THT 1
THT 1
PENDAHULUAN
Secara anatomi dan fungsional, telinga dibagi ataas tiga
bagian yaitu : auris externa, auris media, dan auris interna. Auris
externa terdiri dari auricula dan meatus acusticus externus sampai
membrane tympani. Auris media terdiri dari cavum tympani beserta
isinya. Sedangkan auris interna terdiri dari cochlea dan 3 buah canalis
semicircularis.
Auris media (telinga tengah) berisi udara dipisahkan dari
meatus acusticus externus oleh membrane tympani dan terdapat
hubungan antara ceellulae mastoidea dengan tympani.
Telinga tengah adalah ruang berisi udara dengan dinding
tulang, kecuali untuk membrane tympani disebelah lateral. Di
anterior,
tuba
eustachii
menghadap
ke
caudomedial
kearah
basal
koklea.
posterosuperior
Ruang
melalui
aditus
telinga
ad
tengah
antrum
membuka
menuju
ke
diarah
antrum
1. Membran timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani
yang memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini
memiliki panjang vertikal rata-rata 9-10 mm dan diameter anteroposterior kira-kira 8-9 mm dengan ketebalannya rata-rata 0,1 mm
(Dhingra, 2007). Secara Anatomis membran timpani dibagi dalam 2
bagian, yaitu: Pars tensa dan pars flaksida. Pars tensa merupakan
bagian terbesar dari membran timpani suatu permukaan yang tegang
dan bergetar dengan sekelilingnya yang menebal dan melekat di
anulus timpanikus pada sulkus timpanikus pada tulang dari tulang
temporal. Pars flaksida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian
atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida dibatasi oleh 2
lipatan yaitu plika maleolaris anterior (lipatan muka) dan plika
maleolaris posterior (lipatan belakang)
2. Kavum timpani
Kavum timpani merupakan rongga yang disebelah lateral
dibatasi oleh membran timpani, disebelah medial oleh promontorium,
di sebelah superior oleh tegmen timpani dan inferior oleh bulbus
jugularis dan n. Fasialis. Dinding posterior dekat ke atap, mempunyai
satu saluran disebut aditus, yang menghubungkan kavum timpani
dengan antrum mastoid melalui epitimpanum. Pada bagian posterior
ini, dari medial ke lateral, terdapat eminentia piramidalis yang
terletak di bagian superior-medial dinding posterior, kemudian sinus
posterior yang membatasi eminentia piramidalis dengan tempat
keluarnya korda timpani
yang
menghubungkan
antara
kavum
timpani
dengan
tulang
terdapat
pada
panjang
(2/3
rawan
yang
melapisi telinga tengah. Oleh karena itu, otitis media dapat dengan
mudah menyebar ke area mastoid
Fisiologi Telinga
Fungsi telinga tengah adalah sebagai penghantar getaran
suara ketelinga bagian dalam yaitu:
Suara ditangkap oleh daun telinga dan dialirkan melalui liang telinga
untuk
mnggetarkan
membran
timpani
dan
getaran
tersebut
aksi
pada
serabut-serabut
saraf
pendengaran,
disini
BAB II
KELAINAN TELINGA TENGAH
I. GANGGUAN FUNGSI TUBA EUSTACHIUS
Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga
telinga tengah dengan nasofaring. Fungsi tuba ini adalah untuk
ventilasi, drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari
nasofaring ke telinga tengah. Ventilasi berguna untuk menjaga agar
tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan tekanan
udara luar.Adanya fungsi ventilasi tuba ini dapat dibuktikan dengan
melakukan perasat valsava dan perasat Toynbee
Perasat Valsava dilakukan dengan cara meniupkan dengan
keras dari hidung sambil hidung dipencet sambil mulut ditutup. Bila
tuba terbuka maka terasa udara masuk kedalam rongga telinga
tengah yang menekan membran timpani kearah lateral. Perasat ini
tidak boleh dilakukan apabila ada infeksi pada jalan napas atas.
