Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

SKENARIO

LESI DAN BENJOLAN KECIL BERGEROMBOL


PADA LIPATAN PAHA BU TINA

Bu Tina usia 35 tahun datang ke tempat praktek dokter dengan keluhan adanya lesi dan bulla
kecil-kecil yang bergerombol di daerah lipatan paha yang sakit sekali. Sebelumnya 3 hari yang
lalu Bu Tina merasakan badannya terasa meriang (subfebris) dan pegal-pegal (malaise),
kemudian timbul bulla kecil-kecil, ada rasa panas dan rasa nyeri seperti tertusuk-tusuk di kulit
daerah lipatan paha kemudian bertambah parah dengan adanya lesi multipel dengan batas tegas.
Lesi sebelumnya sudah diberi obat betadine tapi tidak sembuh dan minum obat Ponstan untuk
menghilangkan rasa sakit. Sebelumnya 7 bulan lalu Bu Tina pernah mempunyai gejala mirip
seperti ini. Pada pemeriksaan dokter tampak lesi multipel sangat lunak, dan vesikel-vesikel
bergerobol pada bagian kulit yang melepuh dengan dasar eritema di daerah inguinal dextra dan
sinistra. Terdapat sejumlah kelenjar limfe inguinal bilateral yang lunak. Dokter menggunakan
alat usap untuk mengambil sampel ulkus dan mengirimnya untuk analisis diagnosis.
Apa yang terjadi pada Bu Tina?
Kelainan kulit apa yang dialami Bu Tina?

1 | Page

BAB II
KATA KUNCI

1. Lesi
2. Bulla
3. Subfebris
4. Malaise
5. Vesikel bergerombol
6. Eritema
7. Inguinal dextra dan sinistra
8. Kelenjar limfe
9. Inguinal bilateral
10. Ulkus

BAB III
PROBLEM
2 | Page

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Definisi lesi?
Definisi bulla?
Mengapa lesi dan bulla kecil-kecil dapat menimbulkan subfebris dan malaise?
Definisi lesi multipel?
Apa yang dimaksud dengan vesikel bergerombol?
Apa yang terjadi pada Bu Tina?
Kelainan apa yang dialami Bu Tina?

BAB IV
PEMBAHASAN
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai
suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut
3 | Page

dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau
setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit
dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan
gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial 1,2,3,4
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi
endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan
berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara
infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit
dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Macam-Macam Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial
Yaitu :
A.

Agen yang menginfeksi


Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia dirawat di rumah sakit.
Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala
klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.
Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada 3 yaitu:
1. Karakteristik mikroorganisme,
2. Resistensi terhadap zat-zat antibiotika,
3. Tingkatvirulensi,dan banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan
infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang
lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous
infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor
eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahanbahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan
oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau
jarang menyebabkan penyakit pada orang normal.

4 | Page

Agen yang menginfeksi antara lain:


1)

Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat.
Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri
patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut
mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling
banyak

dijumpai

sebagai

penyebab

infeksi

saluran

kemih.

Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun
endemik.Contohnya:
1. Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangren
2. Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung dapat
menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta
seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
3. Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus, Klebsiella,
Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan penampungan air yang
menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif
ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit.
4. Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru, dan
peritoneum.
2)

Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus,
termasuk virus hepatitis B dan C denganmedia penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan
endoskopi. Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari
kontak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui
pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti
mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan
dari darah. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus,
Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan.
Konsep fisiologis kulit
5 | Page

Kulit merupakan organ homeostasis yang penting. Kulit merupakan organ manusia yang
paling besar yang memiliki berat sekitar enam pon. Kulit bertindak sebagai rintangan diantara
persekitaran luar dan dalam yaitu sebagai pemisah. Kulit atau istilah lainnya integumen bekerja
melindungi dan menginsulasi struktur struktur di bawahnya yang berfungsi sebagai cadangan
kalori. Keluit mencerminkan emosi dan stres yang kita alami, dan berdampak pada penghargaan
orang lain terhadap kita. Selama hidup kulit dapat terpotong, tergigit mengalami iritasi, terbakar
atau terinfeksi kulit dapat memiliki kapasitas dan daya tahan yang luar biasa untuk pulih.
Struktur anatomi
Epidermis
Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan Malpighi. Lapisan
korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas dan digantikan oleh sel-sel baru.
Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan lapisan germinativum. Lapisan spinosum
berfungsi menahan gesekan dari luar. Lapisan germinativum mengandung sel-sel yang aktif
membelah diri, mengantikan lapisan sel-sel pada lapisan korneum. Lapisan Malpighi
mengandung pigmen melanin yang memberi warna pada kulit.
Dermis
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar keringat, dan
kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Banyaknya keringat yang dikeluarkan
dapat mencapai 2.000 ml setiap hari, tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu.
Keringat mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah sebgai organ
penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, dan bibit penyakit, serta
untuk pengaturan suhu tubuh.
Pada suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan pembuluh kapiler
di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan memudahkan proses pembuangan air dan
sisa metabolisme. Aktifnya kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan
kulit dengan cara penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun sehingga
kita tidak merasakan panas lagi. Sebaliknya, saat suhu lingkungan rendah, kelenjar keringat tidak
6 | Page

