Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat
melaksanakan kerja praktek di PT PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan serta
dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini
Laporan kerja praktek ini disusun berdasarkan orientasi di Unit NPU
(Naphta Processing Unit) khususnya unit Penex dengan ditunjang oleh data-data
dari literatur dan petunjuk serta penjelasan yang diberikan oleh pembimbing.
Kerja praktek ini merupakan serangkaian tugas yang harus dilaksanakan oleh
setiap mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata-1
Teknik Kimia, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu dan mendukung di
dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, terutama kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan pertolongan, kekuatan dan kelancaran
dalam pelaksanaan kerja praktek di PT PERTAMINA (Persero) RU-VI
Balongan.
2. Bapak Ir. Drs. Faisal R.M, MSIE., Ph.D selaku Ketua Program Studi
Teknik Kimia, Universitas Islam Indonesia.
3. Bapak Dulmalik, Ir, MM selaku dosen pembimbing kerja praktek Program
Studi Teknik Kimia, Universitas Islam Indonesia.
4. Wahyu Ardie N selaku pembimbing lapangan kerja praktek di PT
PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan atas penjelasan, bimbingan,
bantuan, dan kesabarannya dalam pelaksanaan Kerja Praktek dan
penulisan laporan.
5. Orang tua yang telah banyak membantu baik secara moril maupun
materi,serta doa yang telah diberikan untuk kelancaran kerja praktek ini.
6. Teman-teman OJT (On Job Training) yang selalu bersama sama dalam
suka dan duka pada saat kerja praktek di PT PERTAMINA (Persero) RU
VI Balongan
7. Teman-teman mahasiswa UII angkatan 2013 yang telah memberikan
dukungan dan semangat, serta menjadi tempat berbagi suka dan duka
selama menjalani kerja praktek di PT PERTAMINA (Persero) RU VI
Balongan.
8. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan proposal ini
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan kerja praktek ini
masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir
kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................2
1.5 Batasan Penulisan..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Unit PENEX Kilang UP VI Balongan...........................................................4
2.2 Fungsi Unit.....................................................................................................5
2.3 Uraian Proses PENEX...................................................................................8
2.4 Katalis PENEX............................................................................................14
2.4.1. Reaksi-Reaksi.......................................................................................15
2.4.2 Senyawa -Senyawa Pengotor................................................................19
BAB III METODOLOGI.......................................................................................23
3.1 Pengumpulan Data.......................................................................................23
3.2 Pengolahan Data..........................................................................................23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................31
5.1 Kesimpulan..................................................................................................31
5.2 Saran.............................................................................................................32
LAMPIRAN...........................................................................................................vii
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Perbandingan antara feed inlet lead reactor dengan feed inlet lag reactor
...............................................................................................................25
Tabel 4.2 Pengaruh X factor terhadap angka oktan output reactor........................27
Tabel 4.3 Pengaruh temperatur pada komposisi massa output reactor (range X
factor 30-35 %)......................................................................................29
iv
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proeses isomerisasi parafin dikembangkan sejak tahun 1950-an. Awalnya
proses isomerisasi fraksi pentane-hexane atau light straight naphta (LN) bukan
merupakan pilihan yang menarik. Hal ini disebabkan karena walaupun LN
mempunyai karakteristik beroktan rendah, antara 60-70 RON namun mempunyai
sifat lead susceptibility yang sangat baik sehingga dengan sedikit penambahan
TEL, LN dapat dinaikan oktannya antara 16-18 angka oktan. Oleh karena itu
biasanya LN dicampur langsung dengan komponen gasoline pool lainnya tanpa
pengolahan lebih lanjut kecuali penghilangan merkaptan.
