Tuberkulosis Pada Penderita Hiv
Tuberkulosis Pada Penderita Hiv
PENDERITA HIV
Pembimbing :
Penyusun
: Wenyanti
(406091048)
Laura
(406100045)
PENDAHULUAN
salah satu masalah utama kesehatan
masyarakat (Indonesia dan negara berkembang
lainnya)
Tuberkulosis (TB)
penyakit infeksi
kronik yang disebabkan oleh Basil Tahan
Asam (BTA) Mycobacterium tuberculosis
paru & ekstra paru
kegagalan pengobatan o.k minum obat
tidak teratur
DOTS
imunitas
resiko dan derajat keparahan
infeksi oportunistik & keganasan
darah
cairan tubuh lain
hubungan sexual
penggunaan jarum suntik
transmisi perinatal
menyusui
penyakit TB
gambaran
klinis atipik
sensitivitas pemeriksaan dahak
frekuensi alergi obat
resistensi OAT
angka kematian akibat infeksi lain selama
pasien dalam pengobatan TB.
EPIDEMIOLOGI
TB paru paling tinggi dijumpai India, China, dan
Indonesia (urutan ke-3)
[ kelompok masyarakat dengan sosio ekonomi yang
rendah ]
Menurut laporan WHO,Tahun 2004 HIV telah menginfeksi
lebih dari 40 juta penduduk seantero bumi dengan kasus
baru tiap tahunnya 4,9 juta dan telah menimbulkan
kematian 3,1 juta jiwa (Afrika tertinggi)
Menurut catatan hingga 31 Maret 2006 jumlah kumulatif
kasus HIV/AIDS di seluruh indonsia ialah HIV 4332, AIDS
5822, semuanya 10.154.
[Kasus HIV/AIDS yang terbanyak di DKI Jakarta 3601,
peringkat II Papua 1633, peringkat III Jawa Timur
1031 ]
Kenaikan jumlah pasien TB akibat meningkatnya jumlah
seropositif HIV telah dilaporkan terjadi di berbagai
Negara, termasuk Negara maju seperti Amerika Serikat &
Negara-negara sedang berkembang Republik Tanzania,
Uganda, Ziare, dan Brunei.
DIAGNOSIS TB
PADA PENDERITA HIV
Diperlukan langkah-langkah berupa :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang, berupa:
bakteriologik, radiologik.
4. Pemeriksaan sediaan langsung BTA (basil
tahan asam) sangat penting untuk
diagnosis.
MEKANISME TERJADINYA TB
PADA HIV
1.
Reaktivasi
Dalam perjalanan penyakit infeksi
HIV, maka nilai CD4 akan turun.
Penurunan ini ternyata berakibat
reaktivasi dari kuman TB yang
dorman.
2.
3.
Terinfeksi kuman TB
TB PARU
Anamnesis:
batuk lebih dari 3 minggu (gej. Utama)
Gejala sistemik
Gejala Respiratorik
demam
lesu
berat badan turun
keringat malam.
banyak dahak
batuk darah atau ada darah didahak
nyeri dada
sesak napas
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan bakteriologik (Sputum BTA)
Pasien dengan dahak positif adalah pasien
dengan:
a. Pemeriksaan dahak sekurang-kurangnya 2
sediaan positif secara mikroskopik
b. Pemeriksaan dahak 1 sediaan positif
secara mikroskopik dengan gambaran
radiologik yang sesuai
c. Pemeriksaan dahak 1 sediaan positif
secara mikroskopik dan biakan positif
2. Pemeriksaan radiologik
Tujuan:
- diagnosis ( hanya bila BTA )
- luasnya kerusakan paru
- kemajuan pengobatan
Gambaran TB pada infeksi HIV dini :
- infiltrat di lobus atas
- beberapa kavitas
- efusi pleura unilateral.
Pada infeksi HIV lanjut, ditemukan gambaran
atipik (TB primer), yaitu
- infiltrate di lobus bawah paru
- bentuk milier atau infiltrate difus
- adenopati di hilus atau paratrakeal.
atau
biopsy
dengan
TB MILIER
Anamnesis:
Batuk
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum buruk, suhu meningkat, sesak napas.
Gejala lain yang berhubungan dengan organ yang terkena,
yaitu pembesaran hati, limpa, kaku kuduk, dan koroid
tuberkel (patognomonik TB milier pada anak-anak)
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen toraks: bercak-bercak milier
BTA pada cairan tubuh
LIMFADENITIS TB
Anamnesa: satu atau lebih benjolan t.u leher
(awal tidak ada nyeri tekan) disertai gejala
klinis yang mendukung
Pemeriksaan Fisik pada pembesaran KGB:
Berdiameter > 4 cm atau membesar dengan cepat
Asimetris
Nyeri, berfluktuasi
Ada tanda-tanda lain yang jelas (seperti
demam, keringat malam, berat badan menurun)
Rontgen toraks: limfadenopati di hilus atau
mediastinum.
DD/ PGL (persistent generalized lymphadenopathy )
Biopsi jarum halus + (th/ OAT) / - (biopsi
kelenjar)
EFUSI PLEURA TB
Anamnesis: sesak napas, nyeri dada, dan demam tinggi
Pemeriksaan fisik:
Inspeksi: paru sisi yang sakit lebih besar dan
pergerakannya berkurang
Perkusi: pekak
Auskultasi: suara napas melemah sampai hilang
Rontgen: bayangan homogen pada sisi yang sakit
dengan batas cairan yang jelas
Pungsi aspirasi:
Cairan yang dikeluarkan dilihat secara makroskopik
(test Rivalta, analisis cairan pleura, px. BTA /
kultur resistensi)
Pengeluaran cairan disarankan tidak lebih dari 1500
cc
MENINGITIS TB
Anamnesis:
sakit kepala
penurunan kesadaran yang progresif
pasien tidak dapat menundukkan kepala
Pemeriksaan fisik: kaku kuduk, tanda kernig
Pemeriksaan penunjang: pungsi lumbal, hasil:
EFUSI PERIKARDIUM TB
Anamnesis: lemah, pusing, nyeri dada, napas
pendek, batuk, nyeri hipokondrium kanan, dan
kaki bengkak
Pemeriksaan fisik: Takikardia, hipotensi, pulsus
paradoksus, JVP meningkat, irama apeks tak
teraba, suara jantung tak terdengar, friction
rub, dan tanda-tanda gagal jantung kanan
(asites, edema tungkai)
Pemeriksaan penunjang:
Radiologik: pembesaran jantung sedangkan
lapangan paru jernih; terdapat cairan pleura.
EKG: takikardia, perubahan gelombang ST dan T,
kompleks QRS voltase rendah
Ekokardiografi
Lokasi
Gejala klinis
Diagnosis
Spinal
Tulang
Osteomielitis kronik
Biopsi jaringan
Sendi perifer
Monoartritis
Usus
Barium sinar X
Hati
Nyeri/massa di perut
kwadran atas kanan
Sering BAK, disuria,
hematuria, nyeri/bengkak di
punggung.
USG
Biopsi
Steril piuria
Diakan urin
Pielogram intravena
Kelenjar adrenal
Gambaran hipoadrenalin
(hipotensi, Na rendah, K
meningkat/normal, urea
tinggi, glukosa rendah)
Epididimidis
Transmisi virus
Serokonversi
SARANA
Layanan VCT
Layanan konseling kepatuhan
Layanan medis
Layanan laboratorium
Ketersediaan ARV dan obat infeksi oportunistik
PENILAIAN KLINIS
STADIUM KLINIS
PENILAIAN IMUNOLOGI
JUMLAH LIMFOSIT TOTAL
A.
B.
Stadium 2
simptomatis, aktivitas
normal
BB menurun <10% dari BB
semula
Kelainan kulit dan mukosa
ringan seperti dermatitis
seboroik, Papular Prurutic
Eruption (PPE), infeksi
jamur kuku, ulkus oral yang
rekuren, cheilitis angularis
Herpes zoster dalam 5 tahun
terakhir
Asimptomatis
aktivitas normal
Stadium 4
berbaring
Rimfapisin,
Isoniazid (INH),
Pirazinamid,
Ethambuthol
Streptomisin
Rifabutin
Kanamisin
Etionamid
Kapreomisin
Sikloserin
PAS
Kuinolon
Nama Obat
1. Isoniazid (INH)
2. Rifampisin
3. Etambutol
4. Pirazinamid
5. Streptomisin
Efek samping
Neuritis perifer
Ikterus
Hipersensitivitas
Lain-lain:
mulut
kering,
nyeri
methemoglobulinemia, tinitus, retensi urin.
Ikterus
Flu like syndrome
Sindrom redman
Lain lain : nyeri epigastrik, reaksi hipersensitivitas, supresi
imunitas
Neuritis optik
Goul (pirai)
Lain lain : gatal, nyeri sendi, nyeri epigastrik, malaise, sakit
kepala, bingung, halusinasi
Gangguan hati
Gout (pirai)
Lain lain : artralgia, anoreksia, mual muntah, disuria,
malaise, demam
Reaksi hipersensitivitas
Mempengaruhi Nn craniales VII, dapat menimbulkan vertigo
dan tuli
Menurunkan fungsi ginjal
epigastrik,
Dosis yang
dianjurkan
Obat
Dosis
(mg/
kgBB
/hari)
Haria
n
(mg/k
gBB/
hari)
Interm
itten
(mg/k
gBB/k
ali)
<40
40-60
>60
8-12
10
10
600
300
450
600
4-6
10
300
150
300
450
20-30
25
35
750
1000
1000
15-20
15
30
750
1000
1500
15-18
15
15
Sesuai
BB
750
1000
1000
Penderita dengan usia > 60 tahun mungkin tidak bisa menerima streptomisin dengan dosis
lebih dari 500 mg 750 mg
Intermitten : 3 kali/minggu
R=rifampisin, H=INH, Z=pirazinamid, E=etambutol, S=streptomisin, BB=berat badan.
Kategori Pengobatan
TB
4 H3R3*
2 HRZE
4 HR
2 HRZE
6 HE
2 HRZES/ 1 HRZE*
2 HRZES/ 1HRZE
5 H3R3E3*
5 HRE
2 HRZ*
4 H3R3*
2 HRZ
6 HE
Kasus TB
ekstrapulmonal ringan
2 HRZ
4 HR
Kasus kronik
III
IV
Fase lanjutan
II
Pasien:
Kambuh (relaps)
Gagal (failure)
Putus berobat
default)
(after
Pilihan
Efek Samping
Penatalaksanaan
Minor
Anoreksia, nausea, abdominal pain
Rifampisin
Nyeri sendi
Pirazinamid
Aspirin
Isoniazid
Urine orange/merah
Rifampisin
Mayor
Gatal, skin rash
Tioacetazon, streptomisin
Piridoksin 100 mg
Penyuluhan
Ketulian
Streptomisin
Streptomisin
Jaundice
Kebanyakan OAT
Gangguan penglihatan
Ethambutol
Stop ethambutol
Rifampisin
Stop rifampisin
OBAT ARV
Mekanisme kerja: menekan replikasi virus
HIV dalam sel limfosit CD4
Nama dagang
Nama Generik
Golongan
Sediaan
Dosis (perhari)
Zidovex
Retrovir
Adovi
Avirzid
Zidovudin
(ZDV, AZT)
NsRTI
Kapsul
100 mg
Videx
Didanosin (ddI)
NsRTI
Stavex Zerit
Stavudin (d4T)
NsRTI
Kapsul: 30 mg, 40 mg
Lamivox 3TC
Lamivudin (3TC)
NsRTI
Nevirapin (NVP)
NNRTI
Tablet 200 mg
Stocrin, sustiva
Efavirenz
EFZ)
NNRTI
Kapsul 200 mg
Norvir
Ritonavir
PI
Nelvex Viracept
Nelfinavir (NFV)
PI
Tablet 250 mg
Viramune Nevirex
(EFV,
2x1250 mg
Zidovex-L (Duviral)
Tablet,
kandungan:
Zidovudin
300
mg, 2x1 tablet
lamivudin 150 mg
Zidovex-LN
Tablet,
kandungan:
zidovudin
300
mg, 2x1 tablet
nevirapin 200 mg
Kondisi
Rekomendasi
HIV
Evaluasi klinis:
Selanjutnya dilakukan
setiap bulan untuk
melihat respons
pengobatan, ada tidaknya
efek samping obat serta
ada tidaknya komplikasi
penyakit.
Selanjutnya dilakukan
setiap 1 bulan untuk
melihat respons
pengobatan, ada tidaknya
efek samping obat,
misalnya anemia, serta ada
tidaknya komplikasi
penyakit.
Evaluasi Lab:
HIV
TB
Evaluasi Lab:
Evaluasi Radiologik
Setelah
2 bulan pengobatan
Pada akhir pengobatan
TERIMA
KASIH