unung Burangrang merupakan sebuah gunung api mati yang terdapat
di pulau Jawa, Indonesia. Gunung Burangrang mempunyai ketinggian setinggi 2.064 meter. Gunung ini merupakan salah satu sisa dari hasil letusan besar Gunung Sunda di Zaman Prasejarah. Banyak yang mengatakan gunung ini cocok untuk para pendaki pemula, tantangannya tidak terlalu berat, jalur tempuh cukup mudah, tak perlu banyak membawa perlengkapan, dan juga waktunya tidak terlalu lama. Perjalanan yang kami lakukan, anak-anak Kapur Ganesha (keluarga mahasiswa Puworejo yang berkuliah di ITB), dengan beranggotakan 9 orang (1 orang bukan anak Kapur Ganesha) dari tanggal 10 Mei sampai 11 Mei 2014 merupakan perjalan pertama kami ke Burangrang. Perjalanan kami awali dengan kumpul terlebih dahulu di masjid Salman pukul 11malam. Setelah semuanya siap, pukul 12 malam perjalan yang sesungguhnya kami mulai dari masjid Salman ke Burangrang ditemani langit cerah tanpa mendung, tak lupa kami berdoa kepada Yang Mahakuasa agar perjalanan kami lancar. Setelah kurang lebih 4500 detik menempuh jalan menggunakan sepeda motor, kami sampai di pos pertama (saya lupa nama posnya) untuk menitipkan sepeda motor yang kami bawa. Hawa dingin mulai merasuki tubuh kami, tetapi hal itu tidak menjadi masalah. Kami terus berjalan menyusuri jalanbebatuan hingga akhirnya kami menemui persimpangan jalan. Sesuai dengan GPS, kami memilih arah yang kami kira tepat (meninggalkan jalan berbatu). Akan tetapi, jalan yang kami pilih bukanlah jalan yang tepat melainkan jalan buntu. Kami menjadi bimbang dan merasa agak aneh karena jalan yang sesuai dengan GPS tidak tepat. Kami kembali ke persimpangan jalan tadi, dan mengambil jalan lain (tetap menyusuri jalan berbatu). Kami terus berjalan hingga kami menemui sebuah papan bertuliskan Medan Tebing 200 m di sebelah kiri jalan. Setelah beristirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan kami dan mengikuti arah papan tersebut. Kami terus
berjalan hingga akhirnya kami mendapati
sebuah tebing dan kami mencari-cari jalan menuju ke puncak jikalau ada dan pada akhirnya kami tidak menemukannya. Kami memutuskan untuk kembali ke jalan utama tadi sebelumbelok arah untuk mengikuti arah dari papan. Kami terus mengikuti arah jalan utama dengan harapan bisa menemukan suguhan yang lain karena puncak tidak bisa kami temukan mengingat waktu hamper menunjukkan pukul 05.30. pada akhirnya kami terus berjalan dan menemukan sebuah pemandangan yang menakjubkan sebagaiganti dari pemandangan puncak yang gagal kami temukan. Woooww!!! Sungguh luar biasa kami bisa menemukan sebuah pemandangan indah yang kata teman saya adalah Situ Lembang. Luar biasa!!!