Anda di halaman 1dari 15

HUKUM ACARA

PERDATA
By : Dr. Yefrizawati, SH, M.Hum

Pengertian
Wirjono Prodjodikoro :

Hukum Acara Perdata adalah rangkaian


peraturan-peraturan yang memuat cara
bagaimana orang harus bertindak di muka
pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu
harus bertindak, satu sama lain untuk
melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan
hukum perdata
Abdulkadir Muhammad :

Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum


yang berfungsi untuk mempertahankan Hukum
Perdata sebagaimana mestinya.

Pengertian
Sudikno Mertokusumo :

Hukum Acara Perdata adalah peraturan


hukum yg mengatur bagaimana caranya
menjamin ditaatinya hukum perdata materiil
dengan perantaraan hakim.

Tujuan
Hukum Acara Perdata bertujuan untuk

mencari dan menemukan kebenaran formal.


Fungsi Hukum Acara Perdata adalah untuk

menyelesaikan masalah dalam


mempertahankan kebenaran hak individu.

Pengaturan
1. Reglement of de Burgerlijke
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Rechtsvordering/BRv (Stb. 1847 No. 52)


Herziene Indonesische Reglement/HIR (Stb.
Reglement Voor de Buitergewesten/RBg
(Stb. 1927 N0. 227)
BW
Wvk
UU No. 48/2009.
UU No. 14/1985, yang telah dirubah oleh UU
No. 5/2004 dan UU No. 3/2009.

Pengaturan
8. UU No. 2/1986, yang telah dirubah dengan

UU No. 8/2004 dan UU No. 49/2009.


9. UU No. 1/1974.
10. UU No. 7/1989, yang telah dirubah dengan
UU No. 3/2006 dan UU No. 50/2009.
11. Yurisprudensi
12. Traktat.
13. Doktrin.
14. Dll.

Asas
Hakim bersifat menunggu.
Hakim tidak boleh menolak perkara.
Hakim pasif.
Persidangan bersifat terbuka.
Mendengar kedua belah pihak.
Putusan harus disertai alasan-alasan.
Pemeriksaan sederhana, cepat dan biaya
ringan.
8. Objektivitas.
9. Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.
10. Persidangan bersifat majelis.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Prosedur
Pendaftaran

Persidangan

Para pihak tidak hadir


Gugatan gugur
Verstek
Para pihak hadir
Mediasi
Jawab Menjawab
Gugatan
Eksepsi
Replik
Duplik
Pembuktian
Kesimpulan

Putusan

Eksekus
i

Macam-macam Perkara Perdata


1. Perkara Kontentius (Gugatan)

permasalahan perdata yang mengandung


sengketa antara 2 pihak atau lebih yang diajukan
kepada Ketua Pengadilan Negeri di mana salah
satu pihak sebagai penggugat untuk menggugat
pihak lain sebagai tergugat.

Menghasilkan Putusan.

2. Perkara Voluntair (Permohonan)

permasalahan perdata yang diajukan dalam


bentuk permohonan yang ditandatangani
pemohon atau kuasanya yang ditujukan kepada
Ketua Pengadilan Negeri.

Menghasilkan Penetapan.

Isi Gugatan
1. Identitas para pihak.
2. Fundamentum Petendi/Posita.
Dasar gugatan yang memuat uraian tentang
persitiwa (factual grounds) dan uraian tentang
hukum (legal grounds), yaitu adanya hak
dalam hubungan hukum yang menjadi dasar
yuridis gugatan.
3. Petitum.
Tuntutan yang dimohonkan penggugat agar
diputuskan oleh hakim.

Alat Bukti
Berdasarkan Pasal 164 HIR, Pasal 284 RBg,

Pasal 1866 KUHPerdata, alat bukti terdiri dari :


1.
2.
3.
4.
5.

Bukti tertulis.
Saksi.
Persangkaan.
Pengakuan.
Sumpah.

Alat bukti lain :


6. Pemeriksaan setempat.
7. Keterangan ahli.

Putusan
Macam-macam putusan dalam perkara

perdata :
1. Putusan deklarator (declaratoir vonnis).

Putusan yang sifatnya menyatakan hukum atau


menegaskan suatu keadaan hukum.
2. Putusan konstitutif (constitutif vonnis).

Putusan yang sifatnya menghentikan keadaan


hukum lama atau menimbulkan keadaan hukum
baru.
3. Putusan kondemnator (condemnatoir

vonnis).

Putusan yang bersifat menghukum pihak yang


kalah untuk memenuhi suatu prestasi yang

Upaya Hukum
1. Verzet (Perlawanan).

Upaya hukum yang dijatuhkan terhadap putusan


yang dijatuhkan di luar hadirnya tergugat.

2. Banding.

Pemeriksaan ulang yang dilakukan oleh pengadilan


tinggi terhadap putusan pengadilan tingkat
pertama atas permohonan pihak yang
berkepentingan (penggugat/tergugat)

3. Kasasi.

Pembatalan putusan dari semua lingkungan


peradilan oleh Mahkamah Agung.

Upaya Hukum
4. Bantahan pihak ketiga (Derdenverzet).
Perlawanan pihak ketiga terhadap para pihak
dalam suatu perkara yang telah diputus
yangb elum mempunyai kekuatan hukum
tetap
5. Peninjauan kembali.
Pemeriksaan kembali putusan hakim yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap
karena ada hal atau keadaan tertentu.

Eksekusi
Eksekusi pada hakekatnya adalah realisasi daripada

kewajiban pihak yang bersangkutan untuk memenuhi


prestasi yang tercantum dalam putusan tersebut.
Putusan hakim mempunyai kekuatan eksekutorial,

yaitu kekuatan untuk dilaksanakan apa yg ditetapkan


dalam putusan itu secara paksa oleh alat negara
(jurusita).
Irah-irah Demi Keadilan berdasarkan ke-Tuhanan Yang

Maha Esa

Hanya putusan Condemnatoir yang dapat

dilaksanakan secara paksa oleh pengadilan. Putusan


declaratoir dan constitutif tidak memerlukan sarana
pemaksa dalam melaksanakannya, karena tidak memuat
hak atas suatu prestasi.

Anda mungkin juga menyukai