Anda di halaman 1dari 29

11

BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kerangka Teoritis
1. Aktivitas Belajar
a. Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan prinsip atau asas yang sangat penting
di dalam proses pembelajaran. Karena dalam prinsipnya belajar adalah
berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku kearah yang lebih baik
serta

ditunjukkan

dalam

berbagai

bentuk

seperti

perubahan

pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,


kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu
yang belajar. Sebagai rasionalitasnya hal ini sesuai dengan pengakuan
beberapa ahli pendidikan.
Rousseau yang dikutip oleh sardiman mengatakan bahwa segala
pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,
pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri,
dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun
teknis7. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus
aktif sendiri. Tanpa ada aktivitas dari siswa proses pembelajaran tidak
mungkin berlangsung dengan baik. Kondisi ini diperkuat oleh
pendapat Rusman yang mengemukakan bahwa pembelajaran dianggap
bermakna jika dalam proses pembelajaran tersebut siswa terlibat secara
aktif, untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan melalui
pengalaman
7

belajar.

Sardiman, Op.Cit., hlm. 96-97.

Pembelajaran

dianggap

terjadi

bila

ada

12

keterlibatan siswa secara aktif, artinya pembelajaran yang efektif


adalah pembelajaran yang menekankan dan berorientasi pada aktivitas
siswa8.
Dengan mengemukakan beberapa pendapat dari beberapa ahli
tersebut, jelas bahwa dalam kegiatan belajar, siswa harus aktif berbuat.
Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan aktivitas,
tanpa adanya aktivitas siswa dalam pembelajaran tersebut dianggap
kurang bermakna.
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan
manakala9:
a. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa
b. Pendidik berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman
dalam belajar
c. Tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal
peserta didik (kompetensi dasar)
d. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada
kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan
mencapai siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsepkonsep
e. Melakukan pengukuran secara kontinyu dalam berbagai aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Hal ini menunjukkan bahwa mendominasi kegiatan pembelajaran
bukanlah guru melainkan siswa yang aktif berbuat, sesuai dengan
semboyan yang dipopulerkan oleh J. Dewey yaitu learning by doing,
belajar adalah untuk berbuat dan tugas guru disini adalah bertanggung
jawab atas tercapainya hasil belajar siswa, berperan sebagai sumber
belajar, mediator, dan fasilitator belajar serta pemimpin dalam belajar
yang memungkinkan terciptanya kondisi belajar yang baik bagi siswa
dalam belajar. Sejalan dengan hal tersebut Silberman yang dikutip oleh
8

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Rajawali


Pers, Jakarta, 2012, hlm. 393.
9
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, Gaung Persada, Jakarta, 2007, hlm. 80-81.

13

Rusman mengemukakan bahwa banyak cara yang bisa membuat siswa


belajar secara aktif yaitu dengan perlengkapan belajar aktif.
Perlengkapan belajar aktif yang dimaksud adalah tata letak ruang,
metode atau strategi yang mengaktifkan siswa, kemitraan belajar,
membangkitkan minat siswa, pemahaman dan melibatkan siswa dalam
kegiatan pembelajaran dan memilih kelompok belajar10. Cara
pelaksanaan hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode,
strategi,

pendekatan,

dan

model

pembelajaran

yang

dapat

mengaktifkan siswa dalam belajar diantaranya adalah:


a. Strategi pembentukan tim, misalnya bertukar tempat, resume
kelompok, dan pencarian teman sekelas.
b. Strategi penilaian sederhana, misalnya pertanyaan penilaian,
pertanyaan yang dimiliki siswa, dan persoalan pelajaran.
c. Strategi pelibatan secara langsung, misalnya bertukar pendapat,
benar atau salah, dan bertanggung jawab terhadap mata pelajaran.
d. Pengajaran sesama siswa, misalnya pertukaran kelompok dengan
kelompok, siswa berperan menjadi guru, dan pemberian pelajaran
antarsiswa.
e. Belajar secara mandiri, misalnya peta pikiran, jurnal belajar, dan
belajar modul.
f. Penerapan model pembelajaran kooperatif, misalnya STAD,
Jigsaw, dan TGT.
g. Penerapan pembelajaran berbasis masalah, melalui orientasi siswa
pada

10

masalah,

Rusman,Op Cit., hlm. 399.

mengorganisasikan

siswa

untuk

belajar,

14

mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis, dan


mengevaluasi proses pemecahan masalah.
h. Penerapan pembelajaran kontekstual.
i. Penerapan pembelajaran PAIKEM.
j. Penerapan model pembelajaran kolaboratif.
b. Faktor-faktor yang menumbuhkan aktivitas belajar
Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga
dapat berlatih untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping
itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis,
sehingga

merangsang

aktivitas

belajar

siswa

dalam

proses

pembelajaran.
Gagne dan Briggs yang dikutip oleh Martinis menjelaskan bahwa
faktor-faktor yang dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa dalam
proses pembelajaran, yaitu11:
a. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa,sehingga
mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada
siswa).
c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.
d. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan
dipelajari).
e. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
g. Memberi umpan balik (feed back)
h. Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga
kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur.
i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir
pembelajaran.
c. Indikator aktivitas belajar

11

Martinis Yamin, Op Cit., hlm. 84.

