Laporan Kasus (Koreksi)
Laporan Kasus (Koreksi)
PENDAHULUAN
Kabupaten Kepulauan sangihe 120 kasus, Kabupaten minahasa 116 kasus, Kota
Tomohon 107 kasus, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 106 kasus, Kabupaten
Minahasa Selatan 98 kasus, Kota Bitung 91 kasus, Kabupaten Bolaang Mongondow
utara 76 kasus, Kabupaten Bolaang Mongondow 74 kasus, Kabupaten Sitaro 63
tahun 2008 menunjukan bahwa refractory shock dan aktivitas koagulasi berhubungan
dengan kematian pada pasien DSS. Penelitian kohort retrospektif Pangribuan dkk
pada pasien SSD sesuai kriteria WHO 1997 yang dirawat di Instalasi Kesehatan
Anak RSUP Dr. Sardjito dari januari 2006 juli 2012 ditemukan bahwa manajemen
cairan sebelum masuk rumah sakit rujukan yang tidak adekuat, perdarahan mayor dan
prolonged shock merupakan faktor prognosis independen kematian pada anak dengan
SSD.3
Berikut ini akan dilaporkan suatu kasus, seorang anak perempuan dengan
DBD derajat III, dirawat di Ruang Perawatan Intensif E BLU RSU Prof. Dr.R.D.
Kandou Manado sejak tanggal 13 Februari 2016.
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama
: An A. K.
Jenis kelamin
: Perempuan
Tanggal lahir/umur
Lahir di
: Rumah
: 3300 gram
Partus secara
Kebangsaan
: Indonesia
Suku bangsa
: Minahasa
Nama Ibu/umur
Pekerjaan ibu
Pendidikan Ibu
: SMP
Nama Ayah/umur
Pekerjaan Ayah
: Petani
Pendidikan Ayah
: SMP
Alamat
: Tewesan jaga I
Rujukan Dari
Tanggal MRS
: 13 Februari 2016
Jam
: 19.00 WITA
Anak
Umur
Kesehatan
Laki - laki
23 tahun
sehat
Laki- laki
18 tahun
sehat
Laki - laki
10 tahun
sehat
Perempuan
8 tahun
penderita
Keluhan Utama: Kaki dan tangan dingin sejak 9 jam sebelum masuk rumah sakit
Demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit
Kaki tangan penderita teraba dingin sejak 9 jam sebelum masuk rumah
sakit. Demam dialami penderita sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
dirasakan tinggi pada perabaan, turun dengan obat penurun panas, namun tidak
sampai normal kemudian naik kembali. Demam tidak disertai dengan menggigil
ataupun kejang.
Penderita juga mengalami mimisan 10 jam sebelum masuk rumah sakit. Penderita
mengeluh nyeri perut sejak 9 jam sebelum masuk rumah sakit dan muntah frekuensi
1 kali, volume 1/4 gelas aqua berisi cairan dan sisa makanan.
Selain itu penderita juga mengeluh nyeri kepala sejak 5 hari sebelum masuk
rumah sakit, terutama jika penderita sedang demam tinggi. BAB dan BAK biasa,
batuk dan beringus tidak dialami oleh penderita.Penderita merupakan rujukan dari
RSUD Amurang dengan diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD) derajat III.
Anamnesis Antenatal
ANC teratur sebanyak 8x kali di Puskemas, Suntik TT sebanyak 2 kali, Selama hamil
ibu sehat.
Penyakit yang pernah dialami
Morbili
: -
Varicella
: -
Pertusis
: -
Diarrhea
: -
Cacing
: -
Batuk/pilek
: +
: 3 bulan
: 4 bulan
: 6 bulan
6
: 8 bulan
: 9 bulan
: 12 bulan
: 3 bulan
: 4 bulan
: Lahir - 18 bulan
PASI
: 6 bulan 18 bulan
Bubur susu
: 6 bulan 8 bulan
: 10 bulan 18 bulan
: 2 tahun sekarang
Riwayat Imunisasi
JenisImunisasi
BCG
Polio
DTP
Campak
Hepatitis B
I
+
+
+
+
+
Dasar
II
III
Ulangan
II
+
+
+
+
Anamnesis Keluarga
III
1. Riwayat Keluarga
Dalam keluarga hanya penderita yang sakit seperti ini
2. Keadaan Sosial, ekonomi, kebiasaan dan lingkungan
Penderita tinggal di rumah permanen, beratap seng, berdinding beton dan
berlantai tegel. Jumlah kamar 3buah dihuni oleh 6 orang, 4 orang dewasa dan 2
anak-anak.WC/ kamar mandi di dalam rumah. Sumber air minum dari Air sumur.