Sejalan dengan kebijakan penghapusan TEL,fraksi LN menjadi masalah
bagi sebagian besar kilang minyak di Amerika dan Eropa. Hal ini disebabkan
karena LN mempunyai oktan yang rendah dan jumlahnya cukup besar, yaitu
sekitar 10% dari total komponen gasoline di Amerika atau bahkan lebih dari 10%
di Eropa. Jika dicampur langsung dengan komponen gasoline yang lainnya, maka
dibutuhkan komponen gasoline beroktan tinggi dengan jumlah yang cukup besar
agar LN dapat diserap dalam gasoline pool. Oleh karena itulah proses konversi
untuk menaikan Ontan Number LN menjadi sebuah kebutuhan. Salah satu proses
konversi yang ada adalah proses yang ditawarkan oleh UOP yang dinamakan
PENEX. Proses ini mengkonversi LN menjadi isomernya dengan menggunakan
katalis hydroisomerization. Katalis yang digunakan mempunyai keaktifan yang
tinggi dan beroperasi pada temperatur yang cukup rendah.
pembaca,
makalah
ini
memberikan
penjelasan
mengenai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Product Stabilizer
Caustic Scrubber
Semua normal paraffin feed dan make up hydrogen harus dikeringkan
terlebih dahulu sebelum masuk reactor. Driers berfungsi untuk mrnghilangkan air
difeed, karena air akan meracuni katalis secara permanen.
Seksi Reactor Terdiri dari heat exchangers yang dibutuhksn untuk
mengoptimalkan pemakaian energy. Proses Isomerisasi dapat merubah normal
paraffin menjadi isoparafin sampai 100% dan berlangsung didalam reactor
tersebut. Dengan tingginya LHSV, atau dengan kata lain jumlah kata yang
dibutuhkan per volume feed rendah, maka biaya capital untuk pengadaan katalis
dapat dikurangi. Reaksi isomerisasi dan benzene hydrogenasi adalah proses
5
Gas-gas ringan (C1 sampai C4) yang dimasukan bersama dengan makeup
gas, dan hasil reaksi hydrocracking didalam reactor.
dari steam stabilizer off gas sebelum bergabung kedalam refinery fuel gas system.
Berdasarkan perhitungan material balance scrubber, 10% Wt larutan caustic akan
berkurang menjadi 2% Wt caustic yang harus dibuang dan diganti dengan larutan
caustic fresh setiap minggu. Jumlah caustic yang harus dibuang dan diganti setiap
minggu kurang lebih 104.3 m3.
Inovasi UOP dengan penggunaan skema proses hydrogen once through
(gambar 2.1) untuk proses PENEX menghasilkan penghematan yang substansial
dalam hal biaya capital dan biaya utilities karena tidak diperlukannya lagi produk
separator dan recycle kompresor.
Gas ringan (C1-C4) yang bai terbawa bersama make up gas ataupun yang
berasal dari hasil reaksi hydrocracking
Produk ringan akan dikeluarkan sebagai produk atas, sebagian produk yang
terkondensasi digunakan sebagai reflux sementara produk atas yang tidak
terkondensasi oleh overhead condenser 33-E-109 A/B dan 33-E-110 A/B
kemudian dikondensasikan dengan 33-E-111 yang menggunakan pendingin
refrigerant. Produk overhead receiver dialirkan ke LPG stripper 33-C-102, di
kolom ini LPG dikondisikan komponen-komponen ringannya untuk mengatur
RVP produk sebelum LPG dialirkan ke tanki.
Dari stabilizer juga ada yang dialirkan ke colom caustic scrubber untuk
menghilangkan kandungan HCL yang dapat menganggu reaksi isomerisasi dengan
bereaksi dengan air. Di caustic scrubber dinjeksikan NaOH ,berdasarkan
perhitungan material balance di scrubber dengan menggunakan caustic 10% akan
terdegradasi menjadi 2% spent caustic dan harus diganti setiap minggu sebanyak
104.3 m3
Produk bottom stabilizer diumpankan ke kolom DIH (33-C-103) untuk
dipisahkan antara komponen-komponen isomerate yang akan keluar dari overhead
dan bottom produk dengan komponen feed yang tidak terkonversi untuk di
recycle dari produk tengah kolom. Feed DIH sebagian digunakan sebagai
pemanas di kolom LPG stripper (33-C-102), sebelum dumpankan ke kolom DIH
feed dipanaskan dengan menggunakan HE 33-E-116 dimana proses yang diserap
oleh feed dimanfaatkan untuk mengkondensasikan liquid yang digunakan sebagai
internal reflux di tray 62. Setelah feed panaskan di 33-E-116 ini kemudian feed
masuk ke kolom DIH di tray 31.