15

Aktivitas belajar siswa dapat dikondisikan melalui pembelajaran


aktif yang dapat dilihat dari tingkah laku siswa dan guru yang aktif.
Adapun indikator aktivitas belajar, yaitu 12:
a. Dari segi siswa, dapat dilihat:
1) Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dari
permasalahannya.
2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan
kelanjutan belajar.
3) Penampilan dalam berbagai usaha atau kreativitas belajar
dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar dan
mengajar hingga mencapai keberhasilannya.
4) Kebebasan atau keleluasaan melakukan hal-hal tersebut
diatas tanpa tekanan dari guru maupun pihak lain.
b. Dari segi guru, dapat dilihat:
1) Usaha mendorong.membina gairah belajar, dan partisipasi
siswa.
2) Peranan guru tidak mendominasi kegiatan proses belajar
siswa.
3) Memberi kesempatan siswa untuk belajar menurut cara dan
keadaan masing-masing.
4) Menggunakan berbagai jenis metode mengajar.
Dengan demikian aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang beraneka ragam,
seperti pada saat siswa mendengarkan, mendiskusikan, membuat
laporan dan sebagainya.
Nana Sudjana juga mengemukakan aktivitas belajar siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2) Terlibat dalam pemecahan masalah
3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya.
4) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
12

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 63.

16

5) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.


6) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.
7) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah.
8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yng
dihadapinya13.
Dengan demikian aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang beraneka ragam.
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa disekolah. Paul
B. Diedrich yang dikutip oleh Oemar Hamalik dan Ramayulis
mengklasifikasikan aktivitas belajar, sebagai berikut14:
a. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya,membaca,
memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang
lain.
b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi, interupsi.
c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato.
d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,
laporan, angket, menyalin.
e. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain:
melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi,
bermain, berkebun, berternak.
g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi,
mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan,
mengambil keputusan.
h. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
13

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2008, hlm. 61.
14
Sardiman, Op.Cit., hlm. 101

17

Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti yang telah diuraikan,


menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan
bervariasi.

Tanpa

aktivitas

pembelajaran

dianggap

kurang

bermakna.dengan adanya aktivitas dari siswa maka dengan sendirinya


pengetahuan akan terbentuk. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip
dasar pandangan konstruktivisme yang dikemukakan oleh Suparno
yang mengatakan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari
guru ke peserta didik, kecuali hanya dengan aktivitas peserta didik
menalar15. Kemudian diperkuat dengan pendapat Didi Suryadi yang
menyatakan bahwa keterlibatan anak secara aktif dalam suatu aktivitas
belajar memungkinkan

mereka

memperoleh

pengalaman yang

mendalam tentang bahan yang dipelajari, dan pada akhirnya akan


mampu meningkatkan pemahaman anak tentang bahan tersebut 16. Di
sini terlihat bahwa peran aktivitas belajar dari peserta didik sangatlah
penting dalam membangun pengetahuan baik secara personal maupun
secara sosial.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Salah satu model pembelajaran yang berkembang saat ini adalah
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini menggunakan kelompokkelompok kecil sehingga siswa saling bekerjasama untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

15

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,Jakarta, 2011,

hlm. 19.
16

Didi Suryadi, Pendidikan Matematika, UPI, Bandung, 2011, hlm.11.

18

dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill),


sekaligus keterampilan social (social skill) termasuk interpersonal skill17.
Teknik pembelajaran kooperatif sangat sesuai di dalam sebuah kelas
yang berisi siswa-siswa yang mempunyai berbagai tingkat kecerdasan.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar
mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama
untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam
mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang
lain, siswa yang agresif dan tidak peduli dengan orang lain18.
Pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling
memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi
dalam belajar19. Ada banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif ini
layak digunakan dalam praktek kependidikan. Pembelajaran kooperatif ini
menekankan pada aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Siswa berlatih berpikir dan memecahkan masalah dengan
cara berinteraksi dengan siswa yang lainnya. Pada dasarnya pembelajaran
kooperatif ini mengandung pengertian bahwa sikap siswa atau perilaku
bersama yang keberhasilan kerjanya sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dengan aktifnya siswa dalam
kegiatan pembelajaran, diharapkan hasil pembelajaran dapat meningkat
dan kegiatan pembelajaran lebih bermakna. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan

bahwa

pembelajaran

oleh

rekan

sebaya

melalui

pembelajaran kooperatif lebih efektif daripada pembelajaran oleh

17

Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran, Kencana, Jakarta, 2009, hlm. 73.
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009, hlm. 23.
19
Ibid., hlm. 20.
18

