Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Fenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki
bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH)
yang berikatan dengan cincin fenil.Fenol

( fenil alcohol

) merupakan zat padat yang tidak

berwarna yang mudah meleleh dan terlarut baik didalam air. Kata fenol juga merujuk pada
beberapa zat yang memiliki cincin aromatic yang berikatan dengan gugus karboksil. Mempunyai
sebuah cincin atau lebih gugus hidroksil, sering bergabung dengan glukosida dan biasanya
terdapat dalam ronggo sel. Beberapa golongan polimer penting seperti lignin, melanin, dan
tannin adalah polifenol.
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat
yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran
ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini
dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada
keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini
diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang
mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.
Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat dengan
proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara. Fenol dapat
digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan
pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang,
triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian
komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik.
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi
rumput liar, dan lainnya. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi
pada kulit yang terbuka.Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati.

Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan
pada ribuan orang di kemah-kemah, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan
oleh dokter secara penyuntikan kevena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke
jantung dapat mengakibatkan kematian langsung.
Sifat kimia fenol tidak dapat dioksidasi menjadi aldehid atau keton yang jumlah atom Cnya sama , karena gugus OH-nya terikat pada suatu atom C yang tidak mengikat atom H lagi.
Jadi fenol dapat dipersamakan dengan alkanol tersier. Jika direaksikan dengan H2SO4 pekat
tidak membentuk ester melainkan membentuk asam fenolsulfonat ( o atau p). Dengan HNO3
pekat dihasilkan nitrofenol dan pada nitrasi selanjutnya terbentuk 2,4,6 trinitrofenol atau asam
pikrat. Larutan fenol dalam air bersifat sebagai asam lemah jadi mengion. Karena itu fenol dapat
bereaksi dengan basa dan membentuk garam fenolat
Sifat fisika fenol murni berbentuk Kristal yang tak berwarna, sangat berbau dan
mempunyai sifat-sifat antiseptic Agak larut dalam air dan sebaliknya sedikit air dapat juga larut
dalam fenol cair. Karena bobot molekul air itu rendah dan turun titik beku molal dari fenol itu
tinggi, yaitu 7,5 maka campuran fenol dengan 5-6% air telah terbentuk cair pada temperature
biasa. Larutan fenol dalam air disebut air karbol atau asam karbol.
Senyawa fenol dibedakan berdasarkan jalur penbuatannya :
1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat
2. Senyawa fenol yang berasal dari aseta malonat
3. Ada juga senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur biosintesa
ini yaitu senyawa-senyawa flavonoid.
Contoh-contoh senyawa fenol yaitu Senyawa fenol sederhana, Lignan, Neolignan,
Lignin, Stilbena, Naftokinon, Antrakinon, Flavonoid, Antosian, Tanin, Kumarin, kromon &
Xanton.
Beberapa peranan senyawa fenol
1. Lignin merupakan bahan dinding sel.
2. Antosianin sebagai pigmen bunga
3. Peranan yang masih merupakan dugaan
Flavonol tampaknya penting dalam pengaturan pertambahan makanan
kapri.

