Anda di halaman 1dari 90

P2KH 2016

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT BINA PENATAAN BANGUNAN

PANDUAN PENYELENGGARAAN

PROGRAM
PENGEMBANGAN
KOTA
HIJAU
2016

Versi Web

PANDUAN PENYELENGGARAAN
PROGRAM PENGEMBANGAN KOTA HIJAU

TAHUN 2016

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT BINA PENATAAN BANGUNAN

Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang telah
memberikan limpahan berkah dan rahmatNya sehingga buku Panduan
penyelenggaraan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) tahun 2016
ini dapat diterbitkan. Buku Panduan penyelenggaraan Pelaksanaan P2KH
ini menjadi acuan bagi para pelaksana program di tingkat pusat, provinsi,
dan Kota/Kabupaten dalam melaksanakan kegiatan P2KH TA. 2016. Selain
itu, juga dapat digunakan oleh Komunitas Hijau di tingkat lokal sebagai
referensi.
Kota Hijau merupakan suatu kota yang terencana dengan baik dan
bercirikan ramah lingkungan yang secara efektif mampu memanfaatkan
sumberdaya perkotaan (alamiah dan terbangun) untuk menjamin
keberlanjutan kualitas dan daya dukungnya. P2KH adalah program untuk
mewujudkan kota yang berkelanjutan dengan mengacu pada Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota dan Kabupaten dalam rangka mewujudkan 8
atribut Kota Hijau, yang meliputi : (1) perencanaan dan perancangan kota
yang ramah lingkungan; (2) ketersediaan ruang terbuka hijau; (3) konsumsi
energi yang efisien; (4) pengelolaan air yang efektif; (5) pengelolaan
sampah ramah lingkungan; (6) bangunan hijau; (7) penerapan sistem
transportasi yang berkelanjutan; dan (8) peningkatan peran masyarakat
sebagai komunitas hijau.
P2KH merupakan program jangka panjang yang dilaksanakan secara
sistematis dan konsisten oleh semua pelaku baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Selain itu, disadari pula bahwa kondisi setiap
Kota/Kabupaten berbeda antara satu dengan yang lain, sehingga
diperlukan gerakan kolektif untuk mewujudkan kota beratribut hijau.
Penyelenggaraan P2KH dilakukan secara berjenjang dan bertahap mulai
dari
persiapan,
perencanaan,
pelaksanaan,
pengendalian,
penyerahterimaan aset hingga pemanfaatan dan pemeliharaannya. Dalam
penyelenggaraan P2KH, Pemerintah Provinsi selaku pelaksana
pembangunan dan Pemerintah Kota/Kabupaten sebagai penerima aset
kegiatan P2KH diharapkan dapat saling mendukung, sehingga
penyelenggaraan P2KH di wilayah dapat berjalan secara optimal.
Direktorat Jenderal Cipta Karya cq. Direktorat Bina Penataan Bangunan
berperan dalam pembinaan kegiatan P2KH sehingga bersinergi dengan
Program Permukiman Berkelanjutan Ditjen Cipta Karya.
Buku Panduan penyelenggaraan Pelaksanaan P2KH 2016 merupakan
penyempurnaan dari pedoman sebelumnya yang disusun berdasarkan

ii Panduan Penyelenggaraan

hasil evaluasi, pembelajaran, dan masukan dari berbagai pihak. Kami


berharap materi pedoman ini dapat dipahami dan dilaksanakan dengan
konsisten, tertib, dan akuntabel oleh semua pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan P2KH, sehingga tujuan, sasaran, dan kinerja yang
diharapkan dapat tercapai.
Jakarta, Maret 2016
Direktur Bina Penataan Bangunan

Ir. Adjar Prajudi, MCM, MCE

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT BINA PENATAAN BANGUNAN

Panduan Penyelenggaraan

iii

Daftar Isi
Kata Pengantar ......................................................................................ii
Daftar Isi ...............................................................................................iv
Daftar Tabel ......................................................................................... vii
Daftar Gambar .................................................................................... viii
Daftar Singkatan ................................................................................... ix

BAB 1

PENDAHULUAN ....................................... 11

1.1.

Latar Belakang ................................................................... 12

1.2.

Maksud dan Tujuan ........................................................... 13


1.2.1. Maksud............................................................... 13
1.2.2. Tujuan ................................................................ 13

1.3.
1.4.

Sasaran.............................................................................. 13
Ruang Lingkup ................................................................... 13

1.5.

Dasar Hukum ..................................................................... 14

1.6.

Dasar Pelaksanaan Kegiatan............................................... 15

BAB 2

SUBSTANSI P2KH 2016 ............................ 16

2.1.

Penjelasan Umum tentang P2KH ........................................ 17

2.2.

Maksud dan Tujuan P2KH .................................................. 18


2.2.1. Maksud............................................................... 18
2.2.2. Tujuan ................................................................ 18

2.3.

Sasaran dan Peserta P2KH 2016 ......................................... 19


2.3.1. Sasaran P2KH 2016 ............................................. 19
2.3.2. Peserta P2KH 2016.............................................. 19

2.4.

Atribut Kota Hijau .............................................................. 20


2.4.1. Perencanaan dan Perancangan Kota yang Ramah
Lingkungan (Green Planning and Design) ............. 20
2.4.2. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (Green Open
Space) ................................................................. 20
2.4.3. Konsumsi Energi yang Efisien (Green Energy)....... 21
2.4.4. Pengelolaan Air yang Efektif (Green Water) ......... 21
2.4.5. Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan (Green
Waste) ................................................................ 21
2.4.6. Bangunan Hijau (Green Building) ......................... 21
2.4.7. Penerapan Sistem Transportasi yang Berkelanjutan
(Green Transportation)........................................ 22

iv Panduan Penyelenggaraan

2.4.8. Peningkatan Peran Masyarakat sebagai Komunitas


Hijau (Green Community) ................................... 22
2.5.

2.6.

Pengembangan Atribut Kota Hijau .................................... 22


2.5.1. Struktur dan Gugus Kebijakan P2KH Baru........... 22
2.5.2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan P2KH ...... 24
2.5.3. Konsep Pengembangan RTH Perkotaan .............. 29
2.5.4. Konsep Pengembangan Atribut Kota Hijau 20152019................................................................... 32
2.5.5. Rencana & Strategi Pengembangan Atribut Kota
Hijau 2015-2019 ................................................. 32
Strategi Menuju Kota Hijau ............................................... 34
2.6.1. Penyusunan Green Planning and Design ............. 34
2.6.2. Penambahan RTH Publik Perkotaan .................... 34

2.7.

Kemitraan Kota Hijau ........................................................ 38

2.8.

Manajemen dan Keberlanjutan Kota Hijau ........................ 39

BAB 3

MEKANISME PELAKSANAAN ................... 40

3.1.

Struktur Organisasi P2KH 2016 .......................................... 41

3.2.

Organisasi Kepemerintahan/Struktural.............................. 41
3.2.1. Tingkat Pusat...................................................... 41
3.2.2. Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Provinsi .............. 47
3.2.3. Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Kota/Kabupaten . 49

3.3.

Tata Laksana Kegiatan....................................................... 52


3.3.1. Prinsip dan Pendekatan ...................................... 52
3.3.2. Indikator Kinerja P2KH........................................ 53
3.3.3. Indikator Data Input ........................................... 54
3.3.4. Indikator Keberhasilan Proses............................. 55
3.3.5. Indikator Keberhasilan Output............................ 56
3.3.6. Muatan Kegiatan P2KH....................................... 60
3.3.7. Rencana Pelaksanaan P2KH Tahun 2016 ............. 61
3.3.8. Tahapan Pelaksanaan Pembangunan RTH TA. 2016
64

3.4.

Bentuk Kegiatan................................................................ 71
3.4.1. Pelaksanaan di Tingkat Pusat .............................. 71
3.4.2. Kegiatan di Tingkat Provinsi ................................ 73
3.4.3. Kegiatan di Tingkat Kota/Kabupaten ................... 75

BAB 4
4.1.

PENGENDALIAN DAN PEMANTAUAN ...... 76


Pengendalian .................................................................... 77
4.1.1. Pengendalian di Tingkat Pusat ............................ 77
4.1.2. Pengendalian di Tingkat Provinsi ........................ 77
Panduan Penyelenggaraan

4.2.

Pemantauan ...................................................................... 78
4.2.1. Pemantauan Struktural ....................................... 78
4.2.2. Pemantauan di Tingkat Provinsi .......................... 78
4.2.3. Pemantauan Eksternal ........................................ 79

4.3.

Pelaporan .......................................................................... 80
4.3.1. Jalur Pelaporan Struktural ................................... 80
4.3.2. Jalur Pelaporan Konsultansi................................. 81

BAB 5

PENYERAHAN HIBAH DAN PEMELIHARAAN


ASET......................................................... 84

5.1.

Penjelasan Umum.............................................................. 85

5.2.

Pelaksanaan Hibah Barang Milik Negara............................. 85


5.2.1. Definisi Hibah...................................................... 85
5.2.2. Pemberi dan Penerima Hibah .............................. 85
5.2.3. Persyaratan Barang Milik Negara Yang Dihibahkan
86
5.2.4. Tujuan Hibah ...................................................... 87

5.3.

Prosedur dan Tata Cara Hibah Pekerjaan P2KH 2016 .......... 87

5.4.

Operasional Pemeliharaan ................................................. 88


5.4.1. Definisi Operasi dan Pemeliharaan ...................... 88
5.4.2. Pelestarian RTH Perkotaan .................................. 88

vi Panduan Penyelenggaraan

Daftar Tabel
Tabel 3.1. Tugas dan Fungsi Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Pusat............ 42
Tabel 3.2. Tugas dan Fungsi Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Provinsi ........ 47
Tabel 3.3. Tugas dan Fungsi Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Kota/Kabupaten
...................................................................................... 50
Tabel 3.4. Muatan Kegiatan P2KH ........................................................... 60
Tabel 3.5. Kebutuhan Tim di Tingkat Kota/Kabupaten ............................. 67

Panduan Penyelenggaraan

vii

Daftar Gambar
Gambar 2.1. Sasaran RPJMN 2015-2019 terkait Program Kota Hijau........ 18
Gambar 2.2. Transformasi Atribut P2KH Lama-Baru ................................ 23
Gambar 2.3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan P2KH Baru .............. 24
Gambar 2.4. Konsep Pengembangan Atribut Kota Hijau .......................... 32
Gambar 2.5. Rencana dan Pengembangan Atribut Kota Hijau .................. 34
Gambar 3.1. Struktur Hubungan Tata Kerja Kegiatan P2KH 2016 ............. 41

viii Panduan Penyelenggaraan

Daftar Singkatan
APBD
APBN
BMN
BPB
DED
CSR
DJCK
DIPA
DKH
DPRD
FGD
FKH

Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah


Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara
Barang Milik Negara
Bina Penataan Bangunan
Detailed Engineering Design
Corporate Social Responsibility
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Dewan Kota Hijau
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Focused Discussion Group
Forum Komunitas Hijau

KAK
KK P2KH
MoU
P2KH
PBLK
POS
PPHP
PUPR
RAB
RAKH
RDTR
RTH
RTRW
SKPD
SNVT PBL

Kerangka Acuan Kerja


Konsultan Koordinator Program Pengembangan Kota Hijau
Memorandum of Understanding
Program Pengembangan Kota Hijau
Penataan Bangunan dan Lingkungan Khusus
Prosedur Operasional Standar
Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Rencana Anggaran Biaya
Rencana Aksi Kota Hijau
Rencana Detail Tata Ruang
Ruang Terbuka Hijau
Rencana Tata Ruang Wilayah
Satuan Kerja Perangkat Daerah
Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Penataan Bangunan
dan Lingkungan
Standar Pelayanan Minimal
Surat Perintah Membayar
Surat Perintah Mulai Kerja
Tahun Anggaran
Urban Greening Forum

SPM
SPM
SPMK
TA
UGF

Panduan Penyelenggaraan

ix

x Panduan Penyelenggaraan

BAB 1
PENDAHULUAN

Panduan Penyelenggaraan

11

1.1. Latar Belakang


Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan
sumberdaya air dan energi secara efektif dan efisien, mengurangi limbah,
menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan,
mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan
perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan.
Kota Hijau juga merupakan kota yang melakukan adaptasi dan mitigasi
terhadap perubahan iklim. Pengembangan Kota Hijau juga berarti
pembangunan manusia kota yang berinisiatif dan bekerjasama dalam
melakukan perubahan dan prakarsa bersama seluruh pemangku kepentingan.
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang telah secara
tegas mengamanatkan 30% dari wilayah kota berwujud Ruang Terbuka Hijau
(RTH), yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Pengalokasian 30%
RTH ini ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda) tentang RTRW Kota dan
RTRW Kabupaten.
Sejak tahun 2011 yang lalu, Kementerian Pekerjaan Umum c.q. Direktorat
Jenderal Penataan Ruang telah menginisiasi lahirnya Program Pengembangan
Kota Hijau (P2KH) sebagai salah satu bentuk implementasi Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota/Kabupaten dengan melibatkan partisipasi aktif
pemangku kepentingan pada aras lokal untuk meningkatkan kualitas ruang
perkotaan. Untuk mewujudkan kota hijau, P2KH menerapkan sub-sistem
lingkungan kota yang diistilahkan dengan 8 (delapan) atribut Kota Hijau, yaitu
(1) perencanaan dan perancangan kota yang ramah lingkungan; (2)
ketersediaan ruang terbuka hijau; (3) peningkatan peran masyarakat sebagai
komunitas hijau; (4) pengelolaan sampah ramah lingkungan; (5) pengelolaan
air yang efektif; (6) penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan; (7)
konsumsi energi yang efisien; dan (8) bangunan hijau.
Sampai dengan tahun 2016 ini sudah 165 Kota/Kabupaten yang menjadi
anggota P2KH. Pada tahun 2016 Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat c.q. Direktorat Bina Penataan Bangunan Direktorat Jenderal
Cipta Karya akan menangani 21 (dua puluh satu) Kota/Kabupaten peserta
penjaringan 2015 dan 40 (empat puluh) Kota/Kabupaten yang mendapat
fasilitasi lanjutan dari 2015.

12 Panduan Penyelenggaraan

1.2. Maksud dan Tujuan


1.2.1. Maksud
Panduan penyelenggaraan ini disusun agar pelaksanaan P2KH 2016 dapat
berjalan secara tertib administrasi, tertib mutu, dan tertib waktu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan.

1.2.2. Tujuan
Panduan penyelenggaraan ini bertujuan untuk:
a.

Memberikan panduan pelaksanaan tugas yang efektif, efisien, transparan,


dan akuntabel dalam rangka perwujudan Kota Hijau melalui
pengembangan delapan atribut Kota Hijau, sesuai dengan target capaian
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
dan

b.

Memberikan panduan pelaksanaan koordinasi antara Pemerintah Pusat


dalam hal ini Direktorat Bina Penataan Bangunan, dengan Satker Penataan
Bangunan dan Lingkungan (PBL) yang berkedudukan di Provinsi serta Tim
Swakelola dan Tim Teknis Kota/Kabupaten dalam pelaksanaan P2KH tahun
2016.

1.3. Sasaran
Sasaran pelaksanaan kegiatan dalam panduan penyelenggaraan ini adalah :
a. Tercapainya peningkatan kinerja Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kota/Kabupaten dalam penyelenggaraan P2KH Tahun 2016;
dan
b. Terselenggaranya koordinasi antara Pemerintah melalui Kementerian
PUPR dengan Satker, Pemerintah Kota/Kabupaten dalam penyelenggaraan
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan.

1.4. Ruang Lingkup


Lingkup pelaksanaan kegiatan P2KH 2016 difokuskan pada perencanaan
perwujudan kota hijau, pembinaan Forum Komunitas Hijau (FKH), dan
pembangunan RTH di wilayah administratif kota dan kawasan fungsional
perkotaan di wilayah administratif kabupaten.

Panduan Penyelenggaraan

13

1.5. Dasar Hukum


Dasar hukum pelaksanaan P2KH meliputi:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
2.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

3.
4.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;

5.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan


Undang-Undang Bangunan Gedung;
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan
BMN;
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;

7.
8.
9.

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan


Jasa;

10. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas
Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah;
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Bangunan Gedung Negara;
13. Peraturan Kementerian Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan;
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Pelaksanaan Penetapan Status Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara di Lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum;
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang
Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri;

14 Panduan Penyelenggaraan

17.

18.

19.

20.

21.
22.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2012 tentang


Rencana Aksi Nasional Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Tahun
2012-2020 Kementerian Pekerjaan Umum;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/PRT/M/2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
02/PRT/M/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Penetapan Status
Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan
Barang Milik Negara di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2014 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 tentang
Pedoman Perencanaan Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2014 tentang
Pengelolaan Air Hujan pada Bangunan Gedung dan Persilnya;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2015 tentang
Bangunan Gedung Hijau.

1.6. Dasar Pelaksanaan Kegiatan


Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang
Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri pada Bab III
pasal 3 disebutkan bahwa urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kementerian meliputi kegiatan sub-bidang sumber daya air, bina marga,
perkotaan perdesaan, air minum, air limbah, persampahan, drainase,
permukiman, bangunan gedung dan lingkungan, jasa konstruksi serta kegiatan
penataan ruang dapat dilaksanakan melalui SNVT yang melaksanakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dilaksanakan
sendiri dan yang tidak dilaksanakan oleh Satker Tetap Pusat dan Satker Unit
Pelaksana Teknis Pusat.