19

pengajar20. Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif


dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan
membantu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis21.
Menurut Jhohnson & Johnson dan Sutton, terdapat lima unsur penting
dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.
2) Interaksi antara siswa yang semakin meningkat.
3) Tanggungjawab individual.
4) Kemampuan interpersonal dalam kelompok kecil.
5) Proses kelompok22.
Langkah-langkah umum pembelajaran kooperatif:
a) Berikan informasi dan sampaikan tujuan serta skenario
pembelajaran.
b) Organisasikan siswa/peserta didik dalam kelompok kooperatif.
c) Bimbing siswa/peserta didik untuk melakukan kegiatan
/berkooperatif.
d) Evaluasi.
e) Berikan penghagaan23.
Ada beberapa contoh keterampilan dan pembelajaran kooperatif yaitu:
berbagi tugas, mengambil bagian, tetap berada dalam tugas, mengajukan
pertanyaan, mendengarkan dengan aktif, bekerja sama, membantu teman24.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Slavin membedakan pembelajaran kooperatif dalam beberapa tipe
yaitu: Student Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games
Tournament (TGT), Jigsaw, Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) dan Teams Assisted Individualization (TAI). Salah

20

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta, 2009,

hlm. 189.
21
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2009, hlm. 59.
22
Ibid,. hlm. 61.
23
Yatim Rianto, Loc. Cit.
24
Ibid,. hlm. 272.

20

satu metode yang memungkinkan siswa lebih aktif berinteraksi dalam


pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,
jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda25.
Metode ini pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries dan
Keith

Edward.

Metode

pembelajaran

kooperatif

tipe

TGT

ini

menggunakan langkah-langkah sama dengan STAD (Student Team


Achievement Divisions). Perbedaaannya terletak pada evaluasi yang
dilakukan dengan menggunakan tournamen. TGT menggunakan turnamen
akademik, dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa
berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja
akademiknya setara seperti mereka 26.

TGT dapat digunakan dalam

berbagai macam mata pelajaran, dari jenjang pendidikan dasar (SD, SMP
dan SMA) hingga perguruan tinggi27.
Deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut:
1) Persentasi Kelas
Materi dalam TGT diperkenalkan dalam persentasi di dalam
kelas. Ini merupakan pengajaran langsung atau diskusi pelajaran
yang dipimpin oleh guru.

25

Isjoni, Op.Cit., hlm. 83-84.


Robert E. Slavin, Op.Cit., hlm. 163.
27
Trianto, Op.Cit., hlm. 83.
26

21

2) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh
bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras
dan etnis. Tim ini dibentuk secara heterogen. Fungsi tim ini
adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar,
dan lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan anggotanya
untuk bisa melaksanakan turnamen dengan baik.
3) Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan siswa. Game tersebut dimainkan di atas
meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim
yang berbeda.
4) Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung.
Dalam permainan akademik ini siswa akan dibagi dalam mejameja turnamen yang terdiri dari wakil-wakil tiap kelompok. Siswa
dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari
segi kemampuan setiap peserta diusahakan setara. Setelah
turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada
kinerja mereka pada turnamen akhir.

22

GAMBAR II.1 PENEMPATAN PADA MEJA TURNAMEN28.


Meja pertandingan 1 dan 2 merupakan meja tempat
berkompetisi siswa dengan kemampuan akademik tertinggi, meja
pertandingan 3 dan 4 tempat berkompetisi siswa lebih rendah
tingkat kemampuan akademiknya dibanding meja pertandingan 1
dan 2. Sedangkan meja pertandingan 5 dan 6 merupakan meja
pertandingan untuk siswa yang terendah tingkat akademiknya.
Penentuan meja-meja tersebut hanya diketahui oleh guru saja.

Adapun peraturan memainkan pertandingan dapat dilihat pada


bahan tersebut:

28

Robert E. Slavin., Op.Cit., hlm. 168.

23

GAMBAR II.2 ATURAN PERMAINAN (TGT)29.


Cara memainkan permainan pada pembelajaran TGT ini adalah
sebagai berikut:
a. Setelah kartu diacak, pembaca mengambil satu kartu serta
membaca dan berusaha menjawab pertanyaan.
b. Penantang I berhak menantang jawaban dari pembaca
seandainya jawabannya berbeda dengan pembaca, atau boleh
melewatinya.
c. Penantang II berhak menantang jawaban dari penantang I jika
penantang I tidak bisa menjawab atau jawabannya berbeda dari
penantang I dan pembaca, dan selanjutnya mengumumkan
kunci jawaban yang benar dari pertanyaan.
d. Siapapun yang menjawab benar berhak menyimpan kartunya.
Jika pembaca salah, tidak ada sanksi, tetapi jika kedua
penantangnya salah, maka dia harus mengembalikan kartu
yang telah dimenangkannya kedalam kotak, jika ada.
Untuk putaran berikutnya, semua peserta bergerak satu posisi,
yaitu penantang I menjadi pembaca, penantang II menjadi
penantang I, dan pembaca menjadi penantang II. Setelah turnamen
selesai, siswa mencatat nomor yang telah dimenangkan pada
lembar skor permainan dan menambahkan poin yang diperoleh

29

Ibid., hlm. 173.

