Anda di halaman 1dari 11

PRINSIP PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN (PTK)

ABSTRAK
Pendidik kejuruan merupakan salah satu unsur pokok dalam menyiapkan tenaga-tenaga terampil dadalam
dunia industry dan dunia kerja lainnya
Untuk menjadikan lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu
pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan
global diperlukan pendidik kejuruann yang profesional. Sehubungan dengan
tuntutan profesionalitas tersebut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) menggariskan beberapa hal. Pertama, guna
memberikan penjaminan mutu pendidikan ditetapkan standar nasional pendidikan yang
didalamnya mencakup standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berkala (Ps. 35 ayat 1). Kedua, pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi
sesuai dengan jenjang kewenangan tugas pokoknya, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Ps. 42 ayat 1). Ketiga, tenaga
pendidik untuk pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi. Keempat, pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, konseling
dan layanan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi (Ps. 39 ayat 2).
Kata Kunci : , Kompetensi, Tenaga Pendidik., Profesional
A. PENDAHULUAN
Pendidikan menengah kejuruan merupakan sub-sistem pendidikan nasional, saat ini
mengalami perubahan demi perbaikan dan peningkatkan kualitas hasil pendidikan.
Penyempurnaan dan perbaikan pendidikan menengah kejuruan dilakukan guna mengantisipasi
kebutuhan dan tantangan masa depan. Hal ini perlu terus-menerus dilakukan, diselaraskan
dengan kebutuhan perkembangan dunia usaha dan dunia industri, dunia kerja, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perbaikan pendidikan menengah kejuruan juga diharapkan dapat

menciptakan tenaga kerja terampil dalam memenuhi kebutuhan dunia usaha dan dunia industri,
serta mencetak jiwa yang mampu menciptakan lapangan kerja sendiri (entrepreneurship).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan jenjang pendidikan dibawah pembinaan
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Ditdikmenjur), yang menyiapkan lulusannya untuk
bekerja dalam bidang tertentu dengan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri atau berwirausaha. Hal itu tersirat
didalam UUSPN Pasal 18 dan penjelasan Pasal 15 yang mengatur pendidikan menengah
kejuruan.
Tujuan SMK akan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam usaha
meningkatkan kualitas individu peserta didik. Hal ini ditandai dengan akan terciptanya
tenaga-tenaga terampil yang siap memasuki dan membuka lapangan kerja baru, sehingga
mampu meningkatkan pendapatan dan produktivitas nasional serta menaikkan peringkat
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Kompetensi sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalam dunia industri tidak dapat dilepaskan dari salah satu peran penyelenggara
Seminar Nasional Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 2006
218
pendidikan dan pelatihan teknologi kejuruan, sebagai lembaga penyedia calon tenaga kerja
bidang kejuruan.
Pengembangan sumber daya manusia yang sangat mendasar dalam tatanan pendidikan,
tidak dapat melepaskan dari wacana organisasi penyelenggara pendidikan sebagai sistem.
Komponen strategis dalam sistem pendidikan dan pelatihan adalah tenaga pendidik yang
mempunyai kompetensi dalam memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan bidang
keahliannya. H.A.R.Tilaar (1999:281), memandang profesi guru pada abad ke 21 berhadapan
dengan tiga karakteristik, yaitu; (1) masyarakat teknologi, (2) masyarakat terbuka, (3) masyarakat
madani. Adapun proses pendidikan yang dihadapi di masa itu, merupakan suatu interaksi antara
pendidik dan peserta didik. Interaksi yang terjadi di masa depan sesuai dengan teknologi yang ada,
masyarakat yang terbuka dan demokrasi.
Pandangan tersebut, mengisyaratkan bahwa proses pendidikan akan terjadi suatu
pergeseran nilai-nilai yang semakin bergerak ke arah yang penuh ketidakpastian, manakala
komponen sistem pendidikan di negara kita tidak mampu mengantisipasi dan memprediksi. Hal itu,
terutama dalam mempersiapkan dan meningkatkan kualitas guru yang secara langsung be

Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang
relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
B. Guru Sebagai Tenaga Profesional
Memperhatikan bidang keahlian tertentu di industri dalam melayani jenis pekerjaan
seperti seorang Desain atau Patern, maka dalam mempersiapkan tenaga kerja industri perlu
dirancang sistem pendidikan dan pelatihan selaras dengan standar kompetensi di industri.
Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi mempunyai karakteristik sebagai berikut : (1)
mengacu pada standar kompetensi industri; (2) menekankan pada apa yang dapat dikerjakan
oleh seseorang sebagai hasil dari pelatihan (output dan outcome); (3) isi dari pelatihan
mengarah kepada kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas tertentu; (4) pelatihan
dapat berupa on-job training, off-job atau kombinasi keduanya; (5) adanya fleksibiltas waktu
untuk mencapai suatu kompetensi; (6) adanya pengakuan terhadap kompetensi mutakhir yang
dimiliki saat ini; (7) adanya pemberian penghargaan; (8) dapat masuk dan keluar program
beberapa kali; (8) pengujian berdasarkan kriteria tertentu; (9) menekankan pada kesanggupan
untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan.
Bertolak dari uraian yang telah dikemukakan, menunjukkan bahwa pelatihan berbasis
kompetensi akan memberikan pengaruh terhadap proses pelayanan pendidikan teknologi dan
kejuruan.
Membicarakan soal kedudukan guru sebagai tenaga profesional, akan lebih tepat kalau
diawali dari pengertian profesi. Profesi merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan
pendidikan lanjut di dalam science dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk
diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Berkenaan dengan pekerjaan
profesional, menurut Wolmer dan Mills ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi (Sardiman,
2004:134), yaitu:
4. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas;
a. memiliki pengetahuan umum yang luas
b. memiliki keahlian khusus yang mendalam
5. Merupakan karier yang dibina secara organisatoris;

a. adanya keterikatan dalam suatu organisasi profesi


b. memiliki otonomi jabatan
c. memiliki kode etik jabatan
d. merupakan karya bakti seumur hidup
6. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional;
a. memperoleh dukungan masyarakat
Seminar Nasional Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 2006
219
b. mendapat pengesahan dan perlindungan hukum
c. memiliki prasyarat kerja yang sehat
d. memiliki jaminan hidup yang layak
Berdasarkan pengertian profesi dengan segala karakteristiknya, akan menuntut suatu
konsekuensi yang fundamental terhadap program pendidikan, terutama yang berkenaan dengan
komponen tenaga pendidik dan kependidikan. Salah satu konsekuensi yang harus
dikembangkan dalam program pendidikan adalah berkenaan dengan masalah akuntabilitas.
Dengan demikian maka, keberhasilan program pendidikan tidak dapat dipisahkan dari peran
serta masyarakat secara keseluruhan, baik sebagai sumber asal, sumber daya maupum pemakai
hasil program pendidikan. Berkenaan dengan akuntabilitas ini tugas seorang guru menjadi lebih
berat dalam rangka memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Oleh karena itu guru dituntut
memiliki kualifikasi kompetensi yang lebih memadai.
Pendidik sebagai tenaga profesional harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud
adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: (a) Kompetensi pedagogik; (b) Kompetensi
kepribadian; (c) Kompetensi profesional; dan (d) Kompetensi sosial. Seseorang yang tidak
memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan
diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.
Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran dikembangkan oleh BSNP

dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri (PP 19 Ps. 28).