Perasat Tonybee dilakukan dengan cara menelan ludah sambil
hidung dipencet serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan
terasa membran timpani tertarik kemedial. Perasat ini lebih fisiologis.
Tuba Eustachius terdiri dari tulang rawan pada dua pertiga
kearah nasofaring dan sepertiganya terdiri dari tulang. Pada anak,
tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih horizontal dari
tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada
anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.
obat
penenang
saja.
Bila
tidak
berhasil
dapat
di
nasofaring,
peradangan
adenoid
atau
tumor
dan otitis media serosa kronis . Selain itu terdapat juga otitis media
spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika.
Otitis media adhesiva.
Skema pembagian otitis media
dan
faring.
Secara
fisiologik
terdapat
mekanisme
media
terjadi
karena
faktor
pertahanan
tubuh
ini
2.
a. Defenisi
Otitis
media
akut
terjadi
karena
factor
pertahanan
ini
jenis
bakteri
penyebab
Streptococcus pneumoniae
otitis
media
tersering
adalah
dijumpai
patogen-patogen
yang
lain
seperti
sering
dijumpai
pada
anak
balita.
orang dewasa
Jenis
juga sama
tersendiri
parainfluenza
tuba
(PCR)
Amerika
tinggi
berpengaruh.
dibanding
Status
dengan
ras
sosioekonomi
lain.
juga
Faktor
genetik
berpengaruh,
juga
seperti
ASI
banyak
menderita
OMA.
Lingkungan
merokok
insidens
OMA
juga
meningkat.
Anak
dengan
adanya
Eustakius
Patogenesis OMA
Patogenesis OMA pada sebagian besar anak-anak dimulai oleh
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga terjadi
kongesti dan edema
nasofaring dan
Jika
terjadi
gangguan
akibat
obstruksi
tuba,
akan
Eustakius. Virus
terhadap
tuba
Eustakius,
sehingga
mekanisme
pembukaan
tuba
Stadium OMA
a. Stadium Oklusi Tuba Eustakius
Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustakius yang
ditandai oleh retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan
intratimpani negatif di dalam telinga tengah, dengan adanya
absorpsi udara. Retraksi membran
timpani terjadi
dan posisi
juga menyebabkannya
timpani kadang-kadang
tetap normal dan tidak ada kelainan, atau hanya berwarna keruh
pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi.
Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa
yang disebabkan oleh virus dan alergi. Tidak terjadi demam pada
stadium ini.
b. Stadium Hiperemis atau Stadium Presupurasi
timpani,
yang
ditandai
oleh
membran
timpani
berpanjangan
sehingga
terjadinya
invasi
oleh
otalgia,
telinga
rasa
penuh
dan
demam.
Pada
keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Pasien
selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat disertai
dengan gangguan pendengaran konduktif. Pada bayi demam tinggi
dapat disertai muntah dan kejang.
timpani
timpani
ini
akhirnya kering.
berlangsung
walaupun
tanpa
pengobatan,
jika
timpani
MT Hiperemis
MT Bulging
MT Perforasi
f. Diagnosis
Menurut Kerschner (2007), kriteria diagnosis OMA harus memenuhi 3
hal berikut:
a. Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.
b. Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan
cairan
timpani,
terdapat
bayangan
cairan
di
belakang
timpani,
membengkak
membran
timpani,
dan
othorrhea yang purulen. Selain itu, juga terdapat tanda dan gejala
inflamasi pada telinga tengah, seperti demam,
otalgia, gangguan
f. Penatalaksanaan
Pengobatan
Penatalaksanaan
OMA
tergantung
pada
stadium
lokal
pada
atau
otitis
sistemik,
media
dan
adalah
antipiretik.
untuk
Tujuan
menghindari
gejala,
memperbaiki
fungsi
tuba
Eustakius,
Pada stadium
50 mg/kgBB/hari
supurasi, selain
stadium perforasi,
antibiotik.
Observasi
dapat
dilakukan.
