Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan tanaman tidaklah selalu dalam keadaan normal dan sesuai

dengan apa yang diinginkan. Dalam pertumbuhannya tanaman akan mengalami


banyak hal seperti perubahan fisiologis maupun perubahan metabolisnya ataupun
yang lainnya. Sebagai makhluk hidup tanaman tidak ada bedanya dengan manusia
taupun hewan, dia akan selalu tanggap dengan apa yang ada disekitarnya. Respon
tanaman terhadapa segala yang ada disekitarnya sangat tinggi melebihi dengan
respon yang manusia berikan.
Respon yang dimaksud disini contohnya seperti apabila tanaman itu tumbuh
ditempat yang kering/kekurangan air, kekurangan unsur hara, terdapat di tanah
yang mengandung garam tinggi. Tanaman membutuhkan adapatasi dalam
lingkungan yang seperti itu karena tidak semua tempat mereka bisa hidup.
Semuanya itu tergantung pada jenis tanamannya dimana setiap tanaman memiliki
kesesuaian tempat yang mendukung pertumbuhannya dan setiap tanaman
memiliki ketahanan terhadap kondisi-kondisi lingkungan yang tidak bersahabat,
sehingga membuat tanaman menjadi tercekam.
Cekaman merupakan faktor lingkungan biotik dan abiotik yang dapat
mengurangi laju proses fisiologi. Tanaman mengimbangi efek merusak dari
cekaman melalui berbagai mekanisme yang beroperasi lebih dari skala waktu
yang berbeda, tergantung pada sifat dari cekaman dan proses fisiologis yang
terpengaruh.

Respon

ini

bersama-sama

memungkinkan

tanaman

untuk

mempertahankan tingkat yang relatif konstan dari proses fisiologis, meskipun

terjadinya cekaman secara berkala dapat mengurangi kinerja tanaman tersebut.


Jika tanaman akan mampu bertahan dalam lingkungan yang tercekam, maka
tanaman tersebut memiliki tingkat resistensi terhadap cekaman. Contoh cekaman
adalah kekurangan nitrogen, kelebihan logam berat, kelebihan garam dan naungan
oleh tanaman lain.
Tanaman memiliki tingkat adaptasi yang berbeda terhadap cekaman,
sehingga dibutuhkan pengujian cekaman untuk mengetahui ketahanan tanaman
tertentu dalam merespon suatu cekaman tentu pula. Untuk menguji tingkat
adaptasi tanaman terhadap cekaman tertentu aka diperlukan cekaman buatanm,
cekaman buatan tersebut diujikan pada benih tanaman. Pengujian terhadap benih
tanaman tersebut dilakukan dengan berbagai macam, salah satu bentuk pengujian
cekaman ialah dengan memberikan cekaman kekeringan yakni dengan
memberikan sedikit bahkan tidak memberikan air pada benih pada saat
dikecabahkan. Tingkat ketahanan benih dapat diketahui melalui banyaknya benih
yang berkecambah dalam keadaan baik.

B. Tujuan
Untuk mengetahui respons kecambah pada kondisi lingkungan tercekam
abiotikpada substrat yang ekstrim yaitu sangat masam, masam, alkalis dan sangat
alkalis.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan memerlukan kondisi biotik dan abiotik yang seimbang untuk


dapat melakukan proses pertumbuhan dan perkembangan sehingga tanaman
tersebut dapat berproduksi dengan baik. Namun,apabila terjadi ketidakseimbangan
antara faktor biotik dan abiotik maka tanaman akan mengalami cekaman.
Cekaman adalah segala perubahan kondisi lingkungan yang mengakibatkan
tanggapan tumbuhan menjadi lebih rendah daripada tanggapan optimum.
Cekaman lingkungan berarti terdapat gaya penggerak untuk memindahkan energi
atau bahkan ke dalam atau ke luar organism yang menyebabkan respon
cekaman (Reijntjes dkk, 1999).
Secara umum tanaman akan menunjukkan respon tertentu bila mengalami
cekaman kekeringan. Respon tanaman terhadap stres air sangat ditentukan oleh
tingkat stres yang dialami dan fase pertumbuhan tanaman saat mengalami
cekaman.Bila tanaman dihadapkan pada kondisi kering terdapat dua macam
tanggapan yang dapat memperbaiki status air, yaitu (1) tanaman mengubah
distribusi