Sumber penerangan listrik dari PLN. Penanganan sampah dengan cara dibuang.
Pemeriksaan Fisik
BB
: 21 kg
Keadaan Umum
Status Gizi
: Kurang
Tekanan Darah
Nadi
Respirasi
Suhu badan
: 80/60 mmHg
: 120x/m (regular, kecil, tidak kuat angkat)
: 30x/menit
: 37,70 C
KEPALA:Bentuk
: Mesocephal
TB
: 127 cm
Rambut
Mata
: CM
Konjungtiva
: Anemis (-)
Sklera
: Ikterik (-)
Refleks Kornea
: Normal
Pupil
Refleks cahaya
: +/+
Lensa
: Jernih
Fundus/Visus
: Tidak di evaluasi
8
Mulut
: Bibir
: Sianosis (-)
Lidah
: beslag (-)
Gigi
: Caries (-)
Selaput Mulut
Gusi
: Perdarahan (-)
Bau Pernapasan
: Foetor (-)
Tenggorokan : Tonsil
Faring
Leher
Thorax
: Hiperemis (-)
: Trakea
Paru-Paru
: Letak di tengah
Kelenjar
Kaku kuduk
: (-)
Bentuk : simetris
Rachitic Rosary : (-)
Xiphosternum: (-)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
: Tidak Tampak
Batas kiri
Batas kanan
Batas atas
: ICS II-III
Genitalia
: Perempuan, normal
Kelenjar
: Deformitas (-)
Otot
: Eutoni
Refleks
KULIT
Warna
: Sawo matang
Efloresensi : (-)
Pigmentasi : (-)
Jaringan parut: (-)
Lapisan lemak: Cukup
Lain-lain
: (-)
Turgor
Tonus
Oedema
10
: Kembali cepat
: Eutoni
: (-)
RESUME
Seorang anak perempuan 8 tahun 3 bulan, BB 21 kg, TB 127 cm, MRS tanggal 13
Februari jam 17.30 WITA dengan keluhan Demam sejak 5 hari sebelum masuk
rumah sakit. Kaki dan tangan dingin sejak 9 jam sebelum masuk rumah sakit.
Mimisan, muntah bercampur sisa makanan frekuensi 1 kali dan nyeri perut sejak 10
jam sebelum masuk rumah sakit. Selain itu nyeri kepala juga dikeluhkan 5 hari
SMRS terutama jika demam tinggi.
Keadaan Umum
Kesadaran
: CM
BB
: 21 kg
TB
: 127 cm
Status Gizi
: Kurang
TD
: 80/60 mmHg
RR
: 30 x/menit
Nadi
SB
: 37,7oC
Kepala
Thoraks
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
: 48,5 %
Hb
: 10,9 g/dl
Eritrosit
: 3,89 juta/mm3
Leukosit
: 4000/mm3
Trombosit
: 33000/mm3
Diagnosis
Terapi
: - O2 1-2 liter/menit
-
PCV / 4 jam
Diuresis/jam
Observasi ketat tanda-tanda vital / jam
Oralit ad libitum
12
: KU
: Tampak sakit
Kesadaran
: CM
TD
: 80/60 mmHg
RR
: 30 x/menit
Nadi
SB
: 37,7oC
PCV
: 48%
Kepala
Thoraks
Abdomen
O21-2 liter/menit
Rencana
PCV / 4 jam
Diuresis/jam
Observasi ketat tanda-tanda vital/jam
MRS RPI
: KU
TD
Kesadaran
: CM
: 90/50 mmHg
RR
:28x/menit
SB
: 37,2oC
: Kaki tangan dingin (-), demam (-), nyeri perut (-), sesak(-)
: KU
: Tampak sakit
Kesadaran
: CM
TD
: 100/60 mmHg
RR
:28x/menit
SB
: 36,5oC
14
Kepala
Thoraks
Abdomen
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
SGOT
SGPT
IgG
IgM
: 4.000/mm3
: 3,89 juta/mm3
: 10,9g/dl
: 31,5%
: 33.000/mm3
: 68 U/L
: 20 U/L
: Positif (+)
: Negatif (-)
: - O2 1-2 liter/menit
- IVFD RL 10cc/kg/jam = 210 cc/jam
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr iv
- Paracetamol 3 x 250 mg (k/p)
- PCV / 4 jam
- Balans Diuresis / jam
- Vital sign / jam
- Oralit ad Lib
: Kaki tangan dingin (-), demam (-), nyeri perut (-), sesak(-)
: KU
: Tampak sakit
Kesadaran: CM
TD
: 110/70 mmHg
RR
: 24x/menit
SB