Panduan Penyelenggaraan

15

BAB 2
SUBSTANSI P2KH 2016

16 Panduan Penyelenggaraan

2.1. Penjelasan Umum tentang P2KH


Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) merupakan prakarsa mulia dan
bentuk tanggung jawab yang secara sinergi dikembangkan Pemerintah Pusat
(Kementerian PUPR) bersama dengan pemerintah Kota/Kabupaten guna
mewujudkan tercapainya ruang perkotaan yang lebih berkualitas bagi semua
melalui upaya perencanaan yang baik dan percontohan perwujudan 8
(delapan) atribut kota hijau secara terpadu sesuai amanat Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Kota hijau akan dapat terwujud oleh adanya kesadaran, niat baik, perencanaan
yang cermat, kerja keras yang sungguh-sungguh oleh semua pemangku
kepentingan secara sinergi, serta terlembaga dalam suatu sistem tatanan
secara kuat yang didukung oleh peraturan perundang-undangan yang
dilaksanakan secara konsisten dan bertanggung jawab.
Karakter P2KH yang inovatif, partisipatif, dan sinergis merupakan faktor kunci
dalam perwujudan Kota Hijau yang berkelanjutan. Inovatif dalam hal ini adalah
berorientasi pada aksi nyata dan solusi berkelanjutan untuk masalah
perkotaan. Partisipatif yaitu P2KH diselenggarakan melalui kolaborasi aktif
pemerintah, swasta, komunitas, dan masyarakat (gerakan kolektif kota hijau).
Sinergis yang dimaksud adalah P2KH sebagai platform untuk sektor-sektor,
sekaligus pemberdayaan bagi seluruh stakeholder.
Penyelenggaraan P2KH diharapkan dapat menjadi tonggak pembelajaran serta
penyempurnaan konsep dan langkah-langkah dalam membangun sinergi
bersama pemerintah kota dan kabupaten untuk mewujudkan kota yang
mampu menyandang delapan atribut kota hijau.
Secara substansi P2KH bersinergi dengan Rencana Jangka Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, khususnya dalam program
fasilitasi kota dan kawasan perkotaan dalam pemenuhan SPP dan
pengembangan Kota Layak Huni, Kota Hijau, dan Kota Cerdas. Dengan target
sasaran pada tahun 2019 terselnggara di 18 kota, 12 kawasan perkotaan
metropolitan, dan 744 kota/kawasan perkotaan.

Panduan Penyelenggaraan

17

Gambar 2.1. Sasaran RPJMN 2015-2019 terkait Program Kota Hijau

2.2. Maksud dan Tujuan P2KH


2.2.1. Maksud
P2KH dimaksudkan untuk merespon isu pengubahan iklim dan pengurangan
emisi gas karbon dalam skala nasional serta aksi nyata perwujudan amanat
UUPR (Undang-Undang Penataan Ruang) tentang pencapaian 30% RTH di
wilayah perkotaan dan amanat Perda BG di setiap daerah. Dalam skala global,
perwujudan visi kota berkelanjutan secara jelas tertuang dalam Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG),
khususnya tujuan no. 11, yakni membangun kota dan pemukiman warga yang
inklusif, aman, dan kukuh/berkelanjutan yang juga selaras tujuan P2KH.

2.2.2. Tujuan
Secara umum, P2KH bertujuan untuk mewujudkan permukiman perkotaan
yang layak huni dan berkelanjutan melalui penerapan 8 atribut kota hijau.
Secara rinci pelaksanaan program ini terpadu dan bertahap sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan lokal bertujuan untuk:

18 Panduan Penyelenggaraan

1.
2.
3.
4.

Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan


perencanaan dan perancangan kota yang ramah lingkungan;
Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan
tersedianya RTH;
Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan
konsumsi energi yang efisien;
Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan
pengelolaan air yang efektif;

5.

Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan


pengelolaan sampah ramah lingkungan;

6.

Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan


bangunan hijau;

7.

Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan


penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan; dan

8.

Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam mewujudkan


peningkatan peran masyarakat sebagai komunitas hijau.

2.3. Sasaran dan Peserta P2KH 2016


2.3.1. Sasaran P2KH 2016
Secara umum, sasaran P2KH 2016 adalah terselenggaranya upaya perwujudan
atribut Kota Hijau, melalui:
1.

Meningkatnya luasan RTH publik perkotaan yang berkualitas sehingga


menjadi standar acuan pembangunan RTH, khususnya taman kota di
Indonesia

2.
3.

Tersusunnya dokumen perencanaan Taman Kota Hijau yang mengacu


pada penerapan atribut kota hijau
Tersusunnya Masterplan Kota Hijau

4.

Terbentuknya Forum Komunitas Hijau (FKH)

5.
6.

Tersusunnya Peta Komunitas Hijau


Terselenggaranya Festival Hijau dan Aksi Komunitas Hijau

2.3.2. Peserta P2KH 2016


Pada tahun anggaran 2016, peserta P2KH berjumlah 21 (dua puluh satu)
Kota/Kabupaten peserta penjaringan 2015 dan 26 (dua puluh enam)
Kota/Kabupaten yang mendapat fasilitasi lanjutan dari 2015. Syarat

Panduan Penyelenggaraan

19

kepesertaan P2KH khususnya peserta baru adalah Kota/Kabupaten yang telah


memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.
Perda RTRW Kota/Kabupaten yang sudah disahkan sesuai dengan UU
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
2.
3.
4.

Perda Bangunan Gedung


Kepemimpinan daerah yang kuat dan visioner terhadap perwujudan
kota berkelanjutan;
Komitmen untuk melaksanakan aksi nyata yang positif;

5.
6.

Alokasi APBD untuk pendampingan P2KH; dan


Prioritas penanganan pada Kota/Kabupaten untuk perwujudan sistem
perkotaan nasional meliputi PKN, PKSN dan PKW (termasuk dalam
lingkup koridor MP3EI); dan

7.

Prioritas penanganan pada Kota Metropolitan, Kota Besar, dan Kota


Sedang, sebagai aksi pengendalian pertumbuhan kota yang cepat
dengan tetap berlandaskan visi kota berkelanjutan.

8.

2.4. Atribut Kota Hijau


Gambaran mengenai kota hijau adalah kota yang memiliki 8 (delapan) atribut
kota hijau, meliputi:

2.4.1. Perencanaan dan Perancangan Kota yang


Ramah Lingkungan (Green Planning and Design)
Peningkatan kualitas rencana tata ruang dan rancang kota yang lebih adaptif
terhadap karakter lingkungan fisik alami (biofisik) kawasan, serta
mengupayakan adaptasi dan mitigasi terhadap isu perubahan iklim. Kegiatan
yang terkait atribut ini antara lain penyusunan Masterplan Kota Hijau, dan
penyusunan Rencana Rinci seperti RDTR dan RTBL dengan memperhatikan
ketersediaan dan kualitas RTH, serta koridor hijau.

2.4.2. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (Green Open


Space)
Peningkatan kuantitas dan kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) sesuai
karakteristik kota/kabupaten dengan target minimal 30% dari seluruh luasan
perkotaan sesuai yang direncanakan dalam RTRW. Kegiatan yang terkait atribut
ini antara lain pembangunan taman kota hijau, hutan kota, nursery, koridor
hijau di kawasan perkotaan untuk menambah luas RTH kota.

20 Panduan Penyelenggaraan

2.4.3. Konsumsi Energi yang Efisien (Green Energy)


Pemanfaatan energi yang efisien dan ramah lingkungan, seperti penurunan
penggunaan energi tak terbarukan, atau pemanfaatan energi alternatif yang
terbarukan (sinar matahari, aliran air, panas bumi, pasang surut laut). Misalnya
penggunaan listrik tenaga surya dan atau listrik tenaga angin untuk lampu
penerangan jalan umum, dsb.

2.4.4. Pengelolaan Air yang Efektif (Green Water)


Peningkatan efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air,
konservasi sumberdaya air, dan cakupan akses air bersih. Antara lain
penerapan konsep zero run-off di taman kota/halaman RTH privat, penggunaan
kembali air bekas pakai, pembuatan penampungan air hujan seperti rain water
harvesting, peningkatan daya serap air ke tanah, pembuatan sistem
pengelolaan air permukaan di perkotaan, dan peningkatan kualitas lahan-lahan
yang beresiko bencana terkait air, dsb.

2.4.5. Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan


(Green Waste)
Penerapan pengelolaan limbah dan sampah perkotaan dengan menerapkan
konsep zero waste, berpinsip 3R, yakni mengurangi sampah/limbah (Reduce),
meningkatkan nilai tambah sampah/limbah (Reuse), dan mengembangkan
proses daur ulang sampah/limbah (Recycle).

2.4.6. Bangunan Hijau (Green Building)


Penerapan persyaratan bangunan gedung dengan kinerja terukur dalam
penghematan energi, air, dan sumber daya lainnya sesuai fungsi dan klasifikasi
tahapan penyelenggaraannya dalam rangka perwujudan pelaksanaan
Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung sesuai dengan UU Nomor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Permen PU
Nomor
02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau. Pembangunan gedung hijau
adalah pembangunan yang baik secara konsep maupun konstruksi bertanggung
jawab terhadap lingkungan mulai dari pemilihan tempat hingga desain,
material dan pelaksanaan konstruksi, operasional, perawatan, renovasi, serta
pemanfaatannya.

Panduan Penyelenggaraan

21

2.4.7. Penerapan Sistem Transportasi yang


Berkelanjutan (Green Transportation)
Pengembangan sistem transportasi berkelanjutan, melalui pembangunan
transportasi publik, jalur pejalan kaki, dan jalur sepeda, serta integrasi antar
moda.

2.4.8. Peningkatan Peran Masyarakat sebagai


Komunitas Hijau (Green Community)
Peningkatan pastisipasi aktif masyarakat atau komunitas dan institusi swasta
dalam perwujudan visi kota berkelanjutan. Contoh kegiatan terkait atribut ini
adalah penyusunan Peta Komunitas hijau yang melibatkan komunitas hijau,
sosialisasi program kota hijau (green campaign) kepada masyarakat, pelibatan
institusi pendidikan melalui program sekolah hijau dan kampus hijau.

2.5. Pengembangan Atribut Kota Hijau


2.5.1. Struktur dan Gugus Kebijakan P2KH Baru
Delapan atribut kota hijau patut diapresiasi. Platform Program (Green
Planning and Design, Green Open Space dan Green Community) perlu
dikembangkan/direinterpretasi. Incentive Program (Green Open Space,
Green Building, Green Water, Green Waste, Green Transportation, dan
Green Energy) perlu dilebur dan disinergiskan dalam atribut Green
Infrastructure, yang memayungi semua sub-sektor infrastruktur.
Kontribusi infrastruktur ke-PU-an pada RTH sangat diperlukan melalui
pemberian manfaatnya pada pengembangan komponen RTH, ruang
publik hijau kota, jaringan green infrastructure skala kota dan regional
yang terintegrasi dengan infrastruktur alam sehingga infrastruktur
perkotaan semakin hijau dan alami secara berkelanjutan.
Dengan mempertimbangkan isu strategis, sasaran strategis, dan
konsep pengembangan P2KH di atas, maka diperlukan model
konstruksi gugus kebijakan P2KH baru :

1. Penguatan Institusional dan Manajemen


2. Green Planning and Design
3. Infrastruktur Hijau (Green Infrastructure)

22 Panduan Penyelenggaraan

4. Green Open Space


5. Green Community and Movement
Struktur gugus P2KH baru merupakan pengembangan yang
berkesinambungan dari P2KH sebelumnya.

Gambar 2.2. Transformasi Atribut P2KH Lama-Baru

Panduan Penyelenggaraan

23

2.5.2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan P2KH

Gambar 2.3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan P2KH Baru

Gugus 1 : Green Planning and Design


Sasaran Kebijakan :
Terwujudnya dokumen perencanaan dan perancangan RTH di seluruh kawasan
perkotaan di Indonesia yang mampu menjadi acuan bagi percepatan pasokan
kuantitas RTH dan peningkatan kualitas RTH untuk mewujudkan pembangunan
kota hijau yang komprehensif dan berkelanjutan.
Strategi :
i.

Menciptakan berbagai Pedoman Umum dan Teknis Perencanaan dan


Perancangan RTH, menyusun rencana dan rancangan RTH Tematik dalam
berbagai skala dan lokasi sesuai dengan hirarkis kota dan kebutuhan
warga.

24 Panduan Penyelenggaraan

ii.

Merevitalisasi setiap ruang terbuka yang ada untuk dijadikan ruang hijau
publik (dihijaukan/greening) baik pada lahan yang dimiliki swasta maupun
pemerintah (revitalisasi).

iii.

Menyusun
rencana-rencana
pembangunan
dengan
konservasi
(development conservation) pada area perkotaan yang masih alami dan
masih didominasi oleh fungsi budidaya hijau, baik melalui konsep
rancangan Design with Nature maupun Urban Village

iv.

Menyusun rencana-rencana infrastruktur perkotaan yang bersahabat


dengan alam dan mampu memberikan kontribusi pada penciptaan RTH
perkotaan (green infrastructure).

v.

Menyusun rencana-rencana pemberdayaan RTH pada kawasan / desa


adat/ tradisional, terutama yang memiliki hukum adat (customary law)
yang kuat dalam memproteksi lingkungan alam.

vi.

Menyusun Grand Master Plan RTH perkotaan yang komprensif yang


memadukan RTH Tematik, RTH Revitalisasi, RTH membangun dengan
konservasi alam (development conservation), RTH Green Infrastructure dan
RTH Desa Tradisional/RTH Desa Adat.

vii.

Menyusun rencana-rencana lanskap regional yang melewati batas-batas


administrasi dengan menetapkan nilai-nilai dan fungsi, antara lain
pertanian, kualitas air, konservasi alam, amenitas pemandangan,
ekosistem, warisan budaya, rekreasi ruang luar (outdoor) dan regional
landscape.

Gugus 2 : Green Infrastructure


Sasaran kebijakan :

Memanfaatkan sistem infrastruktur yang sudah disediakan alam

Menciptakan rekayasa infrastuktur yang menghargai siklus harmonis


dengan alam melalui rekayasa drainase, air bersih, jalan, sanitasi,
persampahan secara berkelanjutan, sehingga mampu memberi kontribusi
pada terciptanya ruang publik hijau untuk meningkatkan kualitas ekologi
manusia di perkotaan.

Panduan Penyelenggaraan

25

Strategi :

Menginternalisasi konsep, komponen dan manfaat green infrastructure di


dalam Kementerian PUPERA, pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota.

Mapping dan mendefinisikan infrastruktur alam yang tersisa di perkotaan


Indonesia

Perencanaan green infrastructure skala kota, baik rencana infrastruktur


alam maupun rencana revitalisasi terhadap infrastruktur yang telah
terbangun.

Perencanaan green infrastructure skala wilayah.

Gugus 3 : Penguatan Institusional dan Manajemen


Sasaran kebijakan :
Menciptakan institusi pemerintah yang kuat di berbagai tingkatan yang mampu
menciptakan dan mengelola RTH perkotaan secara cepat dan berkualitas baik
pada RTH buatan maupun RTH alami.
Strategi :

Legal
Menyusun dan melegalkan berbagai pedoman dan panduan
penyelenggaraan RTH baik dari aspek teknis, institusional maupun
manajemen.

Institusional
Menciptakan kelembagaan yang kuat di tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota dengan kerangka konsep RTH berjangka panjang dengan
kapasitas SDM yang memadai dan mampu menggerakkan partisipasi RTH
di masyarakat dan swasta dalam memprogramkan, merencanakan,
membangun secara cepat dan memelihara RTH secara berkelanjutan.

Manajemen
Meningkatkan kapasitas manajemen penyelenggaraan RTH berbasis IT dan
komunitas/sektor swasta terutama di tingkat kabupaten, kota, sedemikian
sehingga kota hijau bisa menjadi gerakan masyarakat (Green Social
Movement).

26 Panduan Penyelenggaraan

Gugus 4 : Green Community & Movement


Sasaran Kebijakan :
Meningkatkan kesadaran publik (proses penyadaran) akan pentingnya kota
hijau, sehingga masyarakat bersedia belajar meningkatkan pengatahuan dan
keterampilan (kapasitas) dalam membangun RTH kota (societal learning) yang
kemudian akan menciptakan suatu kemauan untuk menjadi pemangku
kepentingan (being stakeholder) untuk berinvestasi baik pemikiran, tenaga,
maupun biaya dlam sebuah kemitraan yang terstruktur dan produktif.
Pada kondisi seperti terakhir ini, persyaratanpersyaratan munculnya Green
Movement telah mulai hadir (exist) dalam kota hijau sehinggga gerakan sosial
telah terwujud.
Strategi :

Green campaign

Penyadaran masyarakat

Penguatan kapasitas

Kemitraan

Pelibatan institusi pendidikan

Gugus 5 : Green Space


Sasaran kebijakan :
Green Open Space dipahami sebagai upaya untuk membangun RTH secara fisik
(delivery) dengan cepat dan berkualitas dan secara optimal bermanfaat bagi
warga kota baik secara ekologis, sosial, budaya dan ekonomis. Untuk itu
diperlukan strategi program agar RTH yang dibangun bisa bermanfaat secara
optimal.

Panduan Penyelenggaraan

27

Strategi :
1. Strategi program berdasarkan konsep pengembangan RTH vs ukuran kota

Kota besar
-

Prioritas 1: Revitalisasi RTH

Prioritas 2: Development Conservation (Konservasi Alam)

Kota sedang
Revitalisasi RTH dan Development Conservation (Konservasi Alam)
memiliki prioritas yang sama.

Kota Kecil
-

Prioritas 1: Development Conservation (Konservasi Alam)

Prioritas 2: Revitalisasi RTH

2. Strategi program pembangunan RTH berorientasi pada kuantitas, baik yang


diprogramkan melalui revitalisasi untuk menciptakan berbagai RTH tematik,
maupun yang direncanakan melalui rencana RTH tematik, desa tradisional,
prioritas, pembangunannya harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai
berikut :
-

readiness criteria : lahan negara, lahan siap bangun, persyaratan


administrasi

biaya murah

mudah dibangun

mudah dirawat

3. Strategi program pembangunan RTH (Green Open Space) berorientasi pada


peningkatan kualitas -baik rencana taman tematik dan taman desa
tradisional- harus memenuhi kriteria program berazas pada :
Bermanfaat bagi warga :
- Tempat berkumpul/bersosialisasi
-

Berbudaya

Nyaman

Estetika

Ekologis

28 Panduan Penyelenggaraan

4. Strategi program RTH perkotaan untuk membuat taman yang bisa menjadi
favorit warga, maka taman tersebut memenuhi kriteria :
RTH Buatan (ditangani dengan Revitalisasi RTH)

Lokasi strategis

Rindang / teduh

Indah

Luas

RTH alam (ditangani dengan Development Conservation)


-

Historis

Simbolis

Mistis

2.5.3. Konsep Pengembangan RTH Perkotaan


Untuk mencapai tujuan strategis kebijakan P2KH yang baru, diperlukan
pengembangan dan perubahan paradigma konseptual terhadap RTH
perkotaan, melalui revitalisasi, konservasi, dan pengenalan konsep
green infrastructure.