aktif dan pembuluh kapiler di kulit menyempit. Pada keadaan ini darah tidak membuang sisa
metabolisme dan air, akibatnya penguapan sangat berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan
tubuh tidak mengalami kendinginan. Keluarnya keringat dikontrol oleh hipotalamus.

Lapisan sub kutis


Lapisan kulit yang terletak dibawah dermis. Lapisan ini terdiri dari lemak dan jaringan ikat dan
berfungsi sebagai peredam kejut dan insulator panas. Lapisan sub kutis adalah tempat penyimpan
kalori.
Rambut dan kuku
Kuku adalah lempeng berkeratin yang tumbuh dijari tangan dan kaki. Kuku melindungi bagian
ujung jari, dan mungkin berevolusi dari maksud semula sebagai pertahanan diri. Rambut adalah
kerati yang mengeras yang tumbuh dengan kecepatan yang berbeda- beda di bagian tubuh yang
berlainan. Rambut tumbuh sebagi suatu folikel disebuah saluran yang dimulai dibagian dalam
dermis. Setiap folikel rambut saling berhubungan dalam saluran tersebut dengan sebuah kelenjar
sebasea (minyak) dan serat otot polos, yang disebut arrektor villi. Apabila sel otot ini terangsang
oleh system saraf simpatis maka rambut akan berdiri tegak. Rambut dikepala mungkin berfungsi
sebagi proteksi untuk menghindari kulit kepala terbakar sinar matahari.

7 | Page

Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea menyertai folikel rambut. Kelenjar ini mengeluarkan bahan berminyak yang
disebut sebum kesaluran di sekitarnya. Kelenjar sebasea terdpat diseluruh tubuh terutama
diwajah, dada, dan punggung. Testoteron meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan
pembentukan sebum. Kadar testoteron meningkat pada pria dan wanita selama pubertas.

Kelenjar keringat
Terdapat dua jenis kelenjar keringat: ekrin dan apokrin. Kelenjar keringat ekrin bermuara
langsung kepermukaan kulit dan tersebar diseluruh permukaan kulit. Kelenjar ekrin berfungsi
terutama mendinginkan tubuh melalui evaporasi panas. Kelenjar- kelnjar tersebut terkonsentrasi
ditangan, kaki dan dahi. Kelenjar apokrin terutama terdapat di ketiak, di daerah pubis dan anus.
Kelenjar apokrimn mengeluarkan keringat kedalam folikel rambut apabila dipengaruhi oleh
bakteri permukaan, maka sekresi keringat akan mengeluarkan bau yang khas.

8 | Page

Vitamin D
Suatu hormon yang terlibat dalam pemeliharaan kadar kalsium dalam serum. Vitamin D
meningkat terhadap penurunan kalsium serum, dan hal ini meningkatkan penyerapan kalsium
diusus dan penurunan ekskresinya di ginjal. Agar efektif, vitamin D yang diperoleh dari makanan
harus diubah menjadi bentuk aktif. Langkah pertama dalam pengaktifan vitamin D terjadi di kulit
sebagai akibat radiasi ultraviolet. Karena vitamin D bekerja sebagai hormone, maka kulit dapat
dianggapsebagi suatu oragn endokrin.
Konsep patologis
Lesi adalah keadaan pada jaringan tubuh yang abnormal. Hal ini disebabkan oleh infeksi.
Berbagai lesi dapat timbul dikulit lesi lesi tersebut dijelaskan berdasarkan ukuran, kedalaman
dan konsistensinya.
Bula
Bula adalah suatu bagian kulit yang besar dan menjadi gembung, berukuran kurang lebih dari 0,5
cm, terisi cairan misalnya luka bakar.

