3.gangguan Psikotik Utk 10 Des 2013
3.gangguan Psikotik Utk 10 Des 2013
MASALAH KESEHATAN
JIWA
DI POLI UMUM
PUSKESMAS
KU Mental-Emosional
KU Fisik Terindikasi ME
Keluhan Psikosomatik
Hipertensi
Rheumatoid Arthtritis
Tirotoksikosis
Ulkus Peptikum
Kolitis Ulserativa
Asma Bronkial
Neurodermatitis
Keluhan berhubungan
dengan perasaan,
pikiran & perilaku:
Gangguan tidur
Gangguan perilaku
Gangguan emosi
Gangguan pikiran
Master Chart
Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis Banding
DIAGNOSIS
DEPRESI
MENYAKITI
DIRI/USAHA
BUNUH DIRI
ANSIETAS
PSIKOSIS
DEPRESI
Merasa murung, mudah sedih
Hilang minat & ketertarikan terhadap
aktivitas yang biasanya
menyenangkan
Perasaan mudah lelah, gangguan
lambung, sakit kepala, atau keluhan
fisik lain yang berkepanjangan
Gangguan tidur, gangguan makan
MENYAKITI DIRI/
USAHA BUNUH DIRI
Pikiran, rencana, tindakan menyakiti
diri sendiri atau bunuh diri yang
dimiliki saat ini / riwayat sebelumnya
ANSIETAS
Merasa kuatir atau takut yang
berlebihan
Merasa gelisah atau tidak dapat
duduk tenang
Mudah berkeringat dingin, berdebardebar, gemetar, keluhan fisik lain
seperti pusing, mual
PSIKOSIS
Perilaku abnormal atau disorganisasi (pembicaraan
inkoheren atau tidak relevan, penampilan yang tidak lazim,
tidak rapi, perawatan diri buruk)
Delusi/waham (kecurigaan atau keyakinan yang jelas keliru
dan dipertahankan)
Halusinasi (mendengar suara atau melihat sesuatu yang
tidak nyata)
Mengabaikan tanggung jawab yang biasa dikerjakan
terkait dengan pekerjaan, sekolah, rumah tangga, dan
aktivitas sosial
Gejala manik (beberapa hari merasakan kebahagiaan yang
abnormal, terlalu bersemangat, banyak bicara, sangat
mudah tersinggung, tidak tidur, perilaku tidak bisa tenang)
fobik (F40)
panik (F41.0)
ansietas menyeluruh (F41.1)
campuran ansietas & depresi ( F41.2)
obsesif kompulsif (F42)
penyesuaian ( F43.2)
somatoform ( F45)
Gangguan Psikotik
Pelatihan mhGAP Intervention Guide
Psikosis
Psikosis ditandai oleh:
Distorsi pikiran dan persepsi
Emosi yang tidak patut atau rentangnya
sempit
Pembicaraan yang inkoheren atau irelevan
Halusinasi
Waham/delusi
Kecurigaan berlebihan dan tak berdasar
Psikosis
Dapat terlihat abnormalitas perilaku yang
berat, seperti perilaku disorganisasi,
agitasi, eksitasi, dan
inaktivitas/overaktivitas.
Dapat juga terlihat gangguan emosi, seperti
apati atau diskoneksitas antara emosi yang
utarakan dengan afek yang diobservasi
(seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh)
Penyebab Psikosis
Faktor Biologik
Faktor Psikologik
Faktor Sosial
Awitan (Onset)
Dapat mendadak atau perlahan-lahan
Sering awitan antara usia 15 - 25 tahun
(normalnya beberapa tahun lebih dulu
pada lai-laki)
Sering kali awitannya mempunyai fase
pre-psikotik dengan meningkatnya gejala
negatif yang diikuti oleh fase psikotik yang
jelas dengan gejala positif (lihat dua slide
berikut)
Gejala Negatif
Emosi yang mendatar
Tidak adanya motivasi dan energi
Kehilangan minat dan kesenangan dalam
aktivitas
Interaksi sosial berkurang
Sering kali gejala negatif menjadi lebih menonjol pada
fase yang lebih lanjut (kronis)
Gejala Positif
Distorsi persepsi
Halusinasi
Distorsi pikiran
Waham
Pembicaraan
terdisorganisasi
Kesulitan dalam
mempertahankan percakapan
dan/atau tetap fokus pada
suatu topik
Perilaku
terdisorganisasi
Perjalanan Penyakit
Sebagian individu memiliki perjalanan
penyakit yang relatif stabil, sementara
sebagian yang lain memperlihatkan
perburukan progresif yang berhubungan
dengan disabilitas yang cukup berat.