1. Revitalisasi
Pertumbuhan kota di Indonesia adalah sebuah proses urbanisasi dan
densifikasi yang terus menerus mengikis luasan ruang terbuka yang
ada. Dalam situasi seperti ini, upaya pemerintah membeli lahan untuk
RTH semakin sulit karena harga lahan yang semakin tidak terjangkau.
Di sisi lain, perencanaan kota tidak menempatkan RTH sebagai
komponen ruang struktural terpenting kota yang harus direncanakan
secara hirarkis dan tematis sehingga sebagai akibatnya ruang-ruang
terbuka yang tercipta menjadi berhamburan tidak berbentuk (non
figure) dan tidak berfungsi (junk space) yang terkesan sebagai lahanlahan terlantar.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH, diperlukan upaya
besar untuk meregistrasi dan memetakan lahan-lahan terlantar di
setiap sudut kota baik milik pemerintah maupun swasta/masyarakat
untuk direstorasi, difungsikan kembali menjadi RTH kota dalam

Panduan Penyelenggaraan

29

berbagai tema. Konsep pembangunan RTH ini dirumuskan sebagai


REVITALISASI.

2. Membangun dengan Konservasi (Development


Conservation)
Di Indonesia masih terbentang alam yang indah, namun pembangunan
kota akibat dari tingginya urbanisasi meningkatkan kebutuhan lahan
permukiman dan perkembangan pembangunan fisik yang berakibat
pada penurunan daya dukung lingkungan dan semakin minimnya
ruang terbuka hijau alami.
Padahal eksistensi bentang alam yang belum terbangun ini perlu
dipertahankan, termasuk flora dan faunanya agar tercipta suatu
kualitas kelangsungan hidup yang nyaman, menyehatkan dan
membahagiakan umat manusia secara berkelanjutan.
Ironisnya, pemerintah berusaha menambah lahan RTH perkotaan,
namun di sisi lain ruang terbuka hijau yang berupa lingkungan alam
(natural environment) dan lahan budidaya hijau seperti persawahan
di perkotaan berkurang dengan cepat.
Sebagai akibatnya, ternyata upaya pemerintah dalam menambah
capaian luasan RTH masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan
berkurangnya RTH lingkungan hijau alami dan lahan budidaya hijau,
sehingga secara netto RTH kota di Indonesia sebenarnya menyusut
dengan cepat terutama di kota-kota sedang dan kecil.
Dengan demikian amat diperllukan konsep pembangunan RTH baru,
yakni menambah RTH baru, yakni menambah RTH dengan cara
mempertahankan secara maksimal eksistensi lingkungan hijau alami
dan lahan budidaya hijau yang masih tersisa di perkotaan.
Konsep ini intinya adalah mengharmoniskan pembangunan baru dan
preservasi lingkungan alami, yang disebut sebagai DEVELOPMENT
CONSERVATION (Membangun dengan Konservasi).
Membangun dengan konservasi dilakukan dengan 2 pendekatan
design concept :
a.

Design with Nature

b.

Urban Village

30 Panduan Penyelenggaraan

3. Green Infrastructure
Pembangunan lingkungan baru perlu memperhatikan green
infrastructure dalam perencanaannya. Lingkungan baru tidak hanya
direncanakan secara ekonomis namun harus pula mempertimbangkan
hubunganya dengan alam yang menjadikan lingkungan lebih
manusiawi.
Alam sudah menyediakan infrastruktur untuk manusia. kondisi ini
harus dimanfaatkan dan jangan dirusak. Terutama infrastruktur ke-PUan harus harmonis dengan infrastruktur alam karena infrastruktur kePU-an memiliki peranan besar untuk memberi kontribusi pada green
infrastructure ke depan.
Infrastruktur hijau merupakan kerangka ekologis untuk keberlanjutan
lingkungan, sosial, dan ekonomi, sebagai sistem kehidupan alami yang
berkelanjutan. Infrastruktur hijau merupakan jaringan RTH kota untuk
melindungi nilai dan fungsi ekosistem alami yang dapat memberikan
dukungan kepada kehidupan manusia.
Infrastruktur hijau merupakan jaringan yang saling berhubungan
antara sungai, lahan basah, hutan, habitat kehidupan liar, dan daerah
alami di wilayah perkotaan; jalur hijau, kawasan hijau, dan daerah
konservasi; daerah pertanian, perkebunan, dan berbagai jenis RTH
lain, seperti taman-taman kota. Pengembangan infrastruktur hijau
dapat mendukung kehidupan warga, menjaga proses ekologis,
keberlanjutan sumber daya air dan udara bersih, serta memberikan
sumbangan kepada kesehatan dan kenyamanan warga kota (liveable
cities).
Konsep pengembangan infrastruktur untuk berkontribusi dalam
meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH perkotaan perlu
menekankan manfaat infrastruktur ke-PU-an bagi RTH dan ruang
public kota, dan menekankan manfaat hasil integrasi infrastruktur kePU-an dengan green infrastructure skala kota dan regional agar
kedepan infrastruktur perkotaan dan regional semakin harmonis, hijau
dan alami secara berkelanjutan.

Panduan Penyelenggaraan

31

2.5.4. Konsep Pengembangan Atribut Kota Hijau


2015-2019
Konsep pengembangan atribut kota hijau dikelompokkan dalam skala
kota dan kawasan. Atribut kota hijau skala kota meliputi Green
Planning, Green Community, dan Green Open Space merupakan
platform program. Atribut kota hijau skala kawasan meliputi Green
Design dan Green (Neighbourhood) Community merupakan incentive
program yang diwujudkan dalam bentuk Green Open Space, Green
Building, Green Water, Green Waste, Green Transportation dan Green
Energy.

Gambar 2.4. Konsep Pengembangan Atribut Kota Hijau

2.5.5. Rencana & Strategi Pengembangan Atribut Kota


Hijau 2015-2019
2011- 2014 difokuskan pada Platform Program yang mencakup Green
Planning and Design, Green Open Space dan Green Community.
2015-2019 difokuskan pada Incentive Program yang mencakup Green
Open Space, Green Building, Green Water, Green Waste, Green
Transportation, dan Green Energy.
Strategi pengembangan atribut kota hijau didasarkan pada prinsip :
1. Berbasis Kawasan

32 Panduan Penyelenggaraan

Pengembangan 8 atribut kota hijau dilaksanakan berbasis pada


kawasan.
2. Keterpaduan
Implementasi kawasan hijau melalui keterpaduan lintas sektoral sesuai
atribut.
3. Replikasi
Kota hijau terwujud dengan mereplikasi atribut hijau pada kawasan
lainnya.
Rencana dan strategi pengembangan atribut 2011-2019 dilihat pada
Gambar 2.2. Rencana dan Pengembangan Atribut Kota Hijau.

Panduan Penyelenggaraan

33

Pengembangan atribut dilaksanakan berbasis


pada kawasan

Kota hijau dapat terwujud dengan melakukan


replikasi perwujudan atribut hijau pada
kawasan lainnya

Implementasi kawasan hijau melalui


keterpaduan lintas sektoral sesuai dengan
atribut.

Gambar 2.5. Rencana dan Pengembangan Atribut Kota Hijau

2.6. Strategi Menuju Kota Hijau


Sebagaimana dijelaskan di depan bahwa strategi menuju kota hijau adalah
empowerment for green cities, from planning to action yang diwujudkan
dalam Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH). Strategi tersebut dijabarkan sebagai
berikut:

2.6.1. Penyusunan Green Planning and Design


Masterplan Kota Hijau penting untuk disusun sebagai pengembangan dari
dokumen perencanaan kota/kabupaten yang telah tertuang dalam RTRW
kota/kabupaten, khususnya dalam strategi perwujudan visi kota berkelanjutan.
Dalam rencana yang lebih rinci, juga diperlukan penyusunan RDTR dan RTBL
sebagai dokumen perencanaan rinci yang sebaiknya menuangkan strategi
perwujudan kota hijau dalam perencanaan spasial kota/kabupaten.

2.6.2. Penambahan RTH Publik Perkotaan


Mengingat pentingnya fungsi RTH dalam mewujudkan ruang yang produktif
dan berkelanjutan, maka perlu dilakukan langkah-langkah agar dapat mencapai
pemenuhan RTH 30% bagi kota dan kabupaten yang sampai saat ini masih
dalam upaya untuk mencapainya. Beberapa langkah berikut dapat
dilaksanakan oleh pemerintah kota dan kabupaten, yaitu:

34 Panduan Penyelenggaraan

1. Menetapkan Daerah Yang Tidak Boleh Dibangun


Di dalam Perda RTRW harus ditentukan daerah-daerah yang
diperkirakan sensitif terhadap perubahan harus dipreservasi atau
dikonservasi agar fungsi lingkungan tetap terjaga. Daerah-daerah yang
perlu dipreservasi, antara lain :
1.
2.

Habitat satwa liar;


Daerah dengan keanekaragaman hayati tinggi;

3.

Daerah genangan dan penampungan air (water retention);

4.
5.

Daerah rawan longsor;


Tepian sungai dan tepian pantai sebagai pengaman ekologis; dan

6.

Daerah-daerah yang memiliki nilai pemandangan yang bernilai


tinggi (misalnya kawasan Kelok Sembilan, kawasan pedesaan
Ubud, dsb) .

2. Menambah RTH Baru


Pemda dapat membeli lahan untuk memperbanyak pembangunan
taman lingkungan, taman kota, taman makam, lapangan oleh raga,
hutan kota, kebun raya, hutan mangrove, dan situ/danau.
3. Meningkatkan Koridor Hijau
Penanaman pohon-pohon secara massal untuk menciptakan koridor
hijau di sepanjang potensi ruang hijau, misalnya :
1. Jalur hijau dan jalan tol;
2.

Jalur pedestrian;

3.
4.

Mendorong penanaman pohon di sempadan sungai;


Mendorong penanaman pohon di tepian badan air situ dan
waduk;

5.

Mendorong penanaman pohon di sempadan rel kereta api;

6.

Mendorong penanaman pohon di saluran umum tegangan tinggi


(SUTT); dan
Mendorong penanaman bakau di sepanjang pantai.

7.

Koridor hijau dikembangkan sebagai urban park connector yang


menghubungkan RTH di seluruh kota, dilengkapi dengan jalur sepeda
dan pejalan kaki menjadi alternatif jalur transportasi kendaraan tidak
bermotor.

Panduan Penyelenggaraan

35

4. Mengakuisisi RTH Privat Menjadikan Bagian RTH

Perkotaan
Akuisisi RTH privat menjadi RTH Perkotaan melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Penerapan koefisien dasar hijau (KDH) pada lahan-lahan privat
yang dimiliki masyarakat dan swasta melalui pengurusan izin
mendirikan bangunan;
2. Pemda dapat mulai mendata dan menetapkan RTH privat
pekarangan rumah, sekolah, perkantoran, hingga pengembangan
(kawasan terpadu, pusat perbelanjaan, hotel, apartemen) sebagai
bagian dari RTH kota;
3. Kepada para pengembang, diminta untuk memenuhi kewajiban
penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum. Dalam
pengembangan kawasan dikenakan prasyarat KDH minimal 20
persen berupa taman di kawasan pengembang;
4. Warga diajak berperan serta mengelola lahan hijau pekarangan
melalui penanaman pohon rindang dan karpet hijau tanaman dan
pembuatan lubang biopori; dan
5. Pemberian insentif bagi warga mengizinkan lahannya untuk
diakuisisi berupa keringanan pajak, pajak air tanah, pembayaran
tagihan listrik dan telpon.
5. Peningkatan Kualitas RTH Kota Melalui

Refungsionalisasi RTH
RTH eksisting ditingkatkan kualitasnya sehingga fungsi ekologisnya
dapat lebih optimal, sebagai contoh :
1. Refungsionalisasi lahan milik Pemda yang berstatus HGU pada RTH
eksisting jalur hijau dikembalikan menjadi taman (misalnya yang
digunakan sebagai SPBU);
2. Mendorong revitalisasi kawasan hutan bakau;
3. Mendorong revitalisasi situ, danau, waduk, sebagai daerah resapan
air; dan
4. Penanaman rumput pada taman-taman lingkungan permukiman
yang diperkeras (lapangan bulu tangkis, tenis, dll).

36 Panduan Penyelenggaraan

6. Menghijaukan Bangunan (Green roof/Green wall)


Dilaksanakan dalam rangka menutupi keterbatasan dan kekurangan
lahan sehingga menumbuhkan kreativitas. Penghijauan bangunan
terbukti mampu menurunkan suhu kota dan menyerap gas polutan.
7. Menyusun Kebijakan Hijau
Pemerintah Daerah dan DPRD perlu segera menempatkan masalah
RTH sebagai salah satu isu penting dalam pembahasan anggaran dan
program pembangunan yang berkelanjutan. Perlu segera didorong
untuk penyusunan dan penetapan Perda tentang RTH dan Rencana
Induk RTH agar perencanaan pembangunan RTH memiliki kekuatan
hukum secara jelas dan tegas.
8. Menyusun Rencana Tindak Lanjut P2KH
UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sejalan dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2015 tentang
Bangunan Gedung Hijau mendorong disusunnya Perda Bangunan
Gedung Hijau dan Perda RTH di masing-masing Kota/Kabupaten. Di
dalamnya mengamanatkan penambahan RTH, kawasan hijau sudah
ditetapkan dalam RTRW dan didetailkan dalam RTBL.
Perlu penyusunan Rencana Tindak P2KH yang memuat langkahlangkah, program, tujuan, sasaran, peran dan tanggung jawab
Kota/Kabupaten untuk dapat mencapai pemenuhan 30% RTH dalam
jangka waktu tertentu yang disepakati Pemerintah.
9. Pemberdayaan Komunitas Hijau
Sebagai salah satu pilar penyangga terwujudnya kota hijau maka
peran masyarakat yang tergabung dalam komunitas hijau perlu segera
untuk diberdayakan. Langkah-langkah pemberdayaan komunitas hijau
dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1. Pemetaan Komunitas Hijau
Pemerintah kota dan kabupaten perlu melakukan pemetaan
terhadap komunitas hijau sehingga diperoleh profil masing-masing
komunitas tersebut. Pemetaan ini sangat
penting untuk
mengidentifikasi peran dan kemampuan yang dimiliki oleh masingmasing komunitas hijau ini.
Pemetaan komunitas hijau ini diharapkan dapat menghasilkan
profil atau gambaran mengenai komunitas hijau yang ada pada

Panduan Penyelenggaraan

37

masing-masing kota dan kabupaten peserta P2KH sehingga dapat


disusun rencana tindak lanjut untuk pemberdayaannya.
2. Penyusunan Rencana Tindak
Penyusunan rencana tindak untuk pemberdayaan komunitas hijau
perlu dilakukan oleh pemerintah kota dan kabupaten bersama
dengan seluruh komunitas hijau yang ada di masing-masing kota
dan kabupaten peserta P2KH.
Rencana tindak untuk pemberdayaan komunitas hijau ini meliputi:
identifikasi tujuan dan sasaran, peran dan tanggung jawab,
program dan langkah-langkah serta jadwal kegiatan. Hendaknya di
dalam proses penyusunan rencana tindak ini selalu mengutamakan
partisipasi dan peran seluruh anggota komunitas hijau tersebut.
3. Pelembagaan Peran Komunitas Hijau
Pelembagaan peran komunitas hijau perlu dilakukan oleh
pemerintah kota dan kabupaten untuk memupuk dan menjamin
keberlanjutan kontribusi masyarakat dalam mendukung
terwujudnya kota hijau.
Pelembagaan dapat dilakukan secara informal melalui
pengutamaan peran masyarakat secara umum atau dapat pula
ditetapkan secara formal melalui keputusan bupati/walikota.
Melalui penetapan secara formal maka komunitas hijau dapat
memperoleh kesempatan pembinaan secara lebih intensif dan
dapat mengusulkan kegiatan melalui pendanaan APBD setempat.

2.7. Kemitraan Kota Hijau


Perwujudan kota hijau merupakah upaya sinergi semua pihak dan pemangku
kepentingan, sehingga perwujudan kota hijau memerlukan kemitraan antara
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Perwujudan kemitraan dalam
mencapai 8 atribut kota hijau ini sangatlah penting dan strategis bagi
pemerinta Kota/Kabupaten. Kemitraan tersebut dibutuhkan dalam tahap
perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pengelolaan, serta evaluasi dan tindak
lanjut.
Kemitraan dalam mewujudkan kota hijau dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk yang dapat dikreasikan oleh masing-masing Kota/Kabupaten dengan
penuh dedikasi dan tanggung jawab. Dapat saja kemitraan berbentuk
kemitraan yang bersifat tanggung gugat produsen-konsumen bagi perusahaan
yang beroperasi di wilayah tersebut, berbentuk Corporate Social Responsibility
(CSR) dalam berbagai bentuk dan manfaatnya dalam rangka mewujudkan kota
hijau serta kemitraan bersama masyakat komunitas hijau, dunia pendidikan

38 Panduan Penyelenggaraan

atau organisasi keagamaan dengan sentuhan program kota hijau. Misalnya


inisiasi program Taman Kanak-kanak hijau, Sekolah Dasar Hijau, Pesantren
Hijau, Perkantoran Hijau sampai dengan Perguruan Tinggi Hijau (Green
College).