Krusta
9 | Page

Krusta adalah akumulasi eksudat serosa ( mirip serum) atau pus yang mongering di kulit,
misalnya krusta yang dijumpai pada impertigo atau lesi herpes.
Makula
Macula adalah daerah datar dikulit yang ditandai oleh perubahan warna, macula bergaris tengah
kurang dari 1 cm, misalnya pada freckle.
Ulkus
Ulkus adalah hilangnya epidermis dan lapisan kulit yang lebih dalam yang dapat mengeluarkan
darah dan membnetuk jaringan parut, misalnya ulkus dekubitus.
Vesikel
Vesikel adalah dareah kecil dikulit yang menjadi gembung dan berukuran sampai 0,5 cm. vesikel
terbentuk oleh adanya cairan encer dalam lapisan kulit, misalnya lepuh pada cacar air.
Jenis- jenis penyakit yang berhubungan
Dari pembahasan diatas dapat dikatakan bahwa gejala yang dialami ibu tina mengalami infeksi
virus. Jenis jenis penyakit kulit akibat virus memiliki keragaman tetapi dari gejala gejala yang
terlihat dari ibu Tina lebih menuju pada varisela, herpes simpleks dan herpes zozter.
Gejala klinis
Gejala herpes terkadang tidak menunjukkan gejala sama sekali namun perlu dipahami
bahwa jika seseorang terinfeksi herpes virus memang kadang bersifat silent (tidak terasa) namun
dalam melakukan interpretasi hasil laboratorium juga perlu diwaspadai karena yang diukur
adalah bukan kadar virusnya secara secara langsung akan tetapi kadar antibodinya.
Meskipun demikian kita dapat mengenali gejala penyakit herpes sesaat setelah terinfeksi HSV,
biasanya gejala awal ditandai dengan suhu badan yang meningkat (demam), kerongkongan
kering dan terasa sakit, pening, kelelahan dan sebagainya seperti yang terjadi pada orang demam
dan flu. Hal itu terjadi karena sistim imun pada yang orang terinfeksi HSV tidak siap untuk
memerangi infeksi yang timbul.
10 | P a g e

Setelah itu akan masuk ke tahap selanjutnya dengan timbulnya rasa gatal yang panas
disertai lepuhan-lepuhan kecil yang berderet-deret pada permukaan kulit. Penyebaran herpes
akan semakin cepat terutama jika sering digaruk dan menimbulkan iritasi pada kulit atau
menimbulkan luka. Gejala sistemik yang muncul seperti panas, pusing, malaise dan myalgia
muncul pada awal penyakit dan mencapai puncaknya pada hari ke 3-4 setelah onset penyakitnya.
Virus golongan herpes mencapai antara lain herpes simpleks 1 dan 2. Virus herpes menimbulkan
lesi kulit dan selaput lender yang khas, dan ditularkan melalui pengeluaran virus ( viral sheding)
dari lesi. Masa inkubasi untuk kedua jenis virus adalah sekitar 2 sampai 4hari setelah infeksi.
Pada periode prodromal sering timbul lesi. Selama periode prodromal dan saat lesi terbuka, virus
bersifat menular dan mungkjin berkisar 2-6 minggu. Setelah infeksi awal, virus mungkin berada
pada periode tenang (dorman) di jaras saraf sensorik yang mempersarafi lesi primer. Virus
dorman da[pat menjadinaktif kembali setiap saat, menyebabkan timbulnya lesi. Reaktifasi suatu
infeksi herpes laten dapat terjadi sewaktu pasien sakit, mengalami stres, terpajan sinar matahari
berlebihan atau pada saat- saat tertentu daur haid. Herpes simpleks 2 biasanya menyebabbkan
infeksi genital atau anus, sedangkan herpes simpleks 1 biasanya merupakan penyebab cold sores
di wajah. Namun kedua virus dapat menginfeksi setiap tempat di tubuh. Infeksi herpes simpleks
2 dianggap sebagai penyakit menular seksual.
Sedangkan pada varisela adalah disebabkan infeksi yang disebabkan juga oleh virus herpes
golongan lainnya, yaitu varisela zoster. Infeksi virus varisela zoster menyebabkan timbulnya
vesikel yang mengandung air dikulit. Disertai dengan demam dan malaise 24 jam sebelum
vesikel muncul.

