Leptospirosis
Leptospirosis merupakan penyakit hewan yang disebabkan oleh beberapa bakteri
dari golongan leptospira yang berbentuk spiral kecil disebut spirochaeta.
Etiologi
Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, family treponemataceae, suatu
mikroorganisme spirochaeta. Ciri khas organisme ini yakni berbelit, tipis, fleksibel,
panjangnya 5-15 um, dengan spiral yang sangat halus, lebarnya 0,1-0,2 um. Salah
satu ujung organisme sering membengkak, membentuk suatu kait. Dalam
mikroskop lapangan gelap hanya dapat terlihat sebagau rantai kokus kecil-kecil.
Dengan pemeriksaan lapangan redup pada mikroskop biasa morfologi leptospira
secara umum dapat terlihat. Untuk mengamati lebih jelas gerakan leptospira
digunakan mikroskop lapangan gelap.
Diagnosis
Pada umunya diagnosis awal leptospirosis sulit, karena pasien biasanya
dating dengan meningitis, hepatitis, nefritis, pneumonia, influenza, sindroma syok
toksik, demam yang tidak diketahui asalnya dan diathesis hemoragik.
Gambaran Klinis
Masa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dan rata-rata 10 hari. Leptospirosis
mempunyai 2 fase penyakit yang khas yaitu fase leptospiremia dan fase imun.2
a.
Fase Leptospiremia
Fase ini ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah dan cairan serebrospinal,
berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala biasanya di frontal, rasa sakit pada
otot yang hebat terutama pada paha, betis dan pinggang disertai nyeri tekan. Mialgia dapat
diikuti dengan hiperestesi kulit, demam tinggi yang disertai menggigil, juga didapati mual
dengan atau tanpa muntah disertai mencret. Pada hari ke 3-4 dapat dijumpai adanya konjungtival
suffusion dan fotofobia. Fase ini berlangsung 4-7 hari. Jika cepat ditangani pasien akan
membaik, penyembuhan organ-organ yang terlihat dan fungsinya kembali normal 3-6 minggu
setelah onset.
b. Fase Imun
Fase ini ditandai dengan peningkatan titer antibody, dapat timbul demam yang mencapai
suhu 40C disertai menggigil dan kelemahan umum. Terdapat rasa sakit yang menyeluruh pada
leher, perut dan otot-otot kaki terutama otot betis. Terdapa perdarahan berupa epistaksis, gejala
kerusakan pada ginjal dan hati, uremia, ikterik. Conjungtiva injection dan conjungtival suffusion
dengan ikterus merupakan tanda patognomosis untuk leptopsirosis.2 Terjadinya meningitis
merupakan tanda pada fase ini.
Prognosis
Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus dengan ikterus, angka kematian
5% pada umur dibawah 30 tahun, dan pada usia lanjut mencapai 30-40%.
Dapus : Maha, Masri S., 2006. Gejala Klinis dan Pengobatan Leptospirosis. Cermin
Dunia Kedokteran No 152. 24-26.