2.8. Manajemen dan Keberlanjutan


Kota Hijau
Manajemen kota hijau pada dasarnya adalah penguatan dari manajemen
penyelenggaraan penataan ruang di tiap-tiap kota dan kabupaten yang telah
mampu menyandang atribut kota hijau. Melalui inisiasi pelaksanaan P2KH, di
tiap-tiap Kota/Kabupaten peserta P2KH telah dibentuk Tim Pelaksana Kegiatan
Swakelola.
Kota hijau pada dasarnya bukanlah tujuan akhir, namun merupakan suatu
kondisi yang harus senantiasa terkelola secara baik dalam suatu sistem yang
berkelanjutan. Manajemen keberlanjutan Kota Hijau ini perlu diwujudkan
dalam bentuk collaborative community based management (CCBM). Secara
prinsip, CCBM ini adalah menempatkan masyarakat sebagai pelaku dan
masyarakat sebagai pemberdaya (enabler).

Panduan Penyelenggaraan

39

BAB 3
MEKANISME
PELAKSANAAN

40 Panduan Penyelenggaraan

3.1. Struktur Organisasi P2KH 2016

Gambar 3.1. Struktur Hubungan Tata Kerja Kegiatan P2KH 2016

3.2. Organisasi
Kepemerintahan/Struktural
3.2.1. Tingkat Pusat
Pemerintah Pusat dalam hal ini adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat c.q. Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai pembina
pelaksanaan P2KH, memiliki perangkat pelaksana sebagai berikut :

Panduan Penyelenggaraan

41

3.2.1.1. Tim Pembina P2KH


Susunan Tim Pembina P2KH adalah sebagai berikut :
Ketua
Anggota

: Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum


dan Perumahan Rakyat
: 1. Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta Karya
2. Direktur Bina Penataan Bangunan
3. Kasubdit Penataan Bangunan dan Lingkungan Khusus

Tim Pembina P2KH memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :


1.

Menetapkan rancangan program P2KH, menetapkan kriteria lokasi, dan


jumlah alokasi dana, serta mekanisme pelaksanaan kegiatan;

2.
3.

Mensosialisasikan program pada tingkat nasional; dan


Menyampaikan laporan penyelenggaraan dan evaluasi program kepada
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

3.2.1.2. Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Pusat


Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Pusat memegang peranan dalam hal
pendampingan dan pemantauan dimana secara substansi berada di Direktorat
Bina Penataan Bangunan cq. Subdit Penataan Bangunan dan Lingkungan
Khusus (PBLK) dan Konsultan Koordinator Program Pengembangan Kota Hijau
(KK P2KH).
Tabel 3.1. Tugas dan Fungsi Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Pusat

No

Pelaku

Tugas Utama

Deskripsi

1.

Subdit
Penataan
Bangunan
dan
Lingkungan
Khusus
(PBLK)
Direktorat
Bina
Penataan
Bangunan

a. Menyiapkan
panduan
penyelenggara
an P2KH

1. Menetapkan konsep dan


substansi pelaksanaan
P2KH, termasuk di
dalamnya adalah rencana
kerja, metode kerja, jadwal
kerja, indikator kerja,
milestone, tolak ukur serta
kelengkapan program
lainnya.
2. Menyusun substansi
Panduan penyelenggaraan,
manual kegiatan, bahan

42 Panduan Penyelenggaraan

No

Pelaku

Tugas Utama

Deskripsi
sosialisasi, bahan
pendampingan dan
bimbingan teknis
pelaksanaan P2KH.
3. Menyusun Prosedur
Operasional Standar (POS)
pelaksanaan monitoring
dan evaluasi pelaksanaan
P2KH TA 2016.

b. Koordinasi
pelaksanaan
P2KH

4. Mengkoordinasikan
pelaksanaan P2KH di tingkat
pusat bersama KK P2KH

c. Monitoring
dan evaluasi
pelaksanaan
P2KH

5. Memandu dan mengelola


penyelenggaraan P2KH
secara nasional dalam
rangka mencapai tujuan
dan sasaran yang telah
ditetapkan.
6. Melaksanakan pemantauan
dan penilaian terhadap
proses pelaksanaan serta
hasil-hasil yang dicapai
bersama KK P2KH dalam
rangka penyelenggaraan
P2KH.
7. Melakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan dan
hasil P2KH tahun 2016.

d. Monitoring
dan evaluasi
pelaksanaan
administrasi
P2KH

8. Berkoordinasi dengan
Satker Provinsi dalam
pelaksanaan monitoring
dan evaluasi pelaksanaan
administrasi P2KH.
9. Membuat laporan tahunan
pelaksanaan P2KH
10. Melaporkan kegiatan
pelaksanaan P2KH kepada
Dirjen Cipta Karya.

Panduan Penyelenggaraan

43

No

Pelaku

Tugas Utama
e. Pengendalian
pelaksanaan
P2KH

Deskripsi
11. Mengendalikan
pelaksanaan P2KH sesuai
jadwal yang telah
ditetapkan.
12. Menyampaikan peringatan
dan/atau teguran atas
pencapaian kinerja,
pelanggaran-pelanggaran
tata tertib dan aturan
terkait penyelenggaraan
P2KH.
13. Melakukan pengawasan
terhadap kinerja Konsultan
Koordinator (KK) P2KH

f. Peningkatan
kapasitas
daerah dan
pengembanga
n P2KH

14. Memberikan bimbingan


teknis kepada pemerintah
Kota/Kabupaten dalam hal
pengembangan P2KH.
15. Mengembangkan konsep
kemitraan dan upaya
pelibatan pihak terkait
dalam rangka menunjang
penyelenggaraan P2KH.

g. Pembinaan
P2KH

16. Melakukan pembinaan


kepada Kota/Kabupaten
dalam hal P2KH dengan
memberikan fasilitasi fisik,
fasilitasi perencanaan

h. Pengolahan
data dan
penyebarluas
an informasi

17. Mengembangkan database


pelaksanaan P2KH
18. Mengembangkan media
publikasi dalam rangka
penyebarluasan informasi
19. Mengelola data dan
informasi sebagai bahan
evaluasi program

44 Panduan Penyelenggaraan

No
2

Pelaku
KK P2KH

Tugas Utama
a. Membantu
Direktorat
BPB dan
Subdit PBLK

Deskripsi
1. Melakukan pemantauan
dan pengendalian melalui
Satker PBL terhadap
kualitas Perencanaan RTH
(Masterplan Kota Hijau dan
DED Taman Kota Hijau),
baik kualitas dalam hal
proses, produk, maupun
substansial
2. Melakukan pemantauan
dan pengendalian terhadap
kualitas pelaksanaan
festival hijau dan aksi
komunitas di
Kota/Kabupaten peserta
P2KH melalui Satker PBL
3. Mengembangan database
Forum Komunitas Hijau,
keanggotaan P2KH,
Perusahan Lokal yang miliki
program CSR dalam bidang
Lingkungan Hidup
4. Membantu Direktorat BPB
dalam penjaring Peserta
Baru Program
Pengembangan Kota Hijau
dan melakukan
pemantauan dan
pengendalian terhadap
dokumen Rencana Aksi
Kota Hijau yang disusun
oleh Kota/Kabupaten
peserta baru P2KH
5. Mengembangkan database
lokasi RTH Publik di
Kawasan Perkotaan,
sehingga dapat terpantau
persentase RTH di Kawasan
Perkotaan di Indonesia
sesuai amanat Undang-

Panduan Penyelenggaraan

45

No

Pelaku

Tugas Utama

Deskripsi
Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan
Ruang
6. Melaksanakan fungsi
manajemen teknik pada
setiap tahapan
pembangunan RTH
(persiapan, perencanaan,
dan pelaksanaan)
7. Memberi rekomendasi dan
solusi ke Subdit PBLK terkait
teknis operasional
Penyelenggaraan
Pembangunan RTH

b. Membantu
Kota/Kabupat
en Peserta
P2KH

8. Memberikan supervisi
awal/konsultasi terkait
proses penyelesaian output
P2KH (Perencanaan RTH,
Pembangunan RTH,
Pembentukan FKH,
Penyusunan Peta
Komunitas Hijau,
Penyelenggaraan Festival
Hijau dan Aksi Komunitas
Hijau), dengan
berkoordinasi dengan
Satker PBL
9. Memberikan masukan
teknis kepada Tim
Swakelola dan Tim Teknis
P2KH di Kota/Kabupaten
melalui PPK PELAKSANAAN

c. Membantu
dalam
penyelenggar
an
pelaksanaan

10. Membantu kinerja PPK


PELAKSANAAN di Provinsi
dalam Perencanaan RTH
dan Pembangunan RTH
penyelenggaran
pelaksanaan Pembangunan
dan perencanaan Fisik RTH

46 Panduan Penyelenggaraan

No

Pelaku

Tugas Utama

Deskripsi

d. Melakukan
koordinasi
dengan
pemangku
kepentingan

11. Koordinasi dengan


Direktorat BPB, yaitu
dengan Subdit PBLK

e. Memfasilitasi
rangkaian
kegiatan
P2KH skala
Nasional

13. Memfasilitasi kegiatan


pertemuan Lokalatih Forum
Komunitas Hijau (FKH)
14. Menfasilitasi pelaksanaan
Kegiatan Forum Kota
(Urban Greening Forum)

f. Pelaporan
pelaksanaan
kegiatan

15. Berkewajiban melakukan


pelaporan pelaksanaan
kegiatan kepada Subdit
PBLK

12. Koordinasi dengan pihak


pemangku kepentingan
Kota Hijau dalam rangka
pelaksanaan Kegiatan
Forum Kota (Urban
Greening Forum)

3.2.2. Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Provinsi


Subdit PBLK memiliki Satker/SNVT Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) di
Tingkat Provinsi yang ditunjuk sebagai Pejabat Pembuat Komitmen
Pelaksanaan berperan sebagai Pelaksana Kegiatan P2KH di Tingkat Provinsi.
Dalam melaksanakan fungsi pemantauan dan evaluasi, Satker Provinsi akan
dibantu oleh Konsultan Koordinator (KK) P2KH dan Konsultan Supervisi.
Tabel 3.2. Tugas dan Fungsi Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Provinsi

No
1.

Pelaku

Tugas Utama

Deskripsi

Satker PBL
Provinsi

a. Sosialisasi dan
pembinaan
P2KH

1. Mensosialisasikan P2KH di
tingkat provinsi untuk
Kota/Kabupaten calon
peserta P2KH baru.

b. Koordinasi
pelaksanaan
P2KH

2. Melakukan koordinasi
secara reguler dengan Tim
Pelaksana P2KH di Tingkat

Panduan Penyelenggaraan

47

No

Pelaku

Tugas Utama

Deskripsi
Pusat dalam pelaksanaan
P2KH

c. Monitoring dan
evaluasi
pelaksanaan
P2KH

3. Menyelenggarakan Rakor
Monev sesuai dengan
tahapan pelaksanaan P2KH.
4. Melakukan pemantauan dan
koordinasi pelaksanaan
P2KH di Kota/Kabupaten
untuk menjamin mutu
produk dan
penyelenggaraan
administrasi P2KH.
5. Melakukan proses
pengadaan barang dan jasa.
6. Melaporkan hasil monitoring
progres pelaksanaan
kegiatan P2KH di
Kota/Kabupaten secara
reguler, baik secara fisik dan
keuangan kepada Direktur
Bina Penataan Bangunan
melalui Subdit PBLK
7. Membuat laporan dengan
Sistem Akuntansi Instansi
(SAI) dan Simak;

d. Pengendalian
pelaksanaan
P2KH

48 Panduan Penyelenggaraan

8. Membuat dan
menyampaikan laporan
khusus sebagai tindakan
antisipatif apabila
ditemukan permasalahan
dan hambatan di lapangan,
serta membantu upaya
penyelesaian atas
permasalahan yang
dihadapi, baik yang sifatnya
teknis maupun administratif.

No

Pelaku

Tugas Utama
e. Serah terima
hibah

Deskripsi
9. Melakukan serah terima
hibah aset Taman Kota Hijau
kepada Kota/Kabupaten.

f. Pembentukan
10. Membentuk Tim PPHP
Tim PPHP (Panitia
dalam kegiatan kontraktual
Penerima Hasil
yang terdiri dari unsur
Pekerjaan)
Satker PBL Provinsi dan
unsur SKPD Kota/Kabupaten
Peserta P2KH
2

PPK
Pelaksanaan

a. Sebagai PPK
Pelaksanaan

1. Melakukan koordinasi
dengan Subdit PBLK
2. Menyelenggarakan kegiatan
P2KH di Kota/Kabupaten
3. Menjamin keterbukaan
informasi pelaksanaan P2KH
pada tingkat
Kota/Kabupaten.
4. Menjaga data teknis dan
akuntansi.
5. Melaporkan seluruh hasil
pelaksanaan kegiatan pada
Satker Provinsi yang
ditembuskan kepada
walikota/bupati setempat.

3.2.3. Tim Pelaksana P2KH di Tingkat


Kota/Kabupaten
Penyelenggara P2KH 2016 di tingkat Kota/Kabupaten terdiri dari Tim Swakelola
Kota/Kabupaten yang ditetapkan oleh Walikota/Bupati yang berkoordinasi
dengan Satker PBL di Provinsi dan PPK Pelaksana, serta Konsultan Perencana
maupun Kontraktor Pembangunan RTH setelah melalui proses pengadaan.

Panduan Penyelenggaraan

49

Tabel 3.3. Tugas dan Fungsi Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Kota/Kabupaten

No

Pelaku

Tugas Utama

Deskripsi

1.

Bupati/
Walikota

a. Pembentukan
Tim
Swakelola
Kota/Kabupat
en

1. Membentuk Tim Swakelola


yang terdiri dari unsur-unsur
Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan Forum
Komunitas Hijau (FKH)

2.

Tim Teknis
Kota/
Kabupaten

b. Bertugas
membantu
PPK

2. Melakukan monitoring
perencanaan kegiatan mulai
dari penyusunan DED hingga
penyusunan RAB sebelum
disahkan oleh PPK
3. Melaksanakan koordinasi,
sinkronisasi, dan konsultasi
kegiatan dengan instansi
terkait dlam rangkaian
kegiatan yang ada di
Kota/Kabupaten
4. Melakukan monitoring,
evaluasi dan melaporkan hasil
monev pelaksanaan kegiatan
sedang berlangsung kepada
PPK Pelaksanaan

3.

Tim Swakelola
Kota/
Kabupaten

c. Bertugas
sebagai PPHP

5. melakukan pemeriksaan hasil


pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa sesuai dengan
ketentuan yang tercantum
dalam Kontrak
6. menerima hasil Pengadaan
Barang/Jasa setelah melalui
pemeriksaan/ pengujian
7. membuat dan
menandatangani Berita Acara
Serah Terima Hasil Pekerjaan

a. Persiapan
penyelenggar
aan P2KH

1. Menyiapkan penyelenggaraan
P2KH pada tingkat
Kota/Kabupaten;

50 Panduan Penyelenggaraan

No

Pelaku

Tugas Utama
b. Pelaksanaan
kegiatan
P2KH

Deskripsi
2. Melakukan koordinasi dengan
Satker Provinsi, dan PPK P2KH
Kota/Kabupaten, terkait
kegiatan Perencanaan RTH
(Masterplan Kota Hijau dan
DED Taman Kota Hijau)
3. Melakukan kegiatan
Pembentukan FKH dan
berkonsolidasi dengan FKH
untuk melaksanakan kegiatan
swakelola (Peta Komunitas
Hijau, Festival Hijau, dan Aksi
Komunitas Hijau)
4. Mengurus dan
mengkoordinasikan pencairan
ke Satker Provinsi untuk
kegiatan swakelola FKH (Peta
Komunitas Hijau, Festival
Hijau, dan Aksi Komunitas
Hijau) demi lancarnya
pelaksanaan kegiatan
5. Berdiskusi intens dengan FKH
untuk aktivasi penyadaran
masyarakat untuk
mewujudkan kota hijau

4.

Forum
Komunitas
Hijau (FKH)

a. Pelaksanaan
kegiatan
P2KH

1. Setelah FKH terbentuk oleh


Tim Swakelola, FKH
melakukan penyusunan Peta
Komunitas Hijau
2. Melaksanakan kegiatan
Festival Hijau dan Aksi
Komunitas Hijau

Panduan Penyelenggaraan

51

3.3. Tata Laksana Kegiatan


3.3.1. Prinsip dan Pendekatan
3.3.1.1. Prinsip-prinsip
Penyelenggaraan P2KH dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. PPK Pelaksanaan pada Satker PBL bekerjasama dengan Tim Swakelola
P2KH Kota/Kabupate adalah pelaku utama sedangkan Pemerintah Pusat
berperan sebagai fasilitator dalam mewujudkan tercapainya atribut kota
hijau;
2. Transparansi dan akuntabilitas, artinya penyelenggaraan kegiatan
dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan, serta
masyarakat dan pihak terkait berhak mendapatkan informasi yang
dibutuhkan;
3. Kesetaraan, artinya penyelenggaraan P2KH dilaksanakan dengan tidak
membedakan kepentingan kelompok tertentu, masyarakat tertentu, dan
ras atau agama tertentu;
4. Tanggap bencana, artinya penyelenggaraan P2KH selalu mengedepankan
tindakan pencegahan akan timbulnya bencana baik berupa langkah
antisipatif terhadap bencana alam maupun bencana yang ditimbulkan dari
praktik-praktik kesalahan penyelenggaraan penataan ruang;
5. Harmoni dan estetik, artinya penyelenggaraan P2KH harus dilaksanakan
dengan mengedepankan keharmonisan lingkungan sehingga menghasilkan
estetika yang tinggi;
6. Berjatidiri, artinya penyelenggaraan P2KH harus berdampak kepada
tumbuh dan berkembangnya kehidupan sosial dan budaya serta
keunggulan-keunggulan daerah yang ada; dan
7. Berkelanjutan, artinya penyelenggaraan P2KH harus berdampak pada
tumbuh dan berkembangnya biota dan plasma nutfah endemik dalam
rangka mencapai keseimbangan tingkat produksi dan konsumsi terhadap
sumberdaya alam dan lingkungan.