Antibiotik
dianjurkan jika gejala tidak membaik dalam dua sampai tiga hari,
atau ada perburukan gejala. Ternyata pemberian antibiotik yang
segera dan dosis sesuai dapat terhindar dari tejadinya komplikasi
supuratif
seterusnya.
Masalah
yang
muncul
adalah
risiko
American
Academy
of
Pediatrics
(2004),
atau
Follow-up
dilaksanakan dan
Streptococcus
sefalosporin seperti
amoksisilin-klavulanat
efektif
Haemophilus
influenzaedan
penumoniae.
Moraxella catarrhalis,
Pneumococcal
termasuk
7-valent
conjugate
Streptococcus
vaccinedapat
Miringotomi
Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran
timpani, supa ya terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke
liang telinga luar. Syaratnya adalah harus dilakukan secara dapat
dilihat langsung, anak harus tenang sehingga membran timpani
dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran
posterior-inferior. Bila
terapi
paresis
OMA.
Salah
satu
tindakan
miringotomi
atau
Timpanosintesis
Timpanosintesis merupakan pungsi pada membran timpani,
dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan
pemeriksaan. Indikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik
tidak memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru
lahir
atau
pasien
yang
sistem
imun
tubuh
rendah.
Pipa
dengan
plasebo
dalam
Adenoidektomi
tiga
penelitian
prospertif,
adanya
antibiotik,
OMA
dapat
menimbulkan
komplikasi
mastoiditis
intratemporal
akut,paresis
nervus
(perforasi
fasialis,
membran
labirintitis,
timpani,
petrositis),
bening
menyebabkanOMA
atau
berupa
menjadiOMSK
nanah.
adalah
Beberapa
terapi
yang
faktor yang
terlambat
berasal
darinasofaring
(adenoiditis,
tonsilitis,
rinitis,
pada
anak
dengancleft
palatedandown
kelompok
sosioekonomi
rendah
menunjukkan
bahwa
metodekultur
yang
digunakan
adalah
tengahmenyebabkan
menurunnya
daya
tahan
tubuh
dibanding
penderita
non-alergi.
Yang
menarik
adalah
masihbelum
diketahui.
Pada
telinga
yang
inaktif
penyakit
akut
berlalu,
gendang
telinga
tetap
kasus
otitis
media
akut
sembuh
dengan
perbaikan
media
tersebut.Pasien
dengan
penyakit
telinga
kronis
tidak
stadium
peradangan.
Sekret
yang
mukus
tengah
oleh
perforasi
membran
timpani
dan
yang
sangat
bau,
berwarna
kuning
abu-abu
kotor
Suatusekret
yang
encer berair
tanpa
nyeri
Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.
Biasanyadijumpai
campuran.
tuli
konduktif
namun
Gangguanpendengaran
dapat
mungkin
pula
ringan
bersifat
sekalipun
dari
rantai
tulang
pendengaran menghasilkan
bulat
(foramen
rotundum)
atau
fistel
labirin
tanpa
Nyeri
tidak
lazim
dikeluhkan
penderitaOMSK,
dan
bila
ada
Nyeri
telinga
mungkin
ada
tetapi
berkembang
komplikasiOMSK
seperti
Petrositis,
Vertigo
Vertigo pada penderitaOMSK merupakan gejala yang serius
lainnya.Keluhan
vertigo
seringkali
merupakan
tanda
telah
vertigo.Vertigo
juga
bisa
terjadi
akibat
komplikasi
serebelum.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemriksaan Audiometri
Pemeriksaan
audiometri
penderitaOMSK
biasanya
didapati
Pemeriksaan Radiologi.
a. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral
dan
atas.Foto
ini
berguna
untuk
pembedahan
karena
dan
menempatkan
kanalis
antrum
semisirkularis.
dalam
Proyeksi
potonganmelintang
kerusakan
danatau
CT
dini
scan
dinding
dapat
ini
sehingga
sehingga
lateral
atik.
menggambarkan
sering
dijumpai
padaOMSK
adalah
Pseudomonas
E.