24

pada setiap game. Lembar skor permainan menurut Slavin (2010:


175) dapat dibaca pada tabel berikut:
TABEL II.1
TABEL LEMBAR SKOR PERMAINAN30
Pemain

Tim

Game
1

Jumlah Kartu

Poin

Perhitungan poin didasarkan pada jumlah pemain dalam setiap


meja turnamen. Pedoman menghitung poin-poin tuurnamen
menurut Slavin:

TABEL II.2
PEDOMAN MENGHITUNG POIN TURNAMEN UNTUK
EMPAT PEMAIN
Pemain Peraih
Skor

Tidak
ada
yang
seri

Seri
nilai
tertinggi

Seri
nilai
tengah

Seri
nilai
rendah

Tertinggi
Tengah atas
Tengah bawah
Terendah

60
40
30
20

50
50
30
20

60
40
40
20

60
40
30
30

Seri
Seri
nilai
nilai
tertinggi terendah
tiga
tiga
macam macam
50
60
50
30
50
30
20
30

Seri
empat
macam
40
40
40
40

TABEL II.3
TABEL PEDOMAN MENGHITUNG POIN TURNAMEN
UNTUK TIGA PEMAIN

30

Pemain
Peraih Skor

Tidak ada
yang seri

Seri nilai
Tertinggi

Seri nilai
terendah

Seri tiga
macam

Tertinggi

60

50

60

40

Ibid., hlm. 175

Seri
nilai
tertinggi
dan
terendah
50
50
30
30

25

Tengah

40

50

30

40

Terendah

20

20

30

40

TABEL II.4
TABEL PEDOMAN MENGHITUNG POIN TURNAMEN
UNTUK DUA PEMAIN
Pemain Peraih Skor
Tertinggi
Terendah

Tidak seri
60
20

Seri
40
40

5) Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan penghargaan bila skor rata-rata
mereka mencapai kriteria tertentu31. Nilai kelompok atau tim
diperoleh dengan cara menjumlahkan semua poin anggota
kelompok belajar dan dibagi dengan banyak anggota kelompok.
Ada tiga tingkatan penghargaan yang diberikan berdasarkan skor
rata-rata tim.
TABEL II.5
KRITERIA PENGHARGAAN TIM 32
Kriteria (rata-rata tim)
30-39
40-44
45-keatas

Penghargaan
Tim baik
Tim hebat
Tim super

4. Teknik Pembelajaran Kooperatif Kancing Gemerincing


Dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). Dapat diterapkan semua
mata pelajaran dan tingkatan kelas. Dalam kegiatan kancing gemerincing,
masing-masing anggota kelompok berkesempatan memberikan kontibusi
mereka dan mendengarkan pandangan anggota yang lain. Dapat digunakan
untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai

31
32

Ibid., hlm. 163-167.


Trianto, Op. Cit., hlm. 87.

26

kerja kelompok. Dalam kebanyakan kelompok, sering kali ada satu


anak/anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, ada
anak pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam
situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa jadi
tidak tercapai karena anak yang pasif terlalu menggantungkan diri pada
rekannya yang dominan.
Teknik ini memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan yag
sama untuk berperan serta dan berkontribusi pada kelompoknya masingmasing. Prosedurnya ialah33:
1. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (atau
benda-benda kecil lainnya).
2. Sebelum memulai tugasnya, masing-masing anggota dari setiap
kelompok mendapatkan 2 atau 3 buah kancing (jumlah kancing
bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
3. Setiap kali anggota selesai berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia
harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di
tengah-tengah meja kelompok.
4. Jika kancing yang dimiliki salah seorang siswa habis, dia tidak boleh
berbicara lagi sampai semua rekannya menghabiskan kancingnya
masing-masing.
5. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,
kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing
lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.
5. Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah golongan senyawa karbon yang paling
sederhana. Hidrokarbon hanya terdiri dari unsur karbon (C) dan hydrogen

33

Miftahul Huda, Op.Cit., hlm. 142-143.

27

(H). walaupun hanya terdiri dari dua jenis unsur, hidrokarbon merupakan
suatu kelompok senyawa yang besar.
Atom karbon mempunyai empat elektron valensi pada kulit terluar,
hal ini menguntungkan karena untuk mencapai kestabilan elektron. Setiap
atom karbon dapat membentuk empat ikatan kovalen lagi dengan atom
lain. Kekhasan atom karbon adalah kemampuan untuk berikatan dengan
atom karbon lainnya.
Kemampuan karbon mengikat karbon lainnya, menyebabkan atom
karbon mempunyai empat macam kedudukan, yaitu:
a. Atom C primer adalah atom C yang mengikat satu atom C lainnya.
b. Atom C sekunder adalah atom C yang mengikat dua atom C lainnya.
c. Atom C tersier adalah atom C yang mengikat tiga atom C lainnya.
d. Atom C kuartener adalah atom C yang mengikat empat atom C
lainnya.
Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon terdiri dari
beberapa golongan, yaitu:
a. Hidrokarbon alifatik adalah senyawa karbon yang rantai C nya
terbuka dan rantai C itu memungkinkan bercabang. Berdasarkan
jumlah ikatannya, senyawa hidrokarbon alifatik terbagi menjadi
senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh.
b. Hidrokarbon alisiklik memiliki rantai lingkar (cincin). Contoh:
siklobutana.
c. Hidrokarbon aromatik merupakan hidrokarbon yang memiliki rantai
lingkar (cincin) yang berikatan konjugat, yaitu ikatan tunggal dan
rangkap yang tersusun selang-seling. Contoh: benzena.
Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, hidrokarbon dapat
dikelompokkan menjadi :
a. Senyawa hidrokarbon jenuh yaitu jika semua ikatan karbon-karbon
merupakan ikatan tunggal (CC).

