Latar Belakang
Tubrukan; 22%
Terbakar; 41%
Tenggelam; 37%
(Ditjen Hubla,2011)
Accident
11
13
10
10
8
5
5
April
Mei
Juni
Juli
10
Agustus
Distribusi Accident
Distribusi Incident
Tubrukan; 13%
Kerusakan Struktur Utama; 24%
Kandas; 4%
Trouble ME; 38%
Kebocoran; 10%
Muatan Rusak; 9% Kecelakaan Kerja; 1%
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1.Bagi Mahasiswa
Dapat mengimplementasikan ilmu K3 tentang analisis
kecelakaan yang diterima saat di perkuliahan yang kemudian
diterapkan pada perusahaan sehingga dapat membantu dalam
memberikan rekomendasi terhadap permasalahan yang ada.
2.Bagi Perusahaan
a.Sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam melakukan
pengendalian kecelakaan.
b.Membantu perusahaan menganalisis suatu kecelakaan yang
berulang maupun kecelakaan yang memiliki risiko dengan
mencari penyebab-penyebabnya.
c.Membantu perusahaan memberikan rekomendasi yang tepat
agar kecelakaan tidak terulang kembali.
Batasan Masalah
Investigasi Kecelakaan
ECFA
(Event and Causal Factor Analysis)
Event
and
Causal
Faktor
Analysis
merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk menganalisa kecelakaan
dengan berorientasi pada kondisi dan kejadian
yang dapat menyebabkan terjadinya suatu
kecelakaan. Metode ini bertujuan untuk
mengetahui faktor penyebab (cause) dan
kejadian
(event)
yang
muncul
dalam
kronologis kejadian.
Gambar 2.1 Chart Umum untuk Events and Causal Factor Analysis (ECFA)
EVENTS
EVENTS
ISM Code
Metodologi Penelitian
Lokasi Penelitian : PT X
Pengumpulan Data
1. Data Primer: Data wawancara terhadap
Kapten Kapal dan Personel DPA
2. Data Sekunder: Hasil investigasi
kecelakaan kapal
BAB 3
Penggunaan metode
event and causal factor
analysis (ECFA)
Kecelakaan KM. AA
Kronologi Kejadian
Pada saat akan olah gerak hibob jangkar, handle CPP di
anjungan tidak dapat berfungsi sehingga dilakukan olah gerak
manual dengan pengaturan CPP langsung dikendalikan dari
control room dibantu dengan telepon. Nakhoda tidak
mengambil keputusan untuk hibob jangkar dan olah gerak
menunggu kondisi aman sesuai keterangan nakhoda ada 2
kapal yang akan lewat terlebih dahulu, sehingga kapal terlanjur
hanyut terbawa arus dan susah untuk dikendalikan. Setelah
anchor up nakhoda tidak mengambil inisiatip untuk membawa
kapal ke tempat/area yang aman untuk melakukan olah gerak
putar. Dalam kondisi kapal yang sudah susah dikendalikan
nakhoda tidak berinisiatif untuk stop mesin dan letgo jangkar
kembali.menunggu kondisi aman untuk melakukan olah gerak.
Dalam keadaan ragu ragu dengan kondisi mesin tidak normal
untuk olah gerak, nakhoda tidak meminta bantuan tugboat.
Kerugian
Analisis ECFA
Rekomendasi
Sebelum melakukan olah gerak, nakhoda wajib untuk mengetahui kondisi arus .
Sebelum melakukan olah gerak, nakhoda memastikan kondisi mesin dalam
keadaan aman untuk kegiatan olah gerak kapal.
Nakhoda harus paham dengan karakteristik kapal terutama kemampuan olah
geraknya.
Nakhoda harus mengerti jarak lingkaran putar yang aman untuk kapalnya pada
saat kapal berputar, sehingga bisa memastikan dimana harus berputar dengan
kondisi dalam pengaruh arus.
Nakhoda harus tegas dalam mengambil keputusan yang tepat pada saat kondisi
tidak aman.
Kecelakaan KM. BB
Kronologi Kejadian
KM. BB hibob jangkarakan bertolak dari Rede
Surabaya. KM. BB anchor up lalu maju pelan
untuk memutar, pada saat yang bersamaan
ada TB. BC dengan menarik gandengan
tongkang BCD. KM. BB stop mesin dan mundur
penuh dikarenakan jarak dengan tongkang
kurang lebih 250 meter. TB. BC melepas
tongkang gandengannya dan KM.BB tidak bisa
menghindar, kemudian tongkang menabrak
lambung kiri kapal. Kapal berlabuh untuk
mengecek kondisi kapal.
Kerugian
1. Keterlambatan kapal
2. Biaya operasional kapal
3. Kerusakan bangunan kapal bulkwork kiri
dan 1 unit container
Analisis ECFA
Rekomendasi
Kecelakaan KM. CC
Kronologi Kejadian
KM. CC mulai olah gerak untuk bertolak ke
Surabaya. Pada saat olah gerak kapal, arus
masuk sehingga Nakhoda memulai olah gerak
dengan buka buritan terlebih dahulu menahan
spring dan Hibob tros haluan agar buritan
menjauh dari dermaga dibantu kick dengan
mesin maju pelan sekali. Space haluan KM. CC
dan KM. CD terlalu dekat, sehingga pada saat
buritan mulai membuka, haluan kapal
membentur relling KM. CD.
Kerugian
Analisis ECFA
Rekomendasi
Kecelakaan KM. DD
Kronologi Kejadian
Sebelum memasuki alur kapal dalam keadaan
normal kapal masuk mengikuti arus. Pada saat
kapal melintasi daerah pendingin kemudi kiri 05
indikator kemudi masih dapat bergerak, kemudian
pandu memberikan komando tengah-tengah kemudi
tetapi indikator kemudi tidak mau bergerak.
