengawasan di rumah, rendahnya pengawasan di sekolah berkaitan erat

dengan berkembangnya perlaku bullying di kalangan siswa. Pentingnya


pengawasan dilakukan terutama di tempat bermain dan lapangan, karena
biasanya di kedua tempat tersebut perilaku bullying kerap dilakukan.
Penanganan
yang
tepat
dari
guru
atau
pengawas terhadap
peristiwa bullying adalah hal yang penting karena perilaku bullying yang
tidak ditangani dengan baik akan meyebabkan kemungkinan perilaku itu
terulang.

2.4. Dampak yang Timbul dari Tindakan Bullying antar Pelajar di


Sekolah.
1. Gangguan Kesehatan Fisik
Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit
kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada.
Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi di IPDN,
dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.
2. Menurunnya Kesejahteraan Psikologis
Dampak lain yang kurang terlihat, namun berefek jangka panjang adalah
menurunnya kesejahteraan psikologis (psychological well-being) dan
penyesuaian sosial yang buruk. Dari penelitian yang dilakukan Riauskina
dkk., ketika mengalami bullying, korban merasakan banyak emosi negatif
(marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman,
terancam) namun tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka panjang
emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya perasaan rendah diri bahwa
dirinya
tidak
berharga.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga muncul pada
para korban. Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu,
dan kalaupun mereka masih berada di sekolah itu, mereka biasanya
terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah.
Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk
timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas
berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala
gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder).
2.5.

Upaya untuk Mengatasi Bullying Di Sekolah

Upaya mencegah dan mengatasi bullying di sekolah bisa dimulai dengan:

1. Menciptakan Budaya Sekolah yang Beratmosfer Belajar yang Baik.


Menciptakan budaya sekolah yang beratmosfer belajar tanpa rasa takut,
melalui pendidikan karakter, menciptakan kebijakan pencegahan bullying di
sekolah dengan melibatkan siswa, menciptakan sekolah model penerapan
sistem anti-bullying, serta membangun kesadaran tentang bullying dan
pencegahannya kepada stakeholders sampai ke tingkat rumah tangga dan
tempat tinggal.
2. Menata Lingkungan Sekolah Dengan Baik.
Menata lingkungan sekolah dengan baik, asri dan hijau sehingga anak didik
merasa nyaman juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan akan
membantu untuk pencegahan bullying.
3. Dukungan Sekolah terhadap Kegiatan Positif Siswa.
Sekolah sebaiknya mendukung kelompok-kelompok kegiatan agar diikuti
oleh seluruh siswa. Selanjutnya sekolah menyediakan akses pengaduan atau
forum dialog antara siswa dan sekolah, atau orang tua dan sekolah, dan
membangun aturan sekolah dan sanksi yang jelas terhadap tindakan
bullying. Ratiyono mengemukakan dua strategi untuk mengatasi bullying
yakni strategi umum dan khusus.
1. Strategi umum dijabarkan dengan menciptakan kultur sekolah yang
sehat. Ratiyono mendeskripsikan kultur sekolah sebagai pola nilai-nilai,
norma, sikap, ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk
dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah dilaksanakan oleh
warga sekolah secara bersama baik oleh kepala sekolah, guru, staf
administrasi maupun siswa sebagai dasar dalam memahami dan
memecahkan berbagai persoalan yang muncul.
2. Sedangkan strategi khusus adalah mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal yang menyebabkan terjadinya tindakan bullying di
lingkungan sekolah, aktifkan semua komponen secara proporsional
sesuai perannya dalam menanggulangi perilaku bullying, susun
program aksi penanggulangan bullying berdasarkan analisis
menyeluruh dan melakukan evaluasi dan pemantauan secara periodik
dan berkelanjutan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ilmiah faktor metodologi memegang peranan penting guna
mendapatkan data yang obyektif, valid dan selanjutnya digunakan untuk
memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan. Pengertian Metode
adalah cara yang telah teratur dan telah berfikir secara baik-baik yang
digunakan untuk mencapai tujuan (W.J.S Poerwodarminto 1987 :649).
Jadi pengertian metode adalah salah satu cara yang digunakan ketika
mencapai suatu tujuan dengan menggunkan tehnik tertentu untuk
memperoleh suatu keberhasilan dalam penelitian maka harus dilaksanakan
dengan menggunkan metodologi yang tepat, istimewa dan tujuan
mengadakan penelitian berdasarkan fakta fakta yang ada untuk menguji
kebenaran sesuatu secara ilmiah.
Dalam metodelogi telah dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan penelitian
mempunyai kebebasan untuk memiliki metode guna memperoleh suatu
data. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh sutrisno Hadi, Yaitu :
Baik buruknya suatu research sebagian tergantung dari pengumpulan data
research ilmiah bermaksud memperoleh bahan bahan yang relevan, aktual
dan variabel, maka untuk memperoleh data seperti itu pekerjaan research
menggunakan tehnik tehnik, prosedur, alat alat serta kegiatan yang
diandilkan.