B. Profesionalisme Guru dalam Pemelajaran
Seorang guru profesional dapat dibedakan dari seorang teknisi, karena di samping
menguasai sejumlah teknik serta prosedur kerja tertentu, seorang pekerja profesional ditandai
dengan adanya informed responsiveness terhadap implikasi kemasyarakatan dari obyek
kerjanya. Hal ini berarti bahwa seorang guru harus memiliki persepsi filosofis dan ketanggapan
yang bijaksana yang lebih mantap dalam menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya.
Kompetensi seorang guru sebagai tenaga profesional ditandai dengan serangkaian diagnosis,
rediagnosis, dan penyesuaian yang terus menerus. Selain kecermatan dan ketelitian dalam
menentukan langkah guru juga harus sabar, ulet, dan telaten serta tanggap terhadap situasi dan
kondisi, sehingga diakhir pekerjaannya akan membuahkan hasil yang memuaskan.
Berdasarkan pengertian profesi dengan segala persyaratannya yang telah dikemukakan,
akan membawa konsekuensi yang mendasar terhadap program pendidikan terutama yang
berkenaan dengan komponen tenaga kependidikan. Konsekuensi yang dimaksud adalah masalah
accoutability dari program pendidikan itu sendiri. Hal ini merupakan suatu petunjuk bahwa
keberhasilan program pendidikan tidak dapat dipisahkan dari peranan masyarakat secara
keseluruhan. Jadi kompetensi lulusan tidak semata-mata tanggung jawab guru akan tetapi
ditentukan juga oleh pemakai lulusan dan masyarakat baik secara langsung maupun tidak
sebagai akibat dari adanya lulusan tersebut.
Secara garis besar terdapat tiga tingkatan kualifikasi profesional guru, yaitu capability,
inovator, dan developer. Capability maksudnya adalah guru diharapkan memiliki pengetahuan,
kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu
mengelola proses pemelajaran secara efektif. Inovator maksudnya sebagai tenaga pendidik yang
memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Guru diharapkan memiliki
pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan
sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif. Developer maksudnya guru harus
memiliki visi dan misi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu
Seminar Nasional Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 2006
220
melihat jauh ke depan dalam mengantisipasi dan menjawab tantangan yang dihadapi oleh sektor
pendidikan sebagai suatu sistem.

Apabila kita mengadopsi perspektif kompetensi guru di Australia, banyak faktor yang
berperan sebagai variabel pembentuknya, diantaranya: (a) kompetensi; (b) kompetensi guru; (c)
organisasi sekolah; (d) tujuan dan hasil; (e) pembelajaran tuntas; (f) prioritas program; (g)
pendidikan berbasis hasil; dan sebagainya.
Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik yang terkait dengan substansi kegiatan praktik pendidikan merupakan
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru terkait dengan substansi
kegiatan praktik pendidikan, merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Kompetensi profesional
Kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru terkait dengan substansi kegiatan
praktik pendidikan, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Kompetensi sosial
Kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru terkait dengan substansi kegiatan
praktik pendidikan, adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Berdasarkan uraian tentang tuntutan kompetensi yang harus dimiliki seorang guru tersebut
diperlukan sebuah perangkat instrumen terstandar dalam menyiapkan guru yang profesional.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi melalui Direktorat P2TK-KPT pada tahun 2004 telah
menerbitkan buku panduan standar kompetensi guru pemula (SKGP) sekolah menengah
kejuruan. Lingkup kompetensi yang harus dimiliki guru pemula SMK dapat dikelompokkan
kedalam 4 (empat) rumpun, yaitu:
a. Penguasaan bidang studi
b. Pemahaman Peserta Didik