Coli,
Difteroid,
Klebsiella,
dan
Bacteriodessp.
f. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatanOMSK adalah:
a.
b.
c.
d.
c.
d.
e.
f.
(Combined
approach
tympanoplasty)
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen,
memperbaiki membrane timpani yang perforasi, mencegah terjadinya
komplikasi
atau
kerusakan
pendengaran
yang
lebih
berat,
idiopatik
Pengobatan :
Medika mentosa
Yaitu : obat vasokostriktor lokal(tetes hidung), antihistamin
Pembedahan
Dilakukan jika dalam 1 atau 2 minggu gejala masih menetap.
Dilakukan
miringotomi,
serta
pemasangan
pipa
Membran
timpani
terlihat
utuh,
retraksi,suram,
kuning
kombinasi
anti
histamin
dekongestan
per
Jika
pengobatan
medikamentosa
tidak
berhasil,maka
adalah
penyakit
primer
dari
tulang-tulang
b. Etiologi
(idiopatik)
Pendapat umumnya diturunkan secara autosomal dominan.
Bukti ilmiah yang menyatakan adanya infeksi virus measles yang
mempengaruhi otosklerosis.
Beberapa berpendapat bahwa infeksi kronik measles di tulang
merupakan predisposisi pasien untuk terkena otosklerosis. Materi
virus dapat ditemukan di osteoblas pada lesi sklerotik.
c. Patofisiologi
Patofisiologi dari otosklerosis sangat kompleks. Kunci utama lesi
dari otosklerosis adalah adanya multifokal area sklerosis diantara
tulang endokondral temporal. Ada 2 fase patologik yang dapat
diidentifikasi dari penyakit ini yaitu:
1. Fase awal otospongiotic
Gambaran histologis: terdiri dari histiosit, osteoblas, osteosit
yang merupakan grup sel paling aktif. Osteosit mulai masuk ke pusat
tulang disekitar pembuluh darah sehingga menyebabkan pelebaran
lumen pembuluh darah dan dilatasi dari sirkulasi. Perubahan ini dapat
terlihat sebagai gambaran kemerahan pada membran timpani.
Schwartze sign berhubungan dengan peningkatan vascular dari
lesi
yang
mencapai
daerah
permukaan
periosteal.
Dengan
sensorineural
pada
otosklerosis
dihubungkan
dengan
Herediter
Gen autosomal dominan monohibrid
Terbentuk tulang rawan
Koklea
Tuli
Fiksasi
Tuli
Tuli
Gg. Persepsi
Sensori
Gangguan
harga diri
Hospitalisasi
Kurang
pengetahuan
Serangan
Dizzne
s
Mual
munta
h
Peluh
dingin
Resti nutrisi
kurang dari
Nyeri
gg. istirahat
tidur
Pembedaha
n
Resti Infeksi
Onset
kehilangan
pendengaran
pada
usia
yang
sama
d. Epidemiologi
1. Ras
Beberapa studi menunjukan bahwa otosklerosis umumnya terjadi
pada ras Kaukasian. Sekitar setengahnya terjadi pada populasi
oriental. Dan sangat jarang pada orang negro dan suku Indian
telinga
yang
terkena
kelihatan
akan
meningkatkan
kunjungan ke klinik
4. Sejarah keluarga
Sekitar 60% dari pasien dengan klinikal otosklerosis dilaporkan
memiliki keluarga dengan riwayat yang sama.
5. Usia
Insiden dari klinikal otosklerosis meningkat sesuai bertambahnya
umur. Evidence mikroskopik terhadap otospongiosis ditemukan
pada autopsi 0,6 % individu yang berumur kurang dari 5 tahun.
Pada pertengahan usia, insiden ditemukannya adalah 10 % pada
orang kulit putih dan sekitar 20% pada wanita berkulit putih. Baik
kasus.
Schwartze Sign.
