PANDUAN PENYELENGGARAAN
PROGRAM
PENGEMBANGAN
KOTA
HIJAU
2016
Versi Web
PANDUAN PENYELENGGARAAN
PROGRAM PENGEMBANGAN KOTA HIJAU
TAHUN 2016
Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang telah
memberikan limpahan berkah dan rahmatNya sehingga buku Panduan
penyelenggaraan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) tahun 2016
ini dapat diterbitkan. Buku Panduan penyelenggaraan Pelaksanaan P2KH
ini menjadi acuan bagi para pelaksana program di tingkat pusat, provinsi,
dan Kota/Kabupaten dalam melaksanakan kegiatan P2KH TA. 2016. Selain
itu, juga dapat digunakan oleh Komunitas Hijau di tingkat lokal sebagai
referensi.
Kota Hijau merupakan suatu kota yang terencana dengan baik dan
bercirikan ramah lingkungan yang secara efektif mampu memanfaatkan
sumberdaya perkotaan (alamiah dan terbangun) untuk menjamin
keberlanjutan kualitas dan daya dukungnya. P2KH adalah program untuk
mewujudkan kota yang berkelanjutan dengan mengacu pada Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota dan Kabupaten dalam rangka mewujudkan 8
atribut Kota Hijau, yang meliputi : (1) perencanaan dan perancangan kota
yang ramah lingkungan; (2) ketersediaan ruang terbuka hijau; (3) konsumsi
energi yang efisien; (4) pengelolaan air yang efektif; (5) pengelolaan
sampah ramah lingkungan; (6) bangunan hijau; (7) penerapan sistem
transportasi yang berkelanjutan; dan (8) peningkatan peran masyarakat
sebagai komunitas hijau.
P2KH merupakan program jangka panjang yang dilaksanakan secara
sistematis dan konsisten oleh semua pelaku baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Selain itu, disadari pula bahwa kondisi setiap
Kota/Kabupaten berbeda antara satu dengan yang lain, sehingga
diperlukan gerakan kolektif untuk mewujudkan kota beratribut hijau.
Penyelenggaraan P2KH dilakukan secara berjenjang dan bertahap mulai
dari
persiapan,
perencanaan,
pelaksanaan,
pengendalian,
penyerahterimaan aset hingga pemanfaatan dan pemeliharaannya. Dalam
penyelenggaraan P2KH, Pemerintah Provinsi selaku pelaksana
pembangunan dan Pemerintah Kota/Kabupaten sebagai penerima aset
kegiatan P2KH diharapkan dapat saling mendukung, sehingga
penyelenggaraan P2KH di wilayah dapat berjalan secara optimal.
Direktorat Jenderal Cipta Karya cq. Direktorat Bina Penataan Bangunan
berperan dalam pembinaan kegiatan P2KH sehingga bersinergi dengan
Program Permukiman Berkelanjutan Ditjen Cipta Karya.
Buku Panduan penyelenggaraan Pelaksanaan P2KH 2016 merupakan
penyempurnaan dari pedoman sebelumnya yang disusun berdasarkan
ii Panduan Penyelenggaraan
Panduan Penyelenggaraan
iii
Daftar Isi
Kata Pengantar ......................................................................................ii
Daftar Isi ...............................................................................................iv
Daftar Tabel ......................................................................................... vii
Daftar Gambar .................................................................................... viii
Daftar Singkatan ................................................................................... ix
BAB 1
PENDAHULUAN ....................................... 11
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
Sasaran.............................................................................. 13
Ruang Lingkup ................................................................... 13
1.5.
1.6.
BAB 2
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
iv Panduan Penyelenggaraan
2.6.
2.7.
2.8.
BAB 3
3.1.
3.2.
Organisasi Kepemerintahan/Struktural.............................. 41
3.2.1. Tingkat Pusat...................................................... 41
3.2.2. Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Provinsi .............. 47
3.2.3. Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Kota/Kabupaten . 49
3.3.
3.4.
Bentuk Kegiatan................................................................ 71
3.4.1. Pelaksanaan di Tingkat Pusat .............................. 71
3.4.2. Kegiatan di Tingkat Provinsi ................................ 73
3.4.3. Kegiatan di Tingkat Kota/Kabupaten ................... 75
BAB 4
4.1.
4.2.
Pemantauan ...................................................................... 78
4.2.1. Pemantauan Struktural ....................................... 78
4.2.2. Pemantauan di Tingkat Provinsi .......................... 78
4.2.3. Pemantauan Eksternal ........................................ 79
4.3.
Pelaporan .......................................................................... 80
4.3.1. Jalur Pelaporan Struktural ................................... 80
4.3.2. Jalur Pelaporan Konsultansi................................. 81
BAB 5
5.1.
Penjelasan Umum.............................................................. 85
5.2.
5.3.