Kehadirannya dalam kloroplas bayam menimbulkan dugaan bahwa


flavonol berperan dalam fotosintesis.
4. Fenol tumbuhan mendapat perhatian karena kemampuannya untuk membentuk
kompleks dengan protein dengan ikatan hydrogen.
5. Ekstraksi senyawa fenol dari tumbuhan dengan menggunakan alcohol yang
mendidih biasanya mencegah terjadinya oksidasi enzimatik.
6. Senyawa fenol merupakan senyawa aromatic karena itu menyerap cahaya pada
daerah UV.
1.2 Analisis Kandungan Fenol
Pemeriksaan kandungan kimia meliputi pemeriksaan pendahuluan terhadap berbagai
ekstrak dengan reaksi warna dan pengendapan guna mengetahui golongan senyawa polifenol,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan senyawa-senyawa turunan fenol dengan kromatografi kertas
dan spektrofotometer UV.
Hasil pemeriksaan pendahuluan ditunjukkan adanya tanin, flavanoid, antosianin, dan
leukoantosianin. Pemeriksaan lebih lanjut menggunakan kromatografi kertas didapat tannin galat
dan siduga adanya asam protokatekuat, sedangkan kromatografi kertas preparatif yang
dikarakteristik dengan spektrofotometer UV diduga adanya flavon atau flavonol.
Cara klasik untuk mennjukan senywa fenol sederhana adalah dengan menggunakan
larutan besi III klorida 1 % dalam air atau dalam alcohol yang kadang dimodifikasi dengan
penambahan nlarutan besi III sianida 1 %. Larutan tersebut akan menghasilkan warna hijau,
ungu, biru, atau hitam dengan senyawa fenol. Fenol dan asam fenolat bebas biasa diidentifikasi
dengan anlisis tanaman.

Hidrolisis asam dari suatu jaringan tumbuhan membebaskan sejumlah asam

fenolat yang larut dalm eter.


Asam-asam tersebut bergabung dengan lignin sebagai gugus ester atau terdapat

sebagai fraksi yang tidak larut dalam alcohol dari daun.


Kemungkinan lain asam tersebut terikat sebagai glikosida sederhana yang larut
dalam alcohol.

Fenol dapat dipisahkan dari asam karboksilat berdasarkan kelarutannya dalam natrium
bikarbonat ( NaHCO3). Umumnya tidak larut dalam NaHCO3 seangkan dalam asam karboksilat

larut. Fenol dapat diubah menjadi eter dengan proses sintesis Wiliamson. Karena fenol lebih
asam daripada alkohgol maka fenol apat diubah menjadi Natrioum foroksida dengan
menggunakan Natrium Hidroksida sebagai contoh adalah pembentukan anisol dari fenol.
Senyawa fenol juga dapat mengalami reaksi brominasi, nitrasi dan sulfonasi.
a. Metode Analisis Fenol Dengan KLT
Metode terbaik untuk pemisahan dan identifikasi senyawa fenol sederhana dengan KLT.
Senywa tersebut umunya dideteksi seelah hidrolisis asam atau basa dari jaringan
tumbuhan dari ekstrak alcohol
1. Hidrolisis asam dilakukan dengan HCL 2 M selama setengah jam atau hidrolisis
basa dengan NaOH 2 M selam 4 jam, atau ekstraksi dengan alcohol.
2. Fenol yang terbentuk diekstraksi dengan eter.
3. Ekstraksnya diuapkan sampai kering.
4. Residu dilarutkan dalam eter dan dikromatografi dua arah ( KLT)
b. Metode Analisis Fenol Dengan Kckt
Penelitian berbagai metoda penentuan fenol dan turunannya (disebut senyawa fenol)
dalam air dengan kromatografi cairan kinerja tinggi (KCKT) telah banyak dilakukan baik
secara langsung maupun melalui derivatisasi. Penentuan secara langsung masih kurang
peka dengan tingkat pemisahan yang rendah, terutama untuk senyawa fenol dengan
kepolaran yang hampir sama. Untuk memperbaiki tingkat pemisahan dapat dilakukan
dengan mengganti fasa diam, baik jenis maupun ukuran, serta mengubah komposisi dan
jenis fasa gerak. Kepekaan dapat dinaikkan dengan mengubah detektor atau melakukan
pemekatan, baik dengan ekstraksi cair-cair maupun padat-cair. Denvatisasi biasanya
digabung dengan ekstraksi, sehingga dapat memperbaiki tingkat pernisahan dan
menaikkan kepekaan. Beberapa pereaksi telah digunakan untuk keperluan derivatisasi
senyawa fenol pada analisis secara KCKT. Pereaksi iod manobror.n:ida. (IBr), te1a12
digurrakan pada penentuan fenol total seeara spektrofotometri. Pereaksi tersebut lebih
baik dari pada 4-amino antipirin. Pereaksi 4-amino antipirin tidak dapat bereaksi dengan
senyawa fenol yang tersubtitusi para. Berdasarkan penelitian tersebut, pada penelitian ini
telah dikaji lebih lanjut penggunaan IBr pada penentuan campuran senyawa fenol dalam
air, secara KCKT. Senyawa fenol dalam air diekstraksi menggunakan pereaksi IBr claim
fasa organik, kemudian ditentukan seem. KCKi. Hasil reaksi senyawa fenol dengan IBr
disebut derivat senyawa fenol. Pada tahap ekstraksi, telah dipelajari mekanisme ekstraksi