Hanya
sekitar
10%
yang
menunjukan
2) Palpasi
3) Pada
garputala
menunjukkan
kesan
tuli
kandidat
yang
cocok
untuk
operasi
dapat
Shambough
yang
memprediksi
stabilasi
dari
lesi
fixation
of
stapes,
dapat
terjadi
karena
Media
menyerupai
Sekretoria
otosklerosis,
Kronis,
tetapi
dengan
otoskop
timpanometri
dapat
dapat
imperfecta
adalah
(van
kondisi
der
Hoeve
autosomal
de
dominan
Kleyn
dimana
"oma".
Namun,
istilah
ini
dipertahankan
karena
terdiri dari dua bagian, (i) matriks, yang terdiri dari epitel skuamosa
berkeratin yang bertumpu pada stroma jaringan ikat dan (ii) central
white mass, yang terdiri dari debris keratin yang dihasilkan oleh
matriks. Maka, kolesteatoma juga disebut sebagai epidermosis atau
keratoma.
b. Epidemiologi
Insidensi dari kolesteatoma sangat beragam berdasarkan pada
penilitian yang telah dilakukan dibeberapa negara. Di Skotlandia
ditemukan
insidensi
sebesar
13
per
100.000
mengalami
laki-laki
ataupun
perempuan
dapat
mengalami
lebih
sering
mesotympanum,
berdampak
sel
pada
retrolabirin
tuba
dan
eustachius,
prosesus
anterior
mastoid
jika
yang
terjebak
dalam
tulang
temporal
selama
ke
arah
posterior
dan
mengelilingi
tulang-tulang
retraksi
epitympanum
ke
dalam
(scutum)
medial
secara
pars
progresif.
flaccida
Selama
ke
dalam
proses
ini
akan
menutupi
struktur
dari
stapes
dan
kemudian
Gambar 10
3. Secondary acquired
Kolesteatoma acquired sekunder terjadi karena konsekuensi
langsung terjadap injuri pada membran timpani. Kerusakan ini dapat
dalam bentuk perforasi yang terjadi karena otitis media akut atau
trauma, atau dapat terjadi karena manipulasi operasi dari drum.
Prosedur
implantasi
simple
epitel
menyebabkan
seperti
tympanostomy
skuamosa
terbentuknya
ke
dalam
dapat
telinga
kolesteatoma.
mengakibatkan
tengah
Perforasi
hingga
posterior
d. Patofisiologi
1. Kolesteatoma Kongenital
Patogenesis kolesteatoma kongenital
masih diperdebatkan
hingga saat ini. Ada beberapa teori yang dipakai untuk menjelaskan
patogenesis dari kolesteatoma kongenital.(19)
pada
dinding
lateral
tuba
eustachius,
di
bagian
(19,20)1
Teori
ini
dipopulerkan
oleh
Tos.
Tos
mengobservasi
dan
patogenesis
bahwa
dari
epitel
kolesteatoma
skuamosa
kongenital.
berkeratin
Tos
mungkin
mekanisme
yang
menjelaskan
teori
inklusi
yang
(19)
pada
mengalami
-
membran
pemulihan,
timpani.
Ketika
epitelium
robekan
tersebut
tersebut
membuat
epitelial cones.(C1, 2)
Sama dengan mekanisme sebelumnya, inflamasi yang berulang
pada membran timpani mengakibatkan proliferasi epitelial
cones yang pentrasi ke lapisan basalis dan proliferasi ke ruang
subepitel. (D1, 2)
(20)
residual)
Klasifikasi Kolesteatoma Kongenital
Berdasarkan lokasi kolestatoma, kongenital kolesteatoma dibagi
menjadi 3 tipe, yaitu(22) :
Type 1 Terbatas pada telinga tengah, ossiculus tidak terlibat
Type 2 Melibatkan kuadran posterior superior dan attic
Type 3 Campuran tipe 1 dan 2 serta mastoid
Kolesteatoma Kongenital : (20)
Kriteria
White mass pada telinga tengah, dengan membran
Tidak
ada
riwayat
otorrhea
atau
perforasi
sebelumnya
Tidak ada riwayat prosedur otologi sebelumnya
Gambar 11
Kolesteatoma congenital, masa berwarna putih terlihat di belakang
drum yang utuh.