5.4.
vi Panduan Penyelenggaraan
Daftar Tabel
Tabel 3.1. Tugas dan Fungsi Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Pusat............ 42
Tabel 3.2. Tugas dan Fungsi Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Provinsi ........ 47
Tabel 3.3. Tugas dan Fungsi Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Kota/Kabupaten
...................................................................................... 50
Tabel 3.4. Muatan Kegiatan P2KH ........................................................... 60
Tabel 3.5. Kebutuhan Tim di Tingkat Kota/Kabupaten ............................. 67
Panduan Penyelenggaraan
vii
Daftar Gambar
Gambar 2.1. Sasaran RPJMN 2015-2019 terkait Program Kota Hijau........ 18
Gambar 2.2. Transformasi Atribut P2KH Lama-Baru ................................ 23
Gambar 2.3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan P2KH Baru .............. 24
Gambar 2.4. Konsep Pengembangan Atribut Kota Hijau .......................... 32
Gambar 2.5. Rencana dan Pengembangan Atribut Kota Hijau .................. 34
Gambar 3.1. Struktur Hubungan Tata Kerja Kegiatan P2KH 2016 ............. 41
Daftar Singkatan
APBD
APBN
BMN
BPB
DED
CSR
DJCK
DIPA
DKH
DPRD
FGD
FKH
KAK
KK P2KH
MoU
P2KH
PBLK
POS
PPHP
PUPR
RAB
RAKH
RDTR
RTH
RTRW
SKPD
SNVT PBL
SPM
SPM
SPMK
TA
UGF
Panduan Penyelenggaraan
ix
x Panduan Penyelenggaraan
BAB 1
PENDAHULUAN
Panduan Penyelenggaraan
11
12 Panduan Penyelenggaraan
1.2.2. Tujuan
Panduan penyelenggaraan ini bertujuan untuk:
a.
b.
1.3. Sasaran
Sasaran pelaksanaan kegiatan dalam panduan penyelenggaraan ini adalah :
a. Tercapainya peningkatan kinerja Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kota/Kabupaten dalam penyelenggaraan P2KH Tahun 2016;
dan
b. Terselenggaranya koordinasi antara Pemerintah melalui Kementerian
PUPR dengan Satker, Pemerintah Kota/Kabupaten dalam penyelenggaraan
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan.
Panduan Penyelenggaraan
13
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas
Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah;
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Bangunan Gedung Negara;
13. Peraturan Kementerian Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan;
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Pelaksanaan Penetapan Status Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara di Lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum;
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang
Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri;
14 Panduan Penyelenggaraan
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Panduan Penyelenggaraan
15
BAB 2
SUBSTANSI P2KH 2016
16 Panduan Penyelenggaraan
Panduan Penyelenggaraan
17
2.2.2. Tujuan
Secara umum, P2KH bertujuan untuk mewujudkan permukiman perkotaan
yang layak huni dan berkelanjutan melalui penerapan 8 atribut kota hijau.
Secara rinci pelaksanaan program ini terpadu dan bertahap sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan lokal bertujuan untuk:
18 Panduan Penyelenggaraan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.
3.
4.
5.
6.
Panduan Penyelenggaraan
19
5.
6.
7.
8.
20 Panduan Penyelenggaraan
Panduan Penyelenggaraan
21
22 Panduan Penyelenggaraan
Panduan Penyelenggaraan
23
24 Panduan Penyelenggaraan
ii.
Merevitalisasi setiap ruang terbuka yang ada untuk dijadikan ruang hijau
publik (dihijaukan/greening) baik pada lahan yang dimiliki swasta maupun
pemerintah (revitalisasi).
iii.
Menyusun
rencana-rencana
pembangunan
dengan
konservasi
(development conservation) pada area perkotaan yang masih alami dan
masih didominasi oleh fungsi budidaya hijau, baik melalui konsep
rancangan Design with Nature maupun Urban Village
iv.
v.
vi.
vii.
Panduan Penyelenggaraan
25
Strategi :
Legal
Menyusun dan melegalkan berbagai pedoman dan panduan
penyelenggaraan RTH baik dari aspek teknis, institusional maupun
manajemen.
Institusional
Menciptakan kelembagaan yang kuat di tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota dengan kerangka konsep RTH berjangka panjang dengan
kapasitas SDM yang memadai dan mampu menggerakkan partisipasi RTH
di masyarakat dan swasta dalam memprogramkan, merencanakan,
membangun secara cepat dan memelihara RTH secara berkelanjutan.
Manajemen
Meningkatkan kapasitas manajemen penyelenggaraan RTH berbasis IT dan
komunitas/sektor swasta terutama di tingkat kabupaten, kota, sedemikian
sehingga kota hijau bisa menjadi gerakan masyarakat (Green Social
Movement).
26 Panduan Penyelenggaraan
Green campaign
Penyadaran masyarakat
Penguatan kapasitas
Kemitraan
Panduan Penyelenggaraan
27
Strategi :
1. Strategi program berdasarkan konsep pengembangan RTH vs ukuran kota
Kota besar
-
Kota sedang
Revitalisasi RTH dan Development Conservation (Konservasi Alam)
memiliki prioritas yang sama.
Kota Kecil
-
biaya murah
mudah dibangun
mudah dirawat
Berbudaya
Nyaman
Estetika
Ekologis
28 Panduan Penyelenggaraan
4. Strategi program RTH perkotaan untuk membuat taman yang bisa menjadi
favorit warga, maka taman tersebut memenuhi kriteria :
RTH Buatan (ditangani dengan Revitalisasi RTH)
Lokasi strategis
Rindang / teduh
Indah
Luas
Historis
Simbolis
Mistis
1. Revitalisasi
Pertumbuhan kota di Indonesia adalah sebuah proses urbanisasi dan
densifikasi yang terus menerus mengikis luasan ruang terbuka yang
ada. Dalam situasi seperti ini, upaya pemerintah membeli lahan untuk
RTH semakin sulit karena harga lahan yang semakin tidak terjangkau.