Di kolom ini produk-produk dengan oktan tinggi akan keluar sebagai
produk overhead produk. Produk ini dikondensasikan dengan menggunakan fin
fan condensor 33-E-118 A-N. Hasil kondensasi ditampung di overhead receiver
10
DIH 33-V-113. Sebagian overhead liquid digunakan sebagai reflux dan sebagian
lagi di tarik dari kolom sebagai produk overhead, jumlah produk overhead
ditentukan oleh tray 5 temperature (33-TC-050) atauoleh komposisi analyzer (33AC-003).
Produk recycle ditarik dari tray 89, jumlah produk yang ditarik dari side
stream ini dikendalikan oleh level control bottom DIH. Sementara itu bottom
produk flow di set secara manual dan diusahakan seminimum mungkin. Selama
konsentrasi komponen C7+ di feed ke reactor masih di bawah batasan maksimum
yaitu 2.8% vol, flow bottom produk masih dapat dikurangi, tetapi berdasarkan
pengalaman, flow bottom produk sebesar 2-3 ton cukup untuk menjaga C7+ yang
di recycle dalam batas-batas operasi.
Sebagian besar produk -produk beroktan rendah memiliki boiling point
yang rendah dibandingkan dengan produk-produk beroktan tinggi kecuali
benzene. Namun senyawa benzene di aliran produk reactor sangat tidak
diharapkan karena jika benzene masih terdapat di outler reactor maka terdapat
indikasi terjadinya deaktivasi katalis atau adanya operasi yang tidak sesuai. Oleh
karena itu, jika hanya terdapat dua stream produk maka produk isomerat akan
dihasilkan dari overhead DIH sementara produk yang di recycle di feed akan
dihasilkan sebagai bottom produk.
Namun demikian, opsi dengan hanya membuat dua stream produk tidak
dapat dilakukan. Hal ini disebabkan karena produk outlet reactor terdapat senyawa
C7+. Senyawa ini seperti yang telah dijelaskan sebelumnya sangat dibatasi
konsentrasinya di feed reactor. Oleh karena itu maka perlu tambahan satu stream
lagi untuk memisahkan stream yang kaya akan senyawa-senyawa untuk di
recycle. Senyawa-senyawa yang di recycle adalah senyawa yang beroktan rendah
11
serta mampu untuk dikonversikan lagi di reactor. Senyawa yang menjadi target
untuk di recycle adalah n-hexane, 2 methylpentane, 3 methylpentane. Sementara
n-pentane tidak menjadi target utama karena senyawa ini mempunyai boilling
point yang mendekati senyawa-senyawa dengan oktan yang tinggi. Selain itu
jumlah n-pentane di stream inlet maupun di outler reactor biasanya tidak dominan
sehingga upaya untuk memisahkan senyawa ini dari stream produk isomerat tidak
ekonomis.
12
13
C C C C - C = C + H2
C C C C C C + A-
+
CCCC-C
C
14
C C C C = C + H- + A-
C C C C = C + H2
CCCCC
Selain itu, Platinum berfungsi juga untuk mempercepat reaksi saturasi benzene.
Dengan adanya Platinum dan hydrogen didalam reactor PENEX, saturasi benzene
mudah sekali terjadi pada temperature yang relative rendah (temperature inlet
reactor PENEX). Karena mudahnya benzene tersaturasi maka konversi benzene
mencapai 100%.