Nakhoda memindah kemudi dari kemudi kiri ke
kemudi kanan. Nakhoda langsung mengambil
tindakan untuk mengurangi kecepatan kapal, maju
pelan, stop mesin, mundur pelan, kemudian mundur
penuh. Dengan sisa kecepatan kapal 2,2 knot, kapal
menabrak conveyor batu bara PT. Y. Selanjutnya
kapal tidak bisa diolah gerak untuk di evakuasi.
Kerugian
1.
2.
3.
4.
5.
Analisis ECFA
Rekomendasi
Nakhoda harus siap untuk mengambil keputusan stop mesin dan letgo jangkar.
Perencanaan olah gerak masuk alur harus dijalankan sesuai dengan prosedur yang
berlaku, mengetahui arah dan kekuatan arus, arah dan kekuatan angin, kondisi alur,
karakteristik kapal.
Melakukan pengecekan dan test alat navigasi kemudi, dan selalu ditulis di bellbook.
Berlayar di alur sempit dan dangkal harus selalu menggunakan kecepatan aman.
Kecepatan aman adalah kecepatan kapal dimana kapal dapat sewaktu-waktu dapat diolah
gerak, dikendalikan jika kapal dalam keadaan emergency.
Nakhoda harus mempertimbangkan dan memperhitungkan squad kapal sebelum masuk
alur.
Dalam keadaan mendesak, jika membahayakan keselamatan kapal Nakhoda harus
mengambil alih komando langsung jika kapal dalam pemanduan.
Kecelakaan KM. EE
Kronologi Kejadian
KM. EE masuk ke alur sungai dengan kecepatan 8
knots. KM. EE berlayar di belakang TB. EF dengan
gandengan TK. EG, dimana TB. EF sedang passing
kiri-kiri dengan KM. EFG, kondisi alur padat.
Komunikasi dengan KM. EFG untuk passing kiri-kiri
dan komunikasi dengan TB. EF untuk menyusul di
lambung kanan. KM. EE baru mengurangi
kecepatan karena jarak terlalu dekat dengan TB. EF.
Setelah KM. EFG passing kiri-kiri dengan TB. EF, KM.
EE meminta agar TB. EF menarik TK. EG merewang
ke kanan menutup jalur KM. EE. Dengan kecepatan
3 knots KM. EE menabrak Buritan TK. EG
Kerugian
Analisis ECFA
Rekomendasi
Kecelakaan KM. FF
Kronologi Kejadian
KM. FF melaksanakan rutin tes peralatan
navigasi, tes telegraph, test kemudi, dll. Saat
start M/E tiba-tiba kapal bergerak maju.
Nakhoda memberitahu kamar mesin untuk
segera stop mesin. Kurang lebih 2 menit kapal
stop mesin. Akibat gerakan maju tali tros dan
spring buritan putus, tali spring haluan putus.
Kapal menyenggol haluan KM. FG yang sedang
sandar di depannya.
Kerugian
Analisis ECFA
Rekomendasi
Kecelakaan KM. GG
Kronologi Kejadian
KM. GG keluar alur Sungai Mahakam dengan
kecepatan 10,5 knots. KM. GG berlayar di belakang
KM. GH, kondisi alur cukup padat. KM. GG
berkomunikasi dengan GH untuk overtaking dan KM.
GH memberi ijin untuk overtaking lewat lambung
kiri. KM. GH merubah keputusan, bahwa KM. GG
untuk overtaking lewat lambung kanan dengan
alasan di lambung kiri ada TB. GI. KM. GG
overtaking lewat lambung kanan, karena waktu
sempit, saat overtaking haluan GH merewang ke
kanan, sehingga terjadi senggolan karena jarak
terlalu dekat. Dengan kecepatan 10,6 knots KM. GG
bersenggolan dengan KM. GH.
Kerugian
Analisis ECFA
Rekomendasi
Kecelakaan KM. HH
Kronologi Kejadian
KM. HH anchorup/Pilot onboard. Kapal bergerak
masuk alur sungai mahakam dibelakang KM. HI.
Kapal maju penuh dengan speed 8,8 knot dan
KM. HI monitor di AIS kecepatan 7,4 Knot. Pilot
KM. HH minta ijin ke Pilot KM. HI akan menyusul
dari lambung kanan KM. HI, dan Pilot KM. HI
menyetujui. Pilot KM. HH menginformasikan
kepada pilot KM. HI bahwa KM. HH akan
bergerak ke kanan pelan pelan dan telah
dikonfirmasikan oleh KM. HI. Karena didepan KM.
HH ada TB. HJ yang sudah komunikasi passing
kiri kiri. KM. HH bersenggolan dengan KM. HI.
Kerugian
Analisis ECFA
Rekomendasi
Nakhoda seharusnya memperhitungkan jarak antar kapal pada saat akan menyusul
dengan kecepatan yang tidak jauh berbeda dengan kapal yang akan disusul.
Di alur ramai dan sempit nakhoda harus mengambil keputusan cepat untuk
mengambil tindakan yang tepat agar terhindar dari bahaya tubrukan dengan tidak
menyusul kapal lain jika keadaan alur tidak aman.
Sesuai komunikasi sebelum disusul, KM. HI seharusnya mempertahankan Haluan
kapal, dengan mundur mesin haluan kapal KM. HI bergerak ke kanan dan semakin
mendekati KM. HH.
Nakhoda kurang cepat mengambil alih komando dari pandu saat situasi sudah kritis
Komunikasi dengan kapal lain kurang berjalan dengan baik.
Terima
Kasih