3.3.1.2. Pendekatan
Penyelenggaraan P2KH dilaksanakan menggunakan pendekatan pelaksanaan
sebagai berikut :
1. Regulatif, penyelenggaraan P2KH dilaksanakan melalui peraturanperaturan yang efektif guna menjamin terciptanya keadilan, kesetaraan,

52 Panduan Penyelenggaraan

dan harmoni dalam pemanfaatan ruang ruang yang berjatidiri dan


berkelanjutan;
2. Partisipatif, penyelenggaraan P2KH melibatkan seluruh unsur masyarakat
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai dengan
pemeliharaan hasil-hasil kegiatannya;
3. Keterpaduan, program yang dilaksanakan dalam
keterkaitan secara sinergi dengan program lainnya;

P2KH

memiliki

4. Penguatan Kapasitas Kelembagaan, pelaksanaan P2KH diupayakan dapat


mendorong sinergi serta terbentuknya kelembagaan yang efektif dan
berkelanjutan; dan
5. Kemitraan, pelaksanaan P2KH diupayakan agar dapat mendorong
terwujudnya kemitraan tiga pihak (pemerintah, masyarakat, dan dunia
usaha) dalam rangka mewujudkan kota hijau.

3.3.2. Indikator Kinerja P2KH


Kinerja pelaksanaan P2KH Tahun 2016 adalah peningkatan fasilitasi kota dan
kawasan perkotaan dalam pemenuhan SPP dan pengembangan Kota Layak
Huni, Kota Hijau, dan Kota Cerdas sesuai sasaran RPJMN 2015-2019, yang
dapat dicapai yang diukur dengan indikator sebagai berikut:
1. Terlaksananya penyebarluasan informasi P2KH secara efektif oleh seluruh
pemangku kepentingan dalam P2KH;
2. Terlaksananya kegiatan Perencanaan RTH (Masterplan Kota Hijau dan DED
Taman Kota Hijau) di 29 Kota/Kabupaten
3. Terbentuknya Forum Komunitas Hijau (FKH) di 21 Kota/Kabupaten;
4. Tersusunnya Peta Komunitas Hijau di 22 Kota/Kabupaten;
5. Terlaksananya kegiatan Aksi Komunitas Hijau di 23 Kota/Kabupaten;
6. Terlaksananya kegiatan Festival Hijau di 23 Kota/Kabupaten;
7. Terbangunnya RTH (Taman Kota Hijau) di 38 lokasi yang telah siap;
8. Terbangunnya kemitraan pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam
rangka mewujudkan kota hijau pada seluruh Kota/Kabupaten peserta
P2KH, dan;
9. Meningkatnya kapasitas pemerintah daerah dalam mencapai delapan
atribut Kota Hijau pada seluruh Kota/Kabupaten peserta P2KH.

Panduan Penyelenggaraan

53

3.3.3. Indikator Data Input


Indikator data input adalah terjemahan dari 3 (tiga) atribut Kota Hijau utama,
meliputi:
1. Green Planning and Design
Dalam implementasinya, green planning and design diwujudkan melalui
kegiatan Perencanaan RTH, yang meliputi :
Penyusunan Masterplan Kota Hijau, yang memuat tahapan pencapaian
8 (delapan) atribut Kota Hijau sebagai penajaman dari Rencana Aksi
Kota Hijau (RAKH) Kota/Kabupaten yang telah disusun sebelumnya.
Penyusunan DED Taman Kota Hijau, berdasarkan lokasi yang
diprioritaskan sebagai RTH dalam Masterplan Kota Hijau, sebagai acuan
Pembangunan RTH di tahun berikutnya.
2. Green Community
Partisipasi masyarakat dalam mensosialisasikan pentingnya kota hijau
secara umum dan dapat diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan dengan
memanfaatkan RTH untuk aktivitas bagi Forum Komunitas Hijau (FKH).
Untuk mewujudkan kegiatan FKH tersebut dapat dilakukan dengan cara :
Melalui penyelenggaraan Festival Hijau (Green Festival) antara lain
kegiatan seni di ruang terbuka hijau atau di salah satu taman kota
yang memadai;
Melalui penyelenggaraan Aksi Komunitas terkait 8 (delapan) atribut
kota hijau. Kegiatan dapat berupa lokalatih (workshop), kampanye isu
tertentu, atau model kegiatan lain. Contoh: tanam pohon, kampanye
naik sepeda ke kantor/sekolah, membuat sumur resapan,
membangun mikrohidro, membuat bank sampah, lokalatih daur
ulang, lomba lingkungan, peta jalur sepeda, peta sampah, dll. ; dan
Ikut serta dalam Kegiatan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (FKH) yang
dilaksanakan di pusat agar terbentuk jejaring FKH yang positif dan
berkesinambungan serta menambah wawasan pengetahuan Forum
Komunitas Hijau dalam pengembangan Kota Hijau
3. Green Open Space
Dalam implementasinya Green Open Space diwujudkan melalui pelaksanaan
kegiatan Pembangunan RTH, berupa Taman Kota Hijau sesuai DED yang
telah disusun. Lingkup kegiatan Green Open Space tersebut, meliputi antara
lain :

54 Panduan Penyelenggaraan

Pekerjaan penanaman softscape (pepohonan, semak, bunga, dll)


dengan rasio minimal 70% dari total luasan RTH;
Pekerjaan pemasangan hardscape (jogging track, plaza dll) dengan
rasio maksimal 30% dari total luasan RTH;
Pengadaan item lansekap lain (Contoh : sumur resapan, komposter,
bangku taman, dll); dan
Pekerjaan pemeliharaan hingga penyerahan aset hibah RTH
(selambat-lambatnya dalam kurun waktu 6 bulan).
Mengalokasikan minimal 60% dari pagu yang ditentuan untuk
pekerjaan softscape.

3.3.4. Indikator Keberhasilan Proses


Indikator yang harus dipenuhi terkait keberhasilan proses pelaksanaan
program P2KH, antara lain:
a. Kualitas dan kuantitas RTH kota/kawasan perkotaan meningkat (target
pencapaian luasan RTH minimal 30% dari kawasan perkotaan). Untuk
kegiatan implementasi fisik peningkatan kualitas dan kuantitas RTH,
harus dipilih lokasi yang strategis dan representatif dalam skala
perkotaan. Hal ini dikarenakan kegiatan pembangunan RTH tersebut
hanya berfungsi sebagai stimulus untuk keberlangsungan pemenuhan
luasan RTH di masa yang akan datang. Diharapkan lokasi dan desain RTH
yang akan dibangun dapat memberikan efek pengaruh yang secara
signifikan meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan secara
keseluruhan. Lokasi prioritas pembangunan RTH tersebut harus
ditetapkan melalui SK Walikota/Bupati sehingga berkekuatan hukum.
Adapun bentuk RTH dapat berupa taman kota, hutan kota, jalur hijau,
dll.
b. Meningkatnya program dan anggaran APBD untuk kota hijau/ RTH.
Kejelasan komitmen pemerintah Kota/Kabupaten untuk melaksanakan
inisiatif P2KH di daerah dapat ditunjukkan dengan :
Pernyataan kesiapan sharing anggaran yang ditunjukkan melalui
pencantuman kegiatan P2KH dalam APBD (DIPA) 2016, setidaknya
sama besarnya dengan fasilitasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan
Jaminan pemeliharaan RTH oleh pemerintah Kota/Kabupaten
setelah proses serah terima aset hibah RTH.
c.

Keterlibatan Tim Swakelola Kota/Kabupaten yang aktif dan koordinasi


yang intensif antara Tim Swakelola Kota/Kabupaten dan Satker Provinsi
dalam semua kegiatan P2KH yang difasilitasi oleh APBN, termasuk

Panduan Penyelenggaraan

55

pelaksanaan kegiatan FKH dengan kontribusi FKH secara aktif dan


independen (tidak bergantung pada arahan Tim Swakelola)

3.3.5. Indikator Keberhasilan Output


Indikator utama keberhasilan output kegiatan P2KH adalah pertambahan
luasan RTH di kawasan perkotaan serta didukung beberapa keberhasilan
output pelaksanaan kegiatan lainnya, antara lain :
1. Tersusunnya Perencanaan RTH (Peserta Baru)
Dokumen Perencanaan RTH, terdiri dari :
a. Masterplan Kota Hijau, yang terdiri dari :
i. Dokumen Masterplan Kota Hijau, yang memuat :
1) Gambaran umum kota (Profil Kota/Kabupaten);
2) Identifikasi Eksisting Kota/Kabupaten, yang terdiri dari
Identifikasi atribut kota hijau eksisting, Identifikasi
peraturan daerah, dan Identifikasi program di daerah
3) Tahapan pencapaian atribut kota hijau selama 5 tahun
(2016-2021)
4) Analisa lokasi prioritas RTH, untuk diusulkan menjadi
lokasi perencanaan detail (DED) Taman Kota Hijau
ii. Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala
minimal 1:25.000 dalam format A3 dan dilengkapi dengan
data peta digital. Album peta tersebut terdiri dari :
1) Peta atribut kota hijau eksisting :
Peta penggunaan lahan (land use map) dan peta
peruntukkan lahan yang tertera dalam dokumen
RTRW, sebagai dasar hukum perencanaan kota
(Green Planning and Design)

56 Panduan Penyelenggaraan

Peta RTH eksisting (Green Open Space)


Peta infrastruktur dan sistem persampahan eksisting
(Green Waste)
Peta infrastruktur dan aplikasi sistem transportasi
yang berkelanjutan (jalur pejalan kaki, jalur sepeda,
jalur transportasi publik, atau jika ada penerapan
konsep Transit Oriented Development) eksisting
(Green Transportation)
Peta infrastruktur dan aplikasi penggunaan energi
terbarukan eksisting (Green Energy)

Peta infrastruktur sumber daya air dan sistem


pemanfaatan sumber daya air, sistem pengolahan
air limbah (IPAL/IPLT) eksisting (Green Water)
Peta aplikasi penerapan bangunan eksisting yang
berprinsip ramah lingkungan (Green Building)
Peta keberadaan komunitas eksisting yang dapat
mendukung kepedulian terhadap lingkungan
(Green Community)

2) Peta rencana pencapaian atribut 5 tahun (tahun 2021),


yakni :
Peta rencana pengembangan RTH (Green Open
Space)
Peta rencana pengembangan infrastruktur dan
sistem persampahan (Green Waste)
Peta rencana pengembangan infrastruktur dan
aplikasi sistem transportasi yang berkelanjutan (jalur
pejalan kaki, jalur sepeda, jalur transportasi publik
(Green Transportation)
Peta rencana pengembangan infrastruktur dan
aplikasi penggunaan energi terbarukan (Green
Energy)
Peta rencana pengembangan infrastruktur sumber
daya air dan sistem pemanfaatan sumber daya air,
sistem pengolahan air limbah (IPAL/IPLT), rain
water harvesting atau upaya pengurangan
limpasan hujan kepada lingkungan dan sejenisnya
(Green Water)
Peta rencana pengembangan bangunan hijau atau
bangunan yang berprinsip ramah lingkungan
(Green Building)

Peta lokasi prioritas pembangunan RTH (minimal 3


lokasi) dengan skala peta 1 : 5000

Panduan Penyelenggaraan

57

b.

DED Taman Kota Hijau, yang terdiri dari :

i. Dokumen DED yang meliputi:

Siteplan yang dilengkapi legenda dan keterangan


gambar;

Gambar kerja
yang memadai untuk panduan
pelaksanaan /implementasi fisik yang terdiri dari Gambar
Rencana dan Gambar Detail Pelaksanaan;
Format
Kertas
dalam
ukuran
kertas
A3,
landscape/mendatar dengan kop di sisi kanan kertas;
dan
Sebagai bukti legal, kop ditandatangani oleh : Kepala
Satker PBL Provinsi, PPK Pelaksana, dan Perwakilan SKPD
Kota/Kabupaten yang menjadi anggota Tim PPHP/Tim
Teknis kegiatan Perencanaan RTH (Masterplan Kota Hijau
dan DED Taman kota Hijau)

ii. Dokumen Lelang :

Rencana anggaran biaya (RAB);

Rincian volume pekerjaan (Bill of Quantity); dan


Rencana kerja dan syarat-syarat teknis (RKS).

iii. Dokumen Kontrak untuk Pekerjaan Konstruksi Pembangunan


Taman Kota Hijau
2. Kegiatan Pembangunan RTH
Terbangunnya RTH publik yang terintegrasi dan aksesibel bagi
lingkungan perkotaan sekitarnya serta dapat memberikan fungsi
interaksi sosial secara aktif bagi masyarakat secara umum.
Indikator Kinerja Utama
a. Pertambahan luasan RTH (dalam % dan dalam luasan Ha, relatif
terhadap RTH eksisting); dan
b. Terbentuknya linkage antara kawasan RTH terbangun dengan
kawasan permukiman terdekat.
3. Supervisi Fasilitasi Implementasi Prakarsa Kota Hijau
Dokumen hasil supervisi secara reguler kepada pemberi kerja untuk
setiap kegiatan implementasi fisik yang dinilai kesesuaiannya dengan
DED (waktu, mutu, biaya, dan keandalan produk perencanaan dan
perancangan RTH).

58 Panduan Penyelenggaraan

Indikator Kinerja Utama :


Terlaksananya konstruksi fisik RTH perkotaan sesuai ketentuan
Permen PU Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara dimana kegiatan fisik
terlaksana secara tepat waktu, tepat mutu, dan evisiensi biaya.
4. Terlaksanakannya Kegiatan Forum Komunitas Hijau (Peserta Baru)
a. Pelaksanaan kegiatan FKH dengan ketentuan sebagai berikut:
Kegiatan Forum Komunitas Hijau sebagai rangkaian dari
kegiatan P2KH antara lain Festifal Hijau dan Aksi Komunitas;
Festival Hijau adalah kegiatan untuk membangkitkan
awareness masyarakat terhadap fungsi RTH yaitu sebagai
paru-paru kota yang harus dilestarikan, sebagai ruang interaksi
sosial masyarakat dan sebagai ruang atau wadah ekspresi
kesenian kelompok masyarakat. Adapun contoh kegiatannya
adalah sebagai berikut : festival teater, festival tari, festival
musik tradisional, festival mainan anak, dll;
Aksi Komunitas Hijau adalah upaya Forum Komunitas hijau
untuk membangun kesadaran warga terhadap atribut-atribut
Kota Hijau melalui rangkaian kegiatan sebagai suatu bentuk
aksi nyata. Adapun contoh kegiatannya adalah sebagai berikut
: penanaman sejuta pohon, kampanye naik sepeda ke
kantor/sekolah, membuat sumur resapan, membangun
mikrohidro, membuat bank sampah, lokalatih daur ulang
sampah, lomba lingkungan bersih-sehat, pemetaan jalur
sepeda/titik sampah, dll;
Festival Hijau diselenggarakan di ruang terbuka hijau atau di
salah satu taman kota yang layak, sedangkan Aksi Komunitas
dapat diselenggarakan berdasarkan lokasi komunitasnya
(antar kampung, antar RT, antar sekolah, komunitas pasar,
dsb)
Festival Hijau dan Aksi Komunitas diselenggarakan oleh FKH
dan
berkoordinasi
dengan Tim
Swakelola P2KH
Kota/Kabupaten;
Festival Hijau dan Aksi Komunitas dapat mengundang
narasumber (Konsultan Koordinator P2KH sebagai perwakilan
Pusat, Satker Provinsi);
Festival Hijau dan Aksi Komunitas diselenggarakan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip ramah lingkungan.
b. Laporan pelaksanaan kegiatan FKH berupa:
Panduan Penyelenggaraan

59

Hasil penyelenggaraan Festival Hijau di Kota/Kabupaten


masing-masing dengan menyertakan foto dokumentasi dan
report singkat pelaksanaan kegiatan; dan
Hasil penyelenggaraan Aksi Komunitas terkait salah satu dari 8
(delapan) atribut kota hijau dengan menyertakan foto
dokumentasi dan report singkat pelaksanaan kegiatan.
c. Jumlah komunitas hijau yang terbentuk dan berperan aktif dalam
mendukung P2KH minimal 3 Komunitas Hijau di masing-masing
daerah.
5.

Penyusunan Peta Komunitas Hijau (Peserta Baru)


a. Peta Komunitas Hijau tercetak ukuran A2;
b. Memuat laporan kegiatan sosialisasi, pelaksanaan survey, dan
daftar temuan survey; dan
c. Memuat data Jumlah komunitas hijau yang terbentuk dan
berperan aktif dalam mendukung P2KH.

3.3.6. Muatan Kegiatan P2KH


Tabel 3.4. Muatan Kegiatan P2KH

No.

Muatan Kegiatan

Peserta Non-Fisik
(Peserta Baru)

Peserta
Fisik

1.

Pembangunan RTH

2.

Supervisi
Pembangunan RTH
Perencanaan RTH
(Masterplan Kota Hijau
dan DED Taman Kota
Hijau)
Pembentukan Forum
Komunitas Hijau
Penyusunan Peta
Komunitas Hijau
Pelaksanaan Kegiatan
Festival Hijau
Pelaksanaan Kegiatan
Aksi Komunitas Hijau

3.

4.
5.
6.
7.

60 Panduan Penyelenggaraan

1. Kegiatan Rutin
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terlaksananya
pengadministrasian kegiatan secara tertib.
2. Kegiatan Swakelola
Keluaran yang diharapkan adalah terlaksananya kegiatan-kegiatan pada
21 Kota/Kabupaten yang mendapatkan fasilitasi non-fisik (peserta
penjaringan 2015), sebagai berikut :

Pembentukan FKH
Kegiatan FKH (Penyusunan Peta Komunitas Hijau, Pelaksanaan
Festival Hijau dan Aksi Komunitas Hijau)

3. Kegiatan Kontraktual
Keluaran yang diharapkan adalah terlaksananya kegiatan-kegiatan
dalam klasifikasi Kota/Kabupaten peserta P2KH 2016 sebagai berikut :
a.

b.