BAB V
HIPOTESIS AWAL (DEFFERENTIAL DIAGNOSIS)

11 | P a g e

Dari pembahasan diatas dapat dikatakan bahwa gejala yang dialami ibu tina mengalami infeksi
virus. Jenis jenis penyakit kulit akibat virus memiliki keragaman tetapi dari gejala gejala yang
terlihat dari ibu Tina lebih menuju pada varisela, herpes simpleks dan herpes zozter.

BAB VI
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
12 | P a g e

1. Varisela
varisela adalah disebabkan infeksi yang disebabkan juga oleh virus herpes golongan
lainnya, yaitu varisela zoster. Infeksi virus varisela zoster menyebabkan timbulnya
vesikel yang mengandung air dikulit. Cacar air adalah infeksi primer oleh virus tersebut.
Cacar air sangat menular ditularkan melalui percikan (droplet) saluran nafas. Cacar air
biasanya terjadi pada anak- anak, tetapi memungkin bila terkena pada orang dewasa yang
baru prtama akli terpajan ke virus ini dapat menderita penyakit varisela. Virus varisela
memiliki masa tunas 7 sampai 21 gari dan bersifat menular selama periode prodromal
yang singkat sekitar 24jam sebelum lesi muncul sampai semua lesi menjadi
krusta.penyakit biasanya sembuh dengan sendirinya dalam 7 smapai 14 hari.
Gejala klinis :
a) Disertai dengan demam dan malaise 24 jam sebelum vesikel muncul.
b) Vesikel cacar air biasanya muncul pertama kali muncul dibadan dan menyebar
kewajah serta ekstremitas vesikel juga muncul di mulut , labium, vagina. Vesikel
berawal dari lesi kemerahan berisi cairan. Vesikel pecah dan menimbulkan krusta.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan vesikel .
2. Herpes zoster
Gejala klinis:
Gejala herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom
yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya erupsi. Gejala
konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita
(terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata
dan unilateral. Tempat yang sering terinfeksi adalah wajah, dada, dan leher.
Pada pemeriksaan fisik dirasakan demam, rasa tidak enak badan, sebaris
lepuhan pada salah satu sisi tubuh, biasanya mongering dan menghilang setelah
beberapa minggu, terasa sangat nyeri dan disertai rasa gatal
3. Herpes simplex 1 dan 2
Virus golongan herpes mencapai antara lain herpes simpleks 1 dan 2. Virus herpes
menimbulkan lesi kulit dan selaput lender yang khas, dan ditularkan melalui pengeluaran
virus ( viral sheding) dari lesi. Maa inkubasi untuk kedua jenis virus adalah sekitar 2
sampai 4hari setelah infeksi. Pada periode prodromal sering timbul lesi. Selama periode
13 | P a g e

prodromal dan saat lesi terbuka, virus bersifat menular dan mungkjin berkisar 2-6
minggu. Setelah infeksi awal, virus mungkin berada pada periode tenang (dorman) di
jaras saraf sensorik yang mempersarafi lesi primer. Virus dorman da[pat menjadinaktif
kembali setiap saat, menyebabkan timbulnya lesi. Reaktifasi suatu infeksi herpes laten
dapat terjadi sewaktu pasien sakit, mengalami stres, terpajan sinar matahari berlebihan
atau pada saat- saat tertentu daur haid. Herpes simpleks 2 biasanya menyebabbkan infeksi
genital atau anus, sedangkan herpes simpleks 1 biasanya merupakan penyebab cold sores
di wajah. Namun kedua virus dapat menginfeksi setiap tempat di tubuh. Infeksi herpes
simpleks 2 dianggap sebagai penyakit menular seksual.
Gambaran klinis
1. Gejala- gejala selama periode prodromal dapat berupa
a. Demam ringan
b. Malaise
c. Rasa terbakar atau gatal dimulut atau genitalia
2. Sewaktu infeksi aktif, muncul kelompok kelompok vesikel nyeri di bibir, wajah,
kulit hidung, mukosa mulut, genitalia, anus. Vesikel dapat terasa panas atau gatal
3. Vesikel pecah dalam 3-4 hari dan membentuk krusta. Vesicle- vesicle tersebut
biasanya menghilang pasa minggu berikutnya
Herpes simplex genitalis
Pada pemeriksaan fisik ditemukan lepuh kecil di daerah kemaluan/anus/vagina dan
bisa membentuk luka, gatal, nyeri, perih bila kontak dengan air seni, bengkak pada
lipatan paha.