asimilat

baru

untuk

mendukung

pertumbuhan

akar

dengan

mengorbankan tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air


serta menghambat pemekaran daun untuk mengurangi transpirasi; (2) tanaman
akan mengatur derajat pembukaan stomata untuk menghambat kehilangan air
lewat transpirasi (Arsyad dan Rustiadi, 2008).
Berkurangnya laju dan kualitas pertumbuhan tanaman pada kondisi salin
dapat disebabkan karena menurunnya potensial air dari substrat tempat tumbuh,
meningkatnya penyerapan Na dan Cl, atau keduanya. Pada tanah salin potensial
osmotik larutan tanah sama dengan yang diakibatkan oleh kekeringan, maka

beberapa gejala akibat cekaman garam juga tampak pada tanaman yang
mengalami kekeringan. Respon tanaman yang mengalami cekaman kekeringan
mencakup perubahan ditingkat seluler dan molekuler seperti perubahan pada
pertumbuhan tanaman, volume sel menjadi lebih kecil, penurunan luas daun, daun
menjadi tebal, adanya rambut pada daun, peningakatan ratio akar-tajuk,sensitivitas
stomata, penurunan laju fotosintesis, perubahan metabolisme karbon dan nitrogen,
perubahan produksi aktivitas enzim dan hormon, serta perubahan ekspresi gen
(Kajarol dan Naik, 2011).
Adanya cekaman salinitas dengan konsentrasi tertentu dapat menyebabkan
penyerapan hara dan pengambilan air terhalang sehingga menyebabkan
pertumbuhan abnormal atau lambat. Selain itu, sebuah kondisi biologis yang
mampu memberikan efek cekaman pada suatu tanaman dimungkinkan
memberikan efek yang menguntungkan bagi tanaman yang lainnya. Sel yang
terpapar oleh cekaman salinitas (NaCl) akan menghabiskan lebih banyak energi
metabolismenya daripada pada kondisi tanpa cekaman salinitas (NaCl), sehingga
energi yang dihasilkan lebih banyak digunakan untuk mengatur penyesuaian
osmotik dan berdampak pada penurunan massa sel dan berdampak pada
pengurangan rata-rata massa sel pada konsentrasi NaCl yang semakin tinggi
(Ubudiyah dan Tutik, 2013).
Dalam faktor yang mempenagruhi pertumbuhan tanaman, dua hal yang
paling berpengaruh adalah kekeringan dan cekaman. Salinitas adalah keadaan
tanah mengadung kandungan garam yang tinggi, maka dari itu tanah di katakan
sebagai tanah marginal salin. Salinitas di beberapa negara didunia dapat

menurunkan hasil pertanian secara signifikan. Pada tanaman yang mengalami


cekaman salinitas maka tanaman akan mengalami tekanan osmotik yang
disebabkan kelebihan garam pada tanah dan bisa saja terjadi keracunan ion
tertentu pada tanaman. Dalam keadaan tanah salin juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan

rambut

akar

dan

perkecambahan.

Pada

tanaman

dengan

pertumbuhan rambut akar yang terhambat maka suplai nutrisi ke tanaman juga
sedikit maka pertumbuhanpun bisa menjadi lambat atau bisa juga tanaman
menjadi mati (Ashkan A dkk, 2013).
Cekaman salinitas menyebabkan penyerapan hara dan pengambilan air
terhalang sehingga menyebabkan pertumbuhan abnormal dan terjadi penurunan
hasil. Salinitas menyebabkan akar tanaman yang tumbuh pada medium salin
menjadi lebih kecil dan sedikit percabangannya. Salinitas tanah atau air dan
kekeringan semakin mendapat perhatian dalam pertanian, karena menyebabkan
kondisi tercekam pada tanaman. Kekeringan dan salinitas merupakan salah satu
faktor pembatas produktifitas tanaman di berbagai wilayah, khususnya pada
tanaman yang dikelola pada lahan kering dan tadah hujan seperti legume, jagung
dan tebu. Kegiatan pemuliaan tanaman memerlukankeragaman genetik yang luas
untuk