derivatisasi, pengaruh variabel tetap dan variabel eksperimen terhadap angka banding
distribusi (D).
c. Reaksi Warna
1. Fenol dengan asam nitrat pekat membentuk asam pikrat
2. Reaksi Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.
Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan
endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya
reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan
gugus hidroksifenil yang berwarna.
3. Besi(III) klorida bereaksi dengan gugus fenol membentuk kompleks ungu.
4. Asam salisilat + FeCl3 berwarna ungu, terbukti bahwa asam salisilat mengandung
fenol
5. Reaksi fenol dengan air brom: Melarutkan 0,1 gr Fenol ke dalam 3 ml air.
Menambahkan sedikit air brom dan mengguncang-guncangnya sampai warna
kuning tidak berubah lagi, catat hasilnya
d. Metode Folin-Ciocalteu dengan Spektrofotometer
Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah reaksi oksidasi dan reduksi kolorimetrik untuk
mengukur semua senyawa fenolik dalam sampel uji. Pereaksi Folin-Ciocalteu merupakan
larutan kompleks ion polimerik yang dibentuk dari asam fosfomolibdat dan asam
heteropolifosfotungstat. Pereaksi ini terbuat dari air, natrium tungstat, natrium molibdat,
asam fosfat, asam klorida, litium sulfat, dan bromin (Folin dan Ciocalteu, 1944). Pada
kenyataannya reagen ini mengandung rangkaian polimerik yang memiliki bentukan
umum dengan pusat unit tetrahedral fosfat (PO4)3- yang dikelilingi oleh beberapa unit
oktahedral asam-oksi molibdenum. Struktur tungsten dapat dengan bebas bersubstitusi
dengan molibdenum.
Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah oksidasi gugus fenolik hidroksil. Pereaksi ini
mengoksidasi fenolat (garam alkali), mereduksi asam heteropoli menjadi suatu kompleks
molibdenum-tungsten (Mo-W). Fenolat hanya terdapat pada larutan basa, tetapi pereaksi

Folin-Ciocalteu dan produknya tidak stabil pada kondisi basa. Selama reaksi belangsung,
gugus fenolik-hidroksil bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu, membentuk kompleks
fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru dengan struktur yang belum diketahui dan
dapat dideteksi dengan spektrofotometer. Warna biru yang terbentuk akan semakin pekat
setara dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk, artinya semakin besar konsentrasi
senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang akan mereduksi asam heteropoli
sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat (Singleton dan Rossi, 1965).
Gambar 1. Senyawa fenolik dalam suasana basa

Gambar 2. Reaksi senyawa fenol dengan pereaksi Folin-Ciocalteu

1.3 Pengertian Antioksidan


Antioksidan adalah zat penghambat reaksi oksidasi akibat radikal bebas yang dapat
menyebabkan kerusakan asam lemak tak jenuh,membran dinding sel, pembuluh darah, basa
DNA, dan jaringan lipid sehingga menimbulkan penyakit (Subeki 1998). Suatu tanaman dapat

memiliki aktivitas antioksidan apabila mengandung senyawaan yang mampu menangkal radikal
bebas seperti fenol dan flavonoid.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan antara kandungan fenol,
flavonoid, dan aktivitas antioksidan. Hasil penelitian Kao et al. (2007) menunjukkan bahwa
kandungan fenol dan flavonoid dalam blackberry berbanding lurus dengan aktivitas antioksidan.
Sementara Khamsah et al. (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa aktivitas antioksidan