Di sisi lain, perencanaan kota tidak menempatkan RTH sebagai
komponen ruang struktural terpenting kota yang harus direncanakan
secara hirarkis dan tematis sehingga sebagai akibatnya ruang-ruang
terbuka yang tercipta menjadi berhamburan tidak berbentuk (non
figure) dan tidak berfungsi (junk space) yang terkesan sebagai lahanlahan terlantar.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH, diperlukan upaya
besar untuk meregistrasi dan memetakan lahan-lahan terlantar di
setiap sudut kota baik milik pemerintah maupun swasta/masyarakat
untuk direstorasi, difungsikan kembali menjadi RTH kota dalam
Panduan Penyelenggaraan
29
b.
Urban Village
30 Panduan Penyelenggaraan
3. Green Infrastructure
Pembangunan lingkungan baru perlu memperhatikan green
infrastructure dalam perencanaannya. Lingkungan baru tidak hanya
direncanakan secara ekonomis namun harus pula mempertimbangkan
hubunganya dengan alam yang menjadikan lingkungan lebih
manusiawi.
Alam sudah menyediakan infrastruktur untuk manusia. kondisi ini
harus dimanfaatkan dan jangan dirusak. Terutama infrastruktur ke-PUan harus harmonis dengan infrastruktur alam karena infrastruktur kePU-an memiliki peranan besar untuk memberi kontribusi pada green
infrastructure ke depan.
Infrastruktur hijau merupakan kerangka ekologis untuk keberlanjutan
lingkungan, sosial, dan ekonomi, sebagai sistem kehidupan alami yang
berkelanjutan. Infrastruktur hijau merupakan jaringan RTH kota untuk
melindungi nilai dan fungsi ekosistem alami yang dapat memberikan
dukungan kepada kehidupan manusia.
Infrastruktur hijau merupakan jaringan yang saling berhubungan
antara sungai, lahan basah, hutan, habitat kehidupan liar, dan daerah
alami di wilayah perkotaan; jalur hijau, kawasan hijau, dan daerah
konservasi; daerah pertanian, perkebunan, dan berbagai jenis RTH
lain, seperti taman-taman kota. Pengembangan infrastruktur hijau
dapat mendukung kehidupan warga, menjaga proses ekologis,
keberlanjutan sumber daya air dan udara bersih, serta memberikan
sumbangan kepada kesehatan dan kenyamanan warga kota (liveable
cities).
Konsep pengembangan infrastruktur untuk berkontribusi dalam
meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH perkotaan perlu
menekankan manfaat infrastruktur ke-PU-an bagi RTH dan ruang
public kota, dan menekankan manfaat hasil integrasi infrastruktur kePU-an dengan green infrastructure skala kota dan regional agar
kedepan infrastruktur perkotaan dan regional semakin harmonis, hijau
dan alami secara berkelanjutan.
Panduan Penyelenggaraan
31
32 Panduan Penyelenggaraan
Panduan Penyelenggaraan
33
34 Panduan Penyelenggaraan
3.
4.
5.
6.
Jalur pedestrian;
3.
4.
5.
6.
7.
Panduan Penyelenggaraan
35
Perkotaan
Akuisisi RTH privat menjadi RTH Perkotaan melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Penerapan koefisien dasar hijau (KDH) pada lahan-lahan privat
yang dimiliki masyarakat dan swasta melalui pengurusan izin
mendirikan bangunan;
2. Pemda dapat mulai mendata dan menetapkan RTH privat
pekarangan rumah, sekolah, perkantoran, hingga pengembangan
(kawasan terpadu, pusat perbelanjaan, hotel, apartemen) sebagai
bagian dari RTH kota;
3. Kepada para pengembang, diminta untuk memenuhi kewajiban
penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum. Dalam
pengembangan kawasan dikenakan prasyarat KDH minimal 20
persen berupa taman di kawasan pengembang;
4. Warga diajak berperan serta mengelola lahan hijau pekarangan
melalui penanaman pohon rindang dan karpet hijau tanaman dan
pembuatan lubang biopori; dan
5. Pemberian insentif bagi warga mengizinkan lahannya untuk
diakuisisi berupa keringanan pajak, pajak air tanah, pembayaran
tagihan listrik dan telpon.
5. Peningkatan Kualitas RTH Kota Melalui
Refungsionalisasi RTH
RTH eksisting ditingkatkan kualitasnya sehingga fungsi ekologisnya
dapat lebih optimal, sebagai contoh :
1. Refungsionalisasi lahan milik Pemda yang berstatus HGU pada RTH
eksisting jalur hijau dikembalikan menjadi taman (misalnya yang
digunakan sebagai SPBU);
2. Mendorong revitalisasi kawasan hutan bakau;
3. Mendorong revitalisasi situ, danau, waduk, sebagai daerah resapan
air; dan
4. Penanaman rumput pada taman-taman lingkungan permukiman
yang diperkeras (lapangan bulu tangkis, tenis, dll).
36 Panduan Penyelenggaraan
Panduan Penyelenggaraan
37
38 Panduan Penyelenggaraan
Panduan Penyelenggaraan
39
BAB 3
MEKANISME
PELAKSANAAN
40 Panduan Penyelenggaraan
3.2. Organisasi
Kepemerintahan/Struktural
3.2.1. Tingkat Pusat
Pemerintah Pusat dalam hal ini adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat c.q. Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai pembina
pelaksanaan P2KH, memiliki perangkat pelaksana sebagai berikut :
Panduan Penyelenggaraan
41
2.
3.