mem-peroleh

varieatas

unggul

baru

dengan

sifat

yang

diinginkan. Peningkatan variabilitas genetik dapat dilakukan melalui induksi


mutasi dengan menggunakan mutagen. Mutasi induksi dapat menyebabkan variasi
sifat tanaman (Kuruseng dan Farid, 2009).
Salinitas pada umumnya bersumber pada air dan tanah. Salinitas
berhubungan dengan

kadar garam di daerah pesisir dengan

masalah

utama konsentrasi garam tinggi karena sering tergenangnya oleh air laut, iklim
kering dengan curah hujan rendah. Adanya garamgaram terutama kalsium,
magnesium, dan natrium karbonat menyebabkan ion hidroksi dijumpai dalam
jumlah banyak dalam larutan tanah. Salinitas menyebabkan tanaman mengalami
stress garam (Arsyad dan Rustiadi, 2008).
Proses kerja dari salinitas sendiri yang menurunkan pertumbuhan dan
produksi tanaman adalah dengan mempengaruhi proses metabolisme tanaman,
entah dengan memperlambat ataupun menghentikan.cekaman garam atau salinitas
dapat meningkatkan reduksi potensial air, ketidak seimbangan ion dan toksisitas.
Perubahan status air akan memicu reduksi pertumbuhan awal dan penurunan
produktifitas tanaman. Pada umumnya cekaman garam atau salinitas yang terjadi
pada tanah dapat mempengaruhi beberapa proses penting bagi tanaman antara lain
adalah fotositesis, metabolisme energi dan lipid serta sintesis protein (Pranasari R
A dkk, 2012).
Cekaman salinitas mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam dua cara
yaitu melalui peningkatan konsentrasi ion di sekitar akar dan akumulasi Na+
dalam sel dan jaringan. Peningkatan konsentrasi ion di sekitar akar akan
meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air oleh akar,
sedangkan akumulasi Na+ dalam sel mengakibatkan kematian sel dan jaringan.
Pengaruh peningkatan tekanan osmotik akan terlihat pada pertumbuhan dan
perkembangan daun karena terganggunya pemanjangan dan pembelahan sel,
sedangkan pengaruh toksisitas Na+ terlihat jelas pada peningkatan jumlah daun
yang layu (Sitomorang dkk., 2010).

Tanaman adalah organisme yang tersusun atas jaringan-jaringan yang


mengandung susunan genetik yang menentukan penampakan luar ataupun dalam
dari tanaman. Dari susunan genetik inilah tanaman akan di ekspresikan tanaman
menjadi fungisonal organ tanaman yang mencakup fungsi dan bentuk yang
menghasilkan

keragaan

pertumbuhan

tanaman.

Bahkan

dari

keragaan

pertumbuhan tanaman bisa terjadi pada tanaman yang bahan tanamnya merupakan
dari jenis tanaman yang sama, ini akibat dari perbedaan susunan genetik dari
setiap tanaman (Triadi D dkk, 2013).

III.
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum acara 1 ini yaitu cawan petri,
mistar, timbangan eletronik, sprayer dan alat tulis. Sedangkan bahan yang

digunakan dalam acara praktikum ini adalah beni kacang hijau, larutan
HCL 1% (untuk kondisi masam), larutan KOH 1% ( untuk kondisi alkalis),
aquadesr dan kertas merang.
B. Prosedur Kerja
1. Larutan dibuat sebagai substrat pertumbuhan benih pada pH yang berbedabeda yaitu, pH 3 dan 4 dengan menambahkan larutan HCl 1% secukupnya.
Demikan pula larutan dibuat untuk pH 9 dan 10 dengan menambahkan
larutan

KOH

1%.

Sebagai

control

digunakan

akuades

untuk

substratdengan pH normal (7).