2.4.1. Reaksi-Reaksi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, reaksi utama yang
berlangsung diunit PENEX adalah isomerasi C5/C6 parafin. Selain itu terjadi
pula reaksi penjenuhan benzene serta pembukaan cincin senyawa-senyawa
napthene. Reaksi samping yang terjadi adalah reaksi hydrocracking senyawa
C7+ yang terikut bersama dengan fresh feed dari unit NHT maupun dari unit
NHT maupun recycle feed dari kolom DIH.
Reaksi isomerisasi C5/C6 parafin yang terjadi direactor PENEX adalah
sebagai berikut :
15
CH3-CH(CH3)-(CH2)2-CH3(73.4 RON-O).
CH3-CH2-CH(CH3)-CH2-CH3(74.5 RON-O).
CH3-C(CH3)2-CH2-CH3(91.8 RON-O).
CH3-CH(CH3)-CH(CH3)-CH3(104.3 RON-O)
CH3-CH(CH3)-CH2-CH3(93 RON-O).
16
senyawa
kesetimbangan
reaksi.
MCP
dan
Kenaikan
CH
berada
temperature
pada
kondisib
reactor
akan
c. Penjenuhan Benzene
Reaksi penjenuhan Bnezene (BZ) menjadi cyclo Hexane (CH)
berlangsung sangat cepat dengan 100% konversi pada temperature
rendah. Fungsi platinum pada katalis platinum betanggung jawab
dalam reaksi penjenuhan benzene ini.
Reaksi yang berlangsung adalah sebagau berikut :
17
18
Nitrogen
Nitrogen biasaya bereaksi dengan katalis atau dengan HCl dan
membentuk garam yang dapat menyebabkan deaktivasi katalis secara
permanen.
Flouride
19
CO dan CO2
Senyawa CO dan CO2 akan menyebabkan keracunan jika bereaksi
dengan hydrogen direactor sehinggan menghasilkan air dan metane,
seperti berikut
CO + 3H2
CH4 +H2O
CO2 + 4H2
CH4 + 2H2O
b. Racun Sementara
Senyawa-senyawa yang dikategorikan racun sementara akan menyerang
fungsi platinum yang ada dikatalis. Senyawa-senyawa ini tidak akan
bereaksi dengan chloride yang ada dikatalis. Racun sementara dapat
diatasi dengan cara menghilangkannya dari katalis dan keaktifan katalis
dapat dikembalikan kekondisi sebelum keracunan terjadi. Senyawasenyawa yang dikategorikan sebagai racun sementara adalah :
Sulfur
Adanya sulfur di feed PENEX akan menyebabkan menurunnya
keaktifan katalis. Penurunan keaktifan katalis yang dilibatkan oleh
sulfur bersifat sementara dan dapat dikembalikan dengan cepat saat
sulfur telah dihilangkan.
20
Akan
menyebabkan
volume
feed
menjadi
besar
sehingga
Senyawa-senyawa olefin
Senyawa-senyawa olefin ini mempunyai efek negative terhadap katalis
PENEX karena dapat terpolimerisasi yang kemudian hasil polimerisasi
tersebut menutupi secara fisik permukaan katalis.
Senyawa C7+
21
Butane
Butane yang terkandung difeed dapat menyebabkan kerusakan atau
terganggunya proses reaksi isomerisasi.