2. Kolesteatoma acquired primer
Teori patogenesis :
Invaginasi
dari
membran
timpani
(kolesteatoma
kantung
retraksi)
Teori Hyperplasia sel basal atau papillary ingrowth
Metaplasia skuamosa dari epitel telinga tengah
1. Teori Invaginasi / kantung retraksi
Disfungsi tuba eustachius dipikirkan menyebabkan retraksi
membran
timani
sehingga
mnyebabkan
tekanan
negatif
di
normal
migrasi
epitel
sehingga
memicu
terjadinya
melewati
kepala
tulang
pendengaranan
hingga
terjadi
geometris
akibat
retraksi
yang
progresif
adanya
strain
otopatogenik
dari
pseudomonas
menunjukan
kolesteatoma.
adanya
Telah
peran
ditemukan
biofilm
bahwa
dalam
kombinasi
patogenesis
dari
retraksi
debris
menjadi
terinfeksi,
proliferasi
bakteri
dan
Progresi
mengakibatkan
ini
dengan
kerusakan
disertai
pada
pengeluaran
membran
kolagenase
basement
hingga
komplikasi
menyebabkan
dan
eksposur
menginvasi
ke
nerves
kanalis
fasialis
fasialis
dan
hingga
menyebabkan
Retraksi pars
flaccida
Retraksi pars
tensa
Lokasi Tersering
Kolesteatoma Berasal 1.
Epitympanum
posterior, 2 Mesotympanum
posterior, 3.
Epitympanum Anterior
dapat
menyebar
sesuai
letak
asalnya.
space
dan
aditus
ad
antrum.
Lalu
kolesetatoma
Sedangkan
epitympanic
anterior
kolesteatoma
dapat
meluas
ke
ganglion geniculate.(21)
Kolesteatoma
epitympanic anterior
ekstensi ke ganglion geniculate
maish utuh
Dapat menyebabkan kerusakan di membran basal hingga sel
epitel dapat berproliferasi ke dalam
disebabkan
oleh
otitis
media
kronik
epitel
atau
Patofisiologi
choleateatoma
primary acquired
tengah
dapat
menjadi
penyebab
dari
terjadinya
kolesteatoma
sekunder.
Sebuah percobaan dilakukan oleh Wolf dan teman-teman dari
210 telinga yang mengalami kerusakan membran timpani karena
ledakan, kejadian dari kolesteatoma yang bersifat invasif sebesar
4,8% dan ditemukan 3 kasus kolesteatoma pada pasien yang
mengalami fraktur dari tulang temporal. Pada pasien dengan fraktur
dari tulang temporal ditemukan bahwa keratin dapat masuk ketelinga
tengah melalui celah yang terbentuk yang disebabkan karena
terjadinya fraktur dari tulang temporal.
Sebuah penilitian baru yang dilakukan oleh Massuda dan
Oliveira juga mendapatkan bukti fisiopatologis yang menyokong
migrasi dari epitel yang berasal dari tepi perforasi yang terjadi pada
membran timpani sebagai penyebab dari terjadinya kolesteatoma.
Percobaan ini dilakukan dengan cara membuat sebuah perforasi dari
membran timpani dan diberikan latex dengan 50% propylene glycol
akan menyebabkan terjadinya kolesteatoma pada 80-90% bahan
percobaan.
Latex
ini
digunakan
sebagai
bahan
yang
akan
terjadinya
pembentukan
kolesteatoma
adalah
kejadian
inflamasi baik pada fase akut ataupun kronik yang dimana banyak
dihasilkan sitokin-sitokin yang disebabkan karena terdapatnya benda
asing pada percobaan ini, namun pada klinis keadaan jaringan yang
mengalami inflamasi ini terjadi pada otitis media baik yang akut
maupun yang kronik. Oleh karena itu dari percobaan ini disimpulkan
bahwa migrasi dari sel epitel yang berkeratin pada tempat terjadinya
perforasi dari membran timpani dan disertai oleh keadaan lingkungan
yang sedang mengalami inflamasi merupakan penyebab utama dari
terjadinya kolesteatoma sekunder ini.(19)
Patofisiologi Kolesteatoma23
(19)
sel
dengan
aktivitas
mirip
osteoclast
yang
itu
terus-menerus
maupun
sering
berulang.