c. Penguasaan Pembelajaran yang Mendidik


d. Pengembangan Kepribadian dan Keprofesioanalan.
Guna mencapai penguasaan kompetensi tersebut, Djohar MS (2003:112) mengemukakan
bahwa untuk mencapai kompetensi tenaga pendidik khususnya guru, perlu dikaji kualitas sistem
pendidikan prajabatannya (inservice education). Pendidikan prajabatan guru setidak-tidaknya
merupakan proyeksi tugas pokok guru ketika terjun ke masyarakat. Kualitas program
pendidikan prajabatan guru sangat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. kualitas kelembagaan
2. kualitas penyelenggaraan
3. kualitas sumberdaya manusia dan fasilitasnya
4. kualitas peserta didik, dan
5. kualitas pemberdayaan peserta didiknya.
Dalam RPP Tahun 2005 tentang Tenaga Pendidik dan Kependidikan, dituliskan bahwa
dalam melaksanakan profesinya, pendidik berkewajiban:
1. merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan;
2. mempertahankan dan mengembangkan kemampuan profesionalnya sebagai pendidik secara
berkelanjutan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku;
Seminar Nasional Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 2006
221
3. bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama,
suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosio-ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran;
4. berperilaku dan bersikap yang dapat diteladani oleh peserta didik dan komunitas di
lingkungannya;
5. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan yang berlaku, kode etik profesi, dan
nilai-nilai etika;
6. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa dalam proses pembelajaran;
7. memelihara dan membina hubungan baik antar sesama pendidik, antara pendidik dan
peserta didik, antara pendidik dan tenaga kependidikan, antara pendidik dan orang tua/wali
peserta didik, serta antara pendidik dan masyarakat; serta

8. memiliki kepekaan lingkungan terhadap berbagai permasalahan yang membebani


komunitas pendidikan di sekitar satuan pendidikannya.
C. Hakikat Pekerjaan Profesional
Karakteristik pekerjaan, dapat dipandang dari proses pekerjaan yang dihadapi oleh
seseorang. Layanan pekerjaan seorang pendidik secara terstruktur dapat dilihat dari tugas
personal, tugas sosial dan tugas profesional.
Dalam konteks profesional harus mempunyai kriteria minimum sebagai berikut:
(1) Konsep dan Nilai-nilai Kriteria Performansi
Kriteria performansi pendidikan sangat penting untuk ditetapkar pada suatu lembaga
pendidikan untuk dapat dijadikan acuan dan penilaian, sehingga penilaian masyarakat secara
luas terhadap lembaga tersebut menjadi ukuran pengakuan. Kriteria performansi
penyelenggaraan pendidikan dapat dirancang berdasarkan kebutuhan organisasi melalui
pendekatan terintegrasi, sesuai tuntutan performansi organisasi dan manajemen yang mengarah
kepada tujuan pencapaian hasil. Dalam perencanaannya mengarahkan kepada: (a) meningkatkan
perbaikan nilai peserta didik, dan kontribusi masyarakat sekolah terhadap kualitas pendidikan ;
(b) meningkatkan perbaikan organisasi sekolah secara menyeluruh agar efektif dan kapabel; dan
(c) tumbuhnya pembelajaran organisasi yang didalamnya tercipta pembelajaran personil.
Beberapa inti nilai-nilai kriteria performansi pendidikan menurut Baldrige Award Application
(2003) mencakup sebelas aspek yaitu :
(1) Kepemimpinan yang mempunyai visi
(2) Pendidikan sebagai Pusat Pembelajaran
(3) Organisasi Pembelajaran Personal
(4) Kecerdasan
(5) Fokus ke Masa Depan
(6) Inovasi Manajemen
(7) Managemen Berbasis Fakta
(8) Responsif terhadap Kewarganegaraan
(9) Fokus terhadap Hasil
(10) Perspektif terhadap system
2. Keterkaitan Kriteria dengan Pencapaian Performasi
Baldrige Award Application (2003) mengemukakan, pendekatan dalam upaya

meningkatkan performansi pendidikan, maka kriteria sebagai patok duga (benchmarking), atau
dapat pula diasumsikan sebagai standar yang harus dicapai sangat erat kaitannya dengan
seperangkat organisasi yang inovatif, meliputi: (a) leadership; (b) strategi planning; (c) student,
stakeholders, and market focus; (d) information and analysis; (e) faculty and staff focus; (f)
process management; dan (g) organizational performance result.
Setiap aspek saling terkait dan tergantung, sebagai variabel yang harus dikendalikan dalam
organisasi pendidikan melalui manajemen secara sistemik, dan berkesinambungan. Dengan
demikian bahwa dalam pelayana pendidikan diperlukan sumber daya manusia termasuk tenaga
pendidik mempunyai peran strategi dalam meningkatkan mutu.
Seminar Nasional Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 2006
222
3. Sertifikasi dalam Konteks Peningkatan Mutu Pendidikan
Pengertian sertifikasi dan akreditasi lembaga pendidikan adalah suatu kegiatan
penilaian kelayakan suatu sekolah berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan dilakukan oleh
Badan Akreditasi Sekolah yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat
kelayakan. Tujuan akreditasi berdasarkan aspek formal yaitu: (1) memperoleh gambaran kinerja
lembaga pendidikan yang dapat digunakan sebagai alat pembinaan dan pengembangan serta
peningkatan mutu pendidikan; (2) menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah dalam
menyelenggaraan pelayanan pendidikan. Adapun sasarannya adalah penyelenggara pendidikan
yang memenuhi persyaratan (Dikbud,2002:4).
UU Sisdiknas menggariskan beberapa hal. Pertama, untuk memberikan penjaminan
mutu pendidikan ditetapkan standar nasional pendidikan yang didalamnya mencakup standar
isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berkala (Ps.35 ayat 1).
Kedua, guru sebagai unsur pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses Pemelajaran, menilai hasil Pemelajaran, melakukan
bimbingan dan pelatihan (Ps. 39 ayat 2). Ketiga, guru sebagai unsur pendidik harus memiliki
kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Ps. 42
ayat 1).
Secara garis besar terdapat tiga tingkatan kualifikasi profesional guru, yaitu capability,

inovator, dan developer. Capability maksudnya adalah guru diharapkan memiliki pengetahuan,
kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu
mengelola proses pemelajaran secara efektif. Inovator maksudnya sebagai tenaga pendidik yang
memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Guru diharapkan memiliki
pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan
sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif. Developer maksudnya guru harus
memiliki visi dan misi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu
melihat jauh ke depan dalam mengantisipasi dan menjawab tantangan yang dihadapi oleh sektor
pendidikan sebagai suatu sistem
D. Penutup.
Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsingya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal, atau dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan
terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya. Terdidik dan terlatih
maksudnya bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai
strategi atau teknik di dalam kegiatan pemelajaran serta menguasai landasan-landasan
kependidikan sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh guru.
Apabila kita mengadopsi perspektif kompetensi guru di Australia, banyak faktor yang
berperan sebagai variabel pembentuknya, diantaranya: (a) kompetensi; (b) kompetensi guru; (c)
organisasi sekolah; (d) tujuan dan hasil; (e) pembelajaran tuntas; (f) prioritas program; (g)
pendidikan berbasis hasil; dan sebagainya.
E. DAFTAR PUSTAKA
1. A.Siswanto Hadi. (2005). Pendidikan calon guru dan sertifikasi guru. Makalah
disampaikan dalam seminar FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Amos Neolaka. (2004). Sertifikasi lulusan lembaga pendidikan teknologi dan kejuruan.
Makalah disampaikan dalam konvensi nasional APTEKINDO II dan temu karya XIII
FT/FPTK/JPTK Universitas/IKIP Se-Indonesia.
3. Brickman W. William. (2002). Educational, Technical. USA: Microsoft Encarta
Encyclopedia.
4. Coit. F Butt ler.(1972). Instructional System Development for Vocational and Technical

Training. New Jersey:Educational Technology Publication.


Seminar Nasional Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 2006
223
5. Dale Roger. (1985). Educational, Training (Employment Towards a new Vocationalsm.
England: Open University Set Book. Pergamon Press LTd.
6. Depdiknas. (2004). Standar kompetensi guru pemula sekolah menengah kejuruan.
Dikti.Dir.PPTPKPI.
7. Dikmenjur. (2002). Standar manual pendidikan menengah kejuruan. Jakarta.
Ditdikmenjur.
8. Dubois D.David (1993). Comtepency-Based Performance Improvement: A Strategy for
Organiztional Change. USA : Pan-American Conventions.
9. Finch, Curtis R. & John, R.Crunkilton (1993). Curriculum development in vocational and
technical Education, planning, content and implementation. London: Allyn and
Bacon,Inc.
10

Anda mungkin juga menyukai