22
BAB III
METODOLOGI
23
,
x=temper
y = ax2 + bx + c
atur
a
b
-
0,001
iC4/C4P
6,014E-07
1
-
0,90
0,000
iC5/C5P (Vapor)
2,372E-07
6
-
0,93
0,000
iC5/C5P (Liquid)
8,138E-08
2-2 DMB/C6P
(Vapor)
0,88
0,001
1,268E-06
2-2 DMB/C6P
(Liquid)
5
-
7
-
0,72
0,001
1,039E-06
3
0,000
0,59
2-3 DMB/C6P
-1,039E-07
0
0,10
Dimana menghitung ratio di pengaruhi oleh temperatur.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Perbandingan antara feed inlet lead reactor dengan feed inlet lag reactor
x factor 30-35 %
senyaw feed
feed
a
lead
lag
denst
0,680
0,686
prop
0,000
0,000
isoB
0,010
0,697
nB
0,454
0,543
isoP
11,208
14,643
nP
10,052
5,350
22DMB
4,463
12,121
CP
1,253
1,117
23DMB
4,339
4,500
2MP
24,908
21,237
3MP
15,075
12,490
nH
12,358
6,977
MCP
8,911
11,190
CH
4,553
8,620
Bz
1,857
0,013
C7+
0,331
1,903
25
Dari tabel perbandingan antara feed inlet lead reactor dengan feed inlet lag
reactor dapat di lihat bahwa komposisi benzene di feed lead reactor besar, namun
setelah masuk ke lead reactor 33-R-102 akan keluar dengan komposisi yag lebih
kecil. Hal ini menunjukan bahwa pada lead reactor terjadi reaksi saturasi
benzene,dimana benzene tersaturasi menjadi cyclohexane dan selanjutnya terjadi
reaksi ring opening dari rantai siklik menjadi rantai lurus, kemudian rantai lurus
membentuk isomerisasi. Untuk mensaturasi benzene yang sempurna ,lead reactor
membutuhkan operasi pada temperatur yang tinggi. Semakin banyak senyawa
siklik dan C7+ di feed maka temperatur operasi yang dibutuhkan di reactor juga
makin tinggi. Pada lead reactor juga terjadi reaksi isomerisasi, di lihat dari
penambahan iso-paraffin yang terdapat pada inlet lag reactor dan pengurangan
senyawa n-paraffin. Pengurangan n-paraffin ini karena perubahan dari n-paraffin
menjadi iso-paraffin dengan reaksi isomerisasi. Reaksi isomerisasi kurang
maksimal jika di lakukan pada temperatur yang tinggi sehingga pada lag reactor
akan dilakukan reaksi isomerisasi pada temperatur yang lebih rendah untuk
mendapatkan iso-paraffin yang maksimal. Outlet dari lag reactor akan di gunakan
untuk menghitung oktan output. Data feed lag reactor dimasukan ke aplikasi
hysys untuk mendapatkan komposisi mass flow vapor dan liquid untuk
menghitung output reactor. Di aplikasi hysys feed ditambahkan dengan gas H 2
untuk menurunkan tekanan parsial pada feed sehingga dapat membentuk vapor,
jika partial press tinggi maka untuk terbentuknya uap lebih sulit begitu sebaliknya
jika partial press rendah maka untuk terbentuknya uap mudah. Kemudian di
26
Dari table diatas dapat di lihat range X factor 0-10% octane output reactor
range 81,15 - 81,98 sedangkan range X factor 30-35% octan output reactor pada
range 79,28 - 80,46. Dapat di simpulkan bahwa semakin besar range X Factor,
maka nilai Octane Number yang dihasilkan di output reactor lag akan semakin
kecil, hal ini juga disebakan karena pada case low X factor isomerisasi di lead
reactor juga lebih tinggi. Dan juga disebabkan karena senyawa-senyawa yang
tidak di inginkan seperti %MCP, %BZ, %CH, dan %C7+ juga akan semakin
besar terakumulasi ke dalam jumlah komposisi senyawa yang bereaksi, sehingga
Octane Number yang dihasilkan akan semakin kecil. Di unit PENEX senyawa
27
C7+ sangat dibatasi sekitar 2 atau 3% karena senyawa C7+ dapat terisomerisasi
menjadi campuran yang mempunyai angka oktan lebih rendah dari C5 atau C6
yang di produksi sehingga akan mendegradasi angka oktan produk.
