Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan
(gigitan) nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki endemisitas tinggi.
Malaria maupun penyakit yang menyerupai malaria telah diketahui ada
selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria dikenal secara luas di daerah
Yunani pada abad ke-4 SM dan dipercaya sebagai penyebab utama berkurangnya
penduduk kota. Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun 1753, tetapi baru
ditemukan parasit dalam darah oleh Alphonse Laxeran tahun 1880. Untuk
mewarnai parasit, pada tahun 1883 Marchiafava menggunakan metilen biru
sehingga morfologi parasit ini lebih mudah dipelajari. Siklus hidup plasmodium di
dalam tubuh nyamuk dipelajari oleh Ross dan Binagmi pada tahun 1898 dan
kemudian pada tahun 1900 oleh Patrick Manson dapat dibuktikan bahwa nyamuk
adalah vektor penular malaria.
Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti adalah dua
peneliti Italia yang pertama kali memberi nama dua parasit penyebab malaria pada
manusia, yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae. Pada tahun 1897
seorang Amerika bernama William H. Welch memberi nama parasit penyebab
malaria tertiana sebagai Plasmodium falciparum dan pada 1922 John William
Watson Stephens menguraikan nama parasit malaria keempat, yaitu Plasmodium
ovale.
Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat dunia yang utama. Malaria menyebar di berbagai negara,
terutama di kawasan Asia, Afrika,dan Amerika Latin. Di berbagai negara, malaria
bukan hanya permasalahan kesehatan semata. Malaria telah menjadi masalah
sosial-ekonomi, seperti kerugian ekonomi, kemiskinan dan keterbelakangan.
Melihat dari berbagai definisi yang telah disebutkan diatas maka kami
sangat tertarik untuk melakukan pengujian guna untuk mengidentifikasi dan
mengetahui morfologi dari sel darah merah dan komponen disekitarnya. Untuk

mengetahui bagaimana cara melakukan uji laboratoruim pada penyakit malaria


tersebut.
B. Latar Belakang
a. Mengetahui bahwa plasmodium dan sel darah merah dapat dilihat dengan
pewarnaan
b. Mengenal morfologi eritrosit, plasmodium vivax dan plasmodium falciparum

BAB II
Metodologi Penelitian
A. Landasan Teori
Pewarnaan Giemsa (Giemsa Stain) adalah teknik pewarnaan untuk
pemeriksaan mikroskopis yang namanya diambil dari seorang peneliti malaria
yaitu Gustav Giemsa. Pewarnaan ini digunakan untuk pemeriksaan sitogenetik
dan untuk diagnosis histopatologis parasit malaria dan parasit lainnya.
Prinsip dari pewarnaan giemsa adalah presipitasi hitam yang terbentuk
dari penambahan larutan metilen biru dan eosin yang dilarutkan di dalam metanol.
Pewarnaan giemsa digunakan untuk membedakan inti sel dan morfologi
sitoplasma dari sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan parasit yang ada di
dalam darah. Pewarnaan giemsa adalah teknik pewarnaan yang paling bagus
digunakan untuk identifikasi parasit yang ada di dalam darah (blood-borne
parasite).
Kelebihan dari pewarnaan

Giemsa ini adalah biaya relatif murah. .

Meskipun demikian masih terdapat beberapa kendala dan keterbatasan, dengan


tenaga laboratorium yang berpengalaman sekalipun, memakan waktu dan
membutuhkan upaya yang intensif, terutama bila parasit sedikit atau tidak
dijumpai di dalam darah pada saat pemeriksaan.
Penyakit malaria merupakan penyakit infeksi dengan kematian sekitar 1
juta orang/tahun. Disebabkan oleh parasit jenis protozoa dari golongan/genus
Plasmodium. Dari genus Plamodium terdapat 4 spesies yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium malariae dan Plamodium ovale. Pada umumnya, Plasmodium
falciparum dan Plasmodium vivax merupakan yang paling sering ditemukan.
Sedangkan Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale dijumpai pada Indonesia
bagian timur seperti Papua, Maluku dan sekitarnya.
Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain :
Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, dimana

penderita merasakan demam muncul setiap hari ketiga.


Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, penderita
merasakan demam setiap hari keempat.

Malaria serebral, disebabkan oleh Plasmodium falciparum,


penderita mengalami demam tidak teratur dengan disertai gejala
terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase koma dan

kematian yang mendadak.


Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala
dapat timbul sangat mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala
malaria yang berat.
Malaria vivax

Oleh : Plasmodium vivax. Penyakit, malaria vivax atau malaria tertiana


benigna. Penyebaran, didaerah tropik dan iklim dingin. Morfologi dan siklus
hidup dalam tubuh manusia. Stadium pra-eritrositer berlangsung 8 hari. Skizon
hati berukuran 45 m,membentuk lebih dari 10.000 merozoit, sporozoit, ada yang
mengalami istirahat dalam sel hati (hipnozoit). Siklus eritrositer. Merozoit masuk
eritrosit muda,meneruskan siklus dalam eritrosit yang berlangsung 48 jam yang
terjadi secara sinkron. Parasit pada permulaan terbentuk cincin, besarnya 1/3
eritrosit, eritrosit yang dihinggapi menjadi besar dan didalamnya timbul titik-titik
Schuffneer. Trofozoit sangat aktif terdapat pigmen (hemozin,yaitu suatu gabungan
hematin dan protein), berwana kuning tengguli. Skizon matang mengandung 1224 merozoit. Gametogoni. Merozoit setalah tumbuh menjadi trofozoit, kemudian
dapat membentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang beebnetuk bulat atau
lonjong. Dalam tubuh nyamuk, terjadi pembiakan seksual dengan masa tunas
ekstrinsik 14 hari. Ooksita dalam nyamuk mempunyai 30-4- butir pigmen.
Plasmodium vivax

Eritrosit yang terinfeksi oleh parasit ini mengalami pembesaran

dan pucat karena kekurangan hemoglobin.


Tropozoit muda tampak sebagai cincin dengan inti pada satu sisi.
Tropozoit tua tampak sebagai cincin amuboid akibat penebalan

sitoplasma yang tidak merata.


Dalam waktu 36 jam parasit akan mengisi lebih dari setengah sel
eritrosit yang membesar.

Proses selanjutnya inti sel parasit akan mengalami pembelahan dan


menjadi bentuk schizont yang berisi merozoit berjumlah antara 16

18 buah.
Gametosit mengisi hampir seluruh eritrosit. Mikrogametosit berinti
besar dalam pewarnaan Giemsa akan berwarna merah muda
sedangkan sitoplasma berwarna biru. Makrogametosit berinti padat

berwarna merah letaknya biasanya di pinggir.


Terdapat bintik-bintik merah yang disebut titik Schuffner pada
eritrosit yang terinfeksi parasit ini.

Berikut bentuk bentuk Plasmodium vivax dan ciri-cirinya.


a. Bentuk cincin : 1. Ukuran 1/3 eritrosit, 2. Bentuk cincin tebal, 3.
Kromatin masa padat berbatas jelas, 4. Bentuk accole kadang
kadang, 5. Pigmen tidak ada.
b. Bentuk Tropozoit : 1. Ukuran besar, 2. Bentuk sangat irregular,
vakuola nyata, 3. Kromatin titik titik atau benang benang, 4.
Pigmen halus, warna kuning coklat, 5. Penyebaran partikel halus,
6. Penyebaran tersebar.
c. Bentuk Skizon Imature : 1. Bentuk hampir mengisi seluruh
eritrosit, 2. Bentuk sedikit amoeboid, 3. Kromatin banyak berupa
masa ireguler, 4. Pigmen tersebar
d. Bentuk Skizon Mature : 1. Mengisi Eritrosit, 2. Bentuk bersegmen,
3. Merozoit 14 16, rata rata 16, 4. Ukuran sedang, 5. Pigmen
berkumpul ditengah ( kuning coklat )
e. Bentuk Mikrogametosit : 1. Waktu timbul 3 5 hari, 2. Jumlah
dalam darah banyak, ukuran mengisi eritrosit yang membesar 3.
Bentuk bulat/ ovale dan padat, 4. Sitoplasma biru pucat, 5.
Kromatin fibril dengan delondong, daerah sekitar yang tidak
berwarna, 6. Pigmen tersebar.
f. Bentuk Makrogametosit : 1. Waktu timbul 3 5 hari, 2. Jumlah
dalam darah banyak, ukuran mengisi eritrosit yang membesar, 3.
Bentuk bulat/ovale dan padat, 4. Sitoplasma biru tua, 5. Kromatin
merupakan massa padat di perifer, 6. Pigmen small round perifer.

