Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru sebagai sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat
besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah dan juga membantu perkembangan
peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat,
kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa
bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual.
Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan
membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya
manusia (SDM).
Akan tetapi saat ini Ironisnya kekawatiran di dunia pendidikan kini menyeruak
ketika menyaksikan tawuran antar pelajar yang bergejolak dimana-mana. Ada kegalauan
muncul kala menjumpai realitas bahwa guru di sekolah lebih banyak menghukum
daripada memberi reward siswanya. Ada kegundahan yang membuncah ketika sosok
guru berbuat asusila terhadap siswanya.
Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya
fungsi guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak yang
tadinya sama-sama membawa kepentingan dan saling membutuhkan, yakni guru dan
siswa, menjadi tidak lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat
memberatkan, membosankan, dan jauh dari suasana yang membahagiakan. Dari sinilah
konflik demi konflik muncul sehingga pihak-pihak didalamnya mudah frustasi lantas
mudah melampiaskan kegundahan dengan cara-cara yang tidak benar. Hugget (1985)
mencatat sejumlah besar politisi Amerika Serikat yang mengutuk para guru kurang
professional, sedangkan orangtua juga telah menuding mereka tidak kompeten dan
malas.Kalangan bisnis dan industrialis pun memprotes para guru karena hasil didikan
mereka dianggap tidak bermanfaat.Sudah tentu tuduhan dan protes dari berbagai
kalangan itu telah memerosotkan harkat para guru.
Bagaimanakah nasib guru di Negara kita ? Pada jaman dulu, jauh sebelum era
globalisasi informasi, profesi dan posisi guru konon dihormati.bahkan dalam berbagai
upacara dan perayaan, mereka duduk di deretan utama. Namun kini wibawa para guru di
mata murid murid pun kian jatuh.Murid masa kini , khususnya yang menduduki
sekolah-sekolah menengah di kota-kota pada umumnya hanya cenderung menghormati
guru karena hanya menginginkan nilai yang tinggi atau naik kelas dengan peringkat
tinggi tanpa kerja keras.Sebagiannya lagi menghormati guru agar mendapatkan
dispensasi maaf dan maklum apabila mereka telat meyerahklan tugas.

Sikap dan prilaku masyarakat seperti itu memang tidak sepenuhnya tanpa alasan
yang bersumber dari para guru. Ada sebagian guru yang terbukti memang berpenampilan
tidak mendidik. Ada yang member hukuman badan di luar batas normal kependidikan
dan lainnya.Kelemahan lain yang juga ada pada sebagian guru adalah kerendahan tingkat
kompetensi profesionalisme sebagai guru .Penguasaan terhadap materi dan metode
pengajaran masih berada di bawah standar (Syah, 1988). Selain itu, juga ada hasil
penelitian resmi yang menunjukkan kekurangmampuan guru, khususnya guru sekolah
dasar sebagaimana hasil penelitian Badan Litbang Depdikbud RI menyimpulkan, bahwa
kemampuan membaca para siswa SD kelas VI di Indonesia masih rendah. Kesimpulan ini
ditarik dari data penelitian yang cukup mengejutkan , yakni bahwa 76,95% siswa kelas
VI SD tidak dapat menggunakan kamus. Diantara yang mampu menggunakan kamus pun
ternyata hanya 5% yang dapat mencari kata dalam kamus bahasa Indonesia secara
sistematis dan benar. Menteri Koordinator Kesra yang menyoroti hasil penelitian tahun
1993 itu menyebutkan , bahwa kegagalan tersebut disebabkan pengajaran para guru
hanya mementingkan penguasaan huruf tanpa penguasaan makna (Balikbang Dipbuk RI
94)
Kenyataan-kenyataan negative seperti ini cepat atau lambat akan menjatuhkan
prestise (wibawa yang berkenaan dengan prestasi), khususnya prestise profesionalisme
para guru. Ironisnya, kemerosotan prestise profesional sering diikuti dengan kemerosotan
prestise sosial dan prestise material (mutrofin 1993). Yaitu bahwa para guru kini kurang
dihargai masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Melihat pendidikan di negara kita yang mutunya masih kurang baik maka
pemerintah harus segera memperbaiki agar mutu pendidikan di Indonesia bisa terangkat
dan dapat disejajarkan dengan negara asia lainnya. Didalam meningkatkan mutu
pendidikan di ndonesia peran guru sangat penting maka sangatlah dibutuhkan para guruguru yang profesional. Untuk itu, seorang guru harus mampu meningkatkan
profesionalismenya sebagai seorang pendidik.Sehingga dapat dirumuskan masalah
Upaya-upaya apakah yang dapat meningkatakan profesionalisme guru .
C. Manfaat dan Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai panduan atau dapat juga untuk menambah
pengetahuan seorang guru sebagai pendidik tentang bagaimana untuk meningkatkan
profesionalisme guru agar dapat menjadi seorang guru yang profesional dan dapat
memajukan mutu pendidikan di Indonesia yang saat ini mutunya masih tergolong rendah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Guru Sebagai Suatu Profesi


Untuk memahami guru sebagai profesi tampaknya perlu dipahami pengertian
guru dan profesi (professional). Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama
mengajar, mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik.. pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Pengertia profesi adalah pekerjaan ataui kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Jadi, guru yang professional adalah pendidik yang
tugasnya meliputi mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik di sekolah tugas itu menjadi sumber penghasilan
kehiduoan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan, yang memerlukan
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Peranan professional guru mencakup tiga bidang layanan yaitu :
1. Layanan Instruksional
Tugas utama seorang instruktur membelajarkan warga belajar dan memiliki syarat
harus memiliki; wewenang dan daya wibawa.
Wewenang yaitu hak untuk membuat ketentuan/ keputusan yang mempengaruhi peluang
orang untuk melakukan tindakan.Sesuatu yang diberikan / diimplikasikan pada
seseorang. Daya wibawa yaitu pancaran batin yang dapat menimbulkan pada pihak lain
sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas kekuasaan
tersebut. Lima macam daya wibawa yang harus dimiliki oleh seorang guru;
a.
b.
c.
d.
e.

Attractive power ( daya wibawa kememikatan )


Expert power ( daya wibawa keahlian)
Reward power (Daya wibawa kepahalan)
Coercive power (daya wibawa hukuman)
Legitimate power (daya wibawa keberabsahan)

2. Layanan Bantuan
Tugas guru yang bertalian dengan usaha untuk membantu murid mengatasi :
a. Masalah belajar
b. Masalah pribadi

Oleh sebab itu guru perlu memahami program bimbingan Konseling


3. Layanan Administrasi
Menuntut guru untuk memahami :
a.
b.
c.
d.

Bagaimana sekolah dikelolah dan apa peranan guru di dalamnya.


Bagaimana memanfaatkan procedure dan mekanisme pengelolahan sekolah demi
kelancaran tugas guru.
Bagaimana guru bertindak sesuai etika jabatannya
Bagaimana guru bersikap terhadap tugas mengajar serta dengan personalia
pendidikan yang ikut menentukan keberhasilan tugas mengajarnya.