28

b. Senyawa hidrokarbon tidak jenuh yaitu jika terdapat satu saja ikatan
rangkap (C=C) atau ikatan rangkap tiga (CC).
Dalam penamaan senyawa hidrokarbon itu terbagi tiga yaitu alkana,
alkena dan alkuna.
a. Alkana
Alkana merupakan hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu hidrokarbon
dengan rantai terbuka dan semua ikatan karbon-karbonnya ikatan
kovalen tunggal dan rumus umum molekulnya : CnH2n+2.
TABEL II.6
RUMUS MOLEKUL DAN NAMA ALKAN DENGAN JUMLAH
ATOM C-1 SAMPAI DENGAN C-10
Jumlah Atom C
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Rumus Molekul
CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C5H12
C6H14
C7H16
C8H18
C9H20
C10H22

Nama
Metana
Etana
Propana
Butana
Pentana
Heksana
Heptana
Oktana
Nonana
Dekana

Nama IUPAC dari sepuluh suku pertama diberikan pada tabel di


atas. Akan tetapi, nama-nama tersebut hanya untuk alkana rantai lurus,
berikut akan dibahas tentang alkana rantai bercabang.
1) Nama IUPAC alkana bercabang terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. Bagian pertama, yaitu nama cabang.
b. Bagian kedua yaitu nama rantai induk (rantai karbon terpanjang
dalam molekul).
2) Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam molekul atau rantai
yang mempunyai jumlah karbon paling banyak.

29

3) Cabang diberikan nama alkil ( R = CnH2n+1 ) yaitu sama dengan


nama alkana yang sesuai tetapi akhiran ana

diganti menjadi il,

misalnya metana menjadi metil atau etana menjadi etil.


4) Posisi cabang ditunjukkan dengan awalan angka.
5) Bila terjadi cabang sejenis, nama cabang disebut sekali saja dengan
diberikan awalan yang menyatakan jumlah cabang, misalnya 2 =
di; 3 = tri ; 4 = tetra dan seterusnya bila terdapat lebih dari satu
jenis cabang, maka cabang-cabang tersebut ditulis dengan ururtan
abjad, misalnya etil harus ditulis lebih dahulu daripada metil.
b. Alkena
Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan satu ikatan
rangkap 2 yang rumus molekul CnH2n. nama alkena diturunkan dari
senyawa alkana yang sesuai dengan mengganti ana menjadi ena.
Nama IUPAC alkena juga perlu memperhatikan pemilihan induk,
penomoran dan cara penulisan nama.
1) Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam molekul atau rantai
yang mempunyai jumlah karbon paling banyak yang mengandung
ikatan rangkap dua.
2) Penomoran dimulai dari salah satu ikatan rangkap dua ditunjukkan
dengan awalan angka, yaitu nomor dari atom karbon berikatan
rangkap yang paling kecil.
3) Penulisan cabang-cabang sama seperti alkana.
c. Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon alifatik tidak jenuh dengan satu ikatan
karbon-karbon rangkap tiga yang rumus molekulnya CnH2n-2. Alkuna
mengikat empat atom H lebih sedikit dibandingkan dengan alkana
yang sesuai, oleh karena alkuna lebih tidak jenuh daripada alkena.

30

Nama alkuna diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan


menggantikan akhiran ana menjadi una.
Tata nama alkuna bercabang yaitu pemilihan rantai induk,
penomoran dan penulisan sama seperti pada alkena. Kegunaan alkuna
untuk industri yaitu asitelena dibuat dari metana melalui pembakaran
tidak sempurna.
Isomer adalah senyawa-senyawa yang berbeda tetapi mempunyai rumus
molekul yang sama. Keisomeran pada alkana tergolong keisomeran
struktur, yaitu cara atom-atom saling berikatan. Keisomeran dapat terjadi
karena perbedaan kerangka (rantai induk) atau perbedaan posisi cabangcabangnya.
Keisomeran pada alkena dapat berupa keisomeran struktur dan
keisomeran ruang. Keisomeran struktur pada alkena dapat terjadi karena
perbedaan posisi ikatan rangkap, posisi cabang, atau karena perbedaan
kerangka atom karbon. Keisomeran geometri adalah keisomeran karena
perbedaan penempatan gugus-gugus disekitar ikatan rangkap. Keisomeran
geometri terjadi karena kekakuan ikatan rangkap. Atom kabon yang
berikatan rangkap tidak dapat berputar satu terhadap yang lainnya.oleh
karena itu, posisi gugus-gugus yang terikat pada atomkarbon yang
berikatan rangkap tidak dapat berubah tanpa memutuskan ikatan. Jika
gugus sejenis terletak pada ssi yang sama dari ikatan rangkap disebut cis,
sebaliknya jika gugus yang sama terletak berseberangan disebut trans.
Keisomeran pada alkuna tergolong keisomeran kerangka dan keisomeran
posisi. Pada alkuna tidak terdapat keisomeran geometri.