No
Pelaku
Tugas Utama
Deskripsi
1.
Subdit
Penataan
Bangunan
dan
Lingkungan
Khusus
(PBLK)
Direktorat
Bina
Penataan
Bangunan
a. Menyiapkan
panduan
penyelenggara
an P2KH
42 Panduan Penyelenggaraan
No
Pelaku
Tugas Utama
Deskripsi
sosialisasi, bahan
pendampingan dan
bimbingan teknis
pelaksanaan P2KH.
3. Menyusun Prosedur
Operasional Standar (POS)
pelaksanaan monitoring
dan evaluasi pelaksanaan
P2KH TA 2016.
b. Koordinasi
pelaksanaan
P2KH
4. Mengkoordinasikan
pelaksanaan P2KH di tingkat
pusat bersama KK P2KH
c. Monitoring
dan evaluasi
pelaksanaan
P2KH
d. Monitoring
dan evaluasi
pelaksanaan
administrasi
P2KH
8. Berkoordinasi dengan
Satker Provinsi dalam
pelaksanaan monitoring
dan evaluasi pelaksanaan
administrasi P2KH.
9. Membuat laporan tahunan
pelaksanaan P2KH
10. Melaporkan kegiatan
pelaksanaan P2KH kepada
Dirjen Cipta Karya.
Panduan Penyelenggaraan
43
No
Pelaku
Tugas Utama
e. Pengendalian
pelaksanaan
P2KH
Deskripsi
11. Mengendalikan
pelaksanaan P2KH sesuai
jadwal yang telah
ditetapkan.
12. Menyampaikan peringatan
dan/atau teguran atas
pencapaian kinerja,
pelanggaran-pelanggaran
tata tertib dan aturan
terkait penyelenggaraan
P2KH.
13. Melakukan pengawasan
terhadap kinerja Konsultan
Koordinator (KK) P2KH
f. Peningkatan
kapasitas
daerah dan
pengembanga
n P2KH
g. Pembinaan
P2KH
h. Pengolahan
data dan
penyebarluas
an informasi
44 Panduan Penyelenggaraan
No
2
Pelaku
KK P2KH
Tugas Utama
a. Membantu
Direktorat
BPB dan
Subdit PBLK
Deskripsi
1. Melakukan pemantauan
dan pengendalian melalui
Satker PBL terhadap
kualitas Perencanaan RTH
(Masterplan Kota Hijau dan
DED Taman Kota Hijau),
baik kualitas dalam hal
proses, produk, maupun
substansial
2. Melakukan pemantauan
dan pengendalian terhadap
kualitas pelaksanaan
festival hijau dan aksi
komunitas di
Kota/Kabupaten peserta
P2KH melalui Satker PBL
3. Mengembangan database
Forum Komunitas Hijau,
keanggotaan P2KH,
Perusahan Lokal yang miliki
program CSR dalam bidang
Lingkungan Hidup
4. Membantu Direktorat BPB
dalam penjaring Peserta
Baru Program
Pengembangan Kota Hijau
dan melakukan
pemantauan dan
pengendalian terhadap
dokumen Rencana Aksi
Kota Hijau yang disusun
oleh Kota/Kabupaten
peserta baru P2KH
5. Mengembangkan database
lokasi RTH Publik di
Kawasan Perkotaan,
sehingga dapat terpantau
persentase RTH di Kawasan
Perkotaan di Indonesia
sesuai amanat Undang-
Panduan Penyelenggaraan
45
No
Pelaku
Tugas Utama
Deskripsi
Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan
Ruang
6. Melaksanakan fungsi
manajemen teknik pada
setiap tahapan
pembangunan RTH
(persiapan, perencanaan,
dan pelaksanaan)
7. Memberi rekomendasi dan
solusi ke Subdit PBLK terkait
teknis operasional
Penyelenggaraan
Pembangunan RTH
b. Membantu
Kota/Kabupat
en Peserta
P2KH
8. Memberikan supervisi
awal/konsultasi terkait
proses penyelesaian output
P2KH (Perencanaan RTH,
Pembangunan RTH,
Pembentukan FKH,
Penyusunan Peta
Komunitas Hijau,
Penyelenggaraan Festival
Hijau dan Aksi Komunitas
Hijau), dengan
berkoordinasi dengan
Satker PBL
9. Memberikan masukan
teknis kepada Tim
Swakelola dan Tim Teknis
P2KH di Kota/Kabupaten
melalui PPK PELAKSANAAN
c. Membantu
dalam
penyelenggar
an
pelaksanaan
46 Panduan Penyelenggaraan
No
Pelaku
Tugas Utama
Deskripsi
d. Melakukan
koordinasi
dengan
pemangku
kepentingan
e. Memfasilitasi
rangkaian
kegiatan
P2KH skala
Nasional
f. Pelaporan
pelaksanaan
kegiatan
No
1.
Pelaku
Tugas Utama
Deskripsi
Satker PBL
Provinsi
a. Sosialisasi dan
pembinaan
P2KH
1. Mensosialisasikan P2KH di
tingkat provinsi untuk
Kota/Kabupaten calon
peserta P2KH baru.
b. Koordinasi
pelaksanaan
P2KH
2. Melakukan koordinasi
secara reguler dengan Tim
Pelaksana P2KH di Tingkat
Panduan Penyelenggaraan
47
No
Pelaku
Tugas Utama
Deskripsi
Pusat dalam pelaksanaan
P2KH
c. Monitoring dan
evaluasi
pelaksanaan
P2KH
3. Menyelenggarakan Rakor
Monev sesuai dengan
tahapan pelaksanaan P2KH.