Umumnya, kita mengatakan mengajar adalah suatu profesi, sedangkan guru


adalah pelaksana dari profesi mengajar itu. Dalam kaitan dengan keprofesionalan guru
inilah, undang-undang guru dan dosen mengemukakan prinsip-prinsip keprofeionalan
guru sebagai berikut :
a. Memiliki bakat minat panggilan jiwa dan idealism
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan,
dan akhlak mulia.
c. Memiliki kualifikasi akademi dan latarbelakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya.
d. Memiliki kompotensi yang diperlukan sesuia dengan bidang tugasnya.
e. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f. Memperoleh penghasilan ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
h. Memilki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan guru.
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan, mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Bila kita mencermati prinsip-prinsip profesional di atas, kondisi kerja pada dunia
pendidikan di Indonesia masih memiliki titik lemah pada hal-hal berikut
1) Kualifikasi dan latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan bidang tugas. Di
lapangan banyak di antara guru mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai
dengan kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya.
2) Tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas. Guru profesional
seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif,
personaliti, dan sosial.Oleh karena itu, seorang guru selain terampil mengajar,
juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik.
3) Penghasilan tidak ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. Sementara ini guru
yang berprestasi dan yang tidak berprestasi mendapatkan penghasilan yang sama.

Memang benar sekarang terdapat program sertifikasi. Namun, program tersebut


tidak memberikan peluang kepada seluruh guru. Sertifikasi hanya dapat diikuti
oleh guru-guru yang ditunjuk kepala sekolah yang notabene akan berpotensi
subjektif.
4) Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan profesi secara berkelanjutan.
Banyak guru yang terjebak pada rutinitas. Pihak berwenang pun tidak mendorong
guru ke arah pengembangan kompetensi diri ataupun karier. Hal itu terindikasi
dengan minimnya kesempatan beasiswa yang diberikan kepada guru dan tidak
adanya program pencerdasan guru, misalnya dengan adanya tunjangan buku
referensi, pelatihan berkala, dsb.
Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai he does his job well. Artinya,
guru haruslah orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak mengerti dan
memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang
keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Dengan integritas barulah,
sang guru menjadi teladan atau role model.
Ada 10 ciri guru professional, yakni:
1. Selalu punya energi untuk siswanya
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau
diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan
seksama.
2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan
bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.
3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa
mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.
4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat
memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif,
membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.
5. Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat
mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal

kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia
memenuhi panggilan telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.
6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong
semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.
7. Pengetahuan tentang Kurikulum
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah
dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga memastikan pengajaran
mereka memenuhi standar-standar itu.
8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik
memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka
ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi
para siswa, bahkan bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang
kolaboratif.
9. Selalu memberikan yang terbaik untuk Anak-anak dan proses Pengajaran
Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka
gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan mereka dan memahami dampak atau
pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika
siswanya sudah beranjak dewasa
10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat
menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya
Menyadari banyaknya guru yang belum memenuhi kriteria profesional, guru dan
penanggung jawab pendidikan harus mengambil langkah.
B. Kompetensi Guru Profesional
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.045/U/2002, kompetensi
diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Sedangkan menurut Undang-Undang RI
Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen , dinyatakan bahwa kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan , keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki , dihayati dan

dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut PP RI
No. 19/ 2005 tentang standar Nasional Pendidikan pasal 28, dinyatakan bahwa pendidik
adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni
kompetensi pedagogic, kepribadian, professional, dan social.Dalam konteks itu maka
kompotensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab
yang dimiliki oleh seorang guru yang dipersyaratkan beserta kompetensi inti guru
sebagaimana dikehendaki dalam Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2001 yang diuraikan
sebagai berikut :
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik terdiri dari beberapa kompetensi inti guru yang berkenaan
dengan pemahaman terhadap peserta didik , pengelolaan pembelajaran yang mendidik ,
dan berbagai pengembangan yang mendidik.Kompetensi inti guru dalam pedagogic ini
meliputi:
1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, social, cultural,
emosional dan intelektual.
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu
4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik
5) Memanfaatkan tehnologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik
6) Menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian terdiri dari beberapa kompetensi inti guru yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, stabil, dewasa , arif dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berahlak mulia .Kompetensi inti guru dalam
kepribadian ini meliputi:
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, social dan kebudayaan nasional
Indonesia
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur dan berakhlak mulia, teladan bagi
peseerta didik dan masyarakat
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa

4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan
rasa percaya diri.
5) Menjujung tinggi kode etik profesi guru
c. Kompotensi social
Kompotensi social meliputi berbagai kompoteninti gurur sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
didik, tenaga kependidikan. Orang tua / wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompotensi inti guru dalam bidang social ini meliputi :
a. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status social
ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesame pendidik, orang
tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman social budaya
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.
e. Kompetensi Profesional
Kompotensi Profesional meliputi berbagai kompotensi inti guru yang berkenaan
dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan
keilmuan sebagai guru. Kompotensi inti guru dalam kompotensi professional ini
mencakup:
1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.
2) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif
3) Menguasai standar kompotensi dan kompotensi dasar mata pelajaran atau bidang
pengembangan yang diampu.
4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif
5) Memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.
Lebih lanjut , dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki
keanekaragam kecakapan yang bersifat psikologis, yang meliputi:
Kompetensi Kognitif Guru ( kecakapan ranah cipta)

Kompetensi utama yang wajib dimiliki oleh setiap calonguru dan guru
professional yang mengandung bermacam-macam pengetahuan baik deklaratif maupun
procedural. Pengethaunan deklaratif merupakan ppengetahuan yang relative statis
normative dengan tatanan yang jelas dan dapat diungkapkan dengan lisan sedangkan
pengetahuan procedural adalah pengetahuna praktis dan dinamis yang mendasari untuk
melakukan sesuatu (Beste 1989, Anderson 1990). Pengetahuan dan keterampilan rana
cipta dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu :
a. Kategori pengetahuan pendidikan / keguruan
Menurut sifat dan kegunannya disiplin ilmu kependidikan terdiri atas 2 macam
yaitu :
pengetahuan kependidikan umum, dan pengetahuan kependidikan khusus.
Pengetahuan pendidikan umum meliputi ilmu pendidikan, psikologi pendidikan,
administrasi pendidikan, dan seterusnya. Sedangkan pengetahuan pendidikan khusus
meliputi metode mengajar, metodik khusus pengajaran materi tertentu, tekhnik evaluasi,
praktek guru dan sebagainya.
Ilmu pendidikan umum itu meliputi segenap pengetahuan kependidikan yang
tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar sedangkan ilmu pendidikan
khusus langsung berhubungan dengan praktek pengelolahan proses belajar mengajar.
b. Kategori Pengetahuan bidang studi
Ilmu pengetahuan materi meliputi semua bidang studi yang akan menjadi keahlian
atau pelajaran yang akakn diajarkan oleh guru. Dalam hal ini penguasaan atas pokokpokok bahasan materi pelajaran yang terdapat dalam bidang studi yang menjadi bidang
tugas mutlak diperlukan. Penguasaan guru atas materi-materi bidang studi itu
seyognyanya dikaitkan langsung dengan kependidikan khusus terutama metode khusus
dan praktek keguruan. Jenis kompotensi kognotif yang dimiliki seorang guru adalah
kemampuan menstransfer strategi kognitif pada siswa agar belajar secara efisien dan
efektif (Laosong 1991). Guru diharapkan mampu mengubah pilihan kebiasaan belajar
siswa yang bermotif enstrinsik menjadi proferensi kognitif yang bermotif instrinsik.
Upaya ini perlu dilakukan sebab siswa yang bermotif kognitif ekstrensik biasanya
memandang belajar sebagai alat penangkal bahay, ketidak naikan ,atau ketidak lulusan
saja, dengan kata lain siswa hanya belajar untuk mencapai cita-cita yaitu asal lulus
semata.
Kompotensi afektif Guru
Kompotensi rana afektif guru bersifat tertutup dan abstrak, sehingga amat sukar
untuk diidentifikasi. Kompotensi rana ini meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi

10

seperti cinta, benci senang, dan sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain.
Namun demikian kompotensi afektif yang paling penting dan paling penting dan paling
sering dijadikan obyek penelitian dan pembahasan psikologi pendidikan adalah sikap dan
perasaan diri yang berprofesi pada keguruan. Sikap dan perasaan itu meliputi :
a. Konsep diri dan harga diri guru
Konsep diri guru adalah totslitas sika[p dan presepsi seorrang guru terhadap diri
sendiri. Keseluruhan sikap dan pandangan tersebut dapat dianggap deksripsi kepribadian
guru yang bersangkutan. Sementara itu harga diri guru dapat diartikan sebagai tingkat
pandangan dan penilaian seseorang guru mengenai dirinya sendiri berdasarkan
prestasinya. Guru yang professional memerlukan konsep diri yang tinggi. Guru demikian
dalam mengajarnya memberikan peluang luas kepada para siswa untuk berkreasi
disbanding dengan guru yang konsep dirinya rendah. Guru yang konsep dirinya rendah
biasanya lebih banyak berkicau sehingga tidak sempat memberi peluang kepada siswa
untuk berkreasi seperti bertanya dan menyampaikan pendapat akibatnya para siswa
menjadi masyarakat bisu.
Guru yang memiliki konsep diri yang tinggi umumnya memiliki harga diri pula.
Dia mempunyai keberanian mengajar serta membantu sekuat tenaga pada siswanya agar
lebih maju. Fenomena keberanian mengajar dan mendorong para siswa supaya maju itu
didasari oleh keyaknan guru tersebut terhadap kualitas prestais akademik yang telah ia
miliki, Oleh karena itu, untuk memiliki konsep diri yang positif para guru perlu berusah
mencari prestasi akademik setunggi-tingginya dengan cara banyak belajar terus
mengikuti perkembangan zaman.
b. Efikasi diri dan efikasi kontekstual guru
Efikasi guru adalah keyakinan guru terhadap keefktifan kemampuannya sendiri
dalam membangkitkan gairah dan kegiatan para siswanya .Kompetensi ranah rasa ini
berhubungan dengan kompetensi ranah rasa lainnya yang disebut teaching efficacy yang
berarti kemampuan guru dalam berurusan dengan keterbatasan factor di luar dirinya
ketika ia mengajar.Artinya keyakinan guru terhadap kemampuannya sebagai pengajar
professional bukan hanya dalam hal menyajikan materi pelajaran didepan kelas saja,
melainkan juga dalam hal memanipulasi keterbatasan ruang, waktu dan peralatan yang
berhubungan dengan proses belajar mengajar.
c. Sikap penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain
Sikap penerimaan terhadap diri sendiri adalah gejalah ranah rasa seorang guru
dalam berkecenderungan positif atau negative terhadap dirinya sendiri berdasarkan
penilaian yang lugas atas bakat dan kemampuannya.Sikap peneriamaan terhadap dirinya
sendiri ini diiringi dengan rasa puas terhadap kelebihan dan kekurangan yang ada pada

11

diri guru tersebut.Sebagai pemberi layanan kepada siswa , guru seyogyanya memiliki
sikap positif terhadap dirinya sendiri .Sebab kompetensi bersikap seperti ini akan
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kualitas dan kuantitas layanan kepada siswa.
Kompetensi Psikomotor Guru
Kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampilan atau kecakapan yang
bersifat jasmaniah yang pelaksanaanya berhubungan dengan tugasnya selaku
pengajar.Guru yang professional memerlukan penguasaan yangprima atau sejumlah
keteram[ilan ranah karsa yang langsung berkaitan dengan budang studi garapannya.
Secara garis besarnya , kompetensi ranah karsa guru terdiri atas dua kategori, yaitu ;
1) Kecakapan fisik umum
Kecakapan fisik umum direfleksikan dalam bentuk gerakan dan tindakan umum
jasmani guru seperti duduk, berdiri, berjalan, berjabat tangan dan sebagainya tidak
langsung berhubungan dengan aktivitas mengajar. Kompetensi rtanah karsa ini
selayaknya direfleksikan oleh guru sesuai dengan kebutuhan dan tatakrama yang berlaku.
2) Kecakapan fisik khusus
Kecakapan ini meliputi keterampilan-keterampilan eksperesi verbal dan
nonverbal tertentu yang direfleksikan guru terutama ketika mengelola proses belajar
mengajar .dalam hal ini merefleksikan ekspresi verbal guru sangat diharapkan terampil ,
dalam arti fasih dan l;ancar berbicara baik ketika menyampaikan uraian materi pelajaran
maupun ketika menjawab pertanyaan- pertanyaan para siswa atau mengomentari
sanggahan dan pendapat mereka.
Menurut Permendiknas RI Nomor 16 tahun 2007, empat standar kompotensi
utama guru yang mencakup kompotensi inti guru sebagaimana dikemukakan di atas
dikembangkan lagi menjadi kompotensi guru PAUD/TK/RA, guru kelas SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAKIN.

C. Arti Penting Mengajar


Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan
mengenai pemdidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Sebagian orang
menganggap mengajar merupakan bagian dari upaya pendidikan. Mengajar hanya
dianggap sebagai salah satu alat atau cara dalam menyelenggarakan pendidikan, bukan
pendidikan itu sendiri. Konotasinya jelas, karena mengajar hanya merupakan salah satu
cara mendidik maka pendidikan pun dapat berlangsung tanpa pengajaran. Anggapan ini
muncul karena adanya asumsi tradisional yang menyatakan bahwa mengajar itu

12

merupakan kegiatan seorang guru yang hanya menumbuh kembangkan ranah cipta
murid-muridnya, sedangkan ranah rasa dan rana karsa mereka terlupakan.
Sebagaian orang menganggap bahwa mengajar tidak jauh berbeda dengan mendidik.
Oleh karenanya istilkah mengajar dalam bahasa arab adalah taklim dan dalam bahasa
inggris artinya teaching itu kurang lebih sama artinya dengan pendidikan yakni tarbiyah
dalam bahasa arab dan education dalam bahasa inggris.
Meskipun hingga kini masih banyak orang bersikeras mempertahankan
ketidaksamaan anatar mengajar dan mendidik, dalam kenyataan sehari-hari tidak terdapat
perbedaan yang tegas antara keduanya. Dalam menjalankan tugasnya sebagai penyaji
pengajaran khusunya di kelas, guru tidak hanya dituntut mentransfer pengetahuan atau
pelajaran yang ia sajikan kepara para siswa melainkan lebih daripada itu.
Dalam artian lebih ideal, mengajar bahkan mengandung konotasi membimbing
dan membantu untuk memudahkan siswa dalam menjalani proses perubahannya sendiri,
yakni proses belajar untuk meraih kecepakatan cipta rasa dan karsa yang menyeluruh
dan Untuk dapat menjalankan tugas dan tanggungjawab guru berkewajiban
merealisasikan segenap upaya yang mengarah pada pengertian membantu dan
membimbing siswa dalam melapangkan jalan menuju perubahan positif seluruh rana
kejiwaannya. Dalam hal ini, kegiatan nyata yang paling utama dalam member bantuan
dan biombingan itu adalah mengajar.
Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalm
bidang-bidang studi pendidikan ialah bahwa mengajar itu merupakan peyampaian
kpengetahuan dan kebudayaan pada siswa dengan demikian tujuannya pun hanya
berkisar sekitar pencapaian penguasaan siswa atas sejumlah pengetahuan dan kebudayaan
dari pengertian semacam ini timbul gambaran bahwa peranan dalam proses pengajaran
hanya dipegang oleh guru sedangkan murid dibiarkan pasif.
Arifin (1978) mendefenisikan mengajar sebagai suatu rangkaian kegiatan
penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapai,
menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Defenisi itu tidak jauh berbeda
dengan defenisi orang awam karena sama-sama menekankan pengetahuan belakang.
Sementara tison dan Carel (1970) menyimpulkan bahwa mengajar adalah sebuah cara
dan sebuah proses hubungan timbal-balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif
melakukan kegiatan. Sehubungan dengan defenisi itu Tison dan Carel menetapkan
sebuah syarat yakni apabila interaksi antar personal (guru dan siswa) interjadi dengan
baik maka kegiatan belajar akan terjadi. Sebaliknya jika interaksi guru siswa buruk maka
tindakan belajar siswa pun tidak akan terjadi atau mungkin terjadi tapi tidak sesuai
dengan harapan.

13

Salah satu ciri pembelajaran efektif adalah mengembangkan pemikiran bahwa


anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya (Dit-PLP, 2003). Ciri
inilah yang dikembangkan dalam pembelajaran KTSP dan berkaitan dengan filsafat
konstruktivisme.
Tugas penting guru pada pendidikan formal di sekolah di antaranya adalah
membantu peserta didik untuk mengenal dan mengetahui sesuatu, terutama memperoleh
pengetahuan. Dalam pengertian konstruktivisme, pengetahuan itu merupakan "proses
menjadi", yang pelan-pelan menjadi lebih lengkap dan benar. Pengetahuan itu dapat
dibentuk secara pribadi dan peserta didik itu sendiri yang membentuknya.
Peran guru atau pendidik adalah sebagai fasilitator atau moderator dan tugasnya adalah
merangsang atau memberikan stimulus, membantu peserta didik untuk mau belajar
sendiri dan merumuskan pengertiannya. Guru juga mengevaluasi apakah gagasan
peserta didik itu sesuai dengan gagasan para ahli atau tidak. Sedangkan tugas peserta
didik aktif belajar, mencerna, dan memodifikasi gagasan sebelumnya. Dalam KTSP
dianut bentuk pembelajaran yang ideal yaitu pembelajaran peserta didik aktif dan kritis.
Peserta didik tidak kosong, tetapi sudah ada pengertian awal tertentu yang harus dibantu
untuk berkembang. Maka modelnya adalah model dialogis, model mencari bersama
antara guru dan peserta didik. Peserta didik dapat mengungkapkan gagasannya, dapat
mengkritik pendapat guru yang dianggap kurang tepat, dapat mengungkapkan jalan
pikirannya yang lain dari guru. Guru tidak menjadi diktator yang hanya menekankan satu
nilai satu jalan keluar, tetapi lebih demokratis. Dalam KTSP, pendidikan yang benar harus
membebaskan peserta didik untuk berpikir, berkreasi, dan berkembang.
Implementasi KTSP sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim pendidikan
yang memungkinkan tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah bagi setiap guru, mulai
dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini berkaitan adanya pergeseran peran
guru yang semula lebih sebagai instruktor atau selalu memberi instruksi dan kini menjadi
fasilitator pembelajaran. Guru dapat melakukan upaya-upaya kreatif serta inovatif dalam
bentuk penelitian tindakan terhadap berbagai teknik atau model pengelolaan
pembelajaran yang mampu menghasilkan lulusan yang kompeten.
Selaku pengolah kegiatan siswa guru sangat diharapkan menjadi pembimbing
dan pembantu para siswa bukan hanya ketika mereka berada dalam kelas saja
melainkan ketika mereka berada di luar kelas. Khusunya ketika mereka masih berada
dalam lingkungan serkolah seperti di perpustakaan, di laboratorium, dan sebagainya.
Dalam hal menjadi pembimbing guru perlu mengaktualisasikan kemampuannya dalam
kegiatan-kegiatan membimbing kegiatan belajar para siswa dan membimbing
pengalaman belajar para siswa.

14

Membimbing kegiatan belajar siswa khusunya ketika belajar tidak hanya berarti
berceramah di muka kelas tetapi juga memberikan peluang seluas-luasnya kepada siswa
untuk melakukan aktivitas belajar.
Contoh: Jika para siswa diajari menulis maka siswa itulah yang lebih banyak mendapat
peluang menulis bukan guru tugas anda yang penting adalah memberi contoh dalam
dorongan persuasif kepada para siswa serta menata lingkungan sebaik-baiknya, sehingga
memungkinkan mereka belajar dengan mudah. Lingkungan dalam hal ini meliputi guru,
papan tulis, pensil, dan buku tulis para siswa serta perlengkapan lainnya yang berada di
ruang kelas.
Dari contoh di atas dapat dipahami bahwa tradisi mengajar dengan mendominasi
kegiatan kelas seperti menulis pada papan tulis terus menerus taua mendikteklan teks
kepada siswa hingga akhir jam pelajaran tidak dapat dipandang lagi sebagai kegiatan
mengajar yang sesungguhnya. Sebab cara-cara seperti itu sulit diharapkan dan dapat
menimbulkan kegiatan siswa. Padahal salah satu arti pemting perbuatan mengajara
adalah dalam rangka menimbulakan bahkan memudahkan belajar siswa.
Dengan KTSP, guru mengajar supaya peserta didik memahami yang diajarkan dan
mampu memanfaatkannya dengan menerapkan pemahamannya baik untuk memahami
alami lingkungan sekitar maupun untuk solusi atau pemecahan masalah sehari-hari.
Kegiatan mengajar bukan sekedar mengingat fakta untuk persediaan jawaban tes sewaktu
ujian. Akan tetapi, kegiatan mengajar juga diharapkan mampu memperluas wawasan
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menumbuhkan sejumlah sikap positif
yang direfleksikan peserta didik melalui cara berpikir dan cara bertindak atau berperilaku
sebagai dampak hasil belajamya. Oleh karena itu cara guru mengajar perlu diubah.
Ditinjau dari esensi proses pembelajarannya, perlu adanya pengubahan paradigma
"mengajar" (teaching) menjadi "membelajarkan" (learning how to learn) sehingga
proses belajarnya cenderung dinamis dan bersifat praktis dan analitis dalam dua dimensi
yaitu: pengembangan proses eksplorasi dan proses kreativitas. Proses eksplorasi menjadi
titik pijak untuk menggali pengalaman dan penghayatan khas peserta didik, bukan dari
pihak luar, bukan dari apa yang dimaui orang tua, guru, maupun masyarakat bahkan
pemerintah sekalipun.
Dari proses tersebut dikembangkan prakarsa untuk bereksperimen-kreatif,
berimajinasi-kreatif dengan metode belajar yang memungkinkan peserta didik untuk
melatih inisiatif berpikir, mentradisikan aktivitas kreatif, mengembangkan kemerdekaan
berpikir, mengeluarkan ide, menumbuhkan kenikmatan bekerjasama, memecahkan
masalah-masalah hidup dan kehidupan nyata. Karena itu, dalam proses pembelajaran
seharusnya tampak dalam bentuk kegiatan prakarsa bebas (independent study),
komunikasi dialogis antar peserta didik maupun antara peserta didik dan guru,
spontanitas kreatif, yang kadang-kadang terkesan kurang tertib menurut pandangan

15

pendidikan. Guru perlu menyediakan beragam kegiatan pembelajaran yang berimplikasi


pada beragamnya pengalaman belajar supaya peserta didik mampu mengembangkan
kompetensi setelah menerapkan pemahamannya pengetahuannya. Untuk itu strategi
belajar aktif melalui multi ragam metode sangat sesuai untuk digunakan ketika akan
menerapkan KTSP.

D. Arti Penting Belajar


Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar Belajar adalah
kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat pundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami
siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
sendiri dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para
pendidik khususnya pada guru. Kekeliruan/ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap
proses belajar dan hal-hal yang Berkaitan dengannya akan mengakibatkan kurang
bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan
atau menghapalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi / materi pelajar.
Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anakanaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi
yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.
Perbedaan individual dalam belajar disekolah dapat diartikan sebagai perbedaan
antara individu yang satu dengan individu yang lain dalam proses belajar disekolah.
Dalam proses belajar mengajar disekolah, meskipun guru dan materi pelajaran yang
dipelajari oleh siswa, serta waktu dan lingkungan belajar dikelas juga sama, tetapi tetap
terjadi perbedaan individual dalam hasil belajarnya. Hal ini disebabkan karena kondisi
setiap siswa berbeda sehingga proses belajar yang dilakukan / dialami oleh siswa juga
berbeda.
Oleh karena kondisi setiap siswa disekolah berbeda dan perbedaan individu dalam
proses belajar juga merupakan realitas yang sulit dihindarkan, maka sudah sewajarnya
bagi setiap guru untuk berupaya mengantisipasi dan mengatasi kondisi perbedaan
individual dalam belajar tersebut, agar setiap siswa memperoleh hasil belajar
sebagaimana yang diharapkan.
Siswa dengan tingkat kecerdasan yang tinggi membutuhkan waktu dan instruksi
yang lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang tingkat kecerdasannya lebih rendah.
Dalam penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli terdahulu, mereka

16

mempercaya bahwa kecerdasan itu hanya satu macam. Misalnya Spearman ( 1972 ),
menyebutkan sebagai kecerdasan umum. Sedangkan Raymond Cattel (1963-1971 ),
sebagai seorang murid Spearman kemudian mengembangkan deskripsi tersebut dan
memasukan Fluid Intelligence yang menggambarkan kemampuan umum untuk
beradaptasi terhadap tugas-tugas yang baru dan Crystallized Intelligence yang
menggambarkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh manusia. Selain itu ada
beberapa teori dari pandangan beberapa ahli psikologi tentang kederdasan seperti teori
dari J.P. Guilford, teori Intelegensi ganda Howard Gardner, teori intelegensi dari Robert
Sternberg dan lainnya.

E. Pentingnya Guru Meneliti


Seorang yang cerdas akan belajar dari pengalaman masa lalu dan
menghubungkannya dengan pengalaman baru dan memadukan keduanya menjadi pola
baru yang lebih bermanfaat. Kemampuan untuk menganalisa data berkembang seiring
dengan bertambahnya usia anak sehingga makin besar seorang anak makin bertambah
kemampuannya untuk mengatasi masalah. Anak yang cerdas akan bisa menguasai polapola dan aturan-aturan dengan cepat dan otomatis. Olehnya itu seorang guru dituntuk
melakukan penelitian dan menentukan pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
Suatu pandangan yang sangat ekstrim tentang kecerdasan mengatakan bahwa
kecerdasan semata-mata ditentukan oleh keturunan, sementara pendapat yang lain
menegaskan bahwa kecerdasan dipengaruhi oleh lingkungan (tempat seseorang diasuh
dan dibesarkan). Para ahli berpihak pada kedua pendapat tersebut. Hubungan antara
genetic dan lingkungan dapat dilihat dengan cara sederhana. Faktor keturunan merupakan
potensi atau modal, dan factor lingkungan membantu kecerdasan untuk berkembang.
Sebuah penelitian membuktikan bahwa seorang anak dari lingkungan keluarga kurang
mampu tinggal dengan keluarga kaya ejak bayi, etelah bear ternyata IQ anak terebut
meningkat 14 poin lebih tinggi dari saudara kandungnya yang maih tinggal berama orang
tua kandungnya. Kecerdasan juga berkembang sepanjang waktu. Dalam kurun waktu 2
1/2 sampai dengan 17 tahun kecerdasan bisa berkembang sampai 28 poin.
Di samping itu, ada pula yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti
yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Persepsi ini biasanya akan merasa puas
bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu,
walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan keterampilan tersebut.
Untuk menghindari ketidaklengkapan tersebut penyusun akan melengkapi sebagian
Definisi dengan komentar dan interprestasi seperlunya.
Skiner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology the
teaching-learning process, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah

17

laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F Skimer percaya
bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi
penguat (reinforce)
Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam
Rumusan. Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku
yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya belajar
adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
Hintzman dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam
diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. With dalam bukunya menyatakan belajar
adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan
tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Reber dalam kamus susunannya
yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam
definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, biasanya sering
dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat. Dalam
definisi ini terdapat empat macam Istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk
memahami proses belajar.
a.
b.
c.
d.

Relatively permanent, yang secara umum menetap


Response potentiality, kemampuan bereaksi
Reinforce, yang diperkuat
Practice, Praktek atau latihan

Biggs dalam Pendahuluan teaching for learning mendefinisikan belajar dalam 3 macam
rumusan, yaitu rumusan kuantitatif, rumusan instutisional,rumusan kualitatif.
Contoh Belajar, Seorang anak balita memperoleh mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia
mencoba memainkan ini dengan cara memutar kuncinya dan meletakannya pada suatu
permukaan atau dataran. Perilaku memutar dan meletakan tersebut merupakan
respon atau reaksi atas rangsangan yang timbul pada mainan itu. Pada tahap permulaan,
respon anak terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya tidak tepat atau
setidak-tidaknya tidak teratur. Namun, berkat latihan dan pengalaman berulang-ulang
lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-mobilan dengan baik dan
sempurna. Sehubungan dengan contoh itu belajar dapat dipahami sebagai proses yang
dengan proses itu sebuah tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki serentetan reaksi atas
situasi atau rangsangan yang ada.
Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap unsur
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tap pernah ada pendidikan sebagai
suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin
ilmu yang Berkaitan dengan upaya pendidikan, misalnya psikologi pendidikan. Karena

18

demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen
psikologi pendidikanpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan
mendalam menguasai prose perubahan manusia itu.
F. Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme
Peningkatan profesionalisme guru sebenarnya ditentukan oleh seorang guru itu
sendiri. Apakah seorang guru tesebut ingin menjadi seorang guru yang profesional atau
tidak. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang guru jika ingin meningkatkan
keprofesionalisme, yaitu :
1. Memahami standart tuntutan profesi yang ada.
Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada (di Indonesia dan yang
berlaku di dunia) harus ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin
meningkatkan Profesionalismenya. Sebab, persaingan global sekarang memungkinkan
adanya mobilitas guru secara lintas negara, sebagai profesional seorang guru harus
mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global dan tuntutan masyarakat yang
menghendaki pelayanan yang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar
profesi ini adalah dengan belajar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka
diri yakni mau mau mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya.
2. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan.
Upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan juga tidak kalah
pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai
maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan.
Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melului training, seminar, dan
berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi.
3. Membangun kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi.
Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan
guru dengan membina jaringan kerja. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah
dilkukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang
sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui jaringan kerja inilah guru dapat
memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya.Dalam hal ini juga
dapat di bina melalui jaringan kerja yang luas dengan menggunakan tekhnologi
komunikasi dan informasi, misal melalui korespondensi dan mungkin melalui internet.
Apabila hal ini dilakukan secara intensif akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan
profesi dari sejawat guru di Indonesia bahkan dunia.

19

4. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan


bermutu tinggi kepada konstituen.
Upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan
bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu keharusan di zaman sekarang. Semua
bidang dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan
pelayanan prima kepada konstituenya yaitu siswa , Orang tua dan sekolah . Terlebih lagi
pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang di danai, di adakan
dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus
mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
5. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan tekhnologi
komunikasi dan inmormasi mutkhir agar senantiasa tidak keinggalan dalam
kemampuannya menggelola pembelajaran.
Satu hal lagi yang dapat diupayakan ntuk peningkatan profesionalisme guru
adalah melalui adopsi inovasi atau pengembangan kreatifitas dalam pemanfaatan
tekhnologi komunikasi dan informasi mutakhir. Guru dapat memanfaatkan media
presentasi komputer dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang tekhnologi pendidikan.
Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut pada akhirnya
memerlukan adanya dukungan dari semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud.
Pihak-pihak yang harus memberikan dukunganya tersebut adalah organisasi profesi
seperti PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.
Mengenai kompetensi, di Indonesia telah ditetapkan sembilan kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru sebagai instructional leader, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

memiliki kepribadian ideal sebagai guru


penguasaan landasan pendidikan
menguasai bahan pengajaran
kemampuan menyusun program pengajaran
kemampuan menilai hasil dan proses belajar mengajar
kemampuan menyelenggarakan program bimbingan
kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah
kemampuan bekerja sama dengan teman sejawat dan masyarakat; dan
kemampuan menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan
pengajaran.

Dengan begitu, tugas guru menjadi lebih luas lagi dari pada proses
mentransmisikan pengetahuan, membangun afeksi, dan mengembangkan fungis
psikomotorik,karena di dalamnya terkandung finsi-funsi produksi.Guru yang mogok
mengajar apapun alasannya merupakan counter produdari sisi etika keguruan juga tidak
layak terjadi sebab figu guru menjadi panutan di kalangan masyarakat setidaknya bagi
para siswanya sendiri. Disini predikat guru sebagai pendidikitu berkonotasi dengan

20

tindakan-tindakan yang senantiasa memberi contoh yang baik dalam semua perilakunya.
Sebagai pendidik, guru harus professional sebagaimana ditetapkan dalam Undangundang Sitem Pendiidkan Nasional bab IX pasal 39 ayat 2:
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabidaian kepada
mayarakat, terutama bagi pendidikan pada pergurua tinggi
Ketentuan ini mencakup tipe macam kegiatan yang harus dilaksanakan oeh guru
yaitu pengajaran, penelitan, dan pengabdian masyarakat. Beban ini tidak ada bedanya
denganbebabn bagi dosen. Tiga macam kegiatan tersebut secara hierarchy melambangkan
tiga upaya berjenjang dan meluas gerakannya. Pengajaran melambangkan pelaksanaan
tugas rutin, penelitian melambangkan upaya pengembangan profesi, sedang pengabdian
melambangkan pemberian kontribusi sosial kepada masyarakat akibat prestasi yang
dicapai tersebut.
Dari ketiga kegiatan tersebut, terutama penelitian menuntut sikap guru dinamis
sebagai seorang professional. seorang profesional adalah seorang yang terus menerus
berkembang atau trainable. Untuk mewujudkan keadaan dinamis ini pendidikan guru
harus mampu membeklai kemampuan kreativitas, rasionalitas, ketrlatihan memecahkan
masalah , dan kematangan emosionalnya. Semua bekal ini dimaksudkan mewujudkan
guru yang berkualitas sebagai tenaga profesional yang sukses dalam menjalankan
tugasnya.
Keberhasilan guru dapat ditinjau dari dua segi proses dan dari segi hasil. Dari
segi proses, guru berhasil bila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara
aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, juga dari gairah dan
semangat mengajarnya serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru
berhasil bila pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah perilaku pada sebagian
besar peserta didik ke arah yang lebih baik. Sebaliknya, dari sisi siswa, belajar akan
berhasil bila memenuhi dua persyaratan:
1. belajar merupakan sebuah kebutuhan siswa,
2. ada kesiapan untuk belajar, yakni kesiapan memperoleh pengalaman-pengalaman
baru baik pengetahuan maupun ketrampilan.
Hal ini merupakan gerakan dua arah, yaitu gerakan profesional dari guru dan
gerakan emosional dari siswa. Apabila yang bergerak hanya satu pihak tentu tidak akan
berhasil, yang dalam istilah sehari-hari disebut bertepuk sebelah tangan. Sehebathebatnya potensi guru selagi tidak direspons positif oleh siswa, pasti tidak berarti apaapa. Jadi gerakan dua arah dalam mensukseskan pembelajaran antara guru dan siswa itu
sebagai gerakan sinergis

21

Disamping itu ada satu hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus bagi guru
yang profesional yaitu kondisi nyaman lingkungan belajar yang baik secara fisik maupun
psikis. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 40 ayat 2 bagian 2 di muka
menyebut dengan istilah menyenangkan. Demikia juga E. Mulyasa menegaskan, bahwa
tugas guru yang paling utama adalah bagaimana mengkondisikan lingkungan belajar
yang menyenangkan, agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua peserta didik
sehingga timbul minat dan nafsunya untuk belajar38. Adapun Bobbi Deporter dan Mike
Hernachi menyarankan agar memasukkan musik dan estetika dalam pengalama
belajar siswa. karena musik berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis siswa
yang diiringi musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi. dalam
situasi otak kiri sedang bekerja, musik akan membangkitkan reaksi otak kanan yang
intuitif dan kreatif sehingga masukannya dapat dipadukan dengan keseluruhan proses.
Terkait dengan suasana yang nyaman ini, perlu dipikirkan oleh guru yang
profesional yaitu menciptakan situasi pembelajaran yang bisa menumbuhkan kesan
hiburan. Mungkin semua siswa menyukai hiburan, tetapi mayoritas mereka jenuh dengan
belajar. Bagi mereka belajar adalah membosankan, menjenuhkan, dan di dalam kelas
seperti di dalam penjara. Dari evaluasi yang didasarkan pada pengamatan ini, maka
sangat dibutuhkan adanya proses pembelajaran yang bernuansa menghibur. Nuansa
pembelajaran ini menjadi pekerjaan rumahbagi para guru khususnya guru yang
profesional.

G. Kode Etik Guru Indonesia


Kode etik guru Indonesia adalah nilai dan norma-norma profesi guru Indonesia
yang berfungsi sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru dalam
menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun diluar sekolah
serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian kode etik guru
Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap professional para
anggota profesi keguruan. Kode etik guru Indonesia yang disempurnakan dalam Kongres
XVII tahun 1989 itu adalah sebagai berikut :
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan professional
3. Gurur berusaha memperoleh informasi tentang pserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang proses
belajar mengajar

22

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggungjawab bersama terhadap
pendidikan
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu
dan martabat profesinya
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan social.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang pendidikan
Bagi sementara guru, menghadapi perubahan yang cepat dalam pendidikan dapat
membawa dampak kecemasan dan ketakutan. Perubahan dan pembaharuan pada
umumnya membawa banyak kecemasan dan ketidak-nyamanan. Implikasi perubahan
dalam dunia pendidikan, bukan perkara mudah, karena mengandung konsekwensi teknis
dan praksis, serta psikologis bagi guru. Misalnya perubahan kurikulum, atau perubahan
kebijakan pendidikan. Perubahan itu tidak sekedar perubahan struktur dan isi kurikulum.
Atau sekedar perubahan isi pembelajaran. Tetapi perubahan yang menuntut perubahan
sikap dan perilaku dari para guru. Misalnya perubahan karakter, mental, metode, dan
strategi dalam pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran di kelas menyangkut metodologi dan strategi. Bagaimana
seorang guru menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan; ditentukan oleh kemampuan dan ketrampilan guru. Pembelajaran yang
menyenangkan dapat mewujudkan pembelajaran yang dinamis, dan demokratis.
Penggunaan teknologi pembelajaran berbasis computer menjadi keharusan. Para
guru seharusnya cepat untuk beradaptasi. Seorang guru yang gagap teknologi, menjadi
suatu keniscayaan untuk menggunakan teknologi computer dalam proses pembelajaran di
kelas. Dan komputer menjadi barang asing baginya. Kemajuan teknologi (computer)
mestinya dapat mempermudah bagi guru dalam melaksanakan tugas kependidikan yang
diemban. Pembelajaran di kelas pun menjadi hidup, menarik, dan menyenangkan. Situasi
kelas yang menyenangkan, dan pengelolaan kelas yang dinamis, dapat mempermudah
pencapaian tujuan pembelajaran.
Sebagaimana dikenal istilah quantum teaching, quatum learing, dan enjoy
learning dalam praktek pembelajaran di sekolah, hakekatnya mengembangkan suatu
model dan strategi pembelajaran yang efektif dalam suasana menyenangkan dan penuh
makna.
Jadi, seperti yang telah disinggung berkali-kali bahwa mengajar pada hakekatnya
sama dengan mendidik karena itu tidak perlu heran jika seorang guru yang sehari-harinya
sebagai pengajar lazim juga disebut sebagai pendidik. Guru sebagai pendidik ataupun

23

pengajar merupakan factor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Itulah sebabnya
setiap perbincangan melalui pembaharuan kurikulum, pengadaan alat-alat pengajar
sampai pada criteria sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidikan, selalu
bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa signifikan posisi guru dalam dunia
pendidikan.
Permasalahan guru di Indonesia tersebut secara langsung atau tidak langsung
berkaitan dengan masalah mutu profesionalisme guru yang masih belum memadai.
Padahal sudah sangat jelas hal tersebut tidak menentukan mutu pendidikan nasional.
Mutu pendidikan nasional yang rendah , salah satu penyebabnya adalah mutu guru yang
masih rendah. Permasalahan guru di Indonesia harus diselesaikan scara komprehensif
menyangkut semua aspek terkait yaitu kesejahteraan, kualifikasi, pembinaan,
perlindungan profesi, dan administrasinya.
Sebenarnya sumber permasalahan pendidikan yang terbesar adalah adanya
perubahan, karena itu permasalahan akan senantiasa ada sampai kapanpun. Institusi
pendidikan dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan perkambangan yang ada
dalam masyarakat. Demikian pula dengan guru, yang senantiasa dituntut untuk
menyesuaikan dengan perubahan. Akibatnya demikian banyak permasalahan yang
dihadapi oleh guru, karena ketidakmampuannya menyesuaikan perubahan yang terjadi di
sekelilingnya sebagai akibat dari keterbatasnnya sebagai individu atau karena
keterbatasan kemampuan sekolah dan pemerintah. Jadi masalah pendidikan senantiasa
muncul karena adanya tuntutan agar institusi pendidikan termasuk guru menyesuaikan
dengan segala perkembangan yang ada dalam masyarakat.
Profesionalisme guru di bangun melalui penguasaan kompetensi-komptensi yang
secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi penting
jabatan guru tersebut adalah: kompetensi bidang bidang substansi atau bidang studi,
kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan
serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan / pengabdian masyarakat.
Pengembangan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi,
peningkatan kerja dan kesejahteraannya. Guru sebagai profesional dituntut untuk
senantiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreatifitasnya. Masyarakat telah
mempercayakan sebagian tugasnya kepada guru. Tugas guru yang diemban dari limpahan
tugas masyarakat tersebut antara lain adalah mentransfer kebudayaan dalam arti luas,
keterampilan menjalani kehidupan, dan nilai-nilai. Selain itu guru secara mendalam harus
terlibat dalam kegiatan maenjelaskan, mendefinisikan, membuktikan, dan
mengklarifikasi. Tugasnya sebagai pendidik bukan hanya mentrnsfer pengetahuan ,
keterampilan dan sikap, tetapi mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa depan.

24

Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi dalam membimbing siswa siap
menghadapi kehidupan yang sebenarnya dan bahkan mampu memberikan teladan yang
baik. Oleh karena itu guru harus siap untuk diuji kompetensinya secara berkala untuk
menjamin agar kinerjanya tetap memenuhi syarat profesional yang terus berkembang.
Kemampuan-kemampuan yang selama ini harus dikuasai guru juga akan lebih dituntut
aktualisasinya. Misalkan kemampuannya dalam :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Merencanakan pembelajaran dan merumuskan tujuan.


Mengelola kegiatan individu.
Menggunakan multi metode dan memanfaatkan media.
Berkomunikasi interaktif dengan baik.
Memotifasi dan memberikan respons.
Melibatkan siswa dalam beraktifiktas.
Mengadakan penyesuaian dengan kondisi siswa.
Melaksanakan dan mengelola pembelajaran.
Memperbaiki dan mengevaluasi pembelajaran.
Menguasai materi pelajaran
Memberikan bimbingan, berinteraksi dengan sejawat dan bertanggung jawab.
Mampu melaksanakan penelitian

Selain itu, tentu saja masih ada keterampilan lain yang harus dikuasai guru
mislnya menutup pelajaran dengan baik dengan membuat rangkuman dan memberikan
petunjuk tentang tindak lanjut yang harus dilakukan siswa. Singkatnya banyak hal-hal
kecil yang harus diperhatikan dan dikuasai oleh guru secara komulatif membentuk suatu
keutuhan kemampuan secara profesional yang bisa ditampilkan dalam bentuk kinerja
yang optimal. Dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru, maka guru sendiri harus
mau membuat penelitian atas kinerjanya sendiri. Jadi, guru harus memperbaiki
profesionalismenya sendiri, dan mayarakat membantu mempertajam dan menjadi
pendorongnya.
Pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban:
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis
dan dialogis.
Mempunyai komitemen secara professional untuk meningkatkan mutu
pendidikan, dan
Memberikan teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan keprcayaan yang diberikan kepadanya.
Seiring dengan demokrasi politik. Ada tuntutan demokrasi pendidikan dalam
prakteknya berimplikasi pada demokrasi pembelajaran dengan indikasi menciptakan
suasana dialogis. Dengan demikian, peranan guru dalam penyampaian pengetahuan
menjadi sangat berkurang yang digantikan oleh peranan siswa yang semakin menguat.
Tuntutan dialog belakangan ini sebagai suatu yang tak terelakkan lagi dalam kehidupan

25

pendidikan demokratis, sekaligus membuktikkan adanya pergeseran posisi siswa dari


posisi objek ke posisi subjek dalam berbagai kesempatan.
Demikian pula, pergantian istilah anak didik, terdidik maupun objek didik
menjadi peserta didik bahkan pembelajar bukan hanya persoalan semantic, melainkan
perubahan paradigma pembelajaran yang banyak dipengaruhi oleh aliran-aliran
pendidikan yang berorientasi pada kondisi demokratis dan emansipatoris, dengan
memerankan siswa agar lebih produktif, progresif dan pro-aktif dibandingkan peran masa
lampaunya. Bagaimana istilah peserta didik apalagi pembelajar akan selalu mengesankan
kondisi aktif pada istilah anak didik, terdidik maupun objek didik.
Oleh karena itu, belakangan ini pengertian perencananaan untuk memberi peluang
pada siswa-siswanya mengembangkan aktivitas belajar, serta mengeksplorasi berbagai
pengalaman baru untuk mencapai berbagai kompetensi yang diidealkannya, dan telah
menjadi kesepakatan-kesepakatan kelas bersama dengan gurunya. Guru tidak banyak
mencampuri mengatur dan menegur pekerjaan anak, akan tetapi membiarkan bekerja
menurut kemampuan dan cara masing-masing sikap in cocok dengan kuirkulum student
centered
Selanjutnya perkembangan paling menarik terjadi sejak 25 tahun terakhir bahwa
guru-guru di berbagai sekolah di Amerika melakukan transaksi kurikulum dengan para
siswanya. Guru menawarkan berbagai kompetendi pada siswanya, sedang siswa memilih
serta menentukan sendiri apa yang mereka pelajari dengan gurunya itu. Implikasi adalah
terjadi kajian dari sesama siswa untuk menentukan berbagai bahan materi pelajaran yang
akanmereka pelajari dalam masa tertentu. Inilah yang disebut sebagai curriculum as
transaction and curiulum as inquiry.
Kasus ini benar-benar menggambarkan pembelajaran demokratis lantaran
melibatkan siswa dalam menentukan sendiri kompetensi maupun bahan pelajaran sesuai
dengan selera dan kebutuhan mereka sendiri tanpa paksaan maupun intervensi
guru.keterlibatan siswaseperti ini makin mendesak untuk direalisasikan, sehingga
dibutuhkan guru yang benar-benar professional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mengajar, mendidik,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.. pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Pengertia profesi adalah pekerjaan ataui kegiatan yang dilakukan oleh

26

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan, kemahiran,


atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi. Jadi guru yang professional adalah pendidik yang tugasnya meliputi
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik di sekolah tugas itu menjadi sumber penghasilan kehiduoan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan, yang memerlukan standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Prinsip-prinsip keprofeionalan guru sebagai berikut :
1. Memiliki bakat minat panggilan jiwa dan idealism
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan,
dan akhlak mulia.
3. Memiliki kualifikasi akademi dan latarbelakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya.
4. Memiliki kompotensi yang diperlukan sesuia dengan bidang tugasnya.
5. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
6. Memperoleh penghasilan ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8. Memilki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan guru.
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan, mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Menurut PP RI No. 19/ 2005 tentang standar Nasional Pendidikan pasal 28,
dinyatakan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis
kompetensi , yakni kompetensi pedagogic, kepribadian, professional, dan social.
Guru efektif berarti guru demokratis. Guru demokratis biasanya memilih metode
pembelajaran dialogis. Guru dan murid secara bersama-sama sebagai subyek dalam
proses belajar. Proses belajar menjadi proses pencarian bersama. Proses itu dalam kelas
dilaksanakan dengan suasana menyenangkan dan saling membutuhkan. Untuk mencapai
kondisi pembelajaran seperti itu, membutuhkan adanya gerakan pembaharuan
pembelajaran.Dari pembelajaran tradisional statis/monoton ke pembelajaran aktif-kreatif
dan menyenangkan
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabidaian kepada
mayarakat, terutama bagi pendidikan pada pergurua tinggi.
Tugas dan tanggungjawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan
membimbing siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh rana jiwa sesuai dengan criteria

27

yang telah ditetapkan. Untuk dapat menjalankan tugas dan tanggungjawab guru
berkewajiban merealisasikan segenap upaya yang mengarah pada pengertian membantu
dan membimbing siswa dalam melapangkan jalan menuju perubahan positif seluruh rana
kejiwaannya. Dalam hal ini, kegiatan nyata yang paling utama dalam member bantuan
dan biombingan itu adalah mengajar.
Profesional guru tercermin dalam berbagai keahlian yang dibutuhkan
pembelajaran baik terkaut dengan bidang keilmuan yang diajarkan,kepribadian,
metodologi, pembelajaran, maupun psikologi belajar. Perubahan dan kemampuan untuk
berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar, dengan
kemampuan berubah itu manusia secara bebas dapat mengeksplorasikan, memilih dan
menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya. Belajar juga memainkan
peranan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat (bangsa) di tengahtengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lain yang lebih maju.
Akibat Persaingan tersebut kenyataan tragis juga bisa terjadi karena belajar. Meskipun
ada dampak negatifnya dari hasil belajar sekelompok manusia tertentu, kegiatan belajar
memiliki arti penting alasannya belajar berfungsi untuk mempertahankan kehidupan
manusia artinya dengan ilmu dan teknologi, hasil belajar kelompok manusia tertindas itu
dapat digunakan untuk membangun benteng petahanan.

B. Saran-saran
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa bahwa makalah ini masih banyak
kekuranganya jika digunakan sebagai acuan menjadi seorang guru yang profesional
mungkin juga dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Untuk itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat membuat makalah ini lebih baik
dan mendekati sempurna, sehingga dapat membantu para seorang pendidik dalam
meningkatkan profesionalismenya sebagai seorang guru.
DAFTAR PUSTAKA

A Kuntoro, Dimensi Manusia dalam Pemikiran Indonesia, Yogyakarta: CV Bur Cahaya,


1985)
Bobbi Deporter dan Mieke Hernachi, Quantum Learning Membiasakan BelajarNyaman
dan Menyenangkan,(Bandung:Kaifa, 2002)
Paulo Freire, Politik Pendidikan dan Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan,
Yogyakarta: Kerjasama Pustaka Pelajar dengan ead, 2002)

28

Freire, Pendidikan, Hh 51-52


S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999)
Mska Masstlon,Tracking from Command to Discovery, (California; Wadsworth
Publishing Company, 1972)
Donald P. Kauchos\ck And Paul D. Eggen , Learning And Teaching Research Basid
Methods,(Baston: Allya And Baron, 1998)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Ttp: Pustaka Widyatama, Tt)
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan DemokratisSebuah Pelibatan Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Pendidika, (Jakarta: Prenada Media, 2004)
Nasution, Sosiologi, H. 116
Jerry Aldridge And Renetta Soldman, Current Issues And Trends In Education, (Boston,
USA: Allya And Baron, 2002)
Sudarwan Danim,Agenda Pemabruan Sistem Pendidikan,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003)
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan(Islam dan Umum),(Jakarta: Bumi Aksara, 1991)
H. A. R. Tilaar, Paradigma Baru PendidikanNasional, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000)
Ibid Djohar, Pendidikan Strategik Alternatif Untuk Pendidikan Masa Depan ,
(Yogyakarta:LESFI, 2003)
E. Mulwoso, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsp, Karakteristik dan Implementas,
(Bandug: PT Remaja Rosdakarya,2002)
S.K Kockar, Methods And Technique of Teaching, Delhi India: Sterling Publisher, 1967)
Gilbert H. Hunt, Et Al. efectie Teaching, Preparation And Implementation, Illnois:
Charless C. Thomas Publiesher, 1999)
Mulyoso, Kurikulum,H. 188

Anda mungkin juga menyukai