Plasmodium falciparum
Penyakit,malaria tropika, malaria falciparum, malaria subtertiana, malaria
tertiana maligna. Penyebaran, terutama di daerah tropik.
Morfologi dan siklus hidup dalam tubuh manusia. Stadium pra-eritrositer
berlangsung 6 hari. Skizon hati besarnya 60 m mengandung +- 40.000 merozoit.
Stadium di luar eritrosit sampai sekarang belum ditemukan, relaps pada malaria
tropika dianggap sebagai reduksen. Siklus dalam eritrosit berlangsung 36-48 jam
dan tidak sinkron. Eritrosit yang di hinggapi parasit tidak membesar warnanya
biru lembayung. Dalam eritrosit tampak titik-titik Maurer. Bentuk cincin kecil 2
m, bisanya besar jumlahnya. Sering terdapat bentuk accole dan infeksi multipel,
inti menonjol serta sering pula terdapat 2 inti pada sebuah cincin. Pada darah
perifer biasanya hanya terdapat bentuk cincin dan gametosit. Jika trofozoit
membesa,eritrosit yang dihinggapi menjadi lekat; akibatnya terbentuk sumbatan
didalam kapiler alat-alat dalaman yang aliran darahnya lambat. Oleh karena itu,
bentuk trofozoit lanjut dan bentuk skizon tidak terdapat dalam darah tepi, kecuali
pada infeksi berat.Pigmen pada Palsmodium falciparum cepat menggumpal
walaupun skizon masih muda. Biasanya skizon matang mengisi 2/3 eritrositnya
dan mengandung 8-24 buah merozoit. Gametogoni. Gametosit berbentuk
pisang,makrogametosit lebih langsing daripada mikrogametosit.
Dalam tubuh nyamuk Ookista dalam nyamuk mengandung 10-12 butir
pigmen. Masa tunas ekstrinsik berlangsung 12-14 hari.
Plasmodium falciparum biasanya ditemukan pada :

Hanya bentuk tropozoit dan gametosit pada darah tepi, kecuali

pada kasus infeksi yang berat.


Schizogoni terjadi di dalam kapiler organ dalam termasuk jantung.
Sedikit schizont di darah tepi, terkait berat ringannya infeksi.
Schizont berisi merozoit berjumlah 16 20 buah.
Eritrosit yang terinfeksi tidak mengalami pembesaran.
Bisa terjadi multiple infeksi dalam eritrosit (ada lebih dari satu
parasit dalam eritrosit), bentuk acolle (inti menempel dinding
eritrosit) dan spliting (inti parasit terpecah dua).

Gametosit

berbentuk

pisang,

makrogametosit

inti

kompak

(mengumpul) biasanya di tengah sedangkan makrogametosit

intinya menyebar.
Sitoplasma eritrosit terdapat terdapat bercak-bercak merah yang
tidak teratur disebut titik Maurer.

Berikut bentuk bentuk Plasmodium falciparum dan ciri-cirinya.