31

Sifat-sifat fisis hidrokarbon ada dua yaitu berdasarkan titik cair dan
titik didih dan kelarutan dalam air. Titik cair dan titik didihnya alkana,
alkena dan alkuna meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah atom
karbon dalam molekul. Diantara senyawa-senyawa berisomer, ternyata
isomer bercabang mempunyai titik leleh dan titik didih yang lebih rendah.
Berdasarkan kelarutan dalam air, hidrokarbon sukar larut dalam air.
Mereka lebih mudah larut dalam pelarut yang non polar.
Sifat kimia (reaksi-reaksi) pada hidrokarbon terbagi tiga yaitu reaksireaksi pada alkana, reaksi-reaksi pada alkena, dan reaksi-reaksi pada
alkuna. Reaksi penting dari alkana yaitu pembakaran, subsitusi dan
perengkahan. Yang dimaksud dengan reaksi subsitusi adalah reaksi
penggantian atom H dengan atom atau gugus lain. Reaksi perengkahan
adalah reaksi pemutusan rantai karbon menjadi potongan-potongan yang
lebih pendek.
Reaksi penting alkena adalah pembakaran, adisi dan polimerisasi.
Alkena lebih reaktif dibandingkan dengan alkana. Hal ini disebabkan
adanya ikatan rangkap C=C. Reaksi alkena terutama terjadi pada ikatan
rangkap itu. Reaksi adisi yaitu reaksi penjenuhan ikatan rangkap. Reaksi
polimerisasi adalah penggabungan molekul-molekul sederhana menjadi
molekul besar. Reaksi pada alkuna mirip dengan alkena. Untuk
menjenuhkan ikatan rangkapnya, alkuna membutuhkan pereaksi dua kali
lebih banyak dibandingkan alkena34.

34

Michael Purba, KIMIA untuk SMA kelas X, Jakarta, Erlangga, 2006, hlm. 198-229.

32

6. Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games


Tournament (TGT) dengan Teknik Kancing Gemerincing dengan
Aktivitas Belajar Siswa.
Teams Games Tournament (TGT) merupakan model belajar kerjasama
yang melibatkan aktivitas dari semua murid tanpa perbedaan status
apapun, melibatkan keikutsertaan murid secara pribadi dan diharapkan
siswa akan lebih aktif jika guru menerapkan proses pembelajaran yang
menyenangkan karena pada fase evaluasi dalam pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament (TGT) terdapat permainan dan turnamen.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
(TGT) dengan Teknik Kancing Gemerincing merupakan salah satu upaya
untuk

membelajarkan

siswa

secara

aktif,

berdiskusi,

berani

mengungkapkan pendapatnya dan bertanggung jawab dalam belajar.


Aktivitas belajar siswa dalam mengerjakan sesuatu amat besar artinya
dalam pendidikan dan pembelajaran. Segala sesuatu yang ia lakukan akan
menjadikannya lebih rajin, bertambah wawasan dan pengetahuan karena
saling bertukar pendapat, serta lebih berani dan percaya diri. Penggunaan
kancing gemerincing disini membuat setiap siswa memiliki tanggung
jawab untuk menjawab soal ataupun bertanya, dikarenakan setiap siswa
mendapatkan sebuah kancing yang akan dikumpul jika siswa tersebut
bertanya atau menjawab pertanyaan. Dan kelompok siapa yang
mengumpulkan kancing paling banyak maka kelompok itulah yang jadi
pemenangnya. Dengan syarat kancing boleh dikumpul jika siswa
menjawab benar, sehingga siswa akan lebih aktif dalam belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan Model Pembelajaran

33

Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan Teknik Kancing


Gemerincing dapat mempengaruhi aktivitas siswa dalam belajar kimia.
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Games Tournament (TGT) dengan kancing gemerincing terhadap
aktivitas belajar adalah:
1. Oleh Sri Suryani, penelitian yang berjudul Meningkatkan Aktivitas Dan
Hasil Belajar Siswa Melalui Teams Games Tournament Dilengkapi Teknik
Kancing Gemerincing, jurnal mahasiswa pendidikan kimia FKIP
UNTAN tahun 2013. Bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Sebanyak 34 orang siswa berpartisipasi dalam
penelitian ini. Lembar observasi dan tes hasil belajar digunakan sebagai
instrumen penelitian. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan terhadap
aktivitas memperhatikan, aktivitas lisan dan aktivitas menulis dari pra
siklus ke siklus I berturut-turut sebesar 62,29%, 67,64%, dan 44,47%.
Aktivitas memperhatikan, aktivitas lisan dan aktivitas menulis meningkat
dari siklus I ke siklus II berturut-turut sebesar 2,94%, 2,21%, dan 17,64%.
Hasil penelitian juga menunjukkan peningkatan terhadap hasil belajar dari
pra siklus ke siklus I sebesar 41,18% dan dari siklus I ke siklus II sebesar
5,88%35.
2. Oleh Diah Megasari Tyasning, penelitian yang berjudul Penerapan
Model Pembelajaran Tgt (Teams Games Tournaments) Dilengkapi Lks
Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Materi Minyak Bumi
Pada Siswa Kelas X-4 Sma Batik 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/
2012, jurnal Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS tahun 2012.
35