Apabila
ini
dikarenakan
kolesteatoma
tidak
memiliki
suplai
darah
Kolesteatom
yang
terbatas
pada
kuadran
gangguan
keseimbangan,
kelumpuhan
saraf
fasialis,
fistula
Gambar 13
Gambar 14
f. Diagnosis
Diagnosis
OMSK
dibuat
berdasarkan
gejala
klinik
dan
pendengaran.
Untuk
mengetahui
jenis
dan
derajat
murni,
audiometric
tutur
(speech
audiometric),
dan
otalgia
obstruksi nasal
vertigo
telinga tengah)
secret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma)
Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi
1 Dapat dilakukan foto rontgen mastoid, CT
scan, atau MRI.
2 Foto rontgen mastoid
3
4 Xray mastoid normal dengan honey comb
appearance dari mastoid air cells
5
1 Xray mastoid dengan kolesteatoma
2
CT
scan
merupakan
pilihan
radiologi
yang
dapat
antara
jaringan
granulasi
dengan
kolesteatoma.
Terlihat
kolesteatoma
di
telinga
tengah
dengan
terlihat
destruksi pada dinding lateral cavum timpani. Tubuh dari incus yang
juga lateral dari kepala maleus mengalami erosi (panah kuning)
MRI digunakan saat dipikirkan terdapat problem spesifik yang
menyangkut jaringan lunak disekitarnya, problem itu termasuk
- gangguan dura
- abses subdural atau epidural
- herniasi otak ke cavum mastoid
(15)
Perforasi tipe
marginal
Tipe maligna :
-
lanjut
polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar (berasal dari
telinga tengah)
secret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma)
terlihat bayangan kolesteatoma pada rontgen mastoid
Perforasi tipe
pars flaccida
Kolesteatoma
atic
Polip di telinga
tengah
Fistula retroauricular
Tubotympanic CSOM
Banyak, tidak
Atticoantral CSOM
Sedikit, berbau
berbau
tidak enak,
Hearing loss
Sedang, konduktif
mucopurulent
Berat, konduktif dan
Perforation
Cholesteatoma
Granulations
Central
Jarang
Jarang
sensorineural
Attic, marginal
Sering
Sering
Ear discharge
di
Polyp
Pedunculated
Pedunculated
edematous mucosa
edematous
Jarang
granulations
Sering
Complications
Kondisi
Gejala
Pemeriksaan
Otitis Media Supuratif Pada otoskopi terlihat Diagnosa klinis
Kronik
Otitis Eksterna
kolesteatoma
Pada otoskopi terlihat Diagnosa klinis
pembengkakan dari
kanal eksternal dan
terlihat sedikit
discarge. Membran
timpani tidak terlihat
namun bila terlihat
akan terlihat tanda
peradangan namun
tidak ada tanda
Benign Necrotising
kolesteatoma
- Pasien
Otitis Eksterna
CT scan menunjukan
riwayat
diabetes
penyakit
temporal
imunosupresi
-
lainnya
Pada otoskopi
terdapat
granulasi
di
kanalis telinga
namun
tidak
ada
bukti
kolesteatoma
Saat otoskopi
Myringitis
Diagnosa klinis
terdapat peradangan
membran timpani
dengan atau tanpa
terlihat granulasi,
tanpa terlihat adanya
kolesteatoma
h. Penatalaksanaan
Terapi Non Bedah
Tujuan awal dari terapi kolesteatoma adalah menurunkan
derajat inflamasi dan aktivitas infeksi pada bagian telinga yang
terinfeksi.
Prinsip
pengobatan
medikasi
kolesteatoma
adalah
beberapa
kasus,
infeksi
yang
berlangsung
tidak
kolesteatoma.