Delusi/waham
kecurigaan atau keyakinan yang jelas keliru dan dipertahankan
Halusinasi
Mendengar suara atau melihat sesuatu yang tidak nyata
Singkirkan gejala
psikotik akibat:
Intoksikasi atau putus
zat alkohol atau zat
psikoaktif lain (Merujuk
pada modul alkohol/zat
psikoaktif ALK dan
DRU)
Delirium akibat kondisi
medik akut seperti
malaria serebral, infeksi
sistemik/sepsis, trauma
kepala
ya
Kemungkinan
Psikosis Kronis
Riwayat:
Mood depresi
Energi dan aktivitas yang menurun
ya
Kemungkinan
Gangguan Bipolar
Catatan:
Orang yang mengalami episode manik
saja (tanpa depresi) juga diklasifikasikan
sebagai menderita gangguan bipolar
Remisi sempurna di antara episode
sangat sering terjadi pada gangguan
bipolar
Penatalaksanaan Gangguan
Psikotik
Rencana Penatalaksanaan
Terdiri dari 2 komponen utama:
1. Intervensi psikososial
2. Intervensi farmakologik
Intervensi Farmakologik
Gangguan Psikotik
Intervensi Farmakologik
1. Memulai medikasi antipsikotik
2. Monitoring seseorang dalam terapi
antipsikotik
3. Menghentikan medikasi antipsikotik
Haloperidol
Klorpromazin
Flufenazin depo/kerja
panjang
Dosis Awal
1,5 3 mg
50 75 mg
12,5 mg
Dosis Efektif
Tipikal (mg)
3 20 mg/hari
75 300 mg/hari*
Cara Pemberian
Oral/intramuskular (untuk
psikosis akut)
Oral
Injeksi intramuskular
dalam di area gluteal
Sedasi
+++
Kencing tersendat
++
Hipotensi ortostatik
+++
Efek samping
ekstrapiramidal**
+++
+++
Sindrom Neuroleptik
Maligna***
Jarang
Jarang
Jarang
Tardive dyskinesia****
Perubahan EKG
Kontraindikasi
Kesadaran menurun,
depresi sumsum tulang,
faeokromositoma, porfiria,
gangguan di basal ganglia
Kesadaran menurun,
depresi sumsum tulang,
faeokromositoma
Anak-anak, kesadaran
menurun, parkinsonisme,
aterosklerosis serebral
yang nyata
Efek samping
bermakna
* Dosis lebih hingga mencapai 1 g mungkin diperlukan pada kasus-kasus yang berat.
** Gejala-gejala Ekstrapiramidal di antaranya reaksi distonia akut, tics, tremor, rigiditas otot dan roda gerigi (cogwheel).
***Sindroma Neuroleptik Maligna merupakan gangguan yang jarang tapi berpotensi mengancam nyawa. Dtandai dengan kekakuan otot,peningkatan suhu tubuh dan tekanan darah.
**** Tardive dyskinesia adalah efek samping jangka panjang dari medikasi antipsikotik yang ditandai oleh gerakan-gerakan otot yang involunter, khususnya wajah, tangan, dan dada.
3. Menghentikan medikasi
antipsikotik
Untuk psikosis akut, lanjutkan terapi
antipsikotik hingga 12 bulan setelah remisi total.
Untuk orang dengan psikosis kronik,
pertimbangkan penghentian tatalaksana jika
orang tersebut stabil untuk beberapa tahun,
titikberatkan pada risiko kekambuhan setelah
penghentian di samping kemungkinan efek
samping medikasi, pertimbangkan pilihan pasien
melalui konsultasi dengan keluarga.
Jika memungkinkan, KONSUL KE SPESIALIS
terkait keputusan penghentian medikasi
antipsikotik.