: 36,5oC
Nadi : 88x/menit
Kepala
Thoraks
Abdomen
: - O2 1-2 liter/menit
- IVFD RL 10cc/KgBB/Jam = 210 cc/ jam
- Terapi lain lanjut
: Kaki tangan dingin (-), demam (-), nyeri perut (-), sesak(-)
: KU
TD
: tampak sakit
Kesadaran: CM
: 110/70 mmHg
RR
: 24x/menit
SB
: 36,5oC
Nadi : 88x/menit
Kepala
Thoraks
Abdomen
: - O2 1-2 liter/menit
- IVFD RL 10cc/KgBB/Jam = 210 cc/ jam
- terapi lain lanjut
: Kaki tangan dingin (-), demam (-), nyeri perut (-), sesak(-)
: KU
TD
: tampak sakit
Kesadaran : CM
: 110/70 mmHg
RR
: 24x/menit
SB
: 36,5oC
Thoraks
Abdomen
: 34 %
: - O21-2 liter/menit
- IVFD RL 7cc/kg/jam = 147 cc/jam
17
: Kaki tangan dingin (-), demam (-), nyeri perut (-),sesak (-)
: KU
: Tampak sakit
Kesadaran : CM
TD
: 90/60 mmHg
RR
: 24 x/menit
SB
: 36,5oC
: - O21-2 liter/menit
- IVFD RL 5cc/kg/jam = 105 cc/jam
- Terapi lain lanjut
: Kaki tangan dingin (-), nyeri perut (+) hilang timbul , sesak (-)
: KU
: Tampak sakit
Kesadaran : CM
TD
: 110/60 mmHg
RR
: 24 x/menit
SB
: 36,5 oC
: - O21-2 liter/menit
18
: Kaki tangan dingin (-), demam (-), nyeri perut (-), sesak (-)
: KU
: Tampak sakit
TD
: 90/60 mmHg
Kesadaran : CM
Nadi : 84x/m
RR
: 24x/menit
SB
: 36,5oC
PCV : 33 %
Kepala
Thoraks
Abdomen
: - O2 2 liter/menit
- IVFD RL 3cc/kgBB/jam = 63 cc/jam
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr iv (2)
- Paracetamol 3 x 250 mg (k/p)
- PCV/4 jam
- Diuresis & Vital Sign/jam
Rencana : Periksa DL, DC, Na, K, Cl, Ca, Albumin, protein total.
19
: Kaki tangan dingin (-), demam (-), sesak (-), nyeri perut (-)
: KU
: Tampak sakit
Kesadaran : CM
TD
: 90/60 mmHg
RR
: 28 x/menit
SB
: 36,7 oC
Nadi : 80x/m
PF lain status quo
PCV = 32%
A
: - O2 2 liter/menit
- IVFD RL 3cc/KgBB/Jam= 63cc/jam
- Terapi lain lanjut
: KU
: tampak sakit
Kesadaran : CM
TD
: 90/60 mmHg
RR
Nadi : 86x/m
SB
: 28 x/menit
: 36,2 oC
PCV : 34%
PF lain status quo
Hasil Laboratorium:
-
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
: 5.300/mm3
: 3,63 juta/mm3
: 10 g/dl
: 28,5%
: 36.000/mm3
- Na/K/Cl
: 141/4,44/104,1
- Globulin
: 2,32
- Protein total : 5,31
- Albumin
: 2,9
20
Ur
Cr
: 16 U/L
: 0,4 U/L
: - O2 2 liter/menit (k/p)
- IVFD RL 8 gtt/menit
- Terapi lain lanjut
: KU
: tampak sakit
Kesadaran : CM
TD
: 90/60 mmHg
RR
: 28 x/menit
SB
: 36,6 oC
Nadi : 90x/m
PCV : 34 %
PF lain status quo
A
: - IVFD RL 8 gtt/menit
- Terapi lain lanjut
: Kaki tangan dingin (-), nyeri perut (-), sesak (-), demam (-)
: KU
: Tampak sakit
TD
: 90/60 mmHg
Kesadaran : CM
Nadi : 80x/menit
21
RR
: 24x/menit
SB
: 36,5oC
PCV : 34 %
Kepala
Thoraks
Abdomen
:- IVFD RL 8 gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr iv (3)
- Paracetamol 3 x 250 mg (k/p)
- Oralit ad Lib
22
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus ini membahas seorang anak perempuan umur 8 tahun 3 bulan, berat
badan 21 kg, didiagnosis dengan demam berdarah dengue, didasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Demam berdarah dengue
(DBD) atau dengue haemorrhagic fever.