4. Melakukan pemantauan dan
koordinasi pelaksanaan
P2KH di Kota/Kabupaten
untuk menjamin mutu
produk dan
penyelenggaraan
administrasi P2KH.
5. Melakukan proses
pengadaan barang dan jasa.
6. Melaporkan hasil monitoring
progres pelaksanaan
kegiatan P2KH di
Kota/Kabupaten secara
reguler, baik secara fisik dan
keuangan kepada Direktur
Bina Penataan Bangunan
melalui Subdit PBLK
7. Membuat laporan dengan
Sistem Akuntansi Instansi
(SAI) dan Simak;
d. Pengendalian
pelaksanaan
P2KH
48 Panduan Penyelenggaraan
8. Membuat dan
menyampaikan laporan
khusus sebagai tindakan
antisipatif apabila
ditemukan permasalahan
dan hambatan di lapangan,
serta membantu upaya
penyelesaian atas
permasalahan yang
dihadapi, baik yang sifatnya
teknis maupun administratif.
No
Pelaku
Tugas Utama
e. Serah terima
hibah
Deskripsi
9. Melakukan serah terima
hibah aset Taman Kota Hijau
kepada Kota/Kabupaten.
f. Pembentukan
10. Membentuk Tim PPHP
Tim PPHP (Panitia
dalam kegiatan kontraktual
Penerima Hasil
yang terdiri dari unsur
Pekerjaan)
Satker PBL Provinsi dan
unsur SKPD Kota/Kabupaten
Peserta P2KH
2
PPK
Pelaksanaan
a. Sebagai PPK
Pelaksanaan
1. Melakukan koordinasi
dengan Subdit PBLK
2. Menyelenggarakan kegiatan
P2KH di Kota/Kabupaten
3. Menjamin keterbukaan
informasi pelaksanaan P2KH
pada tingkat
Kota/Kabupaten.
4. Menjaga data teknis dan
akuntansi.
5. Melaporkan seluruh hasil
pelaksanaan kegiatan pada
Satker Provinsi yang
ditembuskan kepada
walikota/bupati setempat.
Panduan Penyelenggaraan
49
Tabel 3.3. Tugas dan Fungsi Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Kota/Kabupaten
No
Pelaku
Tugas Utama
Deskripsi
1.
Bupati/
Walikota
a. Pembentukan
Tim
Swakelola
Kota/Kabupat
en
2.
Tim Teknis
Kota/
Kabupaten
b. Bertugas
membantu
PPK
2. Melakukan monitoring
perencanaan kegiatan mulai
dari penyusunan DED hingga
penyusunan RAB sebelum
disahkan oleh PPK
3. Melaksanakan koordinasi,
sinkronisasi, dan konsultasi
kegiatan dengan instansi
terkait dlam rangkaian
kegiatan yang ada di
Kota/Kabupaten
4. Melakukan monitoring,
evaluasi dan melaporkan hasil
monev pelaksanaan kegiatan
sedang berlangsung kepada
PPK Pelaksanaan
3.
Tim Swakelola
Kota/
Kabupaten
c. Bertugas
sebagai PPHP
a. Persiapan
penyelenggar
aan P2KH
1. Menyiapkan penyelenggaraan
P2KH pada tingkat
Kota/Kabupaten;
50 Panduan Penyelenggaraan
No
Pelaku
Tugas Utama
b. Pelaksanaan
kegiatan
P2KH
Deskripsi
2. Melakukan koordinasi dengan
Satker Provinsi, dan PPK P2KH
Kota/Kabupaten, terkait
kegiatan Perencanaan RTH
(Masterplan Kota Hijau dan
DED Taman Kota Hijau)
3. Melakukan kegiatan
Pembentukan FKH dan
berkonsolidasi dengan FKH
untuk melaksanakan kegiatan
swakelola (Peta Komunitas
Hijau, Festival Hijau, dan Aksi
Komunitas Hijau)
4. Mengurus dan
mengkoordinasikan pencairan
ke Satker Provinsi untuk
kegiatan swakelola FKH (Peta
Komunitas Hijau, Festival
Hijau, dan Aksi Komunitas
Hijau) demi lancarnya
pelaksanaan kegiatan
5. Berdiskusi intens dengan FKH
untuk aktivasi penyadaran
masyarakat untuk
mewujudkan kota hijau
4.
Forum
Komunitas
Hijau (FKH)
a. Pelaksanaan
kegiatan
P2KH
Panduan Penyelenggaraan
51
3.3.1.2. Pendekatan
Penyelenggaraan P2KH dilaksanakan menggunakan pendekatan pelaksanaan
sebagai berikut :
1. Regulatif, penyelenggaraan P2KH dilaksanakan melalui peraturanperaturan yang efektif guna menjamin terciptanya keadilan, kesetaraan,
52 Panduan Penyelenggaraan
P2KH
memiliki
Panduan Penyelenggaraan
53
54 Panduan Penyelenggaraan
Panduan Penyelenggaraan
55
56 Panduan Penyelenggaraan
Panduan Penyelenggaraan
57
b.