Teknik
operatif
yang
umum
Apabila
pasien
memiliki
riwayat
episode
kekambuhan
kolesteatoma
secara
permanen.
Canal-wall-up
ahli
bedah
menyarankan
suatu
tympanomastoidectomy
kedua
maka
bagian
tersebut
perlu
disingkirkan
jug
auntuk
Membersihkan
semua
air
cell
termasuk
yang
dalam
Perbesarana meatus
Terapi postoperatif yang diberikan antara lain antimikroba yang
topikal,
contohnya
ialah
aminoglycoside
and
Selain
jaringan granulasi.(15)
Setelah tindakan bedah dilakukan, pasien dianjurkan untuk
kontrol secara rutin. Pasien yang menajalani prosedur canal-walldown dianjurkan untuk kontrol setiap 3 bulan untuk pembersihan
liang telinga. Tujuanny aialah untuk menjaga agar telinga pasien
tetap bebas daei deskuamasi epitel dan serumen. Pada pasien yang
menjalani prosedur canal-wall-up umumnya memerlukan tindakan
operatif kedua, setelah 6-9 bulan setelah tindakan operatif pertama.
Gambar 17
i. Komplikasi
Perikondritis atau kondritis terjadi pada kurang dari 1% pasien.
Eksposur dan devaskularisasi karena pembedahan menjadi penyebab
mudahnya terjadi infeksi. Gejala dari perikondritis adalah nyeri yang
meningkat, eritema, dan edema pada kulit yang melapisi kartilago
aurikula. Gejala lainnya adalah adanya fluktuasi.
20
Perikondritis
Komplikasi yang paling ditakutkan dari operasi tympanomastoid
adalah perlukaan pada nerves fasialis. Perlukaan pada nerves fasialis
biasanya
diketahui
saat
prosedur
berlangsung
namun
kadang
(15)
epitel
yang
mengalami
dekskuamasi
diangkat
hingga
adalah fragmen metal dari bor yang mengenai ujung alat suction
irigasi saat operasi.(15)
Herniasi otak melalui tegmen fossa tengah terlihat mengkilap.
Adanya cairan bening dengan lesi mengkilap seperti di atas
menunjukan adanya kemungkinana herniasi otak dan leakage cairan
serebrospinal. Dapat dilakuakn MRI atau CT scan untuk memastikan.
(15)
j. Prognosis
Melakukan proses eliminasi dari kolesteatoma hampir selalu
berhasil, namun terkadang membutuhkan tindakan operasi yang
berkali-kali.
Karena
penanganan
dari
kolesteatoma
dengan
penanganan
canal-wall-down
tympanomastoidectomy
begitu,
karena
tulang-tulang
pendengaran
dan
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Secara anatomi dan fungsional, telinga dibagi ataas tiga
bagian yaitu : auris externa, auris media, dan auris interna. Auris
externa terdiri dari auricula dan meatus acusticus externus sampai
membrane tympani. Auris media terdiri dari cavum tympani beserta
isinya. Sedangkan auris interna terdiri dari cochlea dan 3 buah canalis
semicircularis.
Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum tympani,
tuba eustachius dan prosessus mastoideus.
Adapun kelainan kelainan telinga tengah yaitu kelainan tuba
eustachi
seperti
palatoskisis
tuba
(sumbing
terbuka
abnormal
langit-langit),
obstruksi
myoklonus
tuba,
palatal,
barotrauma
(aerotitis)
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah , tuba eustachius , antrum mastoid, dan sel mastoid.
Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan non supuratif (=
dan otitis media serosa kronis . Selain itu terdapat juga otitis media
spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika.
Otitis media adhesiv
Kolesteatoma atau epidermosis atau keratoma merupakan lesi destruktif dasar
tengkorak yang dapat mengikis dan menghancurkan struktur penting pada tulang
temporal.(15) Kolestetaoma dibagi menjadi 3 tipe yaitu kongenital, primary acquired, dan
secondary acquired.
DAFTAR PUSTAKA