Dari
table
diatas
dapat
juga
dilihat
bahwa
Temperature
akan
28
Berdasarkan feed desain, angka oktan produk dari outlet reactor adalah 8284. Dengan adanya kolom Deisohexanizer angka oktan produk dari unit PENEX
bisa mencapai 87 atau naik 3-4 angka oktan. Di dalam reactor terjadi reaksi
saturasi benzene, pembukaan rantai siklik menjadi rantai lurus kemudian
dilakukan reaksi isomerisasi untuk meningkatkan angka oktan. Dari reactor
kemudian di alirkan ke stabilizer untuk di pisahkan fraksi ringan (H2) dari produk
penexate. Produk penexate kemudian di alirkan ke kolom deisohexanizer. Dengan
adanya deisohexanizer, oktan produk dapat ditingkatkan dengan cara memisahkan
antara produk-produk hasil reaksi di reactor yang mempunyai oktan tinggi dengan
produk-produkyang beroktan rendah baik dari hasil reaksi maupun dari feed yang
tidak terkonversi. Hampir 90 % produk-produk yang beroktan tinggi akan keluar
sebagai overhead produk sedangkan produk-produk yang beroktan rendah keluar
di side stream kolom DIH. Produk side stream kolom ini kemudian direcycle lagi
ke reactor agar dapat di konversikan kembali menjadi produk-produk yang
beroktan tinggi. Senyawa-senyawa yang di jadikan target untuk di recycle adalah
n-hexane, 2 methylpentane, 3 methylpentane.
29
Tabel 4.3 Pengaruh temperatur pada komposisi massa output reactor (range X
factor 30-35 %)
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa semakin besar temperatur komposisi massa
output reactor yang terbentuk akan semakin berkurang. Seperti yang telas
dijelaskan bahwa reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis (menyerap panas)
sehingga akan lebih baik bila reactor dijalankan pada kondisi temperatur yang
rendah untuk mendapatkan output/produk yang tinggi. Disini reaksi yang terjadi
berdasarkan kesetimbangan saja, tidak melihat kinetika reaksi (laju reaksi). Pada
operasi di unit PENEX terdapat rasio isomer produk ,berarti rasio berat antara
iso pentane (i-C5) terhadap ke total C5 Paraffin alifatik (i-C5/C5P), atau rasio
berat anatara 2.2 dan 2.3 Dimethyl Butane terhadap total C6 paraffin alifatik pada
aliran produk (2.2 DMB/C6P dan 2.3 DMB/C6P). Perbandingan antara iso
30
pentane dengan C5 paraffin akan selalu lebih besar iso-Pentane, baik di feed
maupun di output (lebih besar kandungan iso-paraffin dibandingkan dengan
n-paraffin). Tetapi pada output reactor kandungan iso-paraffin akan lebih besar
dibandingkan dengan kandungan iso-paraffin pada feed. Hal ini disebabkan
karena adanya reaksi isomerisasi ,dimana adanya perubahan dari senyawa nparaffin menjadi iso-paraffin. Reaksi isomerisasi ini bertujuan untuk menaikan
angka oktan pada unit PENEX. Pada keadaan tertentu, bisa terjadi dimana
komposisi iso-paraffin pada output lebih kecil dibandingkan dengan komposisi nparaffin pada output reactor, hal ini disebabkan karena reaksi berjalan ke arah
reaksi n-paraffin.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari studi kasus di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari perhitungan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa semakin besar
temperatur proses maka komposisi output reactor dan oktan number akan
semakin kecil, dikarenakan reaksi isomerisasi di unit PENEX reaksinya
eksotermis. Untuk mendapatkan output/produk yang tinggi berdasarkan
31
5.2 Saran
Untuk mendapatkan pola operasi optimal reactor PENEX, perlu dilakukan
studi kinetika katalis melalui Step Test untuk mendapatkan oktan number
maksimal berdasarkan kesetimbangan reaksi.
32
33
LAMPIRAN
vii