tidak hanya bergantung pada kandungan total fenol tetapi juga dipengaruhi oleh senyawa lain,
seperti asam ursolat, asam betulinat, dan asam oleat yang terdapat dalam Orthosiphon stamineus.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa tanaman obat, yaitu kumis
kucing, tempuyung, sidaguri, jati belanda, kedaung, dan sambiloto. Ekstrak etanol dari tanaman
tersebut diukur nilai kandungan fenol, flavonoid, dan aktivitas antioksidannya. Pengukuran
aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan 3 metode, yaitu DPPH (2,2-difenil-1pikrilhidrazil), FRAP (ferric reducing antioxidant power) dan CUPRAC (cupric ion reducing
antioxidant capacity.

Gambar 1 : Reaksi DPPH


Sumber : https://nadjeeb.wordpress.com/2011/06/17/beberapa-cara-uji-aktivitasantioksidan/dpph/
Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan dari 6 tanaman obat. Selain itu,
hubungan antara kandungan fenol, total flavonoid dan aktivitas antioksidannya juga ditentukan.
Diduga terdapat keterkaitan hubungan antara kandungan total fenol, total flavonoid, dan aktivitas
antioksidan pada ekstrak etanol beberapa tanaman obat Indonesia.
Menurut Miryanti dkk. (2011), fungsi paling efektif dari antioksidan dalam menghambat
terjadinya oksidasi adalah dengan menghentikan reaksi berantai dari radikal-radikal bebas
(primary antioxidant). Fungsi senyawa antioksidan menurut dapat diklasifikasikan dalam 5 tipe
antioksidan yaitu:
1. Primary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa fenol yang mampu memutus rantai reaksi
pembentukan radikal bebas asam lemak. Dalam hal ini memberikan atom hidrogen yang

berasal dari gugus hidroksi senyawa fenol sehingga terbentuk senyawa yang stabil.
Senyawa antioksidan yang termasuk kelompok ini, misalnya BHA (butyl hidroksilanisol),
BHT (butyl hydrotoluen) dan tokoferol.
2. Oxygen scavengers, yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai pengikat oksigen
sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal ini, senyawa tersebut akan
mengadakan reaksi dengan oksigen yang berada dalam sistem sehingga jumlah oksigen
akan berkurang. Contoh dari senyawa-senyawa kelompok ini adalah vitamin C (asam
askorbat), askorbil palminat, asam eritorbat, dan sulfit.
3. Secondary antioxidant, yaitu senyawa-senyawa yang mempunyai kemampuan untuk
berdekomposisi hidroperoksida menjadi produk akhir yang stabil. Tipe antioksidan ini
pada umumnya digunakan untuk menstabilkan poliolefin resin. Contohnya yaitu asam
tiodipropionat dan dilauril tiopropionat.
4. Antioxidative Enzyme, yaitu enzim yang berperan mencegah terbentuknya radikal bebas.
Contohnya glukose oksidase, superoksidase dismutase (SOD), glutation peroksidase dan
katalase.
5. Chelators sequestrants, yaitu senyawa-senyawa yang mampu mengikat logam seperti besi
dan tembaga yang mampu mengkatalisa reaksi oksidasi lemak. Senyawa yang termasuk
didalamnya adalah asam sitrat, asam amino, ethylenediaminetetra acetid acid (EDTA)
dan fosfolipid.
1.4 Analisis Kandungan Antioksidan
Untuk menganalisis kandungan antioksidan dapat dilakukan dengan analisis kualitatif
dan kuantitatif.
a. Metode kualitatif
Metode kualitatif untuk menganalisis antioksidan meliputi :
1. Uji Warna
Merupakan suatu metode kualitatif untuk menentukan keberadaan suatu antioksidan
dengan mereaksikan suatu sampel dengan reaktan tertentu sehingga menunjukkan
sifat fisik berupa perubahan warna tertentu sebagai indikator.
Asam Askorbat + Perak nitrat (amoniakal ) Hitam
Asam Askorbat + Pereaksi Benedict
Merah
Asam Askorbat + Larutan Iodium (coklat ungu ) Warna Hilang (bening)
2. Spektrofotometri IR