Gambar kerja
yang memadai untuk panduan
pelaksanaan /implementasi fisik yang terdiri dari Gambar
Rencana dan Gambar Detail Pelaksanaan;
Format
Kertas
dalam
ukuran
kertas
A3,
landscape/mendatar dengan kop di sisi kanan kertas;
dan
Sebagai bukti legal, kop ditandatangani oleh : Kepala
Satker PBL Provinsi, PPK Pelaksana, dan Perwakilan SKPD
Kota/Kabupaten yang menjadi anggota Tim PPHP/Tim
Teknis kegiatan Perencanaan RTH (Masterplan Kota Hijau
dan DED Taman kota Hijau)
58 Panduan Penyelenggaraan
59
No.
Muatan Kegiatan
Peserta Non-Fisik
(Peserta Baru)
Peserta
Fisik
1.
Pembangunan RTH
2.
Supervisi
Pembangunan RTH
Perencanaan RTH
(Masterplan Kota Hijau
dan DED Taman Kota
Hijau)
Pembentukan Forum
Komunitas Hijau
Penyusunan Peta
Komunitas Hijau
Pelaksanaan Kegiatan
Festival Hijau
Pelaksanaan Kegiatan
Aksi Komunitas Hijau
3.
4.
5.
6.
7.
60 Panduan Penyelenggaraan
1. Kegiatan Rutin
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terlaksananya
pengadministrasian kegiatan secara tertib.
2. Kegiatan Swakelola
Keluaran yang diharapkan adalah terlaksananya kegiatan-kegiatan pada
21 Kota/Kabupaten yang mendapatkan fasilitasi non-fisik (peserta
penjaringan 2015), sebagai berikut :
Pembentukan FKH
Kegiatan FKH (Penyusunan Peta Komunitas Hijau, Pelaksanaan
Festival Hijau dan Aksi Komunitas Hijau)
3. Kegiatan Kontraktual
Keluaran yang diharapkan adalah terlaksananya kegiatan-kegiatan
dalam klasifikasi Kota/Kabupaten peserta P2KH 2016 sebagai berikut :
a.
b.
Pembangunan RTH
Panduan Penyelenggaraan
61
b. Tahap Penjaringan
Tahap penjaringan diperuntukkan bagi Kota/Kabupaten yang berminat
ikut berpartisipasi dalam Program P2KH dan berkomitmen untuk
mewujudkan Kota Berkelanjutan. Untuk dapat menjadi anggota P2KH
Kota/Kabupaten perlu melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Kota/Kabupaten atas nama Walikota/Bupati mengirimkan surat
minat keikutsertaan P2KH kepada Direktorat Jenderal Cipta Karya;
2) Direktorat Bina Penataan Bangunan cq. Subdit PBLK mendapatkan
disposisi dan melakukan telaah, pendataan dan penyusunan
konsep surat balasan untuk kota/Kabupaten;
3) Melalui Direktorat Bina Penataan Bangunan mengundang
Kota/Kabupaten yang telah mengirimkan surat minat untuk
menghadiri Workshop Sosialisasi RAKH;
4) Dalam Workshop Sosialisasi RAKH perwakilan Pemkot/Pemda
mendapatkan pengetahuan dalam penyusunan Proposal RAKH;
5) Kota/Kabupaten diberi waktu untuk menyusun Proposal RAKH
yang kemudian diserahkan ke Direktorat BPB untuk ditelaah dan
dievaluasi lebih lanjut olah Subdit PBLK;
6) Subdit PBLK melaporkan hasil evaluasi RAKH kepada Direktur BPB
untuk mendapatkan tindak lanjut, yaitu dengan mengirimkan surat
tanggapan terhadap Proposal RAKH kepada Kota/Kabupaten;
7) Kota/Kabupaten yang lolos seleksi evaluasi Proposal RAKH
diundang dalam Penandatanganan MoU saat acara UGF.
c. Tahap Implementasi
Tahap Implementasi merupakan pilot project sebagai bentuk upaya
mendorong pemerintah Kota/Kabupaten dalam perwujudan Kota Hijau.
d. Tahap Replikasi/Up-scaling
1) Lokasi
Pada pelaksanaan P2KH 2012, telah difasilitasi sebanyak 85
(delapan puluh lima) Kota/Kabupaten;
Pada tahap up-scaling P2KH 2013, telah difasilitasi 112 (seratus
dua belas) Kota/Kabupaten antara lain 83 (delapan puluh tiga)
Kota/Kabupaten peserta P2KH 2012 dan 29 (dua puluh
sembilan) Kota/Kabupaten hasil penjaringan baru; dan
Pada tahap up-scaling P2KH 2014 memfasilitasi 107 (seratus
tujuh) Kota/Kabupaten antara lain 20 (dua puluh)
Kota/Kabupaten Batch A yang melakukan implementasi fisik
RTH dengan luasan minimal 10.000 m 2, 50 (lima puluh)
Kota/Kabupaten Batch B yang melakukan implementasi fisik
62 Panduan Penyelenggaraan
RTH dengan luasan minimal 5.000 m2, dan 37 (tiga puluh tujuh)
Kota/Kabupaten non implementasi fisik RTH.
Pada tahap up-scaling P2KH 2015 memfasilitasi 42 (empat
puluh dua) Kota/Kabupaten yang melakukan implementasi fisik
RTH dengan luasan minimal 10.000 m2 dan 31 (tiga puluh satu)
Kota/Kabupaten hasil penjaringan baru non implementasi fisik
RTH.
Pada tahap up-scaling P2KH 2016 memfasilitasi 38 (tiga puluh
delapan) Kota/Kabupaten yang melakukan pembangunan fisik
RTH, 21 (dua puluh satu) Kota/Kabupaten hasil penjaringan
baru dan 2 (dua) Kota/Kabupaten yang mendapatkan fasilitasi
non implementasi fisik RTH.
2) Aktor pelaksana
Melalui pelaksanaan P2KH 2016 dapat terjalin kerjasama antara
Pemerintah
Kota/Kabupaten
dengan
Corporate
Social
Responsibility (CSR) dalam perwujudan Kota Hijau;
3) Atribut Kota Hijau
Fokus Pelaksanaan P2KH meliputi 8 (delapan) atribut kota hijau
yaitu: Green Community, Green Planning and Design, Green Open
Space, Green Waste, Green Water, dan Green Transportation
sesuai dengan karakter lokal masing-masing Kota/Kabupaten.
e. Tahap Institusionalisasi Lintas Sektor
Tahap institusionalisasi lintas sektor merupakan tahap kemandirian
yang ditindaklanjuti oleh sektor di daerah dan kerjasama dengan dunia
usaha melalui Corporate Social Responsibility (CSR).
P2KH diselenggarakan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola sebagai
berikut :
1.
2.
3.
Panduan Penyelenggaraan
63
4.
5.
6.
7.
64 Panduan Penyelenggaraan
Panduan Penyelenggaraan
65
66 Panduan Penyelenggaraan
Panduan Penyelenggaraan
67
Peserta Non-Fisik
(Peserta Baru)
No.
Muatan Kegiatan
Peserta Fisik
1.
Pembangunan RTH
Anggota Tim
PPHP/Tim Teknis
2.
Supervisi
Pembangunan RTH
Anggota Tim
PPHP/Tim Teknis
3.
Perencanaan RTH
(Masterplan Kota
Hijau dan DED
Taman Kota Hijau)
Anggota Tim
PPHP/Tim Teknis
4.
Pembentukan
Forum Komunitas
Hijau
Tim Swakelola
5.
Penyusunan Peta
Komunitas Hijau
Tim Swakelola
6.
Pelaksanaan
Kegiatan Festival
Hijau
Tim Swakelola
7.
Pelaksanaan
Kegiatan Aksi
Komunitas Hijau
Tim Swakelola
B. Tahap Pengadaan
Pengadaan barang dan jasa pada kegiatan ini dilaksanakan mengacu
pada Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan
Keempat atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah.
C. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Swakelola
1. Tim Swakelola P2KH melakukan pembentukan FKH sesuai dengan
Panduan Penyelenggaraan dan Manual P2KH 2016;
2. Tim Swakelola P2KH khususnya FKH melaksanakan penyusunan Peta
Komunitas Hijau dan kegiatan FKH (Aksi Komunitas Hijau dan Festival
Hijau) sesuai dengan Panduan penyelenggaraan dan Manual P2KH
2016; dan
68 Panduan Penyelenggaraan
Panduan Penyelenggaraan
69
70 Panduan Penyelenggaraan
2. Lokalatih FKH
3. Forum Kota (Urban Greening Forum)
71
Hijau dan Penyusunan DED Taman Kota Hijau pada Tahun 2016) serta
memberikan bantuan teknis kepada Pemerintah Daerah sebagai narasumber
bila diperlukan dan memfasilitasi kegiatan P2KH yang dilaksanakan di Pusat.
Secara garis besar pendekatan dan metode pelaksanaan dibagi atas 3 (tiga)
tahapan yaitu tahap persiapan (pengumpulan data dan analisa), tahap
pelaksanaan serta tahap akhir program rencana untuk tahun berikutnya yang
pelaksanaannya dijabarkan sebagai berikut:
A. Tahap Persiapan
1.
2.
3.
4.
B. Tahap Pelaksanaan
1. Tim KK P2KH melakukan pertemuan rutin bulanan dengan Tim
Pelaksana P2KH Tingkat Pusat di Direktorat BPB terkait dengan hasil
inventarisasi di lapangan dan rekomendasinya ke Subdit PBLK.
2. Tim KK P2KH melakukan monitoring ke provinsi dan melaporkan isu
terkini yang mempengaruhi kinerja/pelaksanaan di lapangan
3. Memberikan saran/alternatif solusi dan rekomendasi penyelesaian
permasalahan kepada Tim Teknis KK Perencanaan RTH melalui PPK
Pelaksanaan.
4.
b.
72 Panduan Penyelenggaraan
c.
5.
C. Tahap Akhir
1. Tim KK memantau serah terima kelola dan aset Kegiatan
Pembangunan Fisik RTH dan Kegiatan Perencanaan RTH oleh PPK
Pelaksanaan Provinsi;
2. Tim KK memberikan rekomendasi kepada subdit PBLK untuk
keberlanjutan kegiatan Program Pengembangan Kota Hijau TA 2017.
Selain itu KK P2KH bertugas membantu kegiatan swakelola Subdit PBLK yang
bersifat Nasional dan atau yang bersifat berkelanjutan, seperti :
1. Kegiatan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (FKH)
2. Kegiatan Urban Greening Forum
3. Workshop penjaringan peserta baru Program Pengembangan Kota Hijau
dan Penyusunan RAKH
4. Membantu Direktorat BPB menjaring Peserta Baru Program
Pengembangan Kota Hijau
5. Pengembangan database Forum Komunitas Hijau, keanggotaan P2KH,
serta Terlaksananya pengembangan database lokasi RTH Publik di
kawasan Perkotaan.