a. Tropozoit muda : 1. Bentuk cincin dengan inti yang kecil dan
sitoplasma yang halus, 2. Seringkala cincin mempunyai 2 inti, 3.
Banyak sekali cincin disertai tingkat parasit yang lebih tua
b. Tropozoit Dewasa : 1. Vakuole cincin sering tidak ada atau hampir
tidak ada, 2. Parasit sangat kecil dan kompak, 3. Sitoplasma
biasanya pucat, oval, atau bulat tidak teratur. 4. Sebuah inti yang
besar kumpulan pigmen yang berkabut atau kelompok yang sangat
gelap kira kira sebesar inti. 5. Biasanya hanya dijumpai pada
infeksi berat saja, dimana terlihat bentuk yang banyak jumlahnya.
c. Skizon muda : 1. Tingkat ini jarang terlihat dan biasanya bersama
sama dengan sejumlah besar tropozoit sedang berkembang. 2.
Parasit sangat kecil dengan 2 inti atau lebih dan sedikit sekali
sitoplasmanya sering berwarna pucat. 3. Pigmen terdiri dari satu
kelompok kecil atau lebih, padat dan berwarna gelap sekali.
d. Skizon dewasa : 1. Selalu bersamaan dengan banyak bentuk cincin
7 kali, 2. Biasanya mempunyai kira kira 20 atau lebih merozoit
kecil yang berkumpul disekitar satu kelompok kecil, pigmen yang
berwarna gelap sekali.
e. Gametosit dewasa : 1. Bentuk pisang atau biji kacang kedele, 2.
Pada bagian yang tebal dari sediaan, dapat berbentuk bulat, bujur
telur atau kelihatan agak rusak, 3. Dapat bersama sama bentuk
cincin atau tanpa cincin.
B. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Objek Glass
2. Spluit
3. Mikroskop

4. Bak Pewarna
5. Oil Emerse
6. Pipet tetes
b. Alat
1. Preparat Plasmodium vivax
2. Preparat plasmodium Falciparum
3. Darah EDTA
4. Metanol
5. Cat Giemsa
6. Aquadest/Air
7. Alkohol/Swab Alkohol
8. Tissue
C. Prosedur Kerja
Sediaan Hapusan
1. Teteskan 1-2 tetes darah EDTA dibuat sediaan hapus darah tipis pada
objek glass dengan menggunakan cover glas
2. Tunggu sampai sediaan apus kering (kering anginkan)
3. Fiksasi dengna methanol, biarkan kering sendiri/
4. Genangi sediaan apus dengan larutan giemsa dan diamkan selama 1015 menit
5. Cuci dengan air mengalir sampai cat tercuci semua, keringkan
anginkan
6. Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x
Tetesan Tebal
1. Teteskan 2-3 tetes darah EDTA, dibuat sediaan lingkaran pada objek
glass menggunakan cover glass
2. Tunggu sampai sediaan tetes tebal kering (kering anginkan)
3. Genangi sediaan tetes tebal dengan laurtan giemsa dan diamkan
selama 5-10 menit.
4. Cuci dengan air mengalir sampai cat tercuci semua, keringkan
anginkan.
5. Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x
Metode Kasset
1. Ambil Sedikit darah EDTA
2. Letakan pada kasset malaria
3. Teteskan 2-3 tetes buffer kedalam kasset
4. Teteskan darah EDTA kedalam kasset
5. Tunggu hingga 15 menit
6. Amati Hasilnya (jika terbentuk 2 garis maka positif, jika terbentuk
1 garis maka negatif)
8

BAB III
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Pengamatan
No Jenis
1

Bentuk

Gambar

Plasmodium
Plasmodium
Vivax

Plasmodium
Falciparum

Hasil warnan kedua sample pada plasmodium vivax dan plasmodium


falciparum tampak sama, merah keunguan. Namun pada gambar plasmodium
vivax tampak ada perbedaan dari segi tampakan eritrositnya.

Eritrosit yang

terinfeksi oleh parasit ini mengalami pembesaran dan pucat karena kekurangan
hemoglobin. Tropozoit muda tampak sebagai cincin dengan inti pada satu sisi.
Terdapat bintik-bintik merah yang disebut titik Schuffner pada eritrosit yang
terinfeksi parasit ini. Sedangkan pada plasmodium falciparum, hanya bentuk
tropozoit dan gametosit pada darah tepi dan eritrosit yang terinfeksi tidak
mengalami pembesaran.

B. Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengamati dan memahami teknik
pengecatan giemsa yang baik serta melakukan pengamatan plasmodium dan dapat
membedakan bentuk shizon, tropozoit, dan gamet dari masing-masing jenis
plasmodium. Pewarnaan giemsa (giemsa stain) adalah teknik pewarnaan untuk
pemeriksaan mikroskopis yang namanya diambil dari seorang peneliti malaria
yaitu gustav giemsa. Pewarnaan ini digunakan untuk membedakan inti sel dan
morfologi sitoplasma dari sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan parasit
yang ada di dalam darah. Pewarnaan giemsa adalah teknik pewarnaan yang paling
bagus digunakan untuk identifikasi parasit yang ada di dalam darah (blood-borne
parasite).
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
plasmodium. Ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan malaria,
yaitu plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 7-14 hari, plasmodium vivax
dengan masa inkubasi 8-14 hari, plasmodium oval dengan masa inkubasi 8-14
hari, dan plasmodium malaria dengan masa inkubasi 7-30 hari. Parasit-parasit
tersebu ditularkan pada manusia melalui gigitan seekor nyamuk dari genus
anopheles. Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah demam, anemia, panas
dingin, dan keringat dingin. Untuk mendiagnosa seseorang menderita malaria
adalah dengan memeriksa ada tidaknya plasmodium pada sampel darah. Namun

10

yang seringkali ditemui dalam kasus penyakit malaria adalah plasmodium


falciparum dan plasmodium vivax.
Sediaan darah yang digunakan dalam identifikasi plasmodium pada
praktikum ini adalah sediaan apus darah tipis yang digenangi dengan larutan
giemsa yang telah diencerkan dengan aquades, kemudian dibilas dengan air
setelah ditunggu selama 15 menit lalu masing-masin preparat diamati dibawah
mikroskop pada perbesaran 100 kali.
Pada plasmodium Vivax dari hasil pengamatan menunjukan :
Eritrosit yang terinfeksi oleh parasit ini mengalami pembesaran

dan pucat karena kekurangan hemoglobin.


Tropozoit muda tampak sebagai cincin dengan inti pada satu sisi.
Tropozoit tua tampak sebagai cincin amuboid akibat penebalan

sitoplasma yang tidak merata.


Dalam waktu 36 jam parasit akan mengisi lebih dari setengah sel

eritrosit yang membesar.


Proses selanjutnya inti sel parasit akan mengalami pembelahan dan
menjadi bentuk schizont yang berisi merozoit berjumlah antara 16

18 buah.
Gametosit mengisi hampir seluruh eritrosit. Mikrogametosit berinti
besar dalam pewarnaan Giemsa akan berwarna merah muda
sedangkan sitoplasma berwarna biru. Makrogametosit berinti padat

berwarna merah letaknya biasanya di pinggir.


Terdapat bintik-bintik merah yang disebut titik Schuffner pada
eritrosit yang terinfeksi parasit ini.

Berikut bentuk bentuk Plasmodium vivax dan ciri-cirinya.


g. Bentuk cincin : 1. Ukuran 1/3 eritrosit, 2. Bentuk cincin tebal, 3.
Kromatin masa padat berbatas jelas, 4. Bentuk accole kadang
kadang, 5. Pigmen tidak ada.
h. Bentuk Tropozoit : 1. Ukuran besar, 2. Bentuk sangat irregular,
vakuola nyata, 3. Kromatin titik titik atau benang benang, 4.
Pigmen halus, warna kuning coklat, 5. Penyebaran partikel halus,
6. Penyebaran tersebar.