Maka dengan demikian memecahkan metodologi sangat diperlukan dalam


rangka mengumpulkan data untuk memecahkan suatu masalah sehingga
dapat menyusun laporan ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan. Untuk
itu dalam penelitian ini penulis menetapkan langkah langkah sebagai
berikut :
1. Setting Penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian ini sudah dilaksanakan pada semester I tahun 2011 yang
dimulai tanggal 15 September sampai dengan 27 September 2011
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di TK aisyiyah Walikukun Kecamatan Widodaren, TK
Aisyiyah Walikukun memiliki letak yang strategis yaitu berada di tengah kota.
Disebelah timur TK Aisyiyah Walikukun terdapat stasiun kereta api dan di
sebelah utara adalah Pasar Walikukun.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah anak di TK Kelas B1 TK Aisyiyah Walikukun,
Kecamatan Widodaren. Yang berjumlah 12 orang. Mereka kebanyakan
berasal dari keluarga yang berekonomi menengah ke bawah. Tetapi pada
umumnya mereka termasuk anak didik yang ceria dan bersemangat
mengikuti kegiatan.
4. Sumber Data
Berkaitan dengan subyek penelitian ini adalah anak didik TK Aisyiyah
Walikukun, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi maka sumber datanya
adalah kegiatan anak didik TK Aisyiyah Walikukun Kabupaten Ngawi dalam
proses belajar mengajar (PBM).
5. Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan pengamat.
Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu penelitian
dan pengamat melihat dan mengamati secara langsung, kemudian mencatat
perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai
kegiatan akhir. Observasi adalah instrumen yang sering dijumpai dalam
penelitian pendidikan. Dalam observasi ini penelitian lebih banyak
menggunakan salah satu dari panca indranya yaitu indra penglihatan.

Observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa
kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi
alami. Sebaiknya observasi mempunyai keterbatasan dalam menggali
informasi yang berupa pendapat atau persepsi dari subyek yang diteliti.
6. Wawancara
Wawancara pada penelitian ini menggunakan interview tidak berstruktur
karena peneliti memandang model ini adalah yang paling luwes, dimana
subyek diberi kebebasan untuk menguraikan jawabannya dan ungkapan
ungkapan pandangannya secara bebas dan sesuai harinya. Interview ini
digunakan untuk mendapatkan data tentang pendapat anak didik mengenai
kegiatan mewarnai gambar dengan crayon.
7. Alat Pengumpulan Data
Oleh karena itu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi
dan wawancara, maka alat pengumpulan datanya adalah :
8. Lembar observasi
Lembar observasi atau kuesioner yang sifatnya open euded (terbuka) dan
lentur, sehingga dapat menggali data sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan
9. Pedoman wawancara
Teknik wawancara dilakukan dengan akrab dan terbuka serta mendalam,
dengan ini diharapkan dapat menangkap informasi secara utuh oleh karena
itu, teknik wawancara itu sering disebut wawancara mendalam (in-depthinterviewing (HB. Sutopo, 2002)
10.

Validasi Data

Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan
penelitian, harus di usahakan kemantapan kebenarannya. Oleh karena itu,
setiap peneliti harus dapat memilih dan menentukan cara cara yang tepat
untuk mengembangkan valisasi data yang diperolehnya yakni dengan teknik
triangulasi (HB. Sutopo, 2002)
Berkaitan dengan proses pembelajaran yang menekankan pada
mengelompokkan bentuk bentuk geometri dalam pembelajaran, maka
validasi data yang digunakan adalah melalui triangulasi sumber dan
triangulasi metode.

BAB IV
PENUTUP
1.

2.

Kesimpulan
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara
berulang-ulang dimana tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan
untuk melukai dan memnuat seseorang merasa tidak nyaman.
Pemahaman moral adalah pemahaman individu yang menekankan
pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan dan bagaimana seseorang
berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk.
Pemahaman moral bukan tentang apa yang baik atau buruk, tetapi tentang
bagaimana seseorang berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu
adalah baik atau buruk.
Peserta didik dengan pemahaman moral yang tinggi akan memikirkan
dahulu perbuatan yang akan dilakukan sehingga tidak akan melakukan
menyakiti atau melakukan bullying kepada temannya.
Selain itu, keberhasilan remaja dalam proses pembentukan kepribadian
yang wajar dan pembentukan kematangan diri membuat mereka mampu
menghadapi berbagai tantangan dan dalam kehidupannya saat ini dan juga
di masa mendatang. Untuk itu mereka seyogyanya mendapatkan asuhan
dan pendidikan yang menunjang untuk perkembangannya.
Saran

1. Hendaknya pihak sekolah proaktif dengan membuat program


pengajaran keterampilan sosial, problemsolving, manajemen konflik,
dan pendidikan karakter.
2. Hendaknya guru memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di
dalam maupun di luar kelas; dan perlu kerjasama yang harmonis
antara guru BK, guru-guru mata pelajaran, serta staf dan karyawan
sekolah.
3. Sebaiknya orang tua menjalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk
tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal tanpa adanya tindakan
bullying antar pelajar di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z.M. (2010). Mengatasi Bullying di Sekolah. Diperoleh pada 07
Desember 2013 dari http://www.masbied.com.
Ehan. (2007). Bullying dalam Pendidikan. Diperoleh pada 05 Desember 2013
darihttp://www.upi.edu.ac.id.
Rahmawati, N. (2013).Makalah Kasus Bullying. Diperoleh pada 05 Desember
2013 dari http://www.nurrahmawatidududu.blogspot.com.
Sahputra, H. (2009). Stop Bullying di Kalangan Pelajar. Diperoleh pada 07
Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai