Anda di halaman 1dari 9

Nama : Agum Gumilar

Mata Kuliah

: Penelitian Pendidikan

NPM : 13210717192

Dosen

: Dr. Hj. Etty Jaskarti, M.Pd

Prodi : Pendidikan Teknik Mesin

Semester/ Tingkat : 6/ 3 (tiga)

Penelitian Kuantitatif Metode Deskriptif Dengan Jenis Penelitian Studi


Kasus

Definisi
Menurut Whintney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajarai masalah-masalah dalam sekolah
serta tatacara yang berlaku di sekolah serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang
hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti
sesuai dengan apa adanya (Best, 1982:119).
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti setatus sekelompok manusia,
suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena
tertentu sehingga merupakan suatu setudi komparatif . adakalanya peneliti mengadakan
klasifikasi, seerta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu setandar
atau suatu norma tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif ini dengan
nama survei normatif (normative survey). Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki
kedudukan (status) fenomena atau factor dan melihat hubungan antara satu factor dengan
factor yang lain. Karenanya, metode deskriptif juga dinamakan studi status (satus study).
Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau setandar-setandar,
sehingga penelitian deskriptif ini disebut juga survey normative. Dalam metode deskriptif

dapat diteliti masalah normative bersama-sama dengan masalah setatus dan sekaligus
membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena. Studi demikian dinamakan secara
umum sebagai studi atau penelitian deskriptif. Prespektif waktu yang dijangkau dalam
penelitian deskriptif , adalah waktu sekarang, atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang
masih terjangkau dalam ingatan responden.

Ciri-ciri Metode Deskriptif


Secara harfiyah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat
gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan
akumulasi data dasar belaka. Namun, dalam pengertian metode penelitian yang lebih luas,
penelitian deskriptif mencakup metode penelitian yang lebih luas di luar metode sejarah dan
eksperimental, dan secara lebih umum sering diberi nama, metode survei. Kerja peneliti,
bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan
hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan
implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Dalam mengumpulkan data digunakan
teknik wawancara, dengan mengunakan schedule questionair ataupun interview guide.

Kriteria Pokok Metode Deskriptif


Metode deskriptif mempunyai beberapa pokok, yang dapat dibagi atas kriteria umum
dan kriteria khusus. kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
a) Kriteria umum
Kriteria umum dari penelitian dengan metode deskriptif adalah sebagai berikut.
1.

Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas.

2.

Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum.

3.

Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini.

4.

Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas.

5.

Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan.

6.

Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan, baik dalam mengumpulkan
data maupun dalam menganalisis data serta studi kepustakaan yang dilakukan. Deduksi

logis harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan jika kerangka
teoritis untuk itu telah dikembangan.
b) Kriteria Khusus
Kriteria khusus dari metode deskriptif adalah sebagai berikut.
1.

Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value).

2.

Fakta-fakta ataupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status.

3.

Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu, tidak adalah kontrol terhadap
variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau menipulasi terhadap variabel.
Variabel dilihat sebagaimana adanya.

Langkah-langkah Umum dalam Metode Deskriptif


Dalam melaksanakan penelitian deskriptif, maka langkah-langkah umum yang sering
diikuti adalah sebagai berikut.
1.

Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan


masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.

2.

Menentuan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus
konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah

3.

Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian deskriptif
tersebut akan dilaksanakan. Termasuk didalamnya daerah geografis dimana penelitian
akan dilakukan, batasan-batasan kronologis ukuran tentang dalam dangkal, serta
seberapa utuh daerah penelitian tersebut akan dijangkau.

4.

Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu
dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian diturunan dalam
bentuk hipotesis-hipotesis untuk diverifikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah
berkembang baik, maka kerangkan analisis dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk model
matematika.

5.

Menulusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang


ingin dipecahkan.

6.

Merumuskan hipotesis-hipotesis yang diuji, baik secara emplisit maupun secara


implicit.

7.

Melakukan kerja lapangan untuk megumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan


data yang cocok untuk penelitian.

8.

Membuat tabulasi serta analisis statistic dilakukan terhadap data yang telah
dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistic sampai kepad batas-batas yang dapat
dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang sepadan.

9.

Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang
ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta refrensi khas terhadap masalah yang
ingin dipecahkan.

10. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang
ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan-kebijakan yang dapat
ditarik dari penelitian.
Gambar siklus penelitian Deskriptif

Gambar 1: Skema proses penelitian

Gambar 2: Siklus penelitian deskriptif

Jenis-jenis Penelitian Deskriptif


Ditinjau dari jenis masalah yang diselidiki, teknik dan alat yang digunakan dalam
meneliti, serta tempat dan waktu penelitian dilakukan, penelitian desekriptif dapat dibagi atas
beberapa jenis yaitu:

Metode survey,

Metode deskriptif berkesinanbungan (Continuity deskrptive),

Penelitian Studi kasus,

Penelitian analisis pekerjaan dan aktivitas,

Penelitian tindakan (action research),

Penelitian perpustakaan dan documenter.


Disini satu penelitian dari jenis penelitian deskriptif yang akan dibahas yaitu

Penelitian Studi Kasus.

Studi kasus, atau penelitian kasus (case study), adalah penelitian tentang status subjek
penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keselurahan personalitas
(Maxfield, 1930). Subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun
masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi
lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan studi kasus adalah untuk
memberikan gambaran secara mendetail latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter
yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas
akan jadikan suatu hal yang bersfat umum. Pada mulanya, studi kasus ini banyak digunakan
dalam penelitian obat-obatan dengan tujuan diagnosis, tetapi kemudian penggunaan studi
kasus telah meluas sampai kebidang-bidang lain.
Hasil dari penelitian kasus merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang
tipikal dari individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya. Tergantung dari tujuannya, ruang
lingkup dari studi dapat mencakup segmen atau bagian tertentu atau mencakup keseluruhan
siklus kehidupan dari individu, kelompok, dan sebagainya, baik dengan penekanan terhadap
factor-faktor kasus tertentu, atau meliputi keseluruhan factor-faktor dan fenomena-fenomena.
Stadi kasus lebih menekankan mengkaji vairabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang
kecil. Ini berbeda dengan metode survei, dimana peneliti cenderung mengevaluasi variabel
yang lebih sedikit, tetapi dengan unit sample yang relatif besar.
Studi kasus banyak dikerjakan untuk meneliti desa, kota besar, sekelompok
manusia drop out, tahanan-tahanan, pimpinan-pimpinan, dan sebagainya. Jika stadi kasus
ditujukan untuk menliti kelompok, maka perlu dikisahkan atau diisolasikan kelompokkelompok dalam onggokan yang homogen.
Stadi kasus banyak kelemahan disamping adanya keunggulan-keunggulan. Studi
kasus mempunyai kelemahan karena anggota sampel yang terlalu kecil, sehingga sulit dibuat
inferensi kepada populsi. Disamping itu, studi kasus sangat dipengaruhi oleh pandangan
subjektif dalam pilihan kasus karena adanya sifat khas yang dapat saja terlalu dibesarbesarkan. Kurangnya objektifitas, dapat disebabkan karena kasus cocok benar dengan konsep
yang sebelumnya telah ada pada si peneliti, ataupun dalam penetapan serta pengikutsertaan
data dalam konteks yang bermakna yang menjurus pada interprestsi subjektif.
Studi kasus mempunyai keunggulan sebagai suatu studi untuk mendukung studi-studi
yang besar di kemudian hari. Studi kasus mendukung studi-studi yang besar di kemudian hari
studi kasus dapat memberikan hipotesis-hipotesis untuk penelitian lanjutan. Dari segi

edukatif, maka studi kasus dapat digunakan sebagai contoh ilustrasi baik dalam perumusan
masalah, penggunaan statistik dalam menganalisis data serta cara-cara perumusan
generalisasi dan kesimmpulan.
Sebuah contoh studi kasus tentang anak-anak yang tidak dapat menguasai teknik
membaca karena jenis-jenis sebab. Penelitian yang memakan waktu dua tahun, secara
mendetail telah mempelajari hal-hal berikut.

Menentukan sejarah dari sekolah dan rumah tangga sang anak.

Menentukan setatus sekarang dari anak.

Mengadakan diagnosis terhadap kesukaran-kesukaran membaca sang anak

Menentukan sebab musabab si anak mempunyai kekurangan-kekurangan dalam


membaca.

Mengukur dari hasil pengajaran.

Ciri-ciri Studi Kasus yang Baik


a. Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan umum
atau bahkan dengan kepentingan nasional.
b. Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan
oleh kedalaman dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya mampu
diselesaikan oleh penelitinya dengan balk dan tepat meskipun dihadang oleh
berbagai keterbatasan.
c. Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang
berbeda-beda.
d. Keempat, studi kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja,
baik yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan pninsip
selektifitas.
e. Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi
pada pembaca.