11

i. Bentuk Skizon Imature : 1. Bentuk hampir mengisi seluruh


eritrosit, 2. Bentuk sedikit amoeboid, 3. Kromatin banyak berupa
masa ireguler, 4. Pigmen tersebar
j. Bentuk Skizon Mature : 1. Mengisi Eritrosit, 2. Bentuk bersegmen,
3. Merozoit 14 16, rata rata 16, 4. Ukuran sedang, 5. Pigmen
berkumpul ditengah ( kuning coklat )
k. Bentuk Mikrogametosit : 1. Waktu timbul 3 5 hari, 2. Jumlah
dalam darah banyak, ukuran mengisi eritrosit yang membesar 3.
Bentuk bulat/ ovale dan padat, 4. Sitoplasma biru pucat, 5.
Kromatin fibril dengan delondong, daerah sekitar yang tidak
berwarna, 6. Pigmen tersebar.
l. Bentuk Makrogametosit : 1. Waktu timbul 3 5 hari, 2. Jumlah
dalam darah banyak, ukuran mengisi eritrosit yang membesar, 3.
Bentuk bulat/ovale dan padat, 4. Sitoplasma biru tua, 5. Kromatin
merupakan massa padat di perifer, 6. Pigmen small round perifer.
Kemudian pada plasmodium falciparum ditemukan :

Hanya bentuk tropozoit dan gametosit pada darah tepi, kecuali

pada kasus infeksi yang berat.


Schizogoni terjadi di dalam kapiler organ dalam termasuk jantung.
Sedikit schizont di darah tepi, terkait berat ringannya infeksi.
Schizont berisi merozoit berjumlah 16 20 buah.
Eritrosit yang terinfeksi tidak mengalami pembesaran.
Bisa terjadi multiple infeksi dalam eritrosit (ada lebih dari satu
parasit dalam eritrosit), bentuk acolle (inti menempel dinding

eritrosit) dan spliting (inti parasit terpecah dua).


Gametosit berbentuk pisang, makrogametosit

inti

kompak

(mengumpul) biasanya di tengah sedangkan makrogametosit

intinya menyebar.
Sitoplasma eritrosit terdapat terdapat bercak-bercak merah yang
tidak teratur disebut titik Maurer.

Berikut bentuk bentuk Plasmodium falciparum dan ciri-cirinya.

12

f. Tropozoit muda : 1. Bentuk cincin dengan inti yang kecil dan


sitoplasma yang halus, 2. Seringkala cincin mempunyai 2 inti, 3.
Banyak sekali cincin disertai tingkat parasit yang lebih tua
g. Tropozoit Dewasa : 1. Vakuole cincin sering tidak ada atau hampir
tidak ada, 2. Parasit sangat kecil dan kompak, 3. Sitoplasma
biasanya pucat, oval, atau bulat tidak teratur. 4. Sebuah inti yang
besar kumpulan pigmen yang berkabut atau kelompok yang sangat
gelap kira kira sebesar inti. 5. Biasanya hanya dijumpai pada
infeksi berat saja, dimana terlihat bentuk yang banyak jumlahnya.
h. Skizon muda : 1. Tingkat ini jarang terlihat dan biasanya bersama
sama dengan sejumlah besar tropozoit sedang berkembang. 2.
Parasit sangat kecil dengan 2 inti atau lebih dan sedikit sekali
sitoplasmanya sering berwarna pucat. 3. Pigmen terdiri dari satu
kelompok kecil atau lebih, padat dan berwarna gelap sekali.
i. Skizon dewasa : 1. Selalu bersamaan dengan banyak bentuk cincin
7 kali, 2. Biasanya mempunyai kira kira 20 atau lebih merozoit
kecil yang berkumpul disekitar satu kelompok kecil, pigmen yang
berwarna gelap sekali.
j. Gametosit dewasa : 1. Bentuk pisang atau biji kacang kedele, 2.
Pada bagian yang tebal dari sediaan, dapat berbentuk bulat, bujur
telur atau kelihatan agak rusak, 3. Dapat bersama sama bentuk
cincin atau tanpa cincin.

13

BAB IV
Hasil Pengamatan
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan pewarnaan tebal dan tipis yang telah kami
lakukan, kami dapat menarik kesimpulan bahwa pada pewarnaan tebal, tipis
maupun pemeriksaan menggunakan kaset. Adalah untuk menunjukan tampakan
dari plasmodium vivax maupun falcifarum yang dapat dilihat dalam mikroskop
dengan perbesaran 100 kali, sedangkan jika kita ingin menggunakan kaset, hanya
dengan melihat hasilnya kita sudah dapat tahu bahwa seseorang mengidap malaria
dengan plasmodium vivax, falciparum ataupun seseorang yang normal.

14

Anda mungkin juga menyukai