Merupakan metode analisis suatu gugus fungsi dari suatu senyawa

berdasarkan

serapannya terhadap sinar infra merah yang diberikan. Cara kerja alat ini adalah
dengan mengukur serapan infra merah pada suatu gugus fungsi, dimana tiap gugus
fungsi mempunyai daerah serapan yang berbeda-beda.(tambahan)
3. DPPH (Diphenyl Pycril Hidrazil
DPPH merupakan radikal bebas yang dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat
mendonorkan atom hidrogen, dapat berguna untuk pengujian aktivitas antioksidan
komponen tertentu dalam suatu ekstrak. Hal ini dikarenakan adanya elektron yang
tidak berpasangan, DPPH memberikan serapan kuat pada 517 nm. Ketika elektronnya
menjadi berpasangan oleh keberadaan penangkap radikal bebas, maka absorbansinya
menurun secara stokiometri sesuai jumlah elektron yang diambil. Keberadaan
senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning
b. Metode Kuantitatif
Metode Kuantitatif untuk menganalisis antioksidan dapat digunakan metode Orac
yaitu digunakan untuk menganalisis kandungan suatu senyawa antioksidan dari suatu
benda, misalnya makanan.Pada metode ORAC, digunakan fluorescent sebagai bahan
uji selain sampel yang digunakan.Metode ini menggunakan mesin azo-intitiator, suatu
alat yang berfungsi untuk membuat radikal bebas, peroxyl.Fluorescent ditembakkan
dengan peroxyl, lalu dihitung intensitasnya selama selang waktu tertentu. Lalu
dibuatlah kurva intensitas vs waktu ( baik ataupun tanpa antioksidan), sehingga kita
dapat menghitung luasan daerah diatara kedua kurva tersebut.Kadar antioksidan
ditentukan dengan standar TE, trolox equivalent, dengan trolox sebagai standarnya

DAFTAR PUSTAKA

Ana

lestari.

2013.

Analisis

kandungan

fenol

tambahan).

(online)

http://dokumen.tips/documents/analisis-kandungan-fenol-tambahan.html.

Tersedia:

[diakses

29

februari 2016 19:18 wita]


Balya,

john.

2013.

Antioksidan.

(online).

tersedia:

https://www.academia.edu/4874735/antioksidan. [diakses 1 Maret 2016 19:18 wita]


Khamir yeast. 2015. Analisis kandungan fenol dan metode penetapan kadar fenol. (online).
tersedia:

https://yisluth.wordpress.com/2010/05/21/fenol-dan-metode-penetapan-kadar-

fenol/. [diakses 29 februari 2016 19:18 wita]


Nadia,

jabee.

2011.

Cara

uji

aktivitas

antioksidan.

(online).

tersedia:https://nadjeeb.wordpress.com/2011/06/17/beberapa-cara-uji-aktivitas
antioksidan/antioksidan-2/. [diakses 1 Maret 2016 19:18 wita]
Reni

dewita

Sari.

2013.

Senyawa

aromatic

fenol.

(online)..

http://renidewitasari.blogspot.com/2013/11/senyawa-aromatik-fenol.html.

tersedia:

[diakses

29

februari 2016 19:18 wita]


Tri Oktiana Irsyad. 2014. Analisis kandungan antioksidan dan metode penetapan kadar
antioksidan. (online).tersedia:

http://www.academia.edu/9881417/laporan_antioksidan.

[diakses 29 februari 2016 19:18 wita]


Yisna,

lufti.

2010.

Metode

penetapan

kadar

fenol.

(online).

tersedia:https://yisluth.wordpress.com/2010/05/21/fenol-dan-metode-penetapan-kadarfenol/. [diakses 1 Maret 2016 19:18 wita]

Anda mungkin juga menyukai