21 Kota/Kabupaten dan 8 kota/kabupaten lanjutan fasilitasi TA


2015, yang mendapatkan fasilitasi non-fisik (peserta penjaringan
2015), meliputi kegiatan Perencanaan RTH, yang terdiri dari :

Penyusunan Masterplan Kota Hijau

Penyusunan DED Taman Kota Hijau

38 Kota/Kabupaten yang mendapatkan fasilitasi fisik (lanjutan


fasilitasi TA 2015 dan DED Taman Kota Hijau yang telah disusun
pada TA 2015), sebagai berikut :

Pembangunan RTH

Supervisi Pembangunan RTH

3.3.7. Rencana Pelaksanaan P2KH Tahun 2016


Rencana pelaksanaan kegiatan P2KH dilaksanakan secara bertahap melalui
beberapa tahapan yaitu :
a. Tahap Inisiasi
Perumusan dan Penajaman Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) yang
merupakan tahap inisiasi dari pemerintah Kota/Kabupaten dalam
perwujudan Kota Hijau sesuai dengan 8 (delapan) atribut Kota Hijau.
Penajaman RAKH berupa pengembangan 8 (delapan) atribut Kota Hijau
sesuai dengan identitas hijau masing-masing Kota/Kabupaten.

Panduan Penyelenggaraan

61

b. Tahap Penjaringan
Tahap penjaringan diperuntukkan bagi Kota/Kabupaten yang berminat
ikut berpartisipasi dalam Program P2KH dan berkomitmen untuk
mewujudkan Kota Berkelanjutan. Untuk dapat menjadi anggota P2KH
Kota/Kabupaten perlu melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Kota/Kabupaten atas nama Walikota/Bupati mengirimkan surat
minat keikutsertaan P2KH kepada Direktorat Jenderal Cipta Karya;
2) Direktorat Bina Penataan Bangunan cq. Subdit PBLK mendapatkan
disposisi dan melakukan telaah, pendataan dan penyusunan
konsep surat balasan untuk kota/Kabupaten;
3) Melalui Direktorat Bina Penataan Bangunan mengundang
Kota/Kabupaten yang telah mengirimkan surat minat untuk
menghadiri Workshop Sosialisasi RAKH;
4) Dalam Workshop Sosialisasi RAKH perwakilan Pemkot/Pemda
mendapatkan pengetahuan dalam penyusunan Proposal RAKH;
5) Kota/Kabupaten diberi waktu untuk menyusun Proposal RAKH
yang kemudian diserahkan ke Direktorat BPB untuk ditelaah dan
dievaluasi lebih lanjut olah Subdit PBLK;
6) Subdit PBLK melaporkan hasil evaluasi RAKH kepada Direktur BPB
untuk mendapatkan tindak lanjut, yaitu dengan mengirimkan surat
tanggapan terhadap Proposal RAKH kepada Kota/Kabupaten;
7) Kota/Kabupaten yang lolos seleksi evaluasi Proposal RAKH
diundang dalam Penandatanganan MoU saat acara UGF.
c. Tahap Implementasi
Tahap Implementasi merupakan pilot project sebagai bentuk upaya
mendorong pemerintah Kota/Kabupaten dalam perwujudan Kota Hijau.
d. Tahap Replikasi/Up-scaling
1) Lokasi
Pada pelaksanaan P2KH 2012, telah difasilitasi sebanyak 85
(delapan puluh lima) Kota/Kabupaten;
Pada tahap up-scaling P2KH 2013, telah difasilitasi 112 (seratus
dua belas) Kota/Kabupaten antara lain 83 (delapan puluh tiga)
Kota/Kabupaten peserta P2KH 2012 dan 29 (dua puluh
sembilan) Kota/Kabupaten hasil penjaringan baru; dan
Pada tahap up-scaling P2KH 2014 memfasilitasi 107 (seratus
tujuh) Kota/Kabupaten antara lain 20 (dua puluh)
Kota/Kabupaten Batch A yang melakukan implementasi fisik
RTH dengan luasan minimal 10.000 m 2, 50 (lima puluh)
Kota/Kabupaten Batch B yang melakukan implementasi fisik

62 Panduan Penyelenggaraan

RTH dengan luasan minimal 5.000 m2, dan 37 (tiga puluh tujuh)
Kota/Kabupaten non implementasi fisik RTH.
Pada tahap up-scaling P2KH 2015 memfasilitasi 42 (empat
puluh dua) Kota/Kabupaten yang melakukan implementasi fisik
RTH dengan luasan minimal 10.000 m2 dan 31 (tiga puluh satu)
Kota/Kabupaten hasil penjaringan baru non implementasi fisik
RTH.
Pada tahap up-scaling P2KH 2016 memfasilitasi 38 (tiga puluh
delapan) Kota/Kabupaten yang melakukan pembangunan fisik
RTH, 21 (dua puluh satu) Kota/Kabupaten hasil penjaringan
baru dan 2 (dua) Kota/Kabupaten yang mendapatkan fasilitasi
non implementasi fisik RTH.
2) Aktor pelaksana
Melalui pelaksanaan P2KH 2016 dapat terjalin kerjasama antara
Pemerintah
Kota/Kabupaten
dengan
Corporate
Social
Responsibility (CSR) dalam perwujudan Kota Hijau;
3) Atribut Kota Hijau
Fokus Pelaksanaan P2KH meliputi 8 (delapan) atribut kota hijau
yaitu: Green Community, Green Planning and Design, Green Open
Space, Green Waste, Green Water, dan Green Transportation
sesuai dengan karakter lokal masing-masing Kota/Kabupaten.
e. Tahap Institusionalisasi Lintas Sektor
Tahap institusionalisasi lintas sektor merupakan tahap kemandirian
yang ditindaklanjuti oleh sektor di daerah dan kerjasama dengan dunia
usaha melalui Corporate Social Responsibility (CSR).
P2KH diselenggarakan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola sebagai
berikut :
1.

Penyelenggaraan kegiatan P2KH TA. 2016 dilakukan melalui Tugas


Pembantuan oleh Satker PBL Provinsi dan didanai melalui DIPA APBN
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

2.

Pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan dana P2KH dilakukan oleh Satker


PBL dan PPK Pelaksanaan di Provinsi;

3.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat c.q. Ditjen Cipta


Karya menetapkan Panduan penyelenggaraan, Manual, dan Prosedur
Operasional Standar (POS) sebagai pelengkap Panduan penyelenggaraan
ini untuk pelaksanaan P2KH TA. 2016.

Panduan Penyelenggaraan

63

4.

5.
6.

Pemerintah Kota/Kabupaten berkewajiban menyediakan RTH di


wilayahnya dan melakukan upaya pengembangan Atribut Kota Hijau dalam
skala kota;
Pemerintah Kota/Kabupaten berkewajiban menyediakan lokasi RTH dan
memastikan kesiapan lahannya (clearence lahan);
Walikota/Bupati berkewajiban mengawal pelaksanaan P2KH di daerahnya
masing-masing;

7.

Dana APBN untuk kegiatan P2KH dilimpahkan kepada PPK Pelaksanaan


yang berkedudukan di Satker PBL yang secara administratif melingkupi 61
(enam puluh satu) Kota/Kabupaten peserta P2KH;
8. Koordinator Tim Teknis, dan anggota Tim Teknis sekaligus menjadi Panitia
Penerima Hasil Pengadaan di masing-masing daerah;
9. Pengelolaan anggaran dilakukan secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
dan
10. Koordinasi lintas sektor di daerah (Kota/Kabupaten) dilakukan oleh Tim
Swakelola P2KH Kota/Kabupaten.
Dalam penyelenggaraannya, P2KH dilaksanakan melalui tiga bentuk kegiatan,
yaitu kegiatan administrasi, kegiatan fasilitasi dan persiapan, dan kegiatan
fasilitasi implementasi prakarsa Kota Hijau.

3.3.8. Tahapan Pelaksanaan Pembangunan RTH TA.


2016
3.3.8.1. Pelaksanaan di Tingkat Pusat
A. Tahap Persiapan
1. Direktur Jenderal Anggaran a.n. Menteri Keuangan
menyerahkan DIPA kepada Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (selaku Pengguna Anggaran) dan
diserahkan kepada Direktur Jenderal Cipta Karya (selaku
Kuasa Pengguna Anggaran) dan diserahkan kepada Satker
Penataan Bangunan dan Lingkunan (PBL) di Tingkat Provinsi;
2. Direktorat Bina Penataan Bangunan c.q. Subdit PBLK sebagai
pembina dalam pelaksanaan P2KH;
3. Subdit PBLK menyiapkan Panduan penyelenggaraan, Manual
Pelaksanaan, serta POS dalam rangka penyelenggaraan P2KH;
4. Subdit PBLK menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pelaksanaan P2KH,

64 Panduan Penyelenggaraan

disampaikan kepada Satker PBL di Provinsi dan PPK


PELAKSANAAN yang selanjutnya diteruskan kepada Tim
Swakelola Kota/Kabupaten;
5. Subdit PBLK dan Tim Pendamping melakukan pemeriksaan
terhadap dokumen kesiapan daerah meliputi sharing APBD,
lokasi RTH dan keterlibatan komunitas hijau yang
disampaikan oleh Walikota/Bupati melalui SKPD terkait
pelaksana P2KH. Apabila dokumen tidak lengkap atau tidak
ada, maka pelaksanaan P2KH untuk implementasi fisik dapat
dibatalkan;
6. Hasil pemeriksaan dokumen diteruskan ke Satker Provinsi
untuk diadakan telaah lapangan dalam hal ini kesiapan lokasi
RTH beserta dokumen lain yang diperlukan dan kemudian
dilaporkan kepada Subdit PBLK dan Tim Pendamping untuk
mendapatkan tindak lanjut.
B. Tahap Pelaksanaan
1. Direktur Bina Penataan Bangunan selaku Tim Pembina P2KH
menyelenggarakan pertemuan pembukaan P2KH 2016
sekaligus sosialisasi Panduan Penyelenggaraan dan Manual
Pelaksanaan di pusat kepada Provinsi serta Kota/Kabupaten
peserta P2KH;
2. Subdit PBLK melaksanakan kegiatan pendampingan melalui
penugasan pihak ketiga dalam bentuk penyediaan Konsultan
Koordinator P2KH (KK P2KH) dengan tugas masing-masing;
3. Konsultan Koordinator P2KH (KK P2KH) membantu Subdit
PBLK dalam pelaksanaan kegiatan P2KH di tingkat pusat
termasuk koordinasi dengan Kota/Kabupaten Peserta P2KH;
4. Subdit PBLK melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan
P2KH baik di tingkat pusat, provinsi maupun Kota/Kabupaten.

3.3.8.2. Pelaksanaan di Tingkat Provinsi


A. Tahap Persiapan
1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menerima
DIPA dan disampaikan kepada Kepala Satker PBL Provinsi
melalui Direktorat Jendral Cipta Karya cq. Direktorat Bina
Penataan Bangunan;
2. Subdit PBLK menyusun dan menyerahkan Panduan
penyelenggaraan, Manual Pelaksanaan, Kerangka Acuan

Panduan Penyelenggaraan

65

Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) kegiatan di


tingkat Provinsi kepada Kepala Satker PBL Provinsi;
3. Menteri Pekerjaan Umum dan Pekerjaan Rakyat menunjuk
dan menetapkan Pejabat Inti Satker dan PPK Pelaksanaan
yang berkedudukan di Satker PBL;
4. PPK P2KH Kota/Kabupaten dan Tim Swakelola P2KH Tahun
2014 ditunjuk oleh Satker PBL Provinsi sebagai Koordinator
Tim Teknis/PPHP dan Tim Swakelola P2KH 2016;
5. Tim P2KH Provinsi yang terdiri dari PPK Pelaksanaan dan
Satker PBL di Provinsi
memeriksa Panduan
penyelenggaraan, dan Manual P2KH 2016 serta memberi
masukan kepada Direktur Bina Penataan Bangunan.
6. Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Provinsi yang terdiri dari PPK
Pelaksanaan dan Satker PBL di Provinsi memeriksa TOR,
RAB, dan DED yang telah disusun Tim Swakelola P2KH
Kota/Kabupaten untuk menjadi bahan kesiapan dalam
proses pengadaan/lelang. Memberikan laporan hasil
pemeriksaan kepada Direktur Bina Penataan Bangunan
melalui Subdit PBLK Direktorat BPB;
7. Tim P2KH Provinsi menyusun jadwal kegiatan dan rencana
kerja.
B. Tahap Pelaksanaan
1. Tim Pelaksanaan P2KH di Tingkat Provinsi melaksanakan
koordinasi, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan yaitu
sebagai berikut :
a. Melakukan koordinasi dengan Tim Teknis/PPHP, Tim
Swakelola P2KH Kota/Kabupaten dan Tim Pelaksana
P2KH di Tingkat Pusat.
b. Melakukan monitoring/pemantauan pelaksanaan P2KH
dibantu oleh Tim Teknis/PPHP dan Konsultan Supervisi
yang dipilih melalui proses pengadaan jasa konsultansi.
c. Melakukan evaluasi bersama Konsultan Supervisi dan
dibantu oleh Konsultan Koordinator (KK) P2KH sebagai
perpanjangan wewenang monev Direktorat BPB c.q.
Subdit PBLK
d. Melaporkan hasil koordinasi, monitoring dan evaluasi
kepada Direktur Bina Penataan Bangunan melalui
Subdit PBLK yang kemudian diteruskan ke Dirjen Cipta
Karya.

66 Panduan Penyelenggaraan

2. PPK Pelaksanaan menyusun Jadwal Rencana Kerja dan


Rencana Penyerapan Anggaran.
C. Tahap Pemanfaatan
1. Tim Pelaksanaan P2KH di Tingkat Provinsi, Tim Teknis/PPHP
Kota/Kabupaten, dan Konsultan Supervisi melaksanakan
pemeriksaan akhir pelaksanaan kegiatan Pembangunan
RTH.
2. Kontraktor menyerahkan pekerjaan Pembangunan RTH
kepada Kepala Satker Provinsi dalam bentuk Berita Acara
Serah Terima.
3. PPK menyiapkan dokumen serah terima aset kepada kepala
Satker Provinsi untuk disampaikan kepada Dirjen Cipta
Karya untuk kemudian diserahkan kepada Walikota/Bupati
setelah melewati masa pemeliharaan.

3.3.8.3. Pelaksanaan di Tingkat Kota/Kabupaten


A. Tahap Persiapan
1. Walikota/Bupati
menetapkan
Tim
Swakelola
Kota/Kabupaten dengan total jumlah personil 7-11 (tujuh
sampai sebelas) orang yang terdiri atas seorang
Penanggungjawab (setingkat kepala Dinas yang menangani
P2KH sejak penyusunan RAKH atau Dinas yang ditunjuk
Walikota/Bupati), seorang Ketua (setingkat Kepala Bidang),
seorang Sekretaris (setingkat Kepala Sub-Bidang yang
merangkap sebagai anggota tim PPHP/Tim Teknis kegiatan
kontraktual), dan sejumlah anggota Tim Pelaksana
(setingkat staf yang salah satunya merangkap sebagai
anggota Tim PPHP/Tim teknis kegiatan kontraktual,
termasuk perwakilan FKH minimal 2-3 (dua sampai tiga)
orang;
2. Walikota/Bupati mengganggarkan honor tim swakelola dan
kegiatan rapat koordinasi dalam APBD, sebagai bagian dari
sharing daerah dalam pendampingan P2KH;
3. Tim Swakelola P2KH Kota/Kabupaten berkoordinasi dengan
Satker PBL Provinsi dalam pelaksanaan kegiatan P2KH di
daerah.
Tabel 3.5. Kebutuhan Tim di Tingkat Kota/Kabupaten

Panduan Penyelenggaraan

67

Peserta Non-Fisik
(Peserta Baru)

No.

Muatan Kegiatan

Peserta Fisik

1.

Pembangunan RTH

Anggota Tim
PPHP/Tim Teknis

2.

Supervisi
Pembangunan RTH

Anggota Tim
PPHP/Tim Teknis

3.

Perencanaan RTH
(Masterplan Kota
Hijau dan DED
Taman Kota Hijau)

Anggota Tim
PPHP/Tim Teknis

4.

Pembentukan
Forum Komunitas
Hijau

Tim Swakelola

5.

Penyusunan Peta
Komunitas Hijau

Tim Swakelola

6.

Pelaksanaan
Kegiatan Festival
Hijau

Tim Swakelola

7.