Proses Penelitian Studi Kasus


Seperti halnya pembahasan tentang pengertian dan jenis-jenis penelitian deskriptif
yang berbeda-beda, pembahasan proses penelitian studi kasus juga berbeda-beda di antara
para pakar. Pada umumnya perbedaan proses tersebut bersumber dari perbedaan cara pandang
mereka terhadap kasus. Dengan kata lain, perbedaan proses dapat terjadi karena perbedaan
paradigma yang digunakan di dalam penelitian studi kasus.

Dari kesimpulan pembahasan terhadap paradigma dan jenis-jenis penelitian studi


kasus, dapat diketahui bahwa pada dasarnya penelitian studi kasus dapat dikelompokkan
menjadi dua. Yang pertama adalah adalah penelitian studi kasus yang menggunakan
paradigma postpositivistik. Jenis penelitian studi kasus ini lebih menekankan pada kasus
sebagai obyek yang holistik sebagai fokus penelitian, seperti yang sring dijelaskan oleh Stake
(2005) dan Creswell (2007). Sedangkan yang lain adalah penelitian studi kasus yang
menggunakan paradigma penelitian positivistik. Penelitian studi kasus ini secara umum
ditandai dengan penggunaan kajian literatur atau teori pada penelitiannya. Jenis penelitian ini
khususnya adalah penelitian studi kasus terpancang (embedded) yang terikat pada
penggunaan unit analisis, seperti yang ditunjukkan dan dijelaskan oleh Yin (2003a, 2009).
Yin (2003a, 2009) membagi proses penelitian menjadi 2 (dua) jenis, yaitu proses
penelitian studi kasus tunggal dan proses penelitian studi kasus jamak. Kedua proses tersebut
pada dasarnya mengacu pada proses dasar yang sama. Perbedaannya adalah pada jumlah
kasus pada penelitian studi kasus jamak yang lebih dari satu, sehingga membutuhkan
replikatif proses yang lebih panjang untuk mengintegrasikan hasil-hasil kajian dari tiap-tiap
kasus.
Untuk lebih jelasnya, proses penelitian studi kasus menurut Yin (2009) adalah sebagai
berikut:
1. Mendefinsikan dan merancang penelitian.
Pada tahap ini, peneliti melakukan kajian pengembangan teori atau konsep untuk
menentukan kasus atau kasus-kasus dan merancang protokol pengumpulan data. Pada
umumnya, pengembangan teori dan konsep digunakan untuk mengembangkan pertanyaan
penelitian dan proposisi penelitian. Proposisi penelitian memiliki posisi yang mirip dengan
hipotesis, yaitu merupakan jawaban teoritis atas pertanyaan penelitian. Merkipun demikian,
proposisi lebih cenderung menggambarkan prediksi konsep akhir yang akan dituju di dalam
penelitian. Proposisi merupakan landasan bagi peneliti untuk menetapkan kasus paa
umumnya dan unit analisis pada khususnya. Tahapan ini sama untuk penelitian studi kasus
tunggal maupun jamak.
2. Menyiapkan, mengumpulkan dan menganalisis data.
Pada tahap ini, peneliti melakukan persiapan, pengumpulan dan analisis data
berdasarkan protokol penelitian yang telah dirancang sebelumnya. Pada penelitian studi kasus
tunggal, penelitian dilakukan pada kasus terpilih hingga dilanjutkan pada tahapan berikutnya.
Pada penelitian studi kasus jamak, penelitian pada setiap kasus dilakukan sendiri-sendiri
hingga menghasilkan laporan sendiri-sendiri juga.
3. Menganalisis dan Menyimpulkan.
Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dari proses penelitian studi kasus. Pada
penelitian studi kasus tunggal, analisis dan penyimpulan dari hasil penelitian digunakan untuk
mengecek kembali kepada konsep atau teori yang telah dibangun pada tahap pertama
penelitian. Sementara itu, pada penelitian studi kasus jamak, analisis dan penyimpulan

dilakukan dengan mengkaji saling-silangkan hasil-hasil penelitian dari setiap kasus. Seperti
halnya pada penelitian studi kasus tunggal, hasil analisis dan penyimpulan di gunakan untuk
menetapkan atau memperbaiki konsep atau teori yang telah dibangun pada awal tahapan
penelitian.
Untuk lebih jelasnya, proses penelitian studi kasus menurut Yin (2003a, 2009)
tersebut dapat dilihat pada gambar diagram berikut ini:

Gambar: Proses Penelitian Studi Kasus (Sumber: Yin, 2009, 57)

Anda mungkin juga menyukai