2. Cawan petri disiapkan yang ukurannya seragam, cuci bersih dan
dikeringkan.
3. Kertas merang disiapkan yang akan digunkan sebagai media tumbuh benih
di dalam cawan petri.
4. Setelah kertas merang di tempatkan didalam cawan petri, selanjutnya
dibasahi masing-masing media tumbuh benih tersebut dengan larutan yang
memiliki pH berbeda-bedasepertipada point 1,
5. Benih kacang hijau dipilih yang memiliki kondisifisik seragam, sebanyak
20 butirdandimasukkan ke dalam cawan petri sesuai denganp erlakuan
yang telahditerapkan.
6. Setelah semuanya diperlakukan, selanjutnya dilakukan pengamatan hingga
7 kali. Kondisi kelembaban substrat padasetiap cawan petri harusdijaga,
dengan cara menambahkan larutan kedalam susbra tsesuai dengan
perlauan yang telah diterapkan.
7. Pengamatan ke7, dilakukan pengamatan terhadap variabel: presentase
kecambah yang hidup, prsentase kecambah yang mati, panjang kecambah
yang diukur dari ujung akar sampai titik tumbuh, dan bobot basah
kecambah.

IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Terlampir

V.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Cekaman merupakan suatu keadaan dimana tanaman merasa tercekam dan
tidak nyaman pada kondisi tersebut, pada umumnya keadaan tercekam
banyak merugikan pada tanaman.
2. Jenis cekaman pada tanaman terbagi menjadi 2 yaitu cekaman biotik dan
abiotik, biotik meliputi serangan hama dan penyakit beserta persaingan
antar spesies, cekaman abiotik adalah cekaman yang sering terjadi pada
tanaman yang meliputi cekaman air, salinitas dan suhu.
3. Mekanisme terjadinya cekaman pada tanaman akan berbeda beda tetapi
pada intinya mekanisme yang terjadi nantinya akan membuat suatu
kerugian bagi tanaman tersebut.

B. Saran
Pemberian cekaman pada tanaman ini maka akan memudahkan kita dalam melihat
ketahanan dari tanaman sehingga untuk menanam pada lahan salin kita dapat
mengetahui varietas tanaman apa yang bisa bertahan di lahan tersebut sehingga
dapat menghasilkan produksi yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. dan E. Rustiadi. 2008. Penyelamatan Tanah, Air, dan Lingkungan.


Bogor: Crestpent press dan Yayasan Obor Indonesia.
Ashkan A dan Jalal M, 2013. Effects Of Salinity Stress On Seed Germination And
Seedling Vigor Indices Of Two Halophytic Plant Species (Agropyron
Elongatum And A. Pectiniforme).Agriculture and Crop Sciences, 5(22): 26692676.
Karajol, K.dan Naik G. R. 2011. Seed Germination Rate As A Phenotypical
Marker For The Selection Of NaCl Tolerant Cultivars In Pigeon Pea (Cajanus
cajan (L.) Millsp.). Science and Technology, 1(2): 01-08.
Kuruseng, M. A. dan M. Farid. 2009. Analisis Heritabilitas Tanaman Jagung
Tahan Salinitas dan Kekeringan Hasil Induksi Mutasi dengan Sinar. Gamma.
Agrisistem, 5 (1): 30-39.
Pranasari F A dkk, Persaingan Tanaman Jagung (Zea mays) dan Rumput Teki
(Cyperus rotundus) Pada Pengaruh Cekaman Garam (NaCl). 1(1): 2301-2308.
Reijntjes, E., B. Haverkort, dan A. W. Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan.
Yogyakarta: Kanisius.

Sitomorang A., Anky Z., Dwi W., dan Satya N., 2010. Seleksi Genotipe Padi
Mutan Insersi Toleran Cekaman Salinitas Berdasarkan Karakter Pertumbuhan
dan Biokimia. Agron. Indonesia,38(1): 8-14.
Ubadiyah I., W., A., dan Tutik N., 2013. Respon Kalus Beberapa Varietas Padi
(Oryza sativa L.) pada Kondisi Cekaman Salinitas (NaCl) secara In
Vitro. Sains dan Seni Pomits, 2(2):2337-3520.

Anda mungkin juga menyukai