Pelaksanaan
Kegiatan Aksi
Komunitas Hijau

Tim Swakelola

B. Tahap Pengadaan
Pengadaan barang dan jasa pada kegiatan ini dilaksanakan mengacu
pada Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan
Keempat atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah.
C. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Swakelola
1. Tim Swakelola P2KH melakukan pembentukan FKH sesuai dengan
Panduan Penyelenggaraan dan Manual P2KH 2016;
2. Tim Swakelola P2KH khususnya FKH melaksanakan penyusunan Peta
Komunitas Hijau dan kegiatan FKH (Aksi Komunitas Hijau dan Festival
Hijau) sesuai dengan Panduan penyelenggaraan dan Manual P2KH
2016; dan

68 Panduan Penyelenggaraan

3. Tim Swakelola P2KH melakukan konsultansi substansi dan kelayakan


kegiatan dengan Tim Pelaksana P2KH di Pusat.
D. Tahap Pelaksanaan Fisik RTH
Pelaksanaan Fisik RTH disesuaikan dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Gedung Negara, yaitu sebagai berikut :
a) Melakukan pemeriksaan dan penilaian dokumen untuk
pelaksanaan konstruksi fisik, baik dari segi kelengkapan maupun
segi kebenarannya;
b) Menyusun program kerja yang meliputi jadwal waktu pelaksanaan,
jadwal pengadaan bahan, jadwal penggunaan tenaga kerja, dan
jadwal penggunaan peralatan berat;
c) Melaksanakan persiapan di lapangan sesuai dengan pedoman
pelaksanaan;
d) Menyusun gambar pelaksanaan (shop drawings) untuk pekerjaanpekerjaan yang memerlukannya;
e) Melaksanakan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan sesuai dengan
dokumen pelaksanaan;
f) Melaksanakan pelaporan pelaksanaan konstruksi fisik, melalui
rapat-rapat lapangan, laporan harian, laporan mingguan, laporan
bulanan, laporan kemajuan pekerjaan, laporan persoalan yang
timbul/dihadapi, dan surat-menyurat;
g) Membuat gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di
lapangan (as built drawings) yang selesai sebelum serah terima I
(pertama), setelah disetujui oleh konsultan manajemen konstruksi
atau konsultan pengawas konstruksi dan diketahui oleh konsultan
perencana konstruksi.
E. Tahap Pengawasan Pekerjaan Fisik (supervisi)
Pengawasan Pekerjaan Fisik RTH disesuaikan dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Gedung Negara, yaitu sebagai berikut :
a) Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan
konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan
di lapangan;
b) Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan,
serta mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan konstruksi;

Panduan Penyelenggaraan

69

c) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas,


kuantitas, dan laju pencapaian volume/realisasi fisik;
d) Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk
memecahkan persoalan yang terjadi selama pelaksanaan
konstruksi;
e) Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat
laporan mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan
masukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan
bulanan pekerjaan konstruksi yang dibuat oleh pelaksana
konstruksi;
f) Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawings) yang
diajukan oleh pelaksana konstruksi;
g) Meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di
lapangan (As Built Drawings) sebelum serah terima I;
h) Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima I,
mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan, dan menyusun
laporan akhir pekerjaan pengawasan;
i) Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, berita
acara pemeliharaan pekerjaan, dan serah terima pertama dan
kedua pelaksanaan konstruksi sebagai kelengkapan untuk
pembayaran angsuran pekerjaan konstruksi;
j) Bersama-sama penyedia jasa perencanaan menyusun petunjuk
pemeliharaan dan penggunaan bangunan gedung;
F. Tahap Pemanfaatan
a) Tim Teknis/PPHP Kota/Kabupaten dan Konsultan Supervisi
melaksanakan pemantauan kemajuan pelaksanaan mulai dari awal
hingga pemeriksaan akhir pelaksanaan kegiatan fisik;
b) Tim Teknis/PPHP Kota/Kabupaten, menyiapkan dokumentasi
lengkap kegiatan P2KH di Kota/Kabupaten untuk disampaikan
kepada PPK Pelaksanaan; dan
c) PPK Pelaksanaan menyerahkan laporan hasil pekerjaan fisik
kepada Kepala Satker PBL Provinsi untuk kemudian diteruskan ke
Direktur Bina Penataan Bangunan.
G. Tahap Serah Terima Aset
Pelaksanaan penyerahan hasil pekerjaan/aset dalam kegiatan ini
mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 2/PRT/M/2009
Pedoman Pelaksanaan Penetapan Status Penggunaan, Pemanfaatan,

70 Panduan Penyelenggaraan

Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara di


Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
a) Walikota/Bupati menyerahkan Surat Kesediaan Menerima Aset
kepada Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR; dan
b) Kepala Satker Pusat / Provinsi akan menindaklanjuti proses serah
terima aset sesuai ketentuan yang berlaku.

3.4. Bentuk Kegiatan


3.4.1. Pelaksanaan di Tingkat Pusat
Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Pusat melakukan evaluasi usulan lokasi dengan
mempertimbangkan Kriteria Persyaratan (Readiness Criteria) DJCK disamping
itu melakukan evaluasi terhadap substansi hasil perencanaan RTH disusun oleh
Tim Swakelola Kota/Kabupaten.

3.4.1.1. Kegiatan Swakelola di Tingkat Pusat


Dalam rangka penyelenggaraan P2KH akan didukung dengan pelaksanaan
kegiatan dalam bentuk swakelola sebagai berikut:

1. Workshop Penjaringan peserta baru P2KH dan Workshop


Penyusunan RAKH

2. Lokalatih FKH
3. Forum Kota (Urban Greening Forum)

3.4.1.2. Kegiatan Kontraktual di Tingkat Pusat


Kegiatan kontraktual pada prinsipnya dilaksanakan untuk mendukung
penyelenggaraan kegiatan P2KH pada tingkat pusat, terutama dalam
mendukung pelaksanaan tugas harian PMU. Pelaksanaan kontraktual pada
tingkat pusat sebagai berikut :
Konsultan Koordinator Program Pengembangan Kota Hijau (KK P2KH)
KK P2KH adalah Tim Konsultan yang membantu Subdit PBLK Direktorat Bina
Penataan Bangunan, dalam rangka mendorong keberhasilan Program
Pengembangan Kota Hijau, melalui koordinasi dengan pihak terkait di pusat
dan daerah, melakukan pemantauan dan pengendalian Rencana Aksi Kota
Hijau dan Forum Komunikasi Hijau di daerah melalui koordinasi dengan
Pemerintah Daerah, Dinas terkait dan PPK Pelaksanaan Provinsi dibawah
pembinaan Satker PBL Provinsi, dan meningkatkan kinerja pemantauan dan
pengendalian penyelenggaraan kegiatan Perencanaan RTH (Masterplan Kota
Panduan Penyelenggaraan

71

Hijau dan Penyusunan DED Taman Kota Hijau pada Tahun 2016) serta
memberikan bantuan teknis kepada Pemerintah Daerah sebagai narasumber
bila diperlukan dan memfasilitasi kegiatan P2KH yang dilaksanakan di Pusat.
Secara garis besar pendekatan dan metode pelaksanaan dibagi atas 3 (tiga)
tahapan yaitu tahap persiapan (pengumpulan data dan analisa), tahap
pelaksanaan serta tahap akhir program rencana untuk tahun berikutnya yang
pelaksanaannya dijabarkan sebagai berikut:
A. Tahap Persiapan
1.

Tim melakukan koordinasi awal dengan pihak pemberi tugas.

2.

Mempersiapkan format-format pengendalian data atau form


kuesioner serta persiapan pelaksanaan kegiatan yang terkait program.
Melakukan review kegiatan termasuk lokasi kegiatan, desain,
dokumen lelang, master schedule/kurva S dan rencana penyerapan
sebagai rekomendasi untuk PPK Pelaksanaan.
Memantau penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa yang
dilaksanakan oleh Satker Provinsi melalui e-proc dan melaporkan
kepada Tim Teknis P2B.

3.

4.

B. Tahap Pelaksanaan
1. Tim KK P2KH melakukan pertemuan rutin bulanan dengan Tim
Pelaksana P2KH Tingkat Pusat di Direktorat BPB terkait dengan hasil
inventarisasi di lapangan dan rekomendasinya ke Subdit PBLK.
2. Tim KK P2KH melakukan monitoring ke provinsi dan melaporkan isu
terkini yang mempengaruhi kinerja/pelaksanaan di lapangan
3. Memberikan saran/alternatif solusi dan rekomendasi penyelesaian
permasalahan kepada Tim Teknis KK Perencanaan RTH melalui PPK
Pelaksanaan.
4.

Menyelenggarakan Workshop Koordinasi dan Sinkronisasi Program


Pengembangan Kota Hijau pada Tengah dan Akhir Tahun, meliputi:
a.

Melakukan berbagai bentuk persiapan administratif dan teknis


yang dibutuhkan dalam rangka penyelenggaraan Kegiatan
Workshop Koordinasi dan Sinkronisasi Program Pengembangan
Kota Hijau di Jakarta;

b.

Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan semua pihak


terkait, yaitu Tim Pelaksana P2KH Tingkat Pusat, PPK Satker
PBL Provinsi sebagai pelaksanaan perencanaan RTH, Tim
Swakelola P2KH Kota/Kabupaten selaku Tim Teknis
pelaksanaan pembangunan fisik RTH dan Tim Swakelola selaku
Tim Perencanaan RTH;

72 Panduan Penyelenggaraan

c.

5.

Melaksanakan penyelenggaraan Workshop Koordinasi dan


Sinkronisasi Program Pengembangan Kota Hijau di Jakarta
sesuai perencanaan dan jadwal yang telah disusun.
Membuat pertanggung jawaban penyelenggaraan dalam bentuk
laporan pelaksanaan kegiatan yang berisikan minimal berita acara
rapat, notulensi rapat, daftar hadir serta dokumentasi rapat dan
disampaikan kepada PPK dan Tim Teknis KK Perencanaan RTH

C. Tahap Akhir
1. Tim KK memantau serah terima kelola dan aset Kegiatan
Pembangunan Fisik RTH dan Kegiatan Perencanaan RTH oleh PPK
Pelaksanaan Provinsi;
2. Tim KK memberikan rekomendasi kepada subdit PBLK untuk
keberlanjutan kegiatan Program Pengembangan Kota Hijau TA 2017.
Selain itu KK P2KH bertugas membantu kegiatan swakelola Subdit PBLK yang
bersifat Nasional dan atau yang bersifat berkelanjutan, seperti :
1. Kegiatan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (FKH)
2. Kegiatan Urban Greening Forum
3. Workshop penjaringan peserta baru Program Pengembangan Kota Hijau
dan Penyusunan RAKH
4. Membantu Direktorat BPB menjaring Peserta Baru Program
Pengembangan Kota Hijau
5. Pengembangan database Forum Komunitas Hijau, keanggotaan P2KH,
serta Terlaksananya pengembangan database lokasi RTH Publik di
kawasan Perkotaan.

3.4.2. Kegiatan di Tingkat Provinsi


Pelaksanaan kegiatan pada tingkat Provinsi pada prinsipnya adalah untuk
pendampingan teknis dan pendampingan administratif pelaksanaan P2KH di
Kabupaten/Kota melalui mekanisme Rakor Monev. Secara teknis kegiatan pada
tingkat Provinsi dilaksanakan oleh Satker PBL Provinsi, sebagai berikut:

3.4.2.1. Kegiatan Rutin di Tingkat Provinsi


Pelaksanaan kegiatan rutin pada tingkat Provinsi adalah sebagai berikut:
1. Pembayaran honorarium Tim Monitoring dan Evaluasi pada tingkat
provinsi;

Panduan Penyelenggaraan

73

2. Pembayaran
honorarium
Panitia
Pengadaan
Pemeriksa/Penerima Hasil barang dan jasa;
3. Belanja bahan ATK dan suplai komputer;

dan

Panitia

4. Belanja barang non operasional berupa:


a. Administrasi dan tata persuratan,
b. Penggandaan data, penggandaan bahan, penggandaan dokumen
dan pengumuman lelang;
5. Belanja jasa langsung lainnya berupa telepon dan internet;
6. Biaya perjalanan dalam rangka supervisi ke daerah, pembinaan dan
pengawasan/pengendalian kegiatan yang dilaksanakan oleh daerah
maupun oleh pihak ketiga;

3.4.2.2. Kegiatan Swakelola di Tingkat Provinsi


Dalam rangka penyelenggaraan P2KH akan didukung dengan pelaksanaan
kegiatan dalam bentuk swakelola yaitu penyelenggaraan Rapat Koordinasi dan
Rapat Monitoring dan Evaluasi (Monev).
Rapat Koordinasi dan Rapat Monev P2KH dilaksanakan dengan tujuan
meningkatkan peran Provinsi dalam upaya mendukung perwujudan Kota Hijau
di Kota/Kabupaten peserta P2KH 2016 serta meningkatkan koordinasi dan
monev terhadap seluruh pelaksanaan P2KH di Kota/Kabupaten agar sesuai
dengan perencanaan yang tertuang didalam petunjuk tenis baik dari mutu
pekerjaan, kualitas bahan, serta ketepatan waktu pekerjaan.
Adapun lingkup pelaksanaan kegiatan Rapat Koordinasi dan Rapat Monev P2KH
oleh SKPD Provinsi antara lain:
1. Melakukan pemantauan dan koordinasi pelaksanaan P2KH di
Kota/Kabupaten;
2. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan P2KH secara reguler baik kepada
Tim Pelaksana P2KH di Tingkat Pusat;
3. Melaporkan hasil monitoring progres pelaksanaan kegiatan P2KH di
Kota/Kabupaten secara reguler, baik secara fisik dan keuangan kepada
Direktur Bina Penataan Bangunan selaku pembina substansinya;
4. Melakukan pendampingan teknis terhadap pelaksanaan administrasi
dan keuangan pelaksanaan P2KH di tingkat Kota/Kabupaten;
5. Melakukan pendampingan dan monitoring terhadap proses
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh PPK
Pelaksanaan Satker PBL; dan
6. Menyampaikan laporan khusus sebagai tindakan antisipatif apabila
ditemukan permasalahan dan hambatan di lapangan, serta membantu

74 Panduan Penyelenggaraan

upaya penyelesaian atas permasalahan yang dihadapi, baik yang


sifatnya teknis maupun administratif.

3.4.3. Kegiatan di Tingkat Kota/Kabupaten


Sebagaimana diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan pada tingkat Kota dan
Kabupaten pada prinsipnya adalah menjadi unsur pokok bagi penyelenggaraan
P2KH pada tingkat Nasional. Sehingga penyelenggaraan P2KH pada tingkat
Kota/Kabupaten merupakan inti dari seluruh pelaksanaan P2KH. Kegiatan P2KH
pada tingkat Kota/Kabupaten dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

3.4.3.1. Kegiatan Rutin di Tingkat Kota/Kabupaten


Pelaksanaan kegiatan rutin pada tingkat Kota/Kabupaten dilaksanakan oleh
Tim Teknis/PPHP antara lain sebagai berikut :
1. Melakukan telaah dan pemahaman kontrak bersama PPK Pelaksana di
Provinsi;
2. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak;
3. Menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui pemeriksaan/
pengujian;
4. Membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan.

3.4.3.2. Kegiatan Swakelola di Tingkat Kota/Kabupaten


Dalam rangka penyelenggaraan P2KH akan didukung dengan pelaksanaan
kegiatan dalam bentuk swakelola sebagai berikut:
1. Kegiatan Penyusunan Peta Komunitas Hijau; dan
2. Kegiatan

FKH

(Festival

Hijau

dan

Aksi

Komunitas

Hijau).

Panduan Penyelenggaraan

75

BAB 4
PENGENDALIAN DAN
PEMANTAUAN

76 Panduan Penyelenggaraan

4.1. Pengendalian
Pengendalian merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
menjamin seluruh pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai rencana dan
jadwal yang telah ditetapkan agar dapat tercapai tujuan secara lebih efektif.
Pengendalian pelaksanaan P2KH Tahun Anggaran 2016 dimaksudkan untuk
memastikan bahwa seluruh kegiatan terlaksana sesuai prinsip, pendekatan dan
mekanisme yang telah ditetapkan. Ruang lingkup pengendalian meliputi :

4.1.1. Pengendalian di Tingkat Pusat


1. Menjamin seluruh aturan sesuai dengan prinsip dan kebijakan;
2. Menjamin bahwa seluruh perencanaan telah dirumuskan melalui
proses dan mekanisme yang benar;
3. Menjamin seluruh kegiatan sesuai dengan lokasi yang telah
ditentukan;
4. Mengendalikan pemanfaatan dana agar sesuai dengan perencanaan
dan dikelola secara transparan;
5. Menjamin agar kualitas setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan;
6. Menjamin agar setiap pelaku dapat menjalankan tugas dan tanggung
jawab secara baik sesuai dengan fungsi masing-masing;
7. Menjamin ketepatan waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan; dan
8. Pelaksanaan pengendalian P2KH dilakukan melalui pemantauan,
pelaporan, dan tindak turun tangan.

4.1.2. Pengendalian di Tingkat Provinsi


1. Pengawasan yang ketat dan tegas terhadap setiap proses dan kegiatan
pada setiap tahapan yang dilaksanakan;
2. Semua pihak terkait melakukan pemantauan secara obyektif dan
mampu memberikan umpan balik terhadap setiap proses dan
kegiatan yang dilaksanakan;
3. Pelaku di semua tingkatan menjalankan mekanisme pelaporan secara
disiplin, akurat dan efektif;
4. Harus ada pemeriksaan yang detail dan akurat sesuai dengan
mekanisme yang ditetapkan terhadap setiap proses dan tahapan
kegiatan yang dilaksanakan;
Panduan Penyelenggaraan

77

5. Setiap saat dilakukan evaluasi untuk pencapaian tingkat kinerja yang


yang diharapkan serta menegakkan aturan dengan pemberian sanksi;
dan
6. Melakukan tindak turun tangan dan memantau pengendalian dari
instansi yang lebih rendah.

4.2. Pemantauan
Sesuai dengan prinsip struktur organisasi P2KH 2016, maka pemantauan
dilaksanakan melalui dua pendekatan, yaitu :
1. Pemantauan struktural dilakukan oleh Subdit PBLK Direktorat Bina
Penataan Bangunan pelaksana program P2KH; dan
2. Pemantauan eksternal melalui jasa konsultansi yang tergabung dalam
sistem penyelenggaraan P2KH (KK P2KH).
Dalam pengendalian, monitoring dilaksanakan secara berjenjang oleh para
pelaku P2KH tahun 2016. Pemantauan ini dilakukan secara terus menerus pada
seluruh tahapan program dari sejak persiapan pelaksanaan sampai dengan
serah terima aset dari Pemerintah Pusat kepada pemerintah Kota/Kabupaten.

4.2.1. Pemantauan Struktural


Pemantauan internal yang dilakukan oleh Pemerintah, yang dalam hal ini
dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR selaku pengawasan
fungsional di lingkungan kementerian PUPR melalui pemeriksaan dan
pembinaan :
1. Penyelenggaraan P2KH Tahun Anggaran 2016; dan
2. Perkembangan penanganan pengaduan masyarakat.