Sri Suryani, Op.Cit., hlm.12.

34

Penelitian ini menunjukkan Penerapan model pembelajaran TGT dapat


meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi minyak bumi. Hal ini
dapat dilihat dalam pelaksanaan siklus I dan siklus II. Pada siklus I
persentase rata-rata indikator aktivitas siswa 67,06% yang kemudian
meningkat pada siklus II menjadi 85,65%. Siswa yang dinyatakan sangat
aktif pada siklus I sebanyak 22,22% dan pada siklus II meningkat menjadi
80,56%, dan 2) Penerapan model pembelajaran TGT dilengkapi LKS
dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa pada materi minyak bumi.
Ketuntasan belajar siswa mencapai 41,67% pada siklus I dan 83,33%
pada siklus II. Untuk hasil belajar afektif pada siklus I sebesar 71,90%
dan siklus II sebesar 75,60%. Dilihat dari kepuasan siswa terhadap
pembelajaran terdapat peningkatan kepuasan siswa dari 78,04% pada
siklus I menjadi 79,22 % pada siklus II36.
3. Oleh Iqtirobul Fudlla, penelitian ini berjudul Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Untuk
Meningkatkan Aktivitas Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Fisika Materi
Pokok Kalor Kelas VII-A MTs NU 01 Kramat Tegal Semester Gasal
Tahun Ajaran 2011/2012, Skripsi mahasiswa Program Studi Tadris Fisika
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2011. Dari hasil
penelitian diperoleh dari penerapan model TGT (Teams Games
Tournament) pada siklus I naik sebesar 14,29% dari presentase ketuntasan
temuan awal 30,95% naik menjadi 45,24%. Kenaikan ini diikuti kenaikan
aspek kognitif sebesar 23,81% dari 14,29% pada temuan awal menjadi
36

Diah Megasari Tyasning, Op. Cit., hlm. 6.

35

38,10% pada siklus I. Pada siklus II aspek aktivitas naik sebesar 45,24%
dari 45,24% pada siklus I menjadi 90,48% pada siklus II. Presentase
ketuntasan aspek kognitif naik sebesar 38,09% dari 38,10% pada siklus I
menjadi 76,19% pada siklus II. Sehingga penerapan model pembelajaran
TGT (Teams Games Tournament) berhasil meningkatkan aktivitas siswa
pada materi pokok kalor siswa kelas VII-A MTs NU 01 Kramat dengan
ketentuan ketuntasan klasikal aktivitas 75%. Dari data di atas dapat
dijelaskan bahwa penerapan model pembelajaran TGT (Teams Games
Tournament) berhasil meningkatkan aktivitas siswa pada materi pokok
kalor siswa kelas VII-A MTs NU 01 Kramat37.
4. Oleh Sepriani Putri, penelitian yang berjudul Pengaruh Strategi
Pembelajaran Aktif Everyone Is A Teacher Here ( (ETH) dengan Teknik
Kancing Gemerincing terhadap Aktivitas Siswa SMP Muhammadiyah 1
Pekanbaru, skripsi mahasiswa pendidikan matematika Uin Suska Riau
tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan perhitungaan rata-rata skor
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa mean
kelas eksperimen lebih besar dari pada mean kelas kontrol, kelas
eksperimen mean = 61,73 dan kelas kontrol mean = 49,13. Selanjutnya,
dari uji tes t diperoleh thitung = 4,56. Berdasarkan df = 78 (80-2) pada
taraf signifikan 5% diperoleh ttabel sebesar 1,99 dan pada taraf signifikan
1% diperoleh ttabel sebesar 2,64. Dengan thiting sebesar 4,56 berarti lebih
besar dari ttabel baik pada taraf signifikan 5% maupun taraf signifikan 1%
37
Iqtirobul Fudlla, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Tournament) Untuk Meningkatkan Aktivitas Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Fisika Materi
Pokok Kalor Kelas VII-A MTs NU 01 Kramat Tegal Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012,
Skripsi, Program Studi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2011.