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit demam berat yang sering
mematikan, disebabkan oleh virus DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang disebarkan
oleh nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari
penderita DBD lainya, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis dan
pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein.13,14
Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan demam terus-menerus sejak 5
hari sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik perdarahan spontan berupa
mimisan serta didapati tanda kebocoran plasma pada pemeriksaan penunjang
didapatkan peningkatan hematokrit 48%. Serta adanya trombositopenia 33.000/mm 3,
Pada uji serologis ditemukan IgG anti dengue (+) dan IgM anti dengue (-). Hal ini
sesuai dengan kepustakaan, dimana kriteria diagnosis demam berdarah dibagi
menjadi kriteria diagnosis klinis dan kriteria diagnosis laboratoris.14,15
Diagnosis klinis demam berdarah dengue:15
23
positif.
Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital, gangguan pencernaan, nyeri
perut.
Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah atau di sekitar rumah.
Hepatomegali
Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu tanda/gejala :
- Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari pemeriksaan awal atau dari data
populasi menurut umur
- Ditemukan adanya efusi pleura
- Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
Trombositopenia <100.000/mm3
Demam disertai dua atau lebih manifestasi klinis, ditambah bukti perembesan
t
I
dan
II
(uji
plasma
Derajat
manifestasi Trombositopenia
bendung (<100.000/mm3)
Peningkatan hematokrit 20%
positif) dan tanda perembesan
DBD
perdarahan
Laboratorium
perdarahan Trombositopenia
spontan
DBD
III
(<100.000/mm3)
Peningkatan hematokrit 20%
24
IV
Laboratorium
pada
DBD
akan
ditemukan
trombositopenia
dan
25
SSD
Oksigenasi (berikan O2 2-4 L/menit)
Penggantian volume plasma segera
(cairan kristaloid isotonis) Ringer Laktat
10-20 mL/kgBB dalam waktu 1 jam
27
Ya
Syok teratasi
Tidak
Ht Meningkat
Ht Menurun
Perdarahan
jelas
Bila tidak teratasi koloid
10-20 mL/kgBB dalam 10-20
Transfusi
darah
Berikan resusitasi cairan kristaloid isotonic intravena dengan jumlah cairan 10-20
mL/kgBB dalam waktu 1 jam. Periksa hematokrit.
Bila syok teratasi berikan cairan dengan dosis 10 mL/kgBB/jam selama 1-2 jam.
28
Bila keadaan sirkulasi tetap stabil jumlah cairan dikurangi secara bertahap
menjadi 7, 5, 3, 1 mL/kgBB/jam. Pertimbangkan untuk mengurangi cairan yang
diberikan secara intravena bila masukan cairan melalui oral sudah membaik.
Pada pasien ini terlihat tanda perbaikan yaitu intake yang membaik, suhu badan
yang normal, Buang air besar normal, serta sudah tidak mengeluh nyeri perut dan
nyeri kepala. Hal ini sesuai dengan kepustakaan, tata laksana pada fase pemulihan
(recovery phase)16
Fase pemulihan ditandai dengan perbaikan klinis, nafsu makan membaik, dan
cukup.
Pemberian cairan intravena tidak boleh dilanjutkan lagi untuk mencegah
kelebihan cairan karena pada fase pemulihan cairan dari ekstravaskular kembali
segera dikoreksi dengan pemberian buah yang kaya kalium atau suplemen.
Tidak jarang dijumpai bradikardia, maka perlu pemantauan untuk terjadinya
penyulit yang jarang yaitu heart blocker atau ventricular premature contraction
Tanda-tanda penyembuhan16
29
hari perawatan dimana pasien tidak terdapat tanda-tanda syok, tidak demam minimal
24 jam tanpa terapi antipiretik, nafsu makan membaik, perbaikan klinis yang jelas,
tidak tampak distres pernapasan yang disebabkan efusi pleura atau asites. Kriteria
pulang rawat 10,19
30
Ensefalopati dengue, dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.
Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading
pemberian cairan pada masa perembesan plasma
Hipoglikemia/hiperglikemia,hiponatremia,
hipokalsemia
akibat
syok
tajin. Cukup minum ditandai dengan frekuensi buang air kecil setiap 4-6 jam.
Parasetamol 10 mg/kgBB/kali diberikan apabila suhu >380C dengan interval 4-6
31
tampak lemas, perdarahan (misalnya BAB berwarna hitam atau muntah hitam),
sesak napas, tidak buang air kecil lebih dari 4-6 jam, atau kejang).
Selain DBD derajat III, pasien juga di diagnosis dengan gizi kurang.
Diagnosis masalah nutrisi pada pasien adalah hasil pengkajian/evaluasi status nutrisi
tentang bagaimana status gizi (seluruh fisik) pasien dan tentang status nutrien
tertentu. Masalah nutrisi tersebut dapat berkaitan dengan gangguan proses
pencernaan, metabolisme, ekskresi nutrien pada berbagai penyakit. Masalah tersebut
mungkin saja telah terjadi sebelum pasien dimasukan ke rumah sakit atau dapat
timbul pada saat pasien sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Masalah tersebut
dapat terjadi karena kekurangan zat gizi, dimulai dari tingkat deplesi, berlanjut
menjadi nyata sebagai defisiensi. Sebaliknya dapat juga terjadi kelebihan masukan
gizi, dari tingkat awal kelebihan sampai menjadi tingkat keracunan (toksisitas).
Pengkajian status nutrisi di klinik berbeda dengan di masyarakat, karena
meliputi 4 cara pengkajian yaitu pemeriksaan klinis, analisis diet, pemeriksaan
antropometris dan pemeriksaan laboratorium. Dalam praktik sehari-hari umumnya
status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan klinis dan antropometris. Prinsip
penentuan status gizi dengan pemeriksaan antropometris adalah menentukan proporsi
berat badan menurut panjang/tinggi badan, bukan berat badan menurut umur atau
tinggi menurut umur. Ada berapa grafik yang digunakan sebagai rujukan dalam
menentukan status gizi secara antropometris antara lain CDC 200 dan WHO 2006.
WHO merekomendasikan penggunaan grafik pertumbuhan The WHO Multicentre
Growth Reference Study (MGRS) 2006 sebagai standar rujukan karena merupakan
hasil dari pengamatan jangka panjang anak-anak dari beberapa negara di empat benua
32
yang asupan nutrisi serta lingkungannya ideal untuk tumbuh kembang. Berdasarkan
grafik tersebut status gizi diklasifikasikan. Kelemahan dari grafik WHO 2006 tersebut
adalah tidak tersedianya grafik BB menurut TB sesudah usia 5 tahun. Untuk
mengatasi masalah tersebut maka direkomendasikan menggunakan perhitungan
persentasi berat badan (BB) actual terhadap BB ideal. Berat badan ideal ditentukan
dengan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Plot BB dan PB/TB aktual pada grafik BB menurut Umur dan Jenis
Kelamin dan PB/TB menurut Umur dan Jenis Kelamin.
2. Tentukan height-age (umur tinggi badan) dengan menarik garis horizontal
dari PB/TB aktual sehingga memotong persentil 50 th atau median grafik
tersebut. Umur tempat titik potong tersebut disebut sebagai height age
yang berarti sebenarnya PB/TB anak tersebut ideal untuk usia tersebut,
Height age dapat lebih muda atau lebih tua daripada usia aktual.
Selanjutnya tentukan BB ideal dari height age tersebut, yaitu persentil ke-50
atau median BB menurut umur dan jenis kelamin untuk umur PB/TB.
Status gizi diperoleh dengan perhitungan persentase BB aktual terhadap BB
ideal, selanjutnya diklasifikasikan menurut Waterlow 1972, sbb:
Obesitas
Gizi lebih (0verweight)
Gizi cukup
Gizi kurang
Gizi buruk
>120%
>110-120%
110-90%
70-90%
<70%
33
Sehingga dibutuhkan konsultasi dari bagian gizi seperti seperti penentuan kebutuhan,
penentuan pemberian, penentuan jenis makanan, serta pemantauan dan evