pemilu.
Partai
politik
harus
mampu
dan
melaksanakan
publik.
berkredibilitas. Di sisi lain, standar akuntansi yang ada, yaitu PSAK 45,
merupakan standar akuntansi keuangan yang dibuat IAI untuk organisasi nirlaba
yang juga digunakan untuk partai politik. PSAK 45 ini tidak cukup
mengakomodir karakteristik partai politik yang berbeda dengan organisasi nirlaba.
Oleh karena itu, perlu standar akuntansi keuangan khusus yang mengatur
pelaporan keuangan partai politik. Dengan demikian laporan keuangan partai
politik dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dapat diandalkan, dan
memiliki daya banding yang tinggi. Laporan yang baik dapat digunakan
semaksimal mungkin oleh para pengurus partai, anggota partai, pemerintah,
donator, kreditur, dan publik dalam membantu menilai, memonitor, dan
mengevaluasi kinerja partai, serta merencanakan gerak langkah partai selanjutnya.
Secara khusus, tujuan utama pembuatan laporan adalah menginformasikan posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan partai politik.
2.
hari sesudah hari pemungutan suara. Sementara itu, akuntan publik wajib
menyelesaikan audit selambat-lambatnya 30 hari kemudian dan hasilnya
dilaporkan
Ketentuan
ke
KPU
tersebut
selambatnya
dimaksudkan
agar
tujuh
terwujud
hari
sesudah
akuntabilitas
diaudit.
mengenai
kepada
Partai
Politik
yang
belum
menyerahkan
laporan.
Partai Politik enggan untuk menyerahkan laporan dana kampanye terutama Partai
Politik yang tidak memperoleh kursi legislatif. Di samping itu, keengganan Partai
Politik melaporkan audit dana kampanye adalah karena tidak adanya sanksi bagi
legislatif. Meskipun tidak ada sanksi hukum, sebenarnya Partai Politik yang tidak
menyerahkan bisa dikenai sanksi moral yang akan menurunkan kredibilitas Partai
Politik kepada publik. KPU juga akan memberikan rekomendasi kepada
pemerintah, Partai Politik mana saja yang tidak memenuhi ketentuan UU Pemilu
dan UU Partai Politik.
5. Audit Atas Laporan Keuangan Partai
Peraturan mengenai partai politik telah diatur dengan Undang-Undang
Nomor 2 tahun 2011, sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 2 tahun
2008 tentang Partai Politik. Keuangan partai politik bersumber dari iuran anggota,
sumbangan, maupun bantuan keuangan dari APBN/APBD. Dalam pasal 34A ayat
1
menyebutkan
bahwa
partai
politik
wajib
menyampaikan
laporan
bulan setelah tahun anggaran berakhir. Tujuan audit oleh BPK tersebut adalah
untuk menilai kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan
bantuan pemerintah dan efektivitas dan operasi penggunaan dana bantuan
pemerintah. Audit dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN).
Dalam pasal 38 UU No 2 th 2011 dijelaskan bahwa hasil pemeriksaan
laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan partai politik
terbuka untuk diketahui masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa seharusnya
masyarakat dapat mengetahui dan mengakses atas pelaporan keuangan partai.
Namun kenyataannya masih sangat sulit untuk menerapkan transaparansi atas
keuangan partai politik. Pasal 39 dari undang-undang ini menyatakan bahwa:
1. Pengelolaan keuangan Partai Politik dilakukan secara transparan dan akuntabel
2. Pengelolaan keuangan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diaudit oleh akuntan publik setiap 1 (satu) tahun dan diumumkan secara periodic
3. Partai Politik wajib membuat laporan keuangan untuk keperluan audit dana
yang meliputi:
laporan realisasi anggaran Partai Politik
laporan neraca; dan
laporan arus kas.
Dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik, pasal 9 sebagai
dasar hukum penyelenggaraan akuntansi bagi partai politik yang menjelaskan
bahwa:
Partai politik diwajibkan untuk membuat pembukuan, memelihara daftar
penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka untuk diketahui
oleh masyarakat dan pemerintah.
Partai politik diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan dan laporan
dana kampanye pemilihan umum kepada Komisi Pemilihan Umum.
Partai politik diwajibkan membuat laporan keuangan secara berkala 1 (satu)
tahun sekali dan memiliki rekening khusus dana kampanye pemilihan umum serta
menyerahkan laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik kepada Komisi
pemilihan Umum paling lambat 6 (enam) bulan setelah hari pemungutan suara.
perikatan/kontrak.