Mata Kuliah
: Penelitian Pendidikan
NPM : 13210717192
Dosen
Definisi
Menurut Whintney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajarai masalah-masalah dalam sekolah
serta tatacara yang berlaku di sekolah serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang
hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti
sesuai dengan apa adanya (Best, 1982:119).
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti setatus sekelompok manusia,
suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena
tertentu sehingga merupakan suatu setudi komparatif . adakalanya peneliti mengadakan
klasifikasi, seerta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu setandar
atau suatu norma tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif ini dengan
nama survei normatif (normative survey). Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki
kedudukan (status) fenomena atau factor dan melihat hubungan antara satu factor dengan
factor yang lain. Karenanya, metode deskriptif juga dinamakan studi status (satus study).
Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau setandar-setandar,
sehingga penelitian deskriptif ini disebut juga survey normative. Dalam metode deskriptif
dapat diteliti masalah normative bersama-sama dengan masalah setatus dan sekaligus
membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena. Studi demikian dinamakan secara
umum sebagai studi atau penelitian deskriptif. Prespektif waktu yang dijangkau dalam
penelitian deskriptif , adalah waktu sekarang, atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang
masih terjangkau dalam ingatan responden.
Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas.
2.
Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum.
3.
Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini.
4.
5.
Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan.
6.
Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan, baik dalam mengumpulkan
data maupun dalam menganalisis data serta studi kepustakaan yang dilakukan. Deduksi
logis harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan jika kerangka
teoritis untuk itu telah dikembangan.
b) Kriteria Khusus
Kriteria khusus dari metode deskriptif adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu, tidak adalah kontrol terhadap
variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau menipulasi terhadap variabel.
Variabel dilihat sebagaimana adanya.
2.
Menentuan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus
konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah
3.
Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian deskriptif
tersebut akan dilaksanakan. Termasuk didalamnya daerah geografis dimana penelitian
akan dilakukan, batasan-batasan kronologis ukuran tentang dalam dangkal, serta
seberapa utuh daerah penelitian tersebut akan dijangkau.
4.
Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu
dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian diturunan dalam
bentuk hipotesis-hipotesis untuk diverifikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah
berkembang baik, maka kerangkan analisis dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk model
matematika.
5.
6.
7.
8.
Membuat tabulasi serta analisis statistic dilakukan terhadap data yang telah
dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistic sampai kepad batas-batas yang dapat
dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang sepadan.
9.
Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang
ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta refrensi khas terhadap masalah yang
ingin dipecahkan.
10. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang
ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan-kebijakan yang dapat
ditarik dari penelitian.
Gambar siklus penelitian Deskriptif
Metode survey,
Studi kasus, atau penelitian kasus (case study), adalah penelitian tentang status subjek
penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keselurahan personalitas
(Maxfield, 1930). Subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun
masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi
lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan studi kasus adalah untuk
memberikan gambaran secara mendetail latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter
yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas
akan jadikan suatu hal yang bersfat umum. Pada mulanya, studi kasus ini banyak digunakan
dalam penelitian obat-obatan dengan tujuan diagnosis, tetapi kemudian penggunaan studi
kasus telah meluas sampai kebidang-bidang lain.
Hasil dari penelitian kasus merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang
tipikal dari individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya. Tergantung dari tujuannya, ruang
lingkup dari studi dapat mencakup segmen atau bagian tertentu atau mencakup keseluruhan
siklus kehidupan dari individu, kelompok, dan sebagainya, baik dengan penekanan terhadap
factor-faktor kasus tertentu, atau meliputi keseluruhan factor-faktor dan fenomena-fenomena.
Stadi kasus lebih menekankan mengkaji vairabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang
kecil. Ini berbeda dengan metode survei, dimana peneliti cenderung mengevaluasi variabel
yang lebih sedikit, tetapi dengan unit sample yang relatif besar.
Studi kasus banyak dikerjakan untuk meneliti desa, kota besar, sekelompok
manusia drop out, tahanan-tahanan, pimpinan-pimpinan, dan sebagainya. Jika stadi kasus
ditujukan untuk menliti kelompok, maka perlu dikisahkan atau diisolasikan kelompokkelompok dalam onggokan yang homogen.
Stadi kasus banyak kelemahan disamping adanya keunggulan-keunggulan. Studi
kasus mempunyai kelemahan karena anggota sampel yang terlalu kecil, sehingga sulit dibuat
inferensi kepada populsi. Disamping itu, studi kasus sangat dipengaruhi oleh pandangan
subjektif dalam pilihan kasus karena adanya sifat khas yang dapat saja terlalu dibesarbesarkan. Kurangnya objektifitas, dapat disebabkan karena kasus cocok benar dengan konsep
yang sebelumnya telah ada pada si peneliti, ataupun dalam penetapan serta pengikutsertaan
data dalam konteks yang bermakna yang menjurus pada interprestsi subjektif.
Studi kasus mempunyai keunggulan sebagai suatu studi untuk mendukung studi-studi
yang besar di kemudian hari. Studi kasus mendukung studi-studi yang besar di kemudian hari
studi kasus dapat memberikan hipotesis-hipotesis untuk penelitian lanjutan. Dari segi
edukatif, maka studi kasus dapat digunakan sebagai contoh ilustrasi baik dalam perumusan
masalah, penggunaan statistik dalam menganalisis data serta cara-cara perumusan
generalisasi dan kesimmpulan.
Sebuah contoh studi kasus tentang anak-anak yang tidak dapat menguasai teknik
membaca karena jenis-jenis sebab. Penelitian yang memakan waktu dua tahun, secara
mendetail telah mempelajari hal-hal berikut.
dilakukan dengan mengkaji saling-silangkan hasil-hasil penelitian dari setiap kasus. Seperti
halnya pada penelitian studi kasus tunggal, hasil analisis dan penyimpulan di gunakan untuk
menetapkan atau memperbaiki konsep atau teori yang telah dibangun pada awal tahapan
penelitian.
Untuk lebih jelasnya, proses penelitian studi kasus menurut Yin (2003a, 2009)
tersebut dapat dilihat pada gambar diagram berikut ini: