Anda di halaman 1dari 12

ojs.unud.ac.id/index.

php/kerthapatrika/article/download/3263/2342pdf

Definisi tentang HAM pun memiliki keberagaman diantara para pakar. Menarik
untuk melihat pendekatan definisi yang diberikan oleh Scott Davidson. Ia melihat
bahwa HAM dalam hukum internasional harus didekati dengan beragam
perspektif:
Untuk memahami hukum internasional mengenai HAM, ada aspek-aspek
tertentu dari subjek ini yang tidak dapat di tinggalkan begitu saja. Aspek-aspek
ini merupakan komponen histories,politis dan filosofis dari HAM. Adalah mustahil
memberi makna HAM tanpa mempelajari berbagai kekuatan yang membentuk
aspek itu. Sejarah dan politik memberi dimensi kontekstual pada HAM, filsafat
memberinya makna dan ilmu hukum membahas mekanisme penerapanya.

Pada abad ke-12 ditandai dengan sudah dikenalnya klausul-klausul most-favoured nation
(MFN) treatment dan timbal balik dalam abad itu. Pengaruh lain disumbangkan dari ilmu
ekonomi, yaitu dengan lahirnya tulisan The Wealth of Nation (1776) karya Adam Smith. Ia
menyatakan bahwa spesialisasi akan menciptakan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya
yang kemudian menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan.
specialisation allows for the more efficient allocation of resources and for improved
productivity which, in turn, generates economic growth and wealth.
Teori Adam Smith tersebut kemudian dilengkapi oleh David Ricardo dengan mengimbuhkan
bahwa spesialisasi perlu didukung dengan pembagian kerja secara global. Kedua pendapat
ilmuwan ekonomi tersebut saat ini dikenal dengan teori keunggulan komparatif. Teori
tersebut menyatakan bahwa setiap negara memiliki keunggulan masing-masing sehingga
secara rasional memungkinkan terjadinya hubungan perdagangan (ekonomi). Pengaruh dari
pemikiran kedua sarjana tersebut adalah terciptanya liberalisasi dalam bidang ekonomi.
Liberalisasi ekonomi mensyaratkan bahwa pasar harus bebas dari intervensi negara. Adam
Smith misalnya percaya bahwa pasar memiliki mekanisme tersendiri apabila terjadi distorsi
dalam pasar. Ia menyebutnya dengan invisible hand. Pada masa liberal tersebut klausulklausul yang biasa terdapat dalam hukum ekonomi internasional telah tertuang dalam bentuk
perjanjian-perjanjian bilateral mengenai perdagangan dan navigasi, selain itu tidak banyak
perjanjian yang dibentuk organisasi-organisasi internasional. Setelah Perang Dunia kedua
masyarakat internasional banyak mendapat pelajaran berharga untuk menghindari perang.
Pertama adalah dengan mengharmonisasi kekuatan tiap negara, menjaga perdamaian dan
keamanan internasional dengan membangun hubungan bersahabat diantara negara serta untuk
meningkatkan kerjasama internasional. Implementasinya adalah dengan melakukan,
promote higher standards of living, full employment and conditions of economic and
social progress and development.
Tindakan dalam melakukan kerjasama internasional tersebut harus dilakukan dengan
menghormati prinsip persamann (equality) dan penghormatan atas HAM serta kebebasan
fundamental tanpa batasan ras, jender, bahasa dan agama. Kedua, resesi ekonomi yang timbul
setelah perang dunia kedua menimbulkan apa yang dikenal dengan Bretton Woods
System dengan pendirian lembaga-lembaga ekonomi internasional seperti IMF, World Bank
dan GATT. Lembaga-lembaga inilah (minus GATT) yang kemudian melakukan unifikasi dan
harmonisasi hukum ekonomi internasional.
Prinsip-Prinsip dan Pendekatan Dalam Hukum Ekonomi Internasional
Menurut Verloren Van Themaat terdapat enam prinsip dasar dalam hukum ekonomi
internasional, yaitu:
1.

Prinsip timbal balik

2.

Prinsip Persamaan perlakuan antara orang asing dengan warga negara sendiri

3.

Prinsip MFN

4.

Prinsip kebijakan terbuka (open door policy)

5.

Prinsip perlakukan prefersensi (preferential treatment)

6.

Prinsip persamaan dan perlakuan adil (equality and fair treatment)

Prinsip-prinsip tersebut disimpulkan setelah melihat praktik-praktik negara dalam melakukan


hubungan ekonomi. Prinsip itulah yang kemudian diadopsi oleh GATT/WTO dalam
melakukan unifikasi dan harmonisasi hukum ekonomi dan perdagangan internasional.
Pendekatan yang dilakukan untuk menemukan prinsip-prinsip tersebut menurut Bjorn Hettne
dan Robert Potter menggunakan pemikiran pembangunan (development thingking).
Pemikiran pembangunan tersebut menimbulkan dua pendekatan lainnya, yaitu:
1) Teori pembangunan
Teori yang menjelaskan bagaimana pembangunan harus atau mungkin terjadi.
2) Strategi pembangunan
Penjelasan bagaimana usaha-usaha masyarakat dunia dalam melakukan pembangunan.
Pendekatan pembangunan ini hanya memfokuskan pada kebijakan-kebijakan negara. GATT
menggunakan pendekatan ini karena pada saat itu dunia dipengaruhi oleh liberaliasasi yang
diusung oleh Amerika untuk melakukan liberalisasi pasar dan kompetisi yang bebas. Dengan
asumsi adanya keunggulan komparatif negara. Penggunaan keunggulan komparatif ini
disebut oleh Jeffrey Dunoff dengan model efisiensi (model efficiency).
Tujuanya adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan ekonomi. Caranya adalah dengan
mengurangi peran pemerintah dalam intervensi hubungan ekonomi dan secara sukarela untuk
melakukan pertukaran akses pasar demi mempercepat pencapaian kesejahteraan. Ide awal
pendirian GATT dapat dilihat dalam pendekatan model tersebut.
Dalam bagian preambul GATT dinyatakan untuk melakukan liberalisasi perdagangan sebagai
bukti dari adanya ketergantungan antarnegara yang merupakan inti dari ekonomi dunia.
Tujuannya adalah pertumbuhan dan kesejahteraan dunia yang berujung pada terciptanya
perdamaian dunia. Namun, menurut Moon, meskipun pendirian GATT sangat erat dengan
liberalisasi versi Adam Smith dan Ricardo yang menghendaki lepasnya intervensi negara,
namun ternyata ketentuan dalam GATT tidak murni liberal.
Ketentuan GATT lebih menganut pada teori ekonomi J.M. Keyness yang masih menganggap
bahwa intervensi negara tetap dibutuhkan sebagai jaring pengaman sosial atas efek negatif
liberalisasi pasar. Pendekatan inilah yang kemudian dikenal dengan Mixed Economy.
Inilah mengapa dalam ketentuan GATT masih dianut intervensi atas kebijakan negara secara
terbatas. (misal Pasal 16 tentang subsidi)
Beberapa pendekatan yang telah dikemukakan belum memasukkan sama sekali hak asasi
manusia. Dapat terlihat bahwa pendekatan yang dikedepankan adalah pendekatan ekonomi
yang berlandaskan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Atas dasar itu masyarakat
internasional mecoba untuk melakukan pembaharuan dalam hukum ekonomi internasional.
Pendekatan baru yang muncul kemudian dalam hukum ekonomi internasional adalah
pendekatan hak asasi manusia. Pendekatan ini memfokuskan pada pembagian ekonomi
secara adil. Hal ini dilaksanakan dengan mendukung adanya intervensi negara untuk
melindungi hak-hak dasar dan kebebasan fundamental individu dalam bidang ekonomi.
Pendekatan hak asasi manusia mendapatkan respon yang baik dari masyarakat internasional
khususnya negara-negara berkembang. Hal ini ditandai dengan dibentuknya United

Conference on Trade and Development (UNCTAD) pada tahun 1964. Tujuan utama
UNCTAD adalah untuk memajukan perdagangan internasional, khususnya negara-negara
sedang berkembang dengan maksud untuk peningkatan pembangunan ekonominya. Oleh
karena itu, badan ini akan merumuskan prinsip-prinsip dan kebijakan-kebijakan, membuat
usulan-usulan dan meninjau serta memajukan koordinasi kegiatan-kegiatan lembaga-lembaga
lainnya yang masih berada dalam lingkup PBB di bidang perdagangan dan kerjasama
ekonomi dan pembangunan internasional.
Selain itu, badan ini akan melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya yang dipandang perlu
sepanjang masih berada dalam kompetensinya. (Resolusi 1995 (XIX), paragraph 3) Pengaruh
UNCTAD terhadap hukum ekonomi internasional cukup signifikan. Pada tahun 1965, GATT
akhirnya menambahkan bagian empat (Part IV) tentang Perdagangan dan Pembangunan
(Trade and Development) yang merupakan usulan dari UNCTAD (meskipun ketentuan ini
tidak mengikat). Selanjutnya pada tahun 1968, UNCTAD berhasil membuat prinsip
mengenaiGeneral System of Preference (GSP) .
GSP merupakan prinsip dimana negara-negara maju memberikan perlakuan tarif preferensial
(yang lebih menguntungkan) bagi produk-produk negara sedang berkembang. Pendekatan
hak asasi manusia dalam hukum ekonomi internasional sebetulnya bukanlah sesuatu yang
baru, melainkan hanya pengulangan yang telah dicantumkan dalam Piagam PBB dan
Deklarasi Umum HAM 1948.
Hak Asasi Manusia dan Ekonomi Internasional
Hak asasi manusia (HAM) dalam hukum ekonomi internasional menjadi perhatian
masyarakat internasional setelah pendekatan HAM mulai menyebar secara luas. Pendekatan
HAM ini pada akhirnya menyadarkan masyarakat internasional untuk membuat sebuah
konvensi internasional tentang hak ekonomi. Konvensi internasional tentang hak asasi
manusia
dalam
bidang
ekonomi
terlaksana
pada
tahun
1966
dengan
menghasilkan International Convention on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR).
Konvensi tersebut merupakan derivasi dari deklarasi universal HAM 1948.
Perdebatan ideologis atas kelahiran konvensi hak ekonomi, sosial dan budaya (Ekosob) ini
cukup menarik. Negara-negara yang memiliki latar belakang ideologi liberalis-kapitalis tidak
mendukung dilahirkannya konvensi Ekosob dengan alasan bahwa negara tidak boleh
intervensi atas kegiatan ekonomi. Sedangkan negara-negara sosialis mendukung kelahiran
konvensi Ekosob ini dengan alasan bahwa negara memiliki tanggungjawab untuk
mensejahterahkan rakyatnya.
Jalan tengah perdebatan tersebut adalah dengan dikeluarkanya dua konvesi atas derivasi
deklarasi universal HAM 1948, yaitu Konvensi Hak Sipil dan Politik serta Konvensi Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya. Latar belakang perdebatan ideologis ini diakui oleh Verloren
Van Themaat. Menurut beliau bahwa dalam tertib ekonomi internasional terdapat dua sistem
ekonomi yang berbeda. Pertama adalah negara-negara yang menganut pada prinsip
liberalisasi pasar yang dikenal dengan negara kapitalis. Kedua adalah negara-negara sosialis
yang menganut pentingnya intervensi negara dalam bidang ekonomi.
Jika melihat bagian pembukan konvensi Ekosob, terlihat jelas bahwa pembentukan konvensi
didasarkan pada Piagam PBB (Pasal 1 ayat 2 dan 3 serta 55) serta Deklarasi Universal HAM
1948 (Pasal 22-27). Konvensi juga menyadari bahwa individu memiliki kewajiban atas
individu dan komunitasnya serta memiliki kewajiban untuk memperjuangkan hak-hak yang
dijamin dalam konvensi. Menurut Huala Adolf, materi konvensi yang penting adalah :
1)
Hak atas Ekonomi
2)
Hak atas Pekerjaan
3)
Hak atas Gaji dan Kondisi yang Layak
4)
Hak untuk Membentuk dan Bergabung dengan Serikat Kerja/Dagang
5)
Hak untuk Istirahat

6)
Hak untuk Mendapatkan Standar Hidup yang Layak yang Mencakup Makanan,
Pakaian, Perumahan, Kesehatan dan Pelayanan Sosial
7)
Hak atas Pendidikan, Termasuk Pendidikan Gratis
8)
Hak untuk Ikut Serta dalam Kehidupan Budaya pada Masyarakat.
Apabila melihat riwayat terciptanya konvensi Ekosob, maka terlihat bahwa pendekatan hak
asasi manusia dalam hukum ekonomi internasional telah mendapatkan momentumnya.
Sedangkan mengenai substansi konvensi Ekosob, maka pendekatan yang digunakan tidak
saja pendekatan hak asasi manusia tetapi juga menggunakan pendekatan hak-hak dasar (basic
needs approach).
Pendekatan ini meluas sekitar tahun 1960 hingga awal 1970. Berdasarkan pendekatan ini,
hukum ekonomi internasional harus diartikan secara luas, berorientasi pada perlindungan
individu demi memenuhi aspek kesehatan, pendidikan, pertanian, kesehatan reproduksi demi
mencapai standar kesejahteraan minimum bagi kelompok yang lemah dalam masyarakat.
(http://maylisa-a-p.blogspot.co.id/2012/04/ham-hak-asasi-ekonomi.html
MAYLISA.JAM09.50/05/06/2016)
Hak Asasi Manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang dimiliki manusia sejak lahir sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa
sejak lahir, maka tidak seorang pun dapat mengambilnya atau melanggarnya. Kita harus
menghargai anugerah ini dengan tidak membedakan manusia berdasarkan latar belakang ras,
etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin, pekerjaan, budaya, dan lain-lain. Namun perlu diingat
bahwa dengan hak asasi manusia bukan berarti dapat berbuat semena-mena, karena manusia
juga harus menghormati hak asasi manusia lainnya.
Ada 3 hak asasi manusia yang paling fundamental (pokok), yaitu :
a. Hak Hidup (life)
b. Hak Kebebasan (liberty)
c. Hak Memiliki (property)

Ketiga hak tersebut merupakan hak yang fundamental dalam kehidupan sehari-hari. Adapun
macam-macam hak asasi manusia dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Hak asasi pribadi, yaitu hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia.
Contohnya : hak beragama, hak menentukan jalan hidup, dan hak bicaara.
b. Hak asasi politik, yaitu yang berhubungan dengan kehidupan politik. Contohnya : hak
mengeluarkan pendapat, ikut serta dalam pemilu, berorganisasi.
c. Hak asasi ekonomi, yaitu hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian. Contohnya :
hak memiliki barang, menjual barang, mendirikan perusahaan/berdagang, dan lain-lain.
d. Hak asasi budaya, yaitu hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Contohnya :
hak mendapat pendidikan, hak mendapat pekerjaan, hak mengembangkan seni budaya, dan lainlain.
e. Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dah pemerintahan, yaitu hak yang berkaiatan dengan

kehidupan hukum dan pemerintahan. Contohnya : hak mendapat perlindungan hukum, hak
membela agama, hak menjadi pejabat pemerintah, hak untuk diperlakukan secara adil, dan lainlain.
f. Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contohnya : dalam penyelidikan,
dalam penahanan, dalam penyitaan, dan lain-lain.
2. Berbagai Instrumen HAM di Indonesia
Berbagai instrumen HAM di Indonesia antara lain termuat dalam :
a. Pembukaan dan batang tubuh UUD 1945
1) Pembukaan UUD 1945
Hak asasi manusia tercantum dalam pembukaan UUD 1945 :
a) Alinea I : Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah haak segala bangsa dan oleh sebab itu
maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
b) Alinea IV : Pemerintah Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial
2) Batang Tubuh UUD 1945
Secara garis besar hak-hak asasi manusia tercantum dalam pasal 27 sampai 34 dapat
dikelompokkan menjadi :
a) Hak dalam bidang politik (pasal 27 (1) dan 28),
b) Hak dalam bidang ekonomi (pasal 27 (2), 33, 34),
c) Hak dalam bidang sosial budaya (pasal 29, 31, 32),
d) Hak dalam bidang hankam (pasal 27 (3) dan 30).
Berdasarkan amandemen UUD 1945, hak asasi manusia tercantum dalam Bab X A Pasal 28 A
sampai dengan 28 J, sebagaimana tercantum berikut ini :
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. **)
Pasal 28 B
1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah.**)
2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dan kekerasan dan diskriminasi. **)
Pasal 28 C
1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak

mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. **)
2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.**)
Pasal 28 D
1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja )
3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. **)
Pasal 28 E
1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran. memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggakannya, serta berhak kembali.**)
2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya. **)
3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.**)
Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.**)
Pasal 28 G
1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dan ancaman
kelakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. **)
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan alau perlakuan yang rnerendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suara politik dari negara lain. **)
Pasal 28 H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapalkan
lingkungan hid up yang baik dan sehal serfa berhak memperoleh pefayanan kesehatan **)
2) Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.**)
3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermanfaat. **)

4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil
alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.**)
Pasal 28 I
1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. **)
2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif **)
3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban.**)
4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, Terutama pemerintah.**)
5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan. **)
Pasal 28 J
1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.**)
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan partimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis. **)
b. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak AsasiManusia
Instrumen ini ditetapkan pada tanggal 13 November 1998. Dalam ketetapan MPR tersebut
disebutkan antara lain :
1) Menugaskan kepada lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah untuk
menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia
kepada seluruh masyarakat.
2) Menugaskan kepada Presiden dan DPR untuk meratifikasi (mengesahkan) berbagai instrumen
hak asasi manusia internasional selama tidak bertentangan dengan Pancasila dan DUD 1945
3) Membina kesadaran dan tanggung jawab masyarakat sebagai warga negara untuk
menghormati, menegakkan hak dan menyebarluaskan hak asasi manusia melalui gerakan
kemasyarakatan.
4) Melaksanakan penyuluhan, pengkajian, pemantauan dan penelitian serta menyediakan media

tentang hak asasi manusia yang ditetapkan dengan undang-undang


5) Menyusun naskah hak asasi manusia dengan sistematis dengan susunan:
a. Pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap hak asasi manusia dan,
b. Piagam hak asasi manusia
6) Isi beserta uraian naskah hak asasi manusia sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
ketetapan ini.
7) Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, yaitu langgal 13 November 1998
c. Piagam hak asasi manusia di Indonesia dalam Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998
1) Pembukaan
Bahwa manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang berperan sebagai pengelola dan
pemelihara alam secara seimbang dan serasi dalam ketaatan kepada-Nya. Manusia dianugerahi
hak asasi dan memiliki tanggung jawab serta kewajiban untuk menjamin keberadaan, harkat, dan
martabat kemuliaan kemanusiaan, serta menjaga keharmonisan dalam kehidupan.
Bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati,
universal dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, meliputi hak untuk hidup, hak
berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak
keamanan, dan hak kesejahteraan oleh karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh
siapapun. Selanjulnya manusia juga mempunyai hak dan tanggung jawab yang timbul sebagai
akibat perkembangan kehidupannya dalam masyarakat.
Bahwa didorong oleh jiwa dan semangat proklamasi kemerdekan Republik Indonesia, bangsa
Indonesia mempunyai pandangan mengenai hak asasi dan kewajiban manusia, yang bersumber
dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai luhur budaya bangsa, serta berdasarkan pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948, telah mengeluarkan Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia (Universal Declaration Of Human Right). Oleh karena itu, bangsa Indonesia sebagai
anggota PBB mempunyai tanggungjawab untuk menghormati ketentuan yang tercantum dalam
deklarasi tersebut.
Bahwa perumusan hak asasi manusia pada dasarnya dilandasi oleh pemahaman suatu bangsa
terhadap citra, harkat dan martabat diri manusia itu sendiri. Bangsa Indonesia memandang bahwa
manusia hidup tidak terlepas dari Tuhannya, sesama manusia dan lingkungannya.
Bahwa bangsa Indonesia pada hakikatnya menyadari, mengakui dan menjamin serta menghormati
hak asasi manusia orang lain juga sebagai kewajiban. Oleh karena itu, hak asasi manusia dan
kewajiban asasi manusia terpadu dan melekat pada diri manusia sebagai pnbadi, anggota
keluarga, anggota masyarakat, anggota suatu bangsa dan warga negara, serta anggota
masyarakat bangsa-bangsa.
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang

menjunjung tinggi hak asasi manusia, maka bangsa Indonesia menyatakan piagam hak asasi
manusia.
2) Piagam Hak Asasi Manusia
Piagam Hak Asasi Manusia Indonesia terdiri dari 10 bab, yaitu :
Bab I : Hak untuk hidup (pasal 1)
Bab II : Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (pasal 2)
Bab III : Hak mengembangkan diri (pasal 3-6)
Bab IV : Hakkeadilan(7-12)
Bab V : Hak kemerdekaan (pasal 13 19)
bab VI : Hak atas kebebasan informasi (pasal 20 21)
bab VII : Hak keamanan (pasal22-26)
bab VIII : Hak kesejahteraan (pasal 27 33)
bab IX : Kewajiban (pasal 34 36)
bab X : Perlindungan dan kemajuan (pasal 37 44)
d. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang ini disahkan
pada tanggal 23 September 1999.
Isi pokok HAM menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, terdiri atas 11 bab dan
penjelasan, yaitu :
Bab I : Pendahuluan (pasal 1).
Bab II : Asas-asas dasar (pasal 2 6)
Bab III : Hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia (pasal 9 -66)
Bab IV : Kewajiban dasar manusia (pasal 67 70)
Bab V : Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah (pasal 71 72)
Bab VI : Pembatasan dan larangan (pasal 73 74)
Bab VII : Komisi nasional hak asasi manusia (pasal 75 99)
Bab VIII : Partisipasi masyarakat (pasal 100 103)
Bab IX : Peradilan hak asasi manusia (pasal 104)
Bab X : Ketentuan peralihan (pasal 105)
Bab XI : Ketentuan penutup (pasal 106)
B. Lembaga Perlindungan Hah Asasi Manusia (HAM)
Perlindungan hak asasi manusia dapat dilakukan oleh berbagai lembaga, antara lain :
1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia dibentuk suatu komisi
yang bersifat nasional dan diberi nama Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang
bisa disebut Komisi Nasional. Hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden Rl No 50 Tahun 1993
tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

Menurut Undang-Undang Rl Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 75, antara
lain disebutkan tujuan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), yaitu :
a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB, serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
b. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan nya berpartisipasi dalam berrbagai bidang
kehidupan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Komnas HAM melaksanakan fungsi pengkajian, penelitian,
penyuluhan, pemantauan, dan mediasi lentang hak asasi manusia Komnas HAM beranggotakan
tokoh masyarakat yang profesional, berdedikasi, dan berintegritas tinggi dalam menghayati citacita negara hukum dan negara kesejahteraan yang berintikan keadilan menghormati hak asasi
manusia dan kewajiban dasar manusia.
Komnas HAM berasaskan Pancasila. Komnas HAM berkedudukan di Jakarta. Perwakilan Komnas
HAM dapat didirikan di daerah provinsi, dan daerah kabupaten/kota. Warga negara Indonesia yang
dapat diangkat menjadi anggota Komnas HAM adalah :
a. Memiliki pengalaman dalam upaya memajukan dan melindungi orang atau kelompok yang
dilanggar.
b. Berpengalaman sebagai hakim, jaksa, polisi, pengacara, atau pengemban profesi hukum
lainnya.
c. Berpengalaman di bidang legislatif, eksekutif, dan lembaga tinggi negara atau,
d. Merupakan tokoh agama, tokoh masyarakat, anggota lembaga swadaya masyarakat, dan
kalangan perguruan tinggi.
Anggota Komnas HAM berjumlah 35 orang yang dipilih oleh DPR RI berdasarkan usulan Komnas
HAM dan diresmikan oleh presidan selaku kepala negara.
Masyarakat dapat mengajukan laporan pengaduan pelanggaran hak asasinya kepada Komnas
HAM. Hal ini sesuai dengan pasal 90 UU RI No. 39 Tahun 1999 yang menyatakan, Setiap orang
dan atau kelompok orang yang memiliki alasan kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar dapat
mengajukan laporan dan pengaduan lisan atau tertulis kepada Komnas HAM.
Semua pengaduan hanya akan mendapatkan pelayanan apabila disertai dengan identitas pengadu
yang benar dari keterangan atau bukti awal yang jelas tentang materi atau persoalan yang
diadukan alau dilaporkan. Pemeriksaan atas pengaduan kepada Komnas HAM tidak dilakukan atau
dihentikan apabila :
a. tidak memiliki bukti awal yang memadi,
b. materi pengaduan bukan masalah pelanggaran hak asasi manusia,
c. pengaduan diajukan dengan itikad buruk atau ternyata tidak ada kesungguhan dari pengadu,
d. terdapat upaya hukum yang lebih efeklif bagi penyelesaian materi pengaduan,

e. sedang berlangsung penyelesaian melalui upaya hukum yang tersedia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pemeriksaan pelanggaran hak asasi manusia dilakukan secara tertutup, keouali ditentukan fain
oleh Komnas HAM. Pihak pengadu, korban, saksi. dan atau pihak lainnya yang terkait, wajib
memenuhi permintaan Komnas HAM. Apabila seseorang yang dipanggil tidak datang menghadap
atau menolak memberikan keterangannya, Komnas HAM dapat meminta bantuan ketua pengadilan
untuk pemenuhan panggilan secara paksa sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Komnas HAM wajib menyampaikan laporan tahunan tentang pelaksanaan
fungsi, tugas, dan wewenangnya, serta kondisi hak asasi manusia dan perkara-perkara yang
ditanganinya kepada DPR Rl dan Presiden dengan tembusan kepada Mahkamah Agung Adapun
anggaran Komnas HAM dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2. Kepolisian Negara Republik Indonesia
Menurut Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2002 tentang Keputusan Negara RI, antara lain
dinyatakan Kepolisian Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban
masyarakat; tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan
pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak
Asasi Manusia. Hal ini berarti Kepolisian Negara RI juga memberikan pengayoman dan
perlindungan hak asasi manusia.
a. memelihara keasamanan dan ketertiban masyarakat,
b. menegakkan hukum,
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
3. Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam UUD 1945 dan PBB
tentang hak-hak anak. Meskipun UU RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah
mencantumkan tentang hak anak, namun dalam pelaksanaannya masih memerlukan undangundang sebagai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua,
keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan
efektivitas penyelenggaraan anak, dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat
independen. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.
Adapun tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia adalah :
a. melakukan sosialisasi seluruh kutentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat,
melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak.
b. Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden dalam rangka

perlindungan anak.
4. Lembaga Bantuan Hukum
Bagi warga negara yang tidak mampu membayar dalam menurut hukum, memiliki biaya untuk
melakukan tuntutan hukum. maka dapat memanfaatkan jasa lembaga bantuan hukum. Bantuan
hukum bersifat membela kepentingan masyarakat tanpa memandang latar belakang suku,
keturunan, warna kulit, ideologi, keyakinan politik, harta kekayaan, agama, atau kelompok orang
yang membelanya.
Tujuan lembaga ini adalah mencegah adanya ledakan gejolak sosial dan keresahan masyarakat.
Keberhasilan gerakan bantuan hukum akan dapat mengembalikan wibawa hukum dan wibawa
pengadilan yang selama ini terpuruk di negara kita.
5. Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum
Dalam rangka pengabdian perguruan tinggi kepada masyarakai, beberapa fakultas hukum
mengadakan biro konsultasi dan bantuan hukum. Biro ini ditangani oleh dosen-dosen muda yang
masih dalam proses belajar untuk menjadi advokat profesional.
Diposkan oleh achmadzuhdi di 15.00

http://zuhdiachmad.blogspot.co.id/2010/05/ham-dalam-undang-undang1945.html/ham dan uud 1945 10.32 05/06/2016

Anda mungkin juga menyukai