Intervensi Psikososial
Gangguan Psikotik
Intervensi Psikososial
Gangguan Psikotik
1. Psikoedukasi
2. Fasilitasi rehabilitasi di komunitas
3. Follow-up
1. Psikoedukasi:
Pesan untuk Orang dengan Psikosis
Kemampuan orang tersebut dapat dipulihkan;
Penting: melanjutkan aktivitas sosial yang biasanya,
pendidikan, dan pekerjaan sejauh memungkinkan;
Penderitaan dan masalah dapat dikurangi dengan
pengobatan;
Penting: minum obat secara teratur;
Hak setiap orang: dilibatkan dalam setiap keputusan
yang diambil berkaitan dengan pengobatannya;
Penting: menjaga kesehatan dengan diet sehat,
melakukan aktivitas fisik secara aktif, mempertahankan
perawatan diri.
1.Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang
dengan gangguan psikotik (1)
Orang dengan psikosis mungkin mendengar suara-suara
atau menyakini secara jelas sesuatu yang salah.
Orang dengan psikosis sering tidak menyadari bila
dirinya sakit dan kadang menjadi bersikap kasar..
Harus ditekankan: Pentingnya pengenalan akan
kambuhnya/memburuknya gejala-gejala dan perlunya
penilaian ulang.
Perlu ditekankan: pentingnya melibatkan orang dengan
psikosis dalam aktivitas keluarga dan sosial lainnya.
Anggota-anggota keluarga sebaiknya tidak melakukan
kritik yang terus menerus atau keras atau bersikap kasar
terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan
psikosis.
1.Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang
dengan gangguan psikotik (2)
Orang dengan psikosis sering didiskriminasi meskipun
seharusnya mereka menikmati hak asasi manusia yang
sama dengan semua orang
Orang dengan psikosis mungkin memiliki kesulitan
untuk pulih, atau
untuk berfungsi dalam lingkungan hidup atau lingkungan kerja
yang penuh stres.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di
Komunitas (1)
Koordinasikan intervensi dengan:
staf kesehatan
sejawat yang bekerja di layanan sosial
organisasi yang bergerak di bidang disabilitas.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di
Komunitas (2)
Dorong secara aktif orang dengan psikosis untuk
mencoba kembali aktivitas sosial, edukasional, dan
okupasional yang sesuai dan disarankan oleh anggota
keluarga.
Fasilitasi keterlibatan kembali dalam aktivitas ekonomi dan
sosial, termasuk dukungan pekerjaan yang sesuai dengan
konteks sosial dan budaya.
Orang dengan psikosis seringkali didiskriminasi, oleh karenanya
penting untuk mengatasi pandangan negatif baik internal
maupun eksternal dan bekerja untuk mencapai kemungkinan
kualitas hidup terbaik.
Bekerjasama dengan agen-agen lokal untuk menggali
kemungkinan-kemungkinan kerja dan pendidikan, berdasarkan
kebutuhan dan tingkat keterampilan orang tersebut.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di
Komunitas (3)
Jika diperlukan dan tersedia, pikirkan
kemungkinan adanya dukungan
perumahan/bantuan hidup.
Pertimbangkan secara matang kapasitas fungsional
dan kebutuhan akan dukungan dalam rangka
memberikan petunjuk dan memfasilitasi pengurusan
perumahan yang optimal, pertimbangkan hak asasi
orang tersebut.
3. Follow-up (1)
Orang dengan psikosis diminta untuk datang
kontrol secara teratur.
Follow-up awal sebaiknya sesering mungkin,
bahkan setiap hari, sampai gejala akutnya mulai
berespons dengan pengobatan.
Setelah gejala-gejala menunjukkan respons, kontrol
satu kali sebulan atau satu kali dalam 3 bulan dapat
direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan klinis,
faktor-faktor yang mungkin laksana seperti
ketersediaan staf, jarak dari klinik, dll.
3. Follow-up (2)
Pelihara harapan dan optimisme yang relistis
selama terapi.
Di setiap follow-up, lakukan penilaian gejala,
efek samping obat dan kesetiaan terhadap
pengobatan.
Ketidaksetiaan terhadap pengobatan umum terjadi
dan pelibatan pelaku rawat adalah penting dalam
periode tersebut.