Panduan Penyelenggaraan
73
2. Pembayaran
honorarium
Panitia
Pengadaan
Pemeriksa/Penerima Hasil barang dan jasa;
3. Belanja bahan ATK dan suplai komputer;
dan
Panitia
74 Panduan Penyelenggaraan
FKH
(Festival
Hijau
dan
Aksi
Komunitas
Hijau).
Panduan Penyelenggaraan
75
BAB 4
PENGENDALIAN DAN
PEMANTAUAN
76 Panduan Penyelenggaraan
4.1. Pengendalian
Pengendalian merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
menjamin seluruh pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai rencana dan
jadwal yang telah ditetapkan agar dapat tercapai tujuan secara lebih efektif.
Pengendalian pelaksanaan P2KH Tahun Anggaran 2016 dimaksudkan untuk
memastikan bahwa seluruh kegiatan terlaksana sesuai prinsip, pendekatan dan
mekanisme yang telah ditetapkan. Ruang lingkup pengendalian meliputi :
77
4.2. Pemantauan
Sesuai dengan prinsip struktur organisasi P2KH 2016, maka pemantauan
dilaksanakan melalui dua pendekatan, yaitu :
1. Pemantauan struktural dilakukan oleh Subdit PBLK Direktorat Bina
Penataan Bangunan pelaksana program P2KH; dan
2. Pemantauan eksternal melalui jasa konsultansi yang tergabung dalam
sistem penyelenggaraan P2KH (KK P2KH).
Dalam pengendalian, monitoring dilaksanakan secara berjenjang oleh para
pelaku P2KH tahun 2016. Pemantauan ini dilakukan secara terus menerus pada
seluruh tahapan program dari sejak persiapan pelaksanaan sampai dengan
serah terima aset dari Pemerintah Pusat kepada pemerintah Kota/Kabupaten.
78 Panduan Penyelenggaraan
79
Komunitas Hijau dalam mewujudkan 8 (delapan) atribut hijau pada masingmasing Kota/Kabupaten.
4.3. Pelaporan
Pelaporan pada dasarnya merupakan konsolidasi dari hasil pemantauan yang
telah dilakukan oleh seluruh pelaku baik secara internal maupun ekternal pada
seluruh tingkatan penyelenggaraan P2KH. Laporan dilakukan secara berjenjang,
ditulis secara sederhana dan ringkas, dan dilakukan secara berkala. Laporan
memuat data dan informasi yang update, foto dokumentasi kegiatan,
permasalahan, hambatan, dan solusi alternatif yang diusulkan serta
rekomendasi tindakan. Sesuai dengan pelaku penyelenggaraan P2KH,
pelaporan dilaksanakan melalui:
1. Jalur pelaporan struktural; dan
2. Jalur pelaporan konsultansi.
Penjelasan secara lebih rinci mengenai pelaporan melalui jalur struktural dan
fungsional adalah sebagai berikut:
80 Panduan Penyelenggaraan
81
b.
c.
C. Laporan Akhir, yang memfinalisasi Laporan Draft Akhir. Pada tahap akhir
kegiatan ini disertakan pula dokumen-dokumen hasil kegiatan berupa:
a. Perkembangan kondisi umum dan permasalahan pelaksanaan
kegiatan di daerah;
b. Hasil pemantauan dan pengendalian akhir terhadap pelaksanaan
Pembangunan RTH di 26 Kabupaten/Kota peserta P2KH 2015-2016;
c. Hasil pemantauan dan pengendalian awal terhadap pelaksanaan
Kegiatan Perencanaan RTH di 21 Kabupaten/Kota peserta P2KH 2016;
d. Hasil pemantauan dan pengendalian awal terhadap pelaksanaan
Kegiatan (Swakelola) Aksi dan Festival Kota Hijau dan Penyusunan
Peta Komunitas Hijau di 22 Kabupaten/Kota peserta P2KH 2016.
D. Laporan Bulanan, yang dilaporkan setiap bulan secara berkala selama 8
(delapan) bulan yang meliputi :
a. Identifikasi permasalahan yang ditemui di lapangan;
b. Pelaporan progres satker mengenai volume prosentase dan nilai
bobot bagian atau seluruh pekerjaan yang telah dilaksanakan dan
membandingkan dengan apa yang tercantum dalam dokumen
kontrak;
c. Memberi masukan untuk langkah tindak lanjut untuk mengatasi
permasalahan tersebut baik untuk pekerjaan fisik maupun non fisik;
d. Melampirkan notulensi rapat koordinasi yang diselenggarakan selama
periode pelaksanaan pekerjaan;
e. Laporan bulanan dilengkapi dengan fotofoto dan rekaman video
pelaksanaan pekerjaan kontraktual.
E.
82 Panduan Penyelenggaraan
F.
Panduan Penyelenggaraan
83
BAB 5
PENYERAHAN HIBAH
DAN PEMELIHARAAN
ASET
84 Panduan Penyelenggaraan
3.
Panduan Penyelenggaraan
85
86 Panduan Penyelenggaraan
3. Tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dan
penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.
Panduan Penyelenggaraan
87
6.
5.4.2.2. Pendanaan
Terkait dengan pendanaan infrastruktur terbangun yang telah diserah
terimakan dari pemerintah pusat kepada pemerintah kabupaten/kota, maka
seluruh pembiayaan untuk pemeliharaan menjadi beban pemerintah
kabupaten/kota.
88 Panduan Penyelenggaraan
Lampiran