36

maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain, terdapat pengaruh


strategi pembelajaran Aktif Everyone Is A Teacher Here ( (ETH) dengan
Teknik Kancing Gemerincing terhadap Aktivitas Siswa38.
C. Konsep Operasional
Operasionalisasi konsep digunakan untuk memberi batasan terhadap
konsep-konsep teoritis agar jelas dan terarah. Konsep yang dioperasionalkan
dalam penelitian ini meliputi:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) dengan teknik Kancing Gemerincing.
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) dengan teknik Kancing Gemerincing merupakan variabel bebas
yang mempengaruhi aktivitas belajar kimia pada siswa. Pelaksanaan
model pembelajaran ini dapat dilakukan dengan beberapa tahap sebagai
berikut:
Pada kegiatan awal :
1) Guru menyampaikan kompetensi dasar.
2) Guru memberikan apersepsi.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan
motivasi kepada siswa.
4) Guru menginformasikan

model

pembelajaran

yang

akan

dilakukan.
Pada kegiatan inti :
1) Guru menjelaskan materi hidrokarbon.
2) Guru membagikan soal diskusi kelompok berupa LKS.
3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,
dimana setiap kelompok beranggotakan 6 orang siswa, yang
terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan akademik
38

Sepriani Putri, Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Everyone Is A Teacher Here


( (ETH) dengan Teknik Kancing Gemerincing terhadap Aktivitas Siswa SMP Muhammadiyah 1
Pekanbaru, Skripsi, Uin Suska Riau, 2012.

37

berbeda, yaitu siswa berkemampuan akademik tinggi, sedang dan


rendah.
4) Guru membagi kancing kepada siswa, masing-masing siswa
mendapatkan dua kancing.
5) Siswa dalam kelompok berdiskusi membahas soal yang diberikan
guru menggunakan teknik kancing gemerincing.
6) Guru memantau setiap kelompok dan membimbing agar setiap
kelompok benar-benar telah memahami materi yang dijarkan.
7) Guru mengadakan turnamen.
8) Siswa dengan kemampuan akademik yang sama berada dalam satu
meja turnamen mewakili kelompoknya menjawab soal yang
terdapat pada kartu bernomor dan mengumpulkan skor untuk
kelompok masing-masing.
9) Guru mengadakan evaluasi.
Pada tahap penutup:
1) Guru menghitung skor masing-masing kelompok.
2) Guru menentukan penghargaan kelompok.
3) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
2. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa merupakan variabel terikatnya (dependent)
yaitu variabel yang dipengaruhi oleh model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) dengan teknik kancing gemerincing.
Untuk melihat aktivitas belajar siswa maka peneliti melakukan observasi
selama proses pembelajaran dengan menggunakan indikator-indikator
aktivitas belajar berikut ini:
1) Siswa memperhatikan

penjelasan

guru

pembelajaran.
2) Siswa membaca buku tentang hidrokarbon.

selama

proses

38

3) Siswa memperhatikan pertanyaan atau tanggapan teman.


4) Siswa menanyakan materi pelajaran yang belum dipahami kepada
guru.
5) Siswa menjawab dan menanggapi pertanyaan siswa lain.
6) Siswa mendengarkan ketika guru menjelaskan

materi

pembelajaran.
7) Siswa mendengarkan pendapat siswa lain dalam diskusi.
8) Siswa menulis materi pelajaran yang sedang dipelajari.
9) Siswa mengerjakan soal LKS yang diberikan guru.
10) Siswa menggambarkan struktur bangun dari hidrokarbon.
11) Siswa berpartisipasi dalam tahap permainan.
12) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok.
13) Siswa berpartisipasi dalam diskusi.
14) Siswa mengikuti proses pembelajaran dengan tenang.
15) Siswa tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
16) Siswa berani mengungkapkan pendapatnya.
Setiap indikator dibagi dalam empat tingkatan skor yaitu: 1) Tidak
pernah, 2) Jarang, 3) Sering, 4) Selalu. Yang mana rubrik penilaian
aktivitas belajar siswa yaitu:
Selalu
: Bila rata-rata aspek yang diamati muncul lebih dari
3 kali.
Sering
: Bila rata-rata aspek yang diamati muncul 2-3 kali.
Jarang
: Bila rata-rata aspek yang diamati muncul 1 kali.
Tidak pernah
: Bila rata-rata aspek yang diamati tidak muncul
sama sekali.
Siswa dikatakan aktif, jika selalu atau sering menunjukkan aspekaspek pengamatan. Kurang aktif, jika jarang menunjukkan aspek-aspek
pengamatan. Tidak aktif, jika tidak pernah menunjukkan aspek-aspek
yang diamati39.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang perlu diuji terlebih dahulu
kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

39

Syahrul Hidayah dan Meini Sondang, Pengaruh Metode Pembelajaran Tutor Sebaya
Terhadap Hasil Belajar Siswa SMK Teknik Audio Video Standar Kompetensi Menerapkan Dasardasar Kelistrikan di SMK Negeri 3 Surabaya, Jurnal, Tahun 2013, Volume 02, hlm. 5.

39

Ha

Ada pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams


Games Tournament (TGT) dengan Teknik Kancing Gemerincing

H0 :

terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran kimia.


Tidak ada pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT) dengan Teknik Kancing Gemerincing
terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran kimia.

Anda mungkin juga menyukai