BAB VII
HIPOTESIS AKHIR

Sebagian besar orang yang terkena penyakit herpes terlambat mengetahui jika dirinya
terinfeksi bahkan tidak sadar dapat menyebarkannya. Penularan penyakit herpes melalui Infeksi
herpes simpleks ditularkan dari orang ke orang melalui hubungan langsung dengan daerah tubuh

14 | P a g e

yang terinfeksi. Proses penularan bisa saja terjadi meski tak ada luka pada penderita penyakit
herpes yang terbuka.
Penggolongan penyakit herpes simplex didasarkan atas jenis virus yang menginfeksi yaitu:
i.

Herpes simpleks terbagi 2 , yaitu virus herpes simpleks tipe I (HSV-I) dan herpes
simpleks virus tipe II (HSV-II). Herpes yang mengenai daerah mulut dan sekitarnya
adalah HSV-I (Herpes Labialis) sedangkan Herpes yang menginfeksi kulit didaerah
vagina merupakan HSV-II (Herpes Genitalis) yang penularannya melalui hubungan
seksual yang menimbulkan , gatal-gatal dan nyeri di daerah genital, dengan kulit dan
selaput lendir yang menjadi merah.
Penyakit Herpes yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab

umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya
menyebabkan herpes kelamin. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga dapat
menyebabkan infeksi pada kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut
melalui hubungan seks.
Gejala klinis:
1. Lebih bersifat ringan dan bersifat lokal
2. SEbagian besar infeksi denga HSV2 ini akan terjadi kekambuhan jika infeksi utama
bersifat subklinis atau asimtomatis.
3. Nyeri
4. Iritasi genital yang akan meningkat setelah hari ke 6 sampai ke 7 dari masa sakitnya.
5. Pembesaran limfonodi inguinal dan femoral secara umum bersifat nonfluktuasi serta
nyeri pada perabaan.
6. Pada umumnya lesi herpes simplex genitalis terjadi pada bagian bawah umbilicus.
Pada infeksi herpes genitalis yang rekuren akan mempunyai gambaran klinis sebagai
berikut:
1. Vesikel kecil-kecil yang multipel bergerombil pada satu sisi muncul pada kulit yang
normal atau daerah kemerahan, berisi cairan jernih kemudian akan tampak keruh dan
porulen, kering dan berkrusta menyembuh setelah 7-10 hari, lesi yang matang terdiri
atas vesikel bergerombol dan atau pustule di atas kulit yang eritomatosa dengan dasar
edema. Gerombolan vesikel dan erosi ini biasanya tampak pada vagina, rectum atau
penis dan dapat muncul vesikel baru lagi pada hari ke 7-14. Lesi bisa bilateral dan
15 | P a g e

sering meluas. Gejala sistemik yang muncul berupa panas dan flu tetapi sering pada
wanita gejala yang paling menonjol adalah nyeri pada vagina dan nyeri saat kencing.
2. Adanya krusta yang kekuningan atau keemasan mengindikasikan adanya superinfeksi
dengan bakteri.
3. Pembesaran kelenjar regional dengan nyeri sering ditemukan.
4. Gambaran eritema multiforme sering bersamaan dengan infeksi HIV dan berespons
dengan pemberian antivirus sebagai profilaksis.
Penyakit Herpes genitalis berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang terinfeksi.
Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif disaat melahirkan maka dianjurkan
melahirkan dengan bedah caesar. Orang dengan herpes simpleks aktif sebaiknya sangat hati-hati
waktu berhubungan seks agar menghindari infeksi HIV. Orang dengan HIV dan herpes simpleks
bersama juga sebaiknya sangat hati-hati waktu terjangkit herpes aktif. Pada waktu itu, viral load
HIV-nya biasanya lebih tinggi, dan hal ini dapat meningkatkan kemungkinan HIV ditularkan
pada orang lain.

BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS

Gejala klinis
a. Indentitas pasien
1. Nama

2. Alamat

3. Pekerjaan :
16 | P a g e

Tina

4. Usia

5. Status

6. Suku

7. Agama

35 tahun

8. Jenis kelamin:

Perempuan

9. Pendidikan:

b. Pemeriksaan fisik
1. Tensi

130/80 mmHg

2. Frekuensi nadi:

90 x/menit

3. Suhu tubuh:

38oC

4. RR

20 x/menit

5. GCS

4-5-6

c. Pemeriksaan Inspeksi (Look)


-

Adanya lesi multiple dengan batas tegas pada daerah inguinal dextra dan
sinistra

Vesikel bergerombol pada bagian kulit yang melepuh dengan dasar eritema

d. Pemeriksaan Palpasi (Feel)


-

17 | P a g e

Terdapat sejumlah kelenjar limfe inguinal bilateral yang lunak

e. Hasil Pemeriksaan Ulkus

HSP 2

BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

9.1 PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang diberikan dapat dibagi menjadi 3 bagian.
1. Pengobatan profilaksis, yaitu meliputi penjelasan kepadv pasien tentang penyakitnya,
psikoterapi dan proteksi individual.
2. Pengobatan nonspesifik, yaitu pengobatan yang bersifat simtomatis.
3. Pengobatan spesifik, yaitu pengobatan berupa obat-obat antivirus terhadap virus herpes.
Obat antivirus yang kini telah banyak dipakai adalah asiklovir disamping ada 2 macam
18 | P a g e

obat lagi antivirus baru yaitu valasiklovir dan famasiklovir. Efek obat antivirus tersebut
belum dapat mengeradikasi virus, yang ada hanya mengurangi viral shedding,
memperpendek hari sakit dan memeperpendek rekurensi.
Semua orang dengan aktivitas seksual yang aktif sebaiknya diberikan penjelasan tentang
risiko penularan penyakit infeksi menular seksual ini. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar penderita yang tanpa gejala atau asimtomatis kurang mengenal penyakitnya
sehingga dapat menularkan kepada pasangannya. Penyakit herpes banyak macamnya, khusus
untuk herpes genital akan selalu terjadi bila melakukan hubungan badan tanpa pelindungan
dengan pasangan seksual yang berganti-ganti. Maka dianjurkan untuk melakukan hubungan
seksual secara lebih aman, setia pada pasangan masing-masing dan menggunakan pelindung
seperti kondom.

9.2 PRINSIP TINDAKAN MEDIS


Semua pasien dengan episode pertama sebaiknya diobati dengan obat antivirus orvl.
Pengobatan yang diberikan secara dini dapat mengurangi gejala sistemik dan mencegah
perluasan lokal ke saluran genital atas.
Pengobatan simtomatis dan antivirus berupa asiklovir 5 X 200 mg/hari/oral selama 7-10
hari atau 3 X 400 mg. Jika ada komplikasi berat dapat diberikan asiklovir intravena 3 X5
mg/kgBB/hari selama 7-10 hari.

Lesi Rekuren:
Jika lesi ringan : simtomatis
Jika lesi berat : dapat diberikan asiklovir 5 X 200 mg/hari per oral selama 5 hari atau 2 X 400
mg/hari atau Valasiklovir 2 X 500 mg/hari atau Famsiklovir 2 X 125-250 mg/hari.

19 | P a g e

BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

Prognosis
Meskipun secara fisik dan emosional penderita akan merasv nyeri namun herper genitalis
bukan suatu penyakit yang serius. Infeksi primer dapat menjadi berat dan kadang seseorang
memerlukan opname untuk pengobatannya. Komplikasi infeksi primer dvpat mengenai serviks,
sistem urinaria, anal dan sistem saraf.
Kematian yang disebabkan oleh infeksi HSV 2 jarang dilaporkan, akan tetapi selama ini
belum ada pengobatan yang efektif sehingga perkembangan penyakit sulit diramalkan. Infeksi

20 | P a g e

primer dini yang segera diobati mempunyai prognosis lebih baik sedangkan infeksi rekuren
hanya dapat dibatasi frekuensi kekambuhannya.
Pengobatan secvra dini dan tepat memberikan prognosis yang lebih baik, yaitu masa
penyakit berlangsung lebih singkat dan rekuransi lebih jarang.

Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi apabila infeksi primer menyebar luas ke seluruh tubuh sehingga
dapat menyebabkan meningitis, ensefalitis, herpetic hepatitis, pneumonia atau keadaan lain yang
berbahaya.

Daftar pustaka
Guyton, Arthur C. Dan J.E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta:EGC.
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta:EGC

21 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai