LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM TERMOBAKTERIOLOGI
OLEH :
KELOMPOK III
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata
kuliah Termobakteriologi pada semester Genap 2016/2017 di Fakultas Teknologi
Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Mataram, 11 Juni 2016
Mengetahui,
Co. Assisten Praktikum Termobakteriologi
Praktikan
Andri Ardiansyah
NIM. J1A 012 004
Endang Setiaratnasari
NIM. J1A 013 036
Eka Yunita
NIM. J1A 012 035
Fatiya Mulachela
NIM. J1A 013 036
Muhammad Fauzi
NIM. J1A 012 081
Jalaludin Sukron
NIM. J1A 212 057
Hardyanti
NIM. J1A 013 044
Hariyadi
NIM. J1A 013 046
Hijriyah
NIM. J1A 013 048
Menyetujui,
Koordinator Praktikum Termobakteriologi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan, karena atas berkat dan rahmatNya laporan tetap Termobakteriologi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan mata
kuliah Termobakteriologi Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas
Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami haturkan terima kasih kepada dosen,
koordinator praktikum, dan para Co. Assisten yang telah banyak membantu serta
membimbing kami baik dalam praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya baik
dari segi isi, penampilan maupun teknik pengetikannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan laporan ini selanjutnya.
Akhirnya kami mengharap agar laporan ini dapat menjadi sumbangan ilmu
pengetahuan bagi rekan-rekan yang lain dan juga dapat menambah pengetahuan
kita.
Mataram, 11 Juni 2016
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vi
ACARA I. UJI STERILITAS BEBERAPA MAKANAN KALENG
Pendahuluan ...................................................................................1
Tinjauan Pustaka .............................................................................3
Pelaksanaan Praktikum ...................................................................5
Hasil Pengamatan dan Perhitungan ................................................7
Pembahasan ...................................................................................10
Kesimpulan......................................................................................13
ACARA II. STERILISASI SUSU BEAR BRAND DENGAN PENAMBAHAN
SPORA Bacillus cereus
Pendahuluan ...................................................................................14
Tinjauan Pustaka .............................................................................16
Pelaksanaan Praktikum ...................................................................18
Hasil Pengamatan dan Perhitungan ................................................20
Pembahasan ...................................................................................27
Kesimpulan......................................................................................31
ACARA III. PENGARUH PEMANASAN SUBLETAL DAN PENYEMBUHAN
TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Pendahuluan ...................................................................................32
Tinjauan Pustaka .............................................................................34
Pelaksanaan Praktikum ...................................................................36
Hasil Pengamatan dan Perhitungan ................................................38
Pembahasan ...................................................................................41
Kesimpulan......................................................................................44
ACARA IV. KINETIKA KEMATIAN BAKTERI
Pendahuluan ..................................................................................45
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Hasil Pengamatan Informasi Makanan Kaleng .................................. 7
Tabel 1.2. Hasil Pengamatan Uji Total Bakteri ................................................... 8
Tabel 1.3. Hasil Pengamatan Uji Kapang dan Khamir ...................................... 8
Tabel 1.4. Hasil Pengamatan Uji Penduga Koliform .......................................... 8
Table 2.1. Hasil Pengamatan Jumlah Spora Bacillus cereus Sebelum
Sterilisasi susu BEAR BRAND ........................................................ ..20
Tabel 2.2. Hasil Pengamatan Jumlah Spora Bacillus cereus Sebelum
Sterilisasisusu ULTRAMILK .............................................................20
Tabel 2.3. Hasil Pengamatan Jumlah Spora Bacillus cereus Setelah Sterilisasi
susu BEAR BRAND ..........................................................................20
Tabel 2.4. Hasil Pengamatan Jumlah Spora Bacillus cereus Setelah
Sterilisasi susu ULTRAMILK .............................................................21
Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Perlakuan Pemanasan Media TSA.....................39
Tabel 3.2. Hasil Pengamatan Perlakuan Pemanasan Media TSAS ..................39
Tabel 3.3. Hasil Pengamatan Perlakuan Penyembuhan Media TSB dan
TSA ...................................................................................................39
Tabel 3.4. Hasil Pengamatan Perlakuan Penyembuhan Media TSB dan
TSAS .................................................................................39
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Jumlah Koloni dan Nilai D Bacillus cereus...........53
Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Jumalah Koloni dan Nilai D Staphylococcus
aureus ...............................................................................................53
Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Jumlah Koloni dan Nilai D Pseudomonas
aeruginosa .........................................................................................53
Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Jumlah Koloni dan Nilai D Bacillus cereus...........54
Tabel 5.1. Hasil Pengamatan Penetapan Efisiensi Pasteurisasi
Total Bakteri Media PCA ....................................................................75
Tabel 5.2. Hasil Pengamatan Penetapan Efisiensi pasteurisasi
Total Bakteri Media VRBA .................................................................75
Tabel 5.3. Hasil Pengamatan Penetapan Efisiensi Pasteurisasi 90 menit Media
PCA .................................................................................................76
Tabel 5.4. Hasil Pengamatam Penetapan Efisiensi Pasteurisasi 90 menit
Media VRBA ....................................................................................76
ACARA I
UJI STERALISASI BEBERAPA MAKANAN KALENG
PENDAHULUAN
Latar belakang
Mengemas makanan dalam kaleng merupakan salah satu teknologi
pengawetan makanan dengan cara steralisasi dengan suhu tinggi. Saat ini
makanan dalam kemasan kaleng semakin populer akibat mobilitas masyarakaat
yang sangat tinggi sehingga mengkonsumsi produk makanan kaleng dapat
menghemat waktu. Kerusakan utama yang terjadi pada bahan makanan yang
dikemas dalam kaleng adalah kerusakan yang diakibatkan mikroba yang
menyebabkan makan menjadi berbau busuk, asam, dan bahkan keracunan
(Shaffiyah, 2008).
Pengalengan dapat memungkinkan makanan dapat terhindar dari
kebusukan,
perubahan kadar
oksidasi, ataupun
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum kali ini untuk menguji steralisasi beberapa
produk ikan kaleng.
TINJAUAN PUSTAKA
mengandung
mikroba
tetapi
tidak
dapat
tumbuh
pada
kondisi
tersebut akan tumbuh dan berkembang baik dan kelak akan memproduksi racun
(Syarif, 2002).
Ada beberapa hal yang harus diwaspadai agar terhindar dari toksin
(racun) Clostridium botulinum yang merupakan mikroorganisme indikator
keamanan dalam makanan kaleng yang sering kali hadir. Bakteri yang
berbahaya ini umumnya menyukai tempat-tempat yang tidak terdapat udara
(anaerobik) dan juga mampu melindungi diri dari suhu yang agak tinggi (temofilik)
dengan jalan mebentuk spora. Cara hidup yang demikian memungkinkan bakteri
ini dapat hidup dalam makanan kaleng. Namun tidak menutupi kemungkinan,
bahwa makanan kaleng juga memiliki keuntungan, yaitu terhindar dari
kontaminasi oleh mikroba, sehingga mampu menjaga cita rasa, aroma, dan juga
memperpanjang masa simpannya (Suryani, 2002).
Teknik pengawetan pangan yang dapat diterapkan dan banyak digunakan
adalah pengawetan dengan suhu tinggi contohnya adalah pengalengan ikan
sardine. Pengalengan merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan bahan
makanan terutama ikan hasil perikanan lainnya dan pembusukan. Dalam
pengalengan ini daya awet kan diawetkan jauh lebih bagus dibandingkan
pengawetan dengan cara lain. Namun, dalam hal ini dibutuhkan penanganan
yang lebih intensif (Dayah, 2009).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Hasil Pengamatan
Tabel 1.1. Hasil Pengamatan Informasi Makanan Kaleng
Informasi
Kode
Merek
Produsen
Komposisi
produksi
Daging Ayam,
Kentang,
PT.
Santan, Kelapa,
Canning
Minyak Kelapa
PRONAS
89928047
Indonesia
Sawit, Gula,
Ayam
01851
Product
Bumbu, Garam,
Denpasar
Penguat Rasa
(Monosodium
Glutamat).
Daging Sapi,
Terigu, Protein
Kedelai, Garam,
PT.
Gula, Bumbu,
PRONAS
Canning
Penguat Rasa
Kornet
Indonesia
(Monosodium
120.22
Daging
Product
Glutamat),
Sapi
Denpasar
Sekuestran
Natrium,
Pengawet
Natrium Nitrit.
Ikan Makarel,
Air, Saus
Tomat, Gula,
Bumbu,
PT.
RempahPRONAS
MST 155
Indomafish
Rempah,
Ikan
HC-1
Negara
Tapioka,
Garam, Penguat
Rasa
Monosodium
Glutamat.
Ikan Makarel,
MAYA
PT. Maya
Pasta Tomat,
MAKAREL
Muncar
Pati, Gula,
Garam.
Tanggal
kadaluarsa
28 Agustus
2016
26 Januari
2018
28 Februari
2017
28 Mei 2018
18
11
12
1,5 x 106
PRONAS Kornet
Daging Sapi
42
40
15
17
60
22
4,1 x 105
PRONAS Ikan
88
83
121
181
25
56
1,5 x 107
MAYA MAKAREL
12
23
37
56
17
4,6 x 106
Koloni
(CFU/gr)
=
= 1,5 x 106CFU/gr
Sampel B = Koloni
Koloni
(CFU/gr)
<1,0 x 103
3,5 x 102
3,3 x 102
1,8 x 102
Koliform
(MPN/100 ml)
>240
>240
>240
>240
=
= 4,1 x 105 CFU/gr
Sampel C = Koloni
=
= 1,5 x 107CFU/gr
Sampel D = Koloni
=
= 4,6 x 106 CFU/gr
2.
=
= <1,0 x 103 CFU/gr
Sampel B = Koloni
=
= 3,5 x 102CFU/gr
Sampel C = Koloni
=
= 3,3 x 102CFU/gr
Sampel D = Koloni
=
= 1,8 x 102CFU/gr
10
PEMBAHASAN
11
memproduksi
entroktoksin
yang
dapat
menyerang
saluran
12
Proses sterilisasi yang tidak optimal juga merupakan salah satu faktor
yang
menyebabkan
kerusakan
makanan
kaleng.
Selain
itu
adanya
lebih
memperhatikan
kinerja
alat.
Selain
dari
perusahaan
juga
13
KESIMPULAN
14
ACARA II
STERILISASISUSU BEAR BRAND DENGAN PENAMBAHAN SPORA
Bacillus Cereus
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu merupakan bahan makanan yang memiliki nilai giziyang tinggi,
karena
mengandung
unsur
kimia
yang
dibutuhkan
oleh
tubuhseperti
15
16
TINJAUAN PUSTAKA
17
18
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
19
telah diencerkan
7. Diinkubasi Selama 48 jam pada suhu 370C
8. Dihitung jumlah spora bakteri yang tumbuh.
c. Menentukan jumlah spora setelah sterilisasi
1. Disiapkan suspense spora
2. Dimasukkan 1 ml kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml susu dan divortex
3. Dipanaskan pada Pada suhu 900C selama 5menit dan pada suhu 1210C
selama 5 menit
4. Diencerkan sampai Sampai 103(101, 102dan 103)
5. Dipipet masing-masing 1 ml dan dimasukkan kedalam cawan petri kosong
secara duplo
6. Dituang media TSA kedalam cawan yang berisi
telah diencerkan
7. Diinkubasi Selama 48 jam pada suhu 370C
8. Dihitung jumlah spora bakteri yang tumbuh
20
Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Jumlah Spora Bacillus cereus Sebelum Sterilisasi
Susu BEAR BRAND
Pengenceran
Jumlah
Kelompok
10-2
10-3
10-4
Koloni
(CFU/ml)
U1
U2
U1
U2
U1
U2
1
10
TBUD
TBUD
10
TBUD TBUD >1,0x106*
2
TBUD
TBUD
TBUD TBUD TBUD TBUD >1,0x106*
3
TBUD
TBUD
TBUD TBUD TBUD TBUD >1,0x106*
4
87
50
21
37
5
7
6,8 x103
5
200
36
44
65
75
40
5,4 x104
Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Jumlah Spora Bacillus cereus Sebelum Sterilisasi
Susu ULTRAMILK
Pengenceran
Jumlah
-2
-3
-4
Koloni
Kelompok
10
10
10
(CFU/ml)
U1
U2
U1
U2
U1
U2
11
TBUD
TBUD
TBUD TBUD TBUD TBUD >1,0x106*
12
TBUD
TBUD
TBUD TBUD
168
148
1,5 x106
13
TBUD
TBUD
TBUD TBUD TBUD TBUD >1,0x106*
14
53
TBUD
86
72
TBUD TBUD
7,9 x104
15
TBUD
TBUD
TBUD TBUD
212
228
2,2 x106
Tabel 2.3 Hasil Pengamatan Jumlah Spora Bacillus cereus Setelah
Susu BEAR BRAND
Suhu Kelompok
Pengenceran
-1
10
10-2
10-3
U1
U2
U1
U2
U1
U2
0
90 C
6
56
83
32
43
17
43
7
27
9
7
12
TBUD
62
8
18
16
1
27
1
7
9
25
29
10
8
3
3
10
2
10
7
10
5
7
1210C
1
40
52
62
TBUD
40
80
2
29
TBUD
60
38
78
TBUD
3
TBUD TBUD 120
34
10
33
4
TBUD TBUD
39
105
38
8
5
166
TBUD
51
48
43
40
Sterilisasi
Jumlah
Koloni
(CFU/ml)
3,7x103
1,8x103
1,7x103
2,7 x102
9,5 x 102
6,0 x104
4,9x103
7,7x103
7,2 x103
4,9 x103
21
-3
10
U1
116
52
TBUD
17
20
TBUD
45
4
36
TBUD
Hasil Perhitungan
2.5 Hasil Perhitungan Sebelum Sterilisasi Susu BEAR BRAND
Kelompok 1
Koloni
x 10n
x 106
x 10n
x 106
=
=
x 10n
x 106
U2
TBUD
14
TBUD
26
24
TBUD
33
0
45
28
Jumlah
Koloni
(CFU/ml)
>1,0x105*
3,9x103
1,7x103
3,1x103
6,0 x103
>1,0x105*
3,9x104
1,6x105
4,0 x104
>1,0x105*
22
x 10n
x 102
x 10n
x 103
x 10n
x 106
x 10n
x 104
x 10n
x 106
x 10n
23
x 103
x 10n
x 104
Suhu 121 0C
Kelompok 1
Koloni
x 10n
x 103
Kelompok 2
Koloni
x 10n
x 102
x 10n
x 102
=
=
x 10n
x 102
24
Kelompok 5
Koloni
x 10n
x 102
Suhu 90 0C
Kelompok 6
Koloni
x 10n
x 102
= 3,7x103 CFU/ml
Kelompok 7
Koloni
x 10n
x 101
x 10n
x 101
x 10n
x 101
=
=
x 10n
x 101
25
Suhu 121 0C
Kelompok 11
Koloni
x 10n
x 103
x 10n
x 103
x 10n
x 102
x 10n
x 103
=
=
x 10n
x 103
26
Suhu 90 0C
Kelompok 16
Koloni
x 10n
x 103
10n
x 102
x10n
x 102
x 10n
x 102
=
=
x 10n
x 102
27
PEMBAHASAN
Susu adalah bahan pangan yang berasal dari kambing, sapi. kerbau,
kuda, domba , dan ternak penghasil susu lainnya. Pada susu juga terkandung
zat-zat gizi seperti protein, fosfor, vitamin, mineral, lemak dan laktosa. Susu
merupakan salah sat produk pangan yang sangat penting dibandingkan produk
yang lain. Susu adalah minuman atau produk yang mendekati sempurna. Hal ini
dikarenakan kandungan nutrisi yang tinggi pada susu yang diperlukan oleh tubuh.
Oleh karena itu, susu dapat dijadikan pilihan pertama untuk dikonsumsi bagi
penderita gizi buruk. Ketersediaan susu perlu diperhatikan untuk memenuhi
angka kecukupan gizi yang dianjurkan.
Susu merupakan bahan pangan yang mudah mengalami kerusakan
(perishable food) karena kandungan gizinya yang sangat
tinggi, sehingga
menjadi media yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme dan menjadi
sarana penyebaran bakteri yang membahayakankesehatan manisia. Karena itu
penanganan olahan susu dari aspek kebersihan harus diperhatikan sehingga
terhindar dari cemaran mikroorganisme. Bakteri yang dapat mencemari susu
terdiri atas dua golongan yaitu bakteri pembusuk dan bakteri pathogen yang
menyebabkan penyakit. Mikroorganisme yang terdapat pada susu adalah
salmonella, bacillus, cereus dan staphylococcus aureus.
Proses pengolahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau
mencegah kerusakan produk olahan susu yaitu sterilisasi. Sterilisasi merupakan
salah satu metode pengawetan makanan yang bertujuan untuk memperpanjang
umur simpan suatu produk pangan dengan penggunaan suhu tinggi serta waktu
yang sangat singkat sehingga dapat mempertahankan nilai gizinya. Sterilisasi
28
29
dan
pada kondisi
lingkungan
yang
tidak
menguntungkan
untuk
30
mengalami perlakuan panas pada suhu 70-900C selama 24 jam (Young & James,
1959).
Standar Nasional Indonesia (SNI) susu segar nomor 61-314-1998 syarat
susu segar antar lain, tanda-tanda organoleptik tidak berubah, berwarna putih
kekuningan bau dan rasa khas susu serta konsistensinya normal, kandungan
protein minimal 2,70% dan lemak minimal 3% dan cemaran mikroba maksimal
1x106CFU/ml. Faktor yang dapat mempengaruhi kerusakan susu bahkan setelah
proses sterilisasi yaitu cemaran dari ternak (sapi), penanganan sapi saat
dipeternakkan, proses pengolahan yang tidak higienis, peralatan pengolahan
yang tidak bersih, proses termal yang digunakan tidak sesuai selain itu faktor lain
yang mempengaruhi efektivitas berbagai metode sterilisasi tergantung dari jenis
mikroorganisme yang ada, jumlah dan jenis materi organik yang melindungi
organisme dan jumlah cetakan dan celah alat yang digunakan.
31
KESIMPULAN
32
ACARA III
PENGARUH PEMANASAN SUBLETAL DAN PENYEMBUHAN TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bakteri merupakan salah satu jasad renik yang memiliki kemampuan
sangat baik dalam bertahan hidup. Bakteri berdasarkan suhu pertumbuhannya
terbagi menjadi psikrofilik, mesofilik dan termofilik, ketiga jenis bakteri ini memiliki
suhu pertumbuhan yang berbeda dan akan mati bila suhu pertumbuhannya
melebihi suhu optimum pertumbuhannya. Salah satu proses atau keadaan yang
bisa menyebabkan kerusakan atau kematian bakteri, yaitu proses pemanasan.
Berbagai proses pemanasan yang dilakukan dalam pengolahan pangan
dapat menyebabkan terjadinya stress atau sakit pada sel-sel mikroorganisme.
Istilah stres dapat digunakan untuk menjelaskan akibat dari perlakuan subletal.
Proses pemansan yang dilakukan terhadap mikroorganisme dapat menyebabkan
kematian bakteri terutama pada sel-sel mikroorganisme yang sensitif terhadap
panas atau hanya menyebabkan sel mengalami kerusakan (subletal) tetapi tidak
mati.
Sel mikroba atau bakteri memiliki mekanisme adaptasi seluler terhadap
berbagai macam gangguan yang terjadi. Kerusakan didalam sel dapat bersifat
sementara(subletal) ataupun permanen (menetap). Pada kerusakan yang
bersifat sementara sel bakteri mengalami perubahan untuk beradaptasi agar
tetap hidup yang dinamakan degenari atau penyembuhan. Oleh karena itu,
praktikum ini penting dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari kerusakan
subletal dan waktu penyembuhan terhadap pertumbuhan bakteri.
33
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menegtahui pengaruh
pemanasan subletal terhadap pertumbuhan bakteri.
34
TINJAUAN PUSTAKA
dapat
menyebabkan
terjadinya
kerusakan
subletal
pada
35
36
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
37
dan
secara
terbalik
pada
suhu
37oC
selama
48
jam
38
Hasil Pengamatan
Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Pengaruh Perlakuan Pemanasan Media TSA
Media TSA
koloni
-4
Kelompok
10
10-5
10-6
(CFU/gr)
U1
U2
U1
U2
U1
U2
1
13
64
60
99
60
64
3,97x106
2
37
80
25
27
44
18
2,6x106
3
TBUD
25
51
51
7
9
5,1x106
4
3
5
1
1
39
82
2x104
5
TBUD
21
12
29
12
42
2,05x106
Tabel 3.2. Hasil Pengamatan Pengaruh Perlakuan Pemanasan Media TSAS
Media TSAS
koloni
Kelompok
10-4
10-5
10-6
(CFU/gr)
U1
U2
U1
U2
U1
U2
1
TBUD
66
74
55
66
56
6,45x106
2
TBUD
35
30 TBUD 45
65
5,5x107
3
TBUD TBUD 184 TBUD 116 TBUD
>1x108*
4
18
44
15
57
48
170
3,6x106
5
43
133
41
78
39
32
3,5x107
Klp
6
7
8
9
10
Klp
6
7
8
9
10
Tabel 3.3. Hasil Pengamatan Perlakuan Penyembuahan Media TSB dan TSA
Media TSA
Waktu
Media
Penyembuhan
10-3
10-4
10-5
Penyembuhan
(menit)
U1
U2
U1
U2
U1
U2
TSB
0
190
TBUD
80
200
TBUD
80
TSB
30
13
52
TBUD
46
37
3
TSB
60
TBUD TBUD
22
TBUD
30
31
TSB
90
19
35
14
26
2
1
TSB
0
59
22
5
34
31
62
koloni
(CFU/g)
1,4x106
2x106
3,05x106
2x105
1,95x105
39
Hasil Perhitungan
Perlakuan Pemanasan Media TSA
Kelompok 1
koloni =
Kelompok 2
koloni =
Kelompok 3
koloni =
Kelompok 4
koloni =
= 2 x 104 CFU/gr
Kelompok 5
koloni =
TBUD TBUD
Kelompok 4
koloni =
Kelompok 5
koloni =
40
Kelompok 7
koloni =
= 2 x 106 CFU/gr
Kelompok 8
koloni =
= 2 x 105 CFU/gr
Kelompok 9
koloni =
Kelompok 10
koloni =
Kelompok 7
koloni =
Kelompok 8
koloni =
TBUD TBUD
Kelompok 9
koloni =
Kelompok 10
koloni =
41
PEMBAHASAN
penyembuhan.
Kerusakan
subletal
biasanya
terjadi
akibat
dari
akibat
pemanasan
kemudian
akan
disembuhkan
dengan
42
43
media TSAS yaitu >1x106 CFU/gr* dan paling sedikit juga terdapat pada media
TSAS yaitu 3,6x104 CFU/gr. Tingginya total bakteri yang tumbuh pada media
TSAS ini bisa disebabkan karena adanya kesalahan selama praktikum dilakukan.
Media TSAS yang ditambahkan 7% NaCl (garam) bisa berfungsi sebagai zat
penghambat yang memberikan suasana asam sehingga bakteri seperti
Staphylococcus aureus tidak dapat tumbuh sehingga media TSAS sesuai
digunakan sebagai media penyembuhan. Namun, hasil pengamatan tersebut
menunjukkan bahwa media TSA lebih efektif sebagai media penyembuhan.
Media TSAS merupakan media selektif yang berfungsi untuk mengisolasi
dan mengkultivasi mikroorganisme yang kritis serta non kritis. Sedangkan media
TSB merupakan media yang diperkaya untuk tujuan umum yakni untuk
mengisolasi dan pertumbuhan bermacam-macam mikroorganisme. Media TSB
dalam roses penyembuhan bakteri digunakan untuk menyembuhkan sel-sel
bakteri yang mengalami subletal dimana diharapkan sebagian sel yang rusak
subletal tidak akan sembuh. Suhu pertumbuhan mikroorganisme mempengaruhi
ketahanan panasnya, semakin tinggi suhu optimal, semakin tinggi suhu optimal
pertumbuhannya akan semakin tahan sel tersebut terhadap pemanasan. Faktorfaktor lain yang mempengaruhi ketahanan panas mikroba adalah komposisi
medium dan penambahan zat penyembuhan.
44
KESIMPULAN
subletal
mikroorganisme
merupakan
kondisi
dimana
sel
45
ACARA IV
KINETIKA KEMATIAN BAKTERI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketahanan mikroba terhadap panas adalah suatu kemampuan mikroba
untuk
46
47
TINJAUAN PUSTAKA
temperatur.
Ketahanan
mikroba
terhadap
panas
adalah
suatu
kemampuan mikroba untuk terus bertahan hidup saat diberi perlakuan panas.
Pada industri pengolahan pangan penggunaan panas digunakan untuk
membunuh mikroba dan mengurangi aktifitas air yang ada pada bahan dengan
cara ini ketahanan pangan akan tersimpan lebih lama. Mikroba memiliki daya
48
tahan yang berbeda, ada bakteri yang sensitif terhadap panas dan ada bakteri
memiliki ketahanan panas yang tidak membunuhnya (Fajriyanti, A., 2000).
Nilai D menyatakan ketahahanan panas mikroba atau sensitifitas mikroba
oleh suhu pemanasan. Nilai D didefinisikan sebagai waktu dalam menit pada
suhu tertentu yang diperlukan untuk menurunkan jumlah spora atau sel vegetatif
tertentu sebesar 90% atau satu logaritmik. Setiap mikroba memiliki nilai D pada
suhu tertentu. Semakin besar nilai D suatu mikroba pada suatu suhu tertentu,
maka semakin tinggi ketahahan panas mikroba tersebut pada suhu yang tertentu.
Nilai D umumnya dinyatakan pada suhu standar. Untuk bakteri mesofilik atau
termofilik umumnya menggunakan suhu standar 1210C, sedangkan untuk sel
vegetatif, khamir, atau kapang umumnya menggunakan suhu yang lebih rendah
(80-1000C). Nilai D pada suhu standar ini sering dituliskan dengan nilai Do
(Sandjaya, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas proses termalpencapaian
kecukupan proses panas sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu,
faktor-faktor yang mempengaruhi proses termal harus dikontrol dengan baik dan
dikendalikan. Berdasarkan persyaratan pendaftaran ke FDA, terdapat faktorfaktor kritis yang dapat mempengaruhi proses pemanasan dan sterilisasi, yang
dapat berbeda antara satu produk dengan produk lainnya. Di antara faktor-faktor
kritis yang perlu diidentifikasi pengaruhnya adalah karakteristik bahan yang
dikalengkan (pH keseimbangan, metoda pengasaman, konsistensi/viskositas dari
bahan, bentu/ukuran bahan, aktivitas air, persen padatan, rasio padatan/ cairan,
perubahan formula, ukuran partikel, jenis pengental, jenis pengawet yang
ditambahkan, dan sebagainya), kemasan (jenis dan dimensi, metoda pengisian
bahan ke dalam kemasan) dan proses dalam retort (jenis retort, jenis media
49
50
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
dan
51
t
log a- log b
Keterangan :
t
: waktu (menit)
52
Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Jumlah Koloni dan Nilai D Bacillus cereus
Jumlah Koloni
Waktu
koloni
P1
P2
P3
(menit)
(CFU/ml)
U1
U2
U1
U2
U1
U2
10-3
10-4
10-5
0
TBUD TBUD
72
TBUD
58
70
6,4106
5
31
6
2
4
4
6
1,8104
-2
-3
-4
10
10
10
10
3
28
6
16
17
2
1,1104
15
8
8
17
5
TBUD
85
8102
-1
-2
-3
10
10
10
20
63
114
72
6
196
28
3,9103
30
25
23
8
16
6
5
2,4102
Nilai D
(menit)
0
1,3
2,1
4,9
6,5
7,3
53
Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Jumlah Koloni dan Nilai D Bacillus cereus
Jumlah Koloni
Waktu
koloni Nilai D
P1
P2
P3
(menit)
(CFU/ml) (menit)
U1
U2
U1
U2
U1
U2
-3
-4
-5
10
10
10
0
TBUD TBUD
72
TBUD
58
70
6,4106
0
5
28
TBUD
37
40
5
19
3,8105
2,6
10-2
10-3
10-4
10
6
140
27
2
96
11
1,1104
2,4
15
12
108
21
2
95
2510-4 3,9103
3,2
10-1
10-2
10-3
20
63
114
72
6
196
28
8,8102
6,6
30
25
23
8
16
6
5
2,4102
7,4
Hasil Perhitungan
1. Hasil Perhitungan Jumlah Koloni
a. Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Bakteri Bacillus cereus
-
Waktu 0 menit
koloni =
= 6,4106 CFU/ml
103 =
103
= 1,8x104 CFU/ml
102 =
102
= 1,5103 CFU/ml
103 =
103
= 1,1x104 CFU/ml
Waktu 20 menit
koloni =
105
Waktu 15 menit
koloni =
105 =
Waktu 10 menit
koloni =
Waktu 5 menit
koloni =
102 =
102
= 3,9103 CFU/ml
Waktu 30 menit
koloni =
101 =
101
= 2,4102 CFU/ml
Waktu 0 menit
koloni =
104 =
104
= 6,0105 CFU/ml
54
Waktu 5 menit
koloni =
105
= 2,5106 CFU/ml
102 =
102
= 3,5102 CFU/ml
102 =
102
= 8,5102 CFU/ml
101 =
101
= 2,2102 CFU/ml
102 =
102
= 9103 CFU/ml
Waktu 20 menit
koloni =
105 =
Waktu 15 menit
koloni =
Waktu 10 menit
koloni =
Waktu 30 menit
koloni =
Waktu 0 menit
koloni =
= 8,7101 CFU/ml
103 =
103
= 2,9104 CFU/ml
103 =
102 =
102
= 6,7103 CFU/ml
102 =
102
= 2,6103 CFU/ml
103 =
103
= 6,8104 CFU/ml
Waktu 20 menit
koloni =
103
Waktu 15 menit
koloni =
103 =
Waktu 10 menit
koloni =
Waktu 5 menit
koloni =
Waktu 30 menit
koloni =
55
Waktu 0 menit
koloni =
= 6,4106 CFU/ml
104 =
104
= 3,8105 CFU/ml
103 =
103
= 1,4104 CFU/ml
103 =
103
= 1,1104 CFU/ml
Waktu 20 menit
koloni =
105
Waktu 15 menit
koloni =
105 =
Waktu 10 menit
koloni =
Waktu 5 menit
koloni =
102 =
102
= 3,9102 CFU/ml
Waktu 30 menit
koloni =
101 =
101
= 8,8102 CFU/ml
Waktu 5 menit
D=
t
log a-log b
=
=
log
log
-log
, -
log
= 1,3 menit
-
Waktu 10 menit
D=
t
log a-log b
=
=
=
log
log
,
-log
, -
log
56
= 2,1 menit.
-
Waktu 15 menit
D=
t
log a-log b
=
=
log
log
-log
, -
log
= 4,9 menit
-
Waktu 20 menit
D=
t
log a-log b
=
=
log
log
-log
, -
log
= 6,5 menit
-
Waktu 30 menit
D=
t
log a-log b
=
=
log
log
-log
, -
log
= 7,3 menit
b. Hasil Perhitungan Nilai D pada Bakteri Staphylococcus aureus
-
Waktu 5 menit
D=
t
log a-log b
=
=
log
-log
,
,
log
log
= 3,5 menit
-
Waktu 10 menit
D=
t
log a-log b
log
-log
57
log
log
= 3,6 menit
-
Waktu 15 menit
D=
t
log a-log b
=
=
log
-log
,
,
log
log
= 7,5 menit
-
Waktu 20 menit
D=
t
log a-log b
=
=
log
-log
,
,
log
log
= 6,4 menit
-
Waktu 30 menit
D=
t
log a-log b
log
-log
log
log
= 8,1 menit
c. Hasil Perhitungan Nilai D pada Bakteri Pseudomonas aeroginosa
-
Waktu 5 menit
D=
t
log a-log b
log
-log
58
log
, -
log
= 2,6 menit
-
Waktu 10 menit
D=
t
log a-log b
=
=
log
log
, -
-log
log
-log
log
-log
= 9,1 menit
-
Waktu 15 menit
D=
t
log a-log b
=
=
log
log
, -
= 11,5 menit
-
Waktu 20 menit
D=
t
log a-log b
log
log
, -
log
= 8 menit
-
Waktu 30 menit
D=
t
log a-log b
=
=
log
log
-log
, -
log
= 75 menit
d. Hasil Perhitungan Nilai D pada Bakteri Bacillus cereus
-
Waktu 5 menit
D=
t
log a-log b
log
-log
59
log
, -
log
= 2,6 menit
-
Waktu 10 menit
D=
t
log a-log b
=
=
log
log
-log
, -
log
= 2,4 menit
-
Waktu 15 menit
D=
t
log a-log b
=
=
log
log
-log
, -
log
= 3,2 menit
-
Waktu 20 menit
D=
t
log a-log b
=
=
log
log
-log
, -
log
= 6,6 menit
-
Waktu 30 menit
D=
t
log a-log b
=
=
=
log
log
,
-log
, -
log
60
= 7,4 menit
61
PEMBAHASAN
62
Staphylococcus
aureus,
dan
Pseudomonas
aeroginosa
dengan
menggunakan media Tripticase Soy Agar (TSA). Media Tripticase Soy Agar
merupakan
media
yang
digunakan
untuk
kegiatan
pengisolasian
dan
menit yaitu 7,3 menit dengan total koloni 2,4102 CFU/ml. Untuk bakteri
Staphylococcus aureus total koloni paling banyak terdapat pada menit ke- 0 yaitu
6,0 x 105 CFU/ml, nilai D paling tinggi pada pemanasan selama 30 menit yaitu
8,1 menit dengan total koloni 1,2103 CFU/ml. Untuk bakteri Pseudomonas
aeroginosa total koloni paling banyak terdapat pada menit ke- 5 yaitu >1,0106
CFU/ml*, nilai D paling tinggi terdapat paa pemanasan selama 30 menit yaitu 75
menit dengan total koloni 6,8104 CFU/ml. Untuk bakteri Bacillus cereus total
koloni paling banyak pada menit ke- 0 yaitu 6,4106 CFU/gr, niali D tertinggi pada
pemanasan 30 menit yaitu 7,4 menit dengan total koloni 2,4102 CFU/ml.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan tersebut jumlah koloni
bakteri paling banyak terdapat pada sampel bakteri Pseudomonas aeroginosa
yaitu sebanyak >1,0 x 106CFU/gr dengan nilai D sebanyak 9,1 menit pada menit
ke- 10 dan jumlah jumlah koloni bakteri paling sedikit terdapat pada sampel
63
64
tidak
65
66
KESIMPULAN
mikroba
terhadap
panas
merupakan
suatu
kemampuan
67
ACARA V
KERUSAKAN SUBLETAL MIKROORGANISME PADA PATEURISASI SUSU
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu merupakan minuman bergizi tinggi yang dihasilkan ternak perah
menyusui, seperti sapi perah, kambing perah, atau bahkan kerbau perah. Susu
sangat mudah rusak dan tidak tahan lama di simpan kecuali telah mengalami
perlakuan khusus. Susu segar yang dibiarkan di kandang selama beberapa
waktu, maka lemak susu akan menggumpal di permukaan berupa krim susu,
kemudian bakteri perusak susu yang bertebaran di udara kandang, yang berasal
dari sapi masuk ke dalam susu dan berkembang biak dengan cepat. Oleh bakteri,
gula susu di ubah menjadi asam yang mengakibatkan susu berubah rasa
menjadi asam. Lama kelamaan susu yang demikian itu sudah rusak. Kombinasi
oleh bakteri pada susu dapat berasal dari sapi, udara, lingkungan, manusia yang
bertugas, atau peralatan yang digunakan (Sumoprastowo, 2000).
Susu sangat mudah dicemari oleh mikroba dari awal pemerahan hingga
dilakukan pengolahan, sehingga susu tersebut memiliki masa simpan yang cepat
yaitu 5 jam pada suhu ruang. Susu juga bisa terkontaminasi oleh mikroorganisme
penyebab penyakit menular pada manusia seperti tuberculosis, difteri, dan tifus.
Oleh karena itu, susu harus ditangani secara baik dan memenuhi syarat-syarat
kualitas dari pemerintah. Dalam melindungi konsumen susu, pemerintah dalam
hal ini Dinas Peternakan, selalu mengadakan pengawasan peredaran susu,
kesehatan sapi perah dan ternak perah, petugas yang terlibat pada penanganan
susu, dan bahan makanan ternak (Sumoprastowo, 2000). Dalam hal ini perlu
68
dilakukan
teknologi
modern
terhadap
susu
yang
berupa
pasteurisasi.
69
TINJAUAN PUSTAKA
Susu merupakan salah satu pangan asal ternak yang memiliki kandungan
gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin1. Karena
kandungan protein, glukosa, lipida, mineral dan vitamin yang cukup tinggi maka
bakteri mudah tumbuh dan berkembang. Tingginya jumlah bakteri dalam susu
segar dapat menyebabkan kualitas dari susu olahan seperti susu pasteurisasi
berkualitas rendah sehingga akan ditolak oleh konsumen. Susu yang
mengandung mikroba patogenik seperti Salmonella, E. coli, Camphylobacter,
Listeriamonocytogenes,
Brucella,
Mycobacterium,
Yersinia,Staphylococcus
aureus dan Bacillus cereus dapat bertindak sebagai sumber penularan penyakit
yang membahayakan kesehatan manusia. Kualitas mikrobiologi susu merupakan
salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui susu aman untuk
dikonsumsi atau tidak (Widodo dan Andriani, 2012).
Susu menjadi minuman yang bergizi dilihat dari komposisi nutrisinya yang
sangat dibutuhkan bagi perkembangan, khususnya pada perkembangan tulang
anak serta untuk menjaga kepadatan tulang pada orang dewasa. Susu juga
dapat membahayakan atau dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan
manusia apabila terjadi kerusakan pada susu tersebut. Menurunnya mutu atau
kerusakan susu bisa saja disebabkan karena tercemarnya susu oleh
mikroorganisme atau benda asing lainnya seperti penambahan komponen lain
yang berlebihan (gula, lemak nabati, pati dan lain-lain) (Hasanuddin, 2001).
Susu pasteurisasi merupakan susu yang dipanaskan pada suhu di bawah
o
100 C. Adapun tujuan dari pasteurisasi tersebut yaitu untuk membunuh semua
bakteri pathogen, inaktivasi enzim dan memperpanjang daya simpan. Proses
pasteurisasi
tidak
mematikan
semua
mikroorganisme
vegetatif
dan
70
9 C akan tetap aman, namun bakteri lainnya yang bersifat Psychrotrophic akan
menjadi penyebab kerusakan dan keracunan pada susu (Valik, 2003).
Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan
membunuh organisme merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan
khamir. Proses pasteurisasi adalah proses pemanasan susu segar untuk
membunuh jasad-jasad renik yang dapat membahayakan kesehatan. Seperti
diketahui, Kuman penyakit TBC dan Thypus dapat juga berasal dari susu.
Karena pasteurisasi juga dapat membunuh sebagian jasad renik pembusuk yang
memperpendek daya simpan susu, maka susu yang sudah dipasteurisasi relatif
lebih awet dari pada susu segar. Mengenai nilai gizinya, relatif sama dengan
susu segar. Pasteurisasi bertujuan untuk mencapai pengurangan log dalam
jumlah organisme, mengurangi jumlah mereka sehingga tidak lagi bisa
menyebabkan penyakit (dengan syarat produk yang telah dipasteurisasi
didinginkan dan digunakan sebelum tanggal kedaluwarsa) (pediatri, 2016).
71
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan
petri, vortex, waterbath, inkubator, tabung reaksi, rak tabung, pipet mikro 10
ml, pipet mikro 1 ml, blue tip, lampu bunsen, tissue, stopwatch, kapas, karet
gelang dan plastik pembungkus.
b.
Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
susu segar, media Plate Count Agar (PCA), media Violet Red Bile Agar
(VRBA), Trypticase Soy Broth (TSB), alkohol dan larutan buffer phosphat.
Prosedur Kerja
a.
Pasteurisasi susu
1. Dimasukkan masing-masing 10 ml susu cair ke dalam 5 buah tabung
reaksi, dengan perlakuan yang berbeda-beda untuk masing-masing
tabung.
o
72
d.
Kegiatan III
1. Dipipet masing-masing 1 ml susu yang sudah di pasteurisasi dengan
susu yang berbeda-beda.
73
74
Hasil Pengamatan
Tabel 5.1. Hasil Pengamatan Penetapan Efisiensi Pasteurisasi Total Bakteri
Media PCA
Media PCA
Perlakuan
Total
Efisien
Efisiensi
Pengenceran
(menit)
Bakteri
Pasteurisasi (EP) Kematian (EK)
U1
U2
10-4
TBUD
11
0
10-5
34
TBUD 3,1 107
5,6 x 103 %
98 %
-6
10
10
51
10-3
0
0
10
10-4
10
40
2,4 x 104 %
99 %
2.5 105
-5
10
32
20
10-2
0
121
-3
20
10
59
66
1,5 x103 %
93 %
6,3 104
10-4
39
42
10-1
TBUD TBUD
-2
30
10
TBUD TBUD >1,0 108
3,3 x 106 %
99 %
10-3
TBUD TBUD
10-4
TBUD TBUD
0%
0
10-5
TBUD TBUD >1,0 108
78 %
-6
10
TBUD TBUD
Tabel 5.2. Hasil Pengamatan Penetapan Efisiensi Pasteurisasi Total Bakteri
Media VRBA
Media VRBA
Perlakuan
Total
Efisien
Efisiensi
Pengenceran
(menit)
Bakteri
Pasteurisasi
(EP)
Kematian
(EK)
U1
U2
-4
10
0
0
0
10-5
0
0
3,6 x 102 %
78 %
1,8 107
-6
10
8
27
10-3
0
0
10
10-4
0
TBUD 2,3 106
2,2 x 108 %
99 %
-5
10
0
45
10-2
TBUD
0
20
10-3
TBUD
0
3,4 x 103 %
97 %
>1,0 106
-4
10
TBUD
0
10-1
TBUD TBUD
-2
30
10
5
7
99 %
6,0 102
1,6 104 %
-3
10
0
0
10-4
0
0
-5
0
10
14
2
0%
99 %
8 105
10-6
19
0
75
Hasil Perhitungan
Penetapan Efisien Pasteurisasi Media PCA
0 menit
SPC- PC
PC
x 100%
76
- ,
x 100%
= 5,6 x 103 %
10 menit
SPC- PC
PC
,
x 100%
- .
x 100%
= 2,4 x 104 %
20 menit
SPC- PC
PC
,
x 100%
- ,
x 100%
= 1.5 x 103 %
30 menit
SPC- PC
PC
x 100%
x 100%
= 3,3 x 106 %
0 menit
SPC- PC
PC
.
x 100%
- .
.
x 100%
=0%
Efisiensi kematian total bakteri media PCA
0 menit
SPC- PC
PC
,
x 100%
- ,
,
x 100%
77
= 98 %
10 menit
SPC- PC
SPC
,
x 100%
x 100%
= 99 %
20 menit
SPC- PC
PC
,
x 100%
- ,
,
x 100%
= 93 %
30 menit
SPC- PC
PC
,
x 100%
x 100%
= 99 %
0 menit
SPC- PC
SPC
.
x 100%
- ,
.
=0%
Penetapan Efisiensi Pasteurisasi Total Bakteri Media VRBA
0 menit
SPC- PC
PC
,
x 100%
- ,
,
= 3,6 x 102 %
x 100%
78
10 menit
=
=
SPC- PC
PC
,
x 100%
- ,
x 100%
= 2,2 x 108 %
20 menit
SPC- PC
PC
,
x 100%
- .
x 100%
= 3,4 x 103 %
30 menit
SPC- PC
PC
,
x 100%
x 100%
= 1,6 x 104 %
0 menit
SPC- PC
PC
x 100%
x 100%
=0%
Efisiensi Kematian total mikroba pada media VRBA
0 menit
SPC- PC
PC
,
x 100%
- ,
,
x 100%
= 78 %
10 menit
SPC- PC
PC
x 100%
79
- ,
,
= 99 %
20 menit
SPC- PC
PC
,
x 100%
- ,
,
x 100%
=97 %
30 menit
SPC- PC
PC
,
x 100%
- ,
,
x 100%
= 99 %
0 menit
SPC- PC
PC
,
x 100%
x 100%
80
PEMBAHASAN
Susu merupakan salah satu pangan asal ternak yang memiliki kandungan
gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin1. Karena
kandungan protein, glukosa, lipida, mineral dan vitamin yang cukup tinggi maka
bakteri mudah tumbuh dan berkembang. Tingginya jumlah bakteri dalam susu
segar dapat menyebabkan kualitas dari susu olahan seperti susu pasteurisasi
berkualitas rendah sehingga akan ditolak oleh konsumen. Susu yang
mengandung mikroba patogenik seperti Salmonella, E. coli, Camphylobacter,
Listeriamonocytogenes,
Brucella,
Mycobacterium,
Yersinia,Staphylococcus
aureus dan Bacillus cereus dapat bertindak sebagai sumber penularan penyakit
yang membahayakan kesehatan manusia. Kualitas mikrobiologi susu merupakan
salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui susu aman untuk
dikonsumsi atau tidak (Widodo dan Andriani, 20112).
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh jumlah koloni yang berbedabeda pada waktu pasteurisasi yang berbeda pula. Pasteurisasi dengan medium
PCA selama 0 menit dan 30 menit memiliki total koloni bakteri paling banyak
yaitu >1,0x108 CFU/ml dan waktu 20 menit memiliki total koloni paling sedikit
yaitu 6,3 104 CFU/ml. Untuk media VRBA diperoleh total koloni bakteri paling
banyak pada waktu 20 menit yaitu >1,0x106 CFU/ml dan total koloni paling edikit
terdapat pada menit ke- 30 yaitu 6,0 102 CFU/ml. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin lama waktu pasteurisasi semakin sedikit pertumbuhan mikroba pada
susu, namun terdapat beberapa kesalahan yang menyebabkan pertumbuhan
mikroba TBUD pada media PCA dengan waktu pasteurisasi 30 menit. Hal ini
dapat disebabkan karena kemampuan beradaptasi mikroba termofilik yang dapat
bertahan hidup setelah dilakukan pasteurisasi. Proses pasteurisasi dengan
81
produk
harus
disimpan
pada
suhu
rendah
agar
pertumbuhan
mikroorganisme dapat ditekan dan produk dapat mencapai umur simpan yang
telah ditentukan.
Hasil pengamatan efisiensi pasteurisasi terhadap total bakteri diperoleh
hasil efisiensi pasteurisasi pada media PCA pada waktu 0 menit, 10 menit, 20
menit dan 30 menit secara berturut-turut adalah 5,6x103 %, 2,4x104 %, 1,5x103 %
dan 3,3x106% dengan % kematian bakteri paling tinggi pada menit ke- 10 dan 30
yaitu sebesar 99%. Untuk efisiensi pasteurisasi pada media VRBA selama 0, 10,
20 dan 30 menit berturut-turut adalah 3,6x102%, 2,2x108%, 3,4x103% dan
1,6 104% dengan efisiensi kematian paling tinggi terjadi pada menit ke- 10 dan
30 yaitu 99%. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin lama waktu yang
digunakan maka % kematian mikroba akan semakin banyak, namun kembali lagi
pada kehigienisan praktikan, karena pada menit 20 % kematian bakteri lebih
sedikit dari pada menit ke 10.
Hasil pengamatan untuk efisiensi pasteurisasi selama 90 menit dengan
media PCA diperoleh total koloni bakteri paling banyak pada menit ke- 0 yaitu
>1,0 108 CFU/ml dengan total koloni terendah pada menit ke- 10 yaitu <1,0 103
CFU/ml. Efesiensi pasteurisasi pada menit ke 30 yaitu 3,3x106% yang
merupakan nilai efisiensi paling tinggi dan efisiensi kematian paling tinggi juga
terdapat pada menit ke- 30 dan 10 yaitu sebesar 99%. Untuk media VRBA
diperoleh total koloni bakteri pada waktu 0 menit >1.0 108 CFU/ml untuk total
koloni terbanyak sedangkan total koloni terndah pada menit ke- 10 yaitu 2,3 106
CFU/ml. Efisiensi pasteurisasi paling tinggi pada waktu 10 menit yaitu 2,2x108%
82
dan dengan nilai efisiensi kematian paling besar terjadi pada menit ke 10 dan 30
menit yaitu sebesar 99%.
Ditinjau dari hasil pengamatan dan uraian sebelumnya, didapatkan bahwa
suhu dan waktu yang digunakan akan berpengaruh terhadap efisiensi
pasteurisasi dan %kematian bakteri. Semakin tinggi suhu yang digunakan, dapat
mempersingkat waktu pasteurisasi susu (High Temperature Low Time) dan jika
suhu yang digunakan lebih rendah, maka proses pasteurisasi membutuhkan
waktu yang lebih lama (Low Temperature High Time). Jika menggunakan teknik
HTLT maka proses kematian mikroorganime akan terjadi lebih cepat karena
proses pemanasan yang tinggi yang langsung dapat menginaktifkan enzim
mikroba tersebut. Namun jika menggunakan teknik LTHT, proses kematian
mikroorganisme akan lebih lambat karena suhu yang digunakan lebih rendah,
namun penggunaan LTHT ini lebih sering menekankan untuk mengurangi
kerusakan kandungan gizi dalam bahan akibat proses pemanasan suhu tinggi.
Standar Nasional Indonesi (SNI) 01-6366-2000 telah menetapkan batas
maksimum cemaran bakteri dalam susu pasteurisasi sebesar <3x 104 CFU/ml.
Dilihat dari total mikroba atau bakteri pada susu pasteurisasi yang digunakan
sebagai sampel, total bakteri yang didapatkan lebih tinggi dari batas yang telah
ditentukan SNI. Hal tersebut menunjukkan susu yang dipasteurisasi sebagai
sampel tidak layak untuk dikonsumsi karena dapat menyebabkan sakit perut,
bahkan terjadi keracunan bagi konsumen yang mengkonsumsinya.
Berdasarkan uraian diatas, pasteurisasi dilakukan pada bahan dengan
tujuan utama yaitu memperpanjang daya simpan bahan pangan. Hal ini
ditambahkan oleh Hadiwiyoto (1983) bahwa tujuan dilakukannya pasteurisasi
adalah untuk membunuh bakteri-bakteri pathogen. Dengan berkurangnya jumlah
83
84
KESIMPULAN
85
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, 2001. Pengaruh Suhu Dan Waktu Pasteurisasi Terhadap Mutu Susu
Selama Penyimpanan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner.Vol. 6.No. 1.
Amanatidis, 2002. Mengenal susu UHT.Jakarta : Universutas Indonesia.
Anonima,
2009.Sterilisasi.http://ekmonsaunus.blogspot.com/2008/11/bab3
(Diakses pada tanggal 1 Mei 2016).
Anonimb, 2010. Mekanisme Ketahanan Mikroba Terhadap Suhu Tinggi.
http://lordbroken.wordpress.com/2010/10/08/1118/mekanisme-ketahananmikroba-terhadap-suhu-tinggi.html. (Diakses tanggal 24 Mei 2016).
Dewi, A. K., 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitifitas Staphylococcus aureus
Terhadap Amoxcillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE)
Penderita Mastitis Di WilayahmGirimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal
Sain Veteran. 31 (2).
Dwidjosepturo, 1998. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Fajriyanti, A., 2000. Proses Thermal. Jakarta: Gramedia.
Fardiaz, S., 1992. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Rajawali Press.
Gibson. J. M., 2000. Mikrobiologi Potologi Modern. Jakarta : FCC.
Hariadi 2004. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta : Arcan.
Hasanuddin. 2001. Pengaruh Santan Kelapa Sebagai Substansi Sumber Lemak
terhadap Kualitas Es Krim. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Karlina, C.Y., M. Ibrahim., dan G. Trimulyono., 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Herbal Krokot (Portulaca oleracea L.) Terhadap Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli. Jurnal Lentera Bio. Volume 2 (1): 87-93.
Kusnandar, 2008. Aspek Mikrobiologi Makanan Kaleng. Bogor : Pusat Studi
Pangan dan Gizi IPB.
Naryaningsih,A, 2005.Keefektifan Bacillus Cereus(Franklandand Frankland)
ATCC 11778 (Bakteri Gram Positif) Dan Pseudomonas Aeroginose
(Schroeter) ATCC 27853 (Bakteri Gram Negatif) Sebagai Bioakumulator
Kodmium. Semarang : Universitas Diponegoro.
Nazarudin dan Widiyastuti., 2005. Bahan Ajar Mikrobiologi Pengolahan. Mataram:
Universitas Mataram.
86
Pediatric,
2016.
Perbedaan
susu
pasteurisasi.
https://jurnalpediatri.com/2016/03/06/perbedaan-susu pasteurisasi-susuuht-dan-susu-bubuk/ (diakses pada tanggal 5 Juni 2016).
Sandjaya, B., 2008. Isolasi dan Identifikasi Mikrobakteri. Jakarta: Widya Medica.
Shaffiyah,2008. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta : Arcan.
Soekarto,2008. Analisis Mikrobilogi Pangan. Jakarta : Raja Gravindo Persada.
Srimortiar, 2014. Isolasi Dan Identifikasi Mikrobakteri. Jakarta : WidiyaMedika.
Sumoprastowo, 2000. Pengertian susu. https://www.google.co.id/webhp?ie=utf8&oe=utf8&gws_rd=cr&ei=YgBWV6r8MpOevQSUqLHICw#q=pengertian
+susu (diakses pada tanggal 5 juni 2016).
Suryani, 2002. Mikrobiologi. Jakarta : Aneka Ilmu.
Syarif , 2002. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta : Arcan.
Ulandari,2009. Kualitas mutu bahan mentah dan pr oduk akhir pada unit
pengalengan ikan sardine di PT. karya manunggal prima sukses muncur
bayuwangi. Jurnal Kelautan. Volume 2 (1) hal 41.
Valik, L., Gorner,F., dan Laukova, D., 2003. Growth Dynamices of Bacillus
cereus and Shelf-Life of Pasteurized Milk. Czech J Food SCI. (2): 195202.
Widodo, S dan Andriani, 20112. Teknologi Penanganan Susu Yang Baik Dengan
Mencermati Profil Mikroba Susu Sapi Di Berbagai Daerah. J.
Pascapanen. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.:
Yogyakarta.
Zakaria, Y,. 2011. Analisa Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Yang
Disterilkan Pada Suhu Dan Waktu Yang Berbeda. Agripet: Vol (II). No. 1:
29-31.