4.2.2. Pemantauan di Tingkat Provinsi


Pemantauan pada tingkat provinsi dilakukan oleh Satker PBL di Provinsi.
Pemantauan dilaksanakan melalui kunjungan ke Kota/Kabupaten peserta P2KH
di wilayah provinsi bersangkutan. Pemantauan pada tingkat provinsi meliputi:
1. Pelaksanaan sosialisasi dan diseminasi pada tingkat Kota/Kabupaten;
2. Penetapan jenis kegiatan tingkat Kota/Kabupaten;
3. Proses dan hasil perencanaan kegiatan pada tingkat Kota/Kabupaten;
4. Kemajuan pelaksanaan fisik dan penyerapan dana anggaran untuk
dilaporkan kepada Tim Pelaksana tingkat pusat;

78 Panduan Penyelenggaraan

5. Penyebarluasan informasi di tingkat provinsi dan Kota/Kabupaten; dan

4.2.3. Pemantauan Eksternal


Pemantauan terhadap penyelenggaraan P2KH tahun 2016 juga dapat dilakukan
oleh pihak luar, sebagai berikut:

4.2.3.1. Pemantauan oleh KK P2KH


Konsultan Koordinator Program Penataan Kota Hijau (KK P2KH) sebagai
perangkat untuk membantu Subdit PBLK dan Satker PBL di Provinsi dalam
melaksanaan tugas pemantauan sebagai berikut :
1. Memantau dan mengendalikan terhadap kualitas Rencana Aksi Kota
Hijau yang disusun oleh Kabupaten/Kota peserta baru P2KH, baik
kualitas dalam hal proses, produk, maupun substansial;
2. Memantau dan mengendalikan proses pembentukan FKH, dan kualitas
pelaksanaan festival kota hijau dan aksi komunitas di Kabupaten/Kota
peserta P2KH;
3. Memantau, mengendalikan serta memberikan bantuan teknis terhadap
proses, produk maupun substansi kegiatan Perencanaan RTH
(Masterplan Kota Hijau dan DED Taman Kota Hijau) yang disusun oleh
Tim Konsultan;
4. Memantau, mengendalikan serta memberikan bantuan teknis terhadap
proses pelaksanaan Pemabngunan RTH P2KH TA 2016 baik dari hasi
pekerjaan, progres pelaksanaan
maupun bantuan teknis untuk
menghadapi permasalahan di lapangan dalam kegiatan Raker dan
Monev yang dilaksanakan Satker PBL di Provinsi; dan
5. Melakukan pemantauan, pendampingan dan pendataan proses serah
terima aset.

4.2.3.2. Pemantauan oleh Komunitas Hijau


Komunitas hijau merupakan salah satu pendukung penyelenggaraan P2KH
pada level pusat dan daerah. Selain melaksanakan kegiatan pendukung dalam
mewujudkan delapan atribut Kota Hijau, diharapkan Komunitas Hijau juga
memiliki kepedulian dan daya kritis sehingga dapat melakukan pemantauan
dalam rangka memberikan masukan terhadap perbaikan penyelenggaraan
P2KH baik pada tingkat pusat dan di tingkat daerah maupun tingkat
masyarakat.
Peran serta Komunitas Hijau dalam melakukan pemantauan ini diharapkan
dapat mendorong akses Komunitas Hijau dalam meningkatkan peran serta
Panduan Penyelenggaraan

79

Komunitas Hijau dalam mewujudkan 8 (delapan) atribut hijau pada masingmasing Kota/Kabupaten.

4.3. Pelaporan
Pelaporan pada dasarnya merupakan konsolidasi dari hasil pemantauan yang
telah dilakukan oleh seluruh pelaku baik secara internal maupun ekternal pada
seluruh tingkatan penyelenggaraan P2KH. Laporan dilakukan secara berjenjang,
ditulis secara sederhana dan ringkas, dan dilakukan secara berkala. Laporan
memuat data dan informasi yang update, foto dokumentasi kegiatan,
permasalahan, hambatan, dan solusi alternatif yang diusulkan serta
rekomendasi tindakan. Sesuai dengan pelaku penyelenggaraan P2KH,
pelaporan dilaksanakan melalui:
1. Jalur pelaporan struktural; dan
2. Jalur pelaporan konsultansi.
Penjelasan secara lebih rinci mengenai pelaporan melalui jalur struktural dan
fungsional adalah sebagai berikut:

4.3.1. Jalur Pelaporan Struktural


Pelaporan yang dilakukan secara berjenjang oleh aparat pelaksana dalam
penyelenggaraan P2KH. Secara rinci adalah sebagai berikut:

4.3.1.1. Pelaporan di Tingkat Pusat


Tim Pembina P2KH dibantu oleh Tim Pelaksana P2KH Tingkat Pusat membuat
laporan kemajuan penyelenggaraan dan hasil evaluasi penyelenggaraan
program kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang
ditembuskan kepada Kementerian/Lembaga terkait. Laporan ini dibuat dua kali
yaitu setiap semester.
Laporan ini memuat sekurangnya mengenai rencana dan jadwal kegiatan,
perubahan strategi apabila ada perubahan, kesesuaian pelaksanaan dengan
jadwal kegiatan, kesesuaian kuantitas dan output kegiatan dengan rencana,
kemajuan pelaksanaan fisik dan penyerapan dana, permasalahan dan
hambatan, usulan solusi dan tindak lanjut.

4.3.1.2. Pelaporan di Tingkat Provinsi


Satker Provinsi membuat laporan kepada Gubernur dan ditembuskan kepada
Direktur Jenderal Cipta Karya. Laporan ini memuat sekurangnya mengenai
rencana dan jadwal kegiatan, perubahan strategi apabila ada perubahan,
kesesuaian pelaksanaan dengan jadwal kegiatan, kesesuaian kuantitas dan
output kegiatan dengan rencana, kemajuan pelaksanaan fisik dan penyerapan
dana, permasalahan dan hambatan, usulan solusi dan tindak lanjut.

80 Panduan Penyelenggaraan

Penyusunan laporan oleh masing-masing Satker PBL di Provinsi ini didukung


oleh KK P2KH yang bertugas untuk mendampingi Satker PBL sebagai perangkat
pembantu Subdit PBLK.

4.3.1.3. Pelaporan di Tingkat Kota/Kabupaten


Tim Swakelola Kota/Kabupaten membuat laporan kepada Bupati/Walikota dan
ditembuskan kepada Direktur Jenderal Cipta Karya. Laporan ini memuat
sekurangnya mengenai rencana dan jadwal kegiatan, perubahan strategi
apabila ada perubahan, kesesuaian pelaksanaan dengan jadwal kegiatan,
kesesuaian kuantitas dan output kegiatan dengan rencana, kemajuan
pelaksanaan fisik dan penyerapan dana, permasalahan dan hambatan, usulan
solusi dan tindak lanjut.

4.3.2. Jalur Pelaporan Konsultansi


Pelaporan melalui jalur konsultansi adalah laporan yang dibuat dan
dilaksanakan oleh KK P2KH yang ditugaskan untuk mendukung
penyelenggaraan P2KH pada tingkat pusat, provinsi, dan Kota/Kabupaten.

4.3.2.1. Pelaporan oleh Konsultan Koordinator P2KH


A. Laporan Pendahuluan, yang minimal berisikan:
a. Pemahaman terhadap KAK, metodologi, rencana kerja, langkah
pelaksanaan pekerjaan serta pentahapan pelaporan;
b. Pendalaman substansial terkait Kota Hijau, pemetaan status kondisi
awal seluruh Kabupaten/Kota peserta P2KH dari tahun 2011 hingga
2016, perumusan permasalahan secara umum dan alur pikir
pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau di Tahun 2016;
c. Rencana pemantauan dan pengendalian terhadap proses, produk,
maupun substansi pelaksanaan kegiatan Program Pengembangan Kota
Hijau di Tahun 2016;
d. Hasil pelaksanaan rapat koordinasi antara Konsultan Koordinator
Rencana Aksi Kota Hijau dengan Tim Teknis Pusat dalam rangka
sinkronisasi pelaksanaan kegiatan di pusat dan daerah;
e. Database data sekunder Forum Komunitas Hijau, keanggotaan
Kabupaten/Kota P2KH, Perusahan Lokal yang miliki program CSR dalam
bidang Lingkungan Hidup.
B. Laporan Antara, yang berisikan minimal:
a.

Hasil penyelenggaraan Rapat Workshop Penjaringan Peserta Baru


P2KH dan Penyusunan Rencana Aksi Kota Hijau dan Lokalatih Forum
Komunitas Hijau (FKH), termasuk pemetaan kondisi umum dan
permasalahan pelaksanaan kegiatan di daerah (baik proses, produk
dan substansi);
Panduan Penyelenggaraan

81

b.

c.

Perkembangan kondisi umum dan permasalahan pelaksanaan


kegiatan di daerah berdasarkan:
i. hasil membuat rekapitulasi dan kompilasi secara nasional;
ii. Hasil pemantauan dan pengendalian awal terhadap pelaksanaan
Kegiatan Pembangunan RTH di 26 Kabupaten/Kota peserta P2KH
2015-2016;
iii. Hasil pemantauan dan pengendalian awal terhadap pelaksanaan
Kegiatan Perencanaan RTH di 21 Kabupaten/Kota peserta P2KH
2016;
iv. Hasil pemantauan dan pengendalian awal terhadap pelaksanaan
Kegiatan (Swakelola) Aksi dan Festival Kota Hijau dan Penyusunan
Peta Komunitas Hijau di 22 Kabupaten/Kota peserta P2KH 2016;
Hasil analisis terhadap permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan kegiatan di daerah serta rekomendasi solutif tindak
lanjut yang dibutuhkan.

C. Laporan Akhir, yang memfinalisasi Laporan Draft Akhir. Pada tahap akhir
kegiatan ini disertakan pula dokumen-dokumen hasil kegiatan berupa:
a. Perkembangan kondisi umum dan permasalahan pelaksanaan
kegiatan di daerah;
b. Hasil pemantauan dan pengendalian akhir terhadap pelaksanaan
Pembangunan RTH di 26 Kabupaten/Kota peserta P2KH 2015-2016;
c. Hasil pemantauan dan pengendalian awal terhadap pelaksanaan
Kegiatan Perencanaan RTH di 21 Kabupaten/Kota peserta P2KH 2016;
d. Hasil pemantauan dan pengendalian awal terhadap pelaksanaan
Kegiatan (Swakelola) Aksi dan Festival Kota Hijau dan Penyusunan
Peta Komunitas Hijau di 22 Kabupaten/Kota peserta P2KH 2016.
D. Laporan Bulanan, yang dilaporkan setiap bulan secara berkala selama 8
(delapan) bulan yang meliputi :
a. Identifikasi permasalahan yang ditemui di lapangan;
b. Pelaporan progres satker mengenai volume prosentase dan nilai
bobot bagian atau seluruh pekerjaan yang telah dilaksanakan dan
membandingkan dengan apa yang tercantum dalam dokumen
kontrak;
c. Memberi masukan untuk langkah tindak lanjut untuk mengatasi
permasalahan tersebut baik untuk pekerjaan fisik maupun non fisik;
d. Melampirkan notulensi rapat koordinasi yang diselenggarakan selama
periode pelaksanaan pekerjaan;
e. Laporan bulanan dilengkapi dengan fotofoto dan rekaman video
pelaksanaan pekerjaan kontraktual.
E.

82 Panduan Penyelenggaraan

F.

Dokumentasi hasil pelaksanaan kegiatan, yang merupakan laporan


pelaksanaan untuk masing-masing pelaksanaan kegiatan :
a. Pelaksanaan festival hijau dan aksi komunitas di Kabupaten/Kota
peserta P2KH;
b.
c.
d.

Pelaksanaan Workshop Penjaringan Peserta Baru P2KH dan


Penyusunan Rencana Aksi Kota Hijau;
Kegiatan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (FKH); dan
Kegiatan Forum Kota (UGF 5)

Panduan Penyelenggaraan

83

BAB 5
PENYERAHAN HIBAH
DAN PEMELIHARAAN
ASET

84 Panduan Penyelenggaraan

5.1. Penjelasan Umum


Pelaksanaan pembangunan infrastruktur melalui kegiatan fasilitasi
implementasi prakarsa kota hijau melalui P2KH dilaksanakan dalam bentuk
pembangungan fisik RTH yang dilaksanakan oleh pihak ketiga. Hasil pekerjaan
P2KH berupa bangunan fisik dalam bentuk taman RTH yang telah terbangun
selajutnya diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota melalui mekanisme
hibah untuk dikelola dan dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah dan
masyarakat secara luas. Penyerahan Hibah dan Pemeliharaan Aset mengacu
pada :
1. Peraturan Kementerian Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara;
2.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2009 tentang


Pedoman Pelaksanaan Penetapan Status Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara di Lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum;

3.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/PRT/M/2013 tentang


Perubahan atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
02/PRT/M/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Penetapan Status
Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang
Milik Negara di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.

5.2. Pelaksanaan Hibah Barang Milik


Negara
5.2.1. Definisi Hibah
Hibah adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara dari Pemerintah
Pusat kepada Pemerintah Daerah atau kepada pihak lain tanpa memperoleh
penggantian. Hibah Barang Milik Negara dilakukan untuk:
1. Kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan;
2. Penyelenggaraan pemerintah daerah.

5.2.2. Pemberi dan Penerima Hibah


Pihak yang dapat melaksanakan pemberian Hibah Barang Milik Negara adalah:
1. Pengelola Barang, untuk tanah dan/atau bangunan

Panduan Penyelenggaraan

85

2. Pengguna Barang, dengan Pengelola Barang, untuk:


a. Tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya
direncanakan untuk dihibahkan sebagaimana tercantum dalam
dokumen penganggaran;
b. Tanah dan/atau bangunan yang diperoleh dari dana Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan;
c. Sebagian Tanah yang berada pada Pengguna Barang; dan
d. Selain tanah dan/atau bangunan.
Pihak yang dapat menerima hibah adalah:
1. Lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan organisasi kemanusiaan, yang
mendapatkan pernyataan tertulis dari instansi teknis yang kompeten
bahwa lembaga bersangkutan adalah lembaga termaksud; dan
2. Pemerintah Daerah.

5.2.3. Persyaratan Barang Milik Negara Yang


Dihibahkan
Persyaratan Barang Milik Negara untuk dapat dihibahkan :
1. Barang Milik Negara yang dari awal perencanaan pengadaannya
dimaksudkan untuk dihibahkan sebagaimana tercantum dalam
dokumen penganggaran;
2. Bukan merupakan rahasia negara, bukan merupakan barang yang
menguasai hajat hidup orang banyak, dan tidak digunakan lagi dalam
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna Barang, serta tidak
digunakan lagi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara;
3. Barang Milik Negara berasal dari hasil perolehan lain yang sah, dalam
hal ini berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan,
ditentukan untuk dihibahkan;
4. Sebagian tanah pada pengguna dapat dihibahkan sepanjang
dipergunakan untuk pembangunan fasilitas umum yang tidak
mendapatkan penggantian kerugian sesuai ketentuan perundangundangan, fasilitas sosial dan keagamaan.
Selain itu Hibah sebagaimana dimaksud, harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
1. Bukan merupakan barang rahasia negara;
2. Bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak;

86 Panduan Penyelenggaraan

3. Tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dan
penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.

5.2.4. Tujuan Hibah


Tujuan penyerahan hibah pemerintah pusat kepada pemerintah
kabupaten/kota dalam P2KH adalah:
1. Agar terjadi mekanisme pemindahan aset sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku;
2. Dalam rangka menjamin keberlanjutan pemeliharaan terhadap aset
yang dihibahkan;
3. Dalam rangka meningkatkan kemanfaatan yang lebih luas dari aset yang
diserah terimakan;
4. Memberikan kesempatan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk
mengembangkan aset tersebut secara lebih luas; dan
5. Membebaskan beban pemeliharaan aset oleh pemerintah pusat melalui
penghapusan aset dari daftar simak pemerintah pusat.

5.3. Prosedur dan Tata Cara Hibah


Pekerjaan P2KH 2016
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2009
tentang Pedoman Pelaksanaan Penetapan Status Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara di Lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum Tatacara Pelaksanaan Hibah Pekerjaan P2KH TA
2016 adalah sebagai berikut :
1. Permohonan hibah kepada Pengguna Barang.
2. Pengguna Barang memerintahkan Pengguna Barang Eselon I untuk
menerbitkan rekomendasi teknis.
3. Pengguna Barang melakukan penelitian dan penaksiran dengan
membentuk Tim Internal.
4. Pengguna Barang mengajukan usulan persetujuan hibah kepada Menteri
Keuangan dengan memperhatikan hasil penelitian dan penaksiran Tim
Internal.
5. Dengan persetujuan dari Menteri Keuangan, Pengguna Barang cq.
Sekretaris Jenderal yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Kepala Pusat
Pengelolaan Barang Milik Negara melakukan serah terima antara
Pengguna Barang dengan penerima hibah yang dituangkan dalam suatu

Panduan Penyelenggaraan

87

6.

berita acara serah terima yang sekurang-kurangnya memuat tentang


para pihak, obyek hibah, jenis dan nilai barang yang dihibahkan.
Berdasarkan berita acara serah terima barang tersebut, Pengguna
Barang melaksanakan penghapusan dari Daftar Barang Pengguna
dengan menerbitkan keputusan penghapusan untuk selanjutnya
dilakukan penatausahaan.

5.4. Operasional Pemeliharaan


5.4.1. Definisi Operasi dan Pemeliharaan
Operasi dan pemeliharaan adalah upaya pemanfaatan dan pemeliharaan
infrastruktur RTH perkotaan yang telah terbangun melalui P2KH secara optimal
oleh pemerintah kabupaten/kota.

5.4.2. Pelestarian RTH Perkotaan


Pelestarian kegiatan P2KH sangat bergantung pada kebijakan dan kemampuan
anggaran yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Pada dasarnya, pemeliharaan
RTH bukan semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah, akan tetapi
dapat sebagian diserahkan pada masyarakat di sekitar bangunan atau dikelola
oleh komunitas hijau perkotaan setempat.

5.4.2.1. Tatacara Pemeliharaan


Infrastruktur RTH Perkotaan yang terbangun merupakan bangunan yang
kemanfaatannya dinikmati secara bersama-sama oleh masyarakat dan
termasuk kategori tidak menghasilkan keuntungan ekonomi.

5.4.2.2. Pendanaan
Terkait dengan pendanaan infrastruktur terbangun yang telah diserah
terimakan dari pemerintah pusat kepada pemerintah kabupaten/kota, maka
seluruh pembiayaan untuk pemeliharaan menjadi beban pemerintah
kabupaten/kota.

88 Panduan Penyelenggaraan

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai