KOR PULMONAL
3.1. Definisi
Kor pulmonal adalah hipertrofi/dilatasi ventrikel kanan akibat
hipertensi pulmonal yang disebabkan penyakit parenkim paru dan atau
pembuluh darah paru yang tidak berhubungan dengan kelainan jantung kiri.
Istilah hipertrofi yang bermakna patologi menurut weitzenblum sebaiknya
diganti menjadi perubahan struktur dan fungsi ventrikel kanan. Untuk
menetapkan adanya kor pulmonal secara klinis pada pasien gagal napas
diperlukan tanda pada pemeriksaan fisis yakni edema. Hipertensi pulmonal
sine qua non dengan kor pulmonal maka definisi kor pulmonal yang
terbaik adalah hipertensi pulmonal yang disebabkan penyakit yang mengenai
struktur dan atau pembuluh darah paru; hipertensi pulmonal menghasilkan
pembesaran ventrikel kanan (hipertrofi dan atau dilatasi) dan berlanjut
dengan berjalannya waktu menjadi gagal jantung kanan. Penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) merupakan penyebab utama insufisiensi respirasi
kronik dari kor pulmonal, diperkirakan hingga 80-90% kasus7.
3.2. Etiologi dan Epidemiologi
Kor pulmonal terjadi akibat adanya perubahan akut atau kronis pada
pembuluh darah paru dan atau parenkim paru yang dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi pulmonal.8
12
13
3.3. Patogenesis
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kor pulmonal adalah
penyakit yang secara primer menyerang pembuluh darah paru-paru, seperti
emboli paru-paru berulang, dan penyakit yang mengganggu aliran darah
paru-paru akibat penyakit pernapasan obstruktif atau restriktif.6
Apapun penyakit awalnya, sebelum timbul kor pulmonal biasanya
terjadi peningkatan resistensi vaskuler paru dan hipertensi pulmonal.
Hipertensi pulmonal pada akhirnya meningkatkan beban kerja dari ventrikel
kanan, sehingga mengakibatkan hipertrofi dan kemudian gagal jantung. Titik
kritis dari rangkaian kejadian ini nampaknya terletak pada peningkatan
resistensi vaskuler paru pada arteri dan arteriola kecil.6
Seiring dengan timbulnya hipertensi pulmoner maka beban kerja
ventrikel kanan akan bertambah bersamaan dengan peningkatan afterload.
Hipertrofi karena proses adaptasi meningkatkan massa otot dan kebutuhan
oksigen. Namun penebalan massa otot dan kekakuan ventrikel kanan sendiri
dapat menekan lumen arteri koroner kanan sehingga timbul gangguan perfusi
miokard. Akibatnya ventrikel kanan dalam kondisi relative iskemia dan
perlahan-lahan mengalami disfungsi. Dilatasi ventrikel kanan juga
menyebabkan regurgitasi katup tricuspid dan memperberat beban ventrikel
kanan. Bentuk ventrikel kanan yang tadinya bulan sabit perlahan berubah
menjadi struktur yang lebih bulat dan mampu menghasilkan kontraksi lebih
kuat untuk melawan resistensi paru yang meningkat.
14
yaitu
dinamika
saat
exercise, peningkatan
denyut
jantung, polisitemia serta retensi garam dan air. Pada suatu titik ventrikel
kanan tidak mampu lagi berfungsi dalam kondisi beban tekanan tinggi
sehingga terjadi gagal jantung kanan.
Disfungsi ventrikel kiri dapat dijumpai pada sebagian pasien kor
pulmonale namun tampaknya bukan disebabkan secara langsung oleh
kelainan ventrikel kanan. Penyebab dasarnya adalah gangguan primer
ventrikel kiri seperti penyakit arteri koroner atau hipertensi sistemik yang
hadir bersamaaan dengan kor pulmonale. Kehadiran gagal jantung kiri
merupakan penyulit serius kor pulmonale karena peningkatan tekanan atrium
kiri dan retensi cairan secara keseluruhan memperburuk fungsi paru,
meningkatkan beban pernapasan, meningkatkan tekanan arteri pulmonal,
15
16
3.5. Diagnosis
Diagnosis kor pulmonal dapat ditegakkan jika terbukti terdapat adanya
hipertensi pulmonal akibat dari kelainan fungsi dan atau struktural paru.
Untuk menegakkan diagnosis kor pulmonal secara pasti maka dilakukan
prosedur anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang secara
tepat. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik pemeriksa dapat menemukan
data-data yang mendukung ke arah adanya kelainan paru baik secara
struktural maupun fungsional. Adanya hipertensi pulmonal tidak dapat
ditegakkan secara pasti dengan hanya pemeriksaan fisik dan anamnesis tetapi
membutuhkan pemeriksaan penunjang.
3.6. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Perlu dilakukan anamnesis yang teliti ada tidaknya penyakit paru yang
mendasari dan jenis kelainan paru seperti batuk kronik yang produktif, sesak
nafas waktu beraktifitas, nafas yang berbunyi, mudah lelah. Tingkat klinis
kor pulmonal dimulai dengan PPOK kemudian PPOK dengan hipertensi
pulmonal dan akhirnya menjadi PPOK dengan hipertensi pulmonal serta
gagal jantung kanan. Tanda-tanda PPOK dapat berupa: asidosis, hiperkapnia,
hipoksia, polisitemia dan hiperviskositas darah. Pada fase awal berupa
pembesaran ventrikel kanan, tidak menimbulkan keluhan jadi lebih banyak
17
branchus,
edema
alveolar,
serta
bronkospasme
yang
18
19
20
inkomplet.
g. Terdapat gelombang T terbalik, mendatar, atau bifasik pada sadapan
prekordial.
h. Gelombang QRS dengan voltase lebih rendah terutama pada PPOK
karena adanya hiperinflasi.
i. Hipertrofi ventrikel kanan yang sudah lanjut dapat memberikan
gambaran
gelombang
di
sadapan
prekordial
yang
dapat
21
3.7.4. Ekokardiografi
Salah satu pencitraan yang bisa digunakan untuk melakukan
penegakan diagnosis kor pulmonal adalah dengan ekokardiografi. Dari hasil
ekokardiografi dapat ditemukan dimensi ruang ventrikel kanan yang
membesar, tapi struktur dan dimensi ventrikel kiri normal. Pada gambaran
ekokardiografi katup pulmonal, gelombang a hilang, menunjukkan
hipertensi pulmonal. Kadang-kadang dengan pemeriksaan ekokardiografi
susah terlihat katup pulmonal karena accoustic window sempit akibat
penyakit paru.14
22
23
Kateterisasi
jantung
merupakan
prosedur
invasive.
24
cubital. Pada kor pulmonale tekanan diastolic arteri pulmoner lebih tinggi
daripada tekanan baji, berbeda dengan gagal jantung kiri dan stenosis mitral.
Tekanan arteri pulmoner dapat sangat tinggi pada penyakit vaskuler paru dan
penyakit interstisial paru namun hanya sedikit yang meningkat atau bahkan
normal pada PPOK. Sekitar 50% pasien PPOK menderita hipertensi
pulmoner saat istirahat. Pada pasien dengan nilai normal saat istirahat,
hipertensi pulmoner dapat terjadi saat aktivitas atau olahraga.
3.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kor pulmonal dari aspek jantung bertujuan untuk
menurunkan hipertensi pulmonal, mengobati gagal jantung kanan,
meningkatkan kelangsungan hidup, dan mengobati penyakit dasar dan
komplikasinya.1
3.8.1. Terapi Oksigen
Mekanisme
bagaimana
terapi
oksigen
dapat
menigkatkan
kelangsungan hidup belum diketahui pasti, namun ada 2 hipotesis: (1) terapi
oksigen mengurangi vasokontriksi dan menurunkan resistensi vaskuler paru
yang kemudian meningkatkan isi sekuncup ventrikel kanan, (2) terapi
oksigen meningkatkan kadar oksigen arteri dan meningkatkan hantaran
oksigen ke jantung, otak, dan organ vital lainnya.
Pemakaian oksigen secara kontinyu selama 12 jam (National Institute
of Health, USA); 15 jam (British Medical Research Counsil) , dan 24 jam
(NIH) meningkatkan kelangsungan hidup dibanding kan dengan pasien tanpa
25
terapi oksigen.
Indikasi terapi oksigen adalah PaO2 55 mmHg atau SaO2 88%,
PaO2 55-59 mmHg, dan disertai salah satu dari tanda seperti, edema yang
disebabkan gagal jantung kanan, P pulmonal pada EKG, dan eritrositosis
hematokrit > 56%.1
3.8.2. Diuretika
Diuretika diberikan untuk mengurangi tanda-tanda gagal jantung
kanan. Namun harus dingat, pemberian diuretika yang berlebihan dapat
menimbulkan alkalosis metabolik yang bisa memicu peningkatan
hiperkapnia. Disamping itu, dengan terapi diuretika dapat terjadi
kekurangan cairan yang mengakibatkan preload ventrikel kanan dan curah
jantung menurun.1,3,8
3.8.3. Vasodilator
Pemakaian vasodilator seperti nitrat, hidralazin, antagonis kalsium,
agonis alfa adrenergik, ACE-I, dan postaglandin belum direkomendasikan
pemakaiannya secara rutin. Vasodilator dapat menurunkan tekanan
pulmonal pada kor pulmonal kronik, meskipun efisiensinya lebih baik pada
hipertensi pulmonal yang primer.1
3.8.4. Digitalis
Digitalis hnya digunakan pada pasien kor pulmonal bila disertai gagal
jantung kiri. Digitalis tidak terbukti meningkatkan fungsi ventrikel kanan
26
pada pasien kor pulmonal dengan fungsi ventrikel normal, hanya pada
pasien kor pulmonal dengan fungsi ventrikel kiri yang menurun, digoksin
bisa meningkatkan fungsi ventrikel kanan. Pada pemberian digitalis perlu
diwaspadai resiko aritmia.1,3
3.8.5. Antikoagulan
Diberikan untuk menurunkan resiko terjadinya tromboemboli akibat
disfungsi dan pembesaran ventrikel kanan dan adanya faktor imobilisasi
pada pasien.1
3.8.6. Flebotomi
Flebotomi dapat menurunkan tekanan arteri pulmoner pada pasien
kor pulmonale dengan kadar hematokrit yang tinggi. Hematokrit yang
diturunkan sampai senilai 50% akan memperbaiki hemodinamik pasien baik
saat istirahat maupun aktiviti serta memperbaiki proses pertukaran gas di
paru (penurunan resistensi vaskuler paru dan peningkatan pO2) pada pasien
PPOK stabil dan hipertensi pulmoner. Flebotomi dipertimbangkan bila
kadar hematokrit di atas 55-60% dengan pengeluaran volume darah yang
kecil (200-300 ml) dan dilakukan dengan pengawasan.
3.9. Prognosis
Prognosis kor pulmonal yang disebabkan oleh PPOK lebih baik dari
prognosis kor pulmonal yang disebabkan oleh penyakit paru lain seperti
"restrictive pulmonary disease", dan kelainan pembuluh darah paru. Forrer
27
mengatakan penderita kor pulmonal masih dapat hidup antara 5 sampai 17 tahun
setelah serangan pertama kegagalan jantung kanan, asalkan mendapat pengobatan
yang baik. Padmavati dkk di India mendapatkan angka antara 14 tahun. Sadouls
di Perancis mendapatkan angka 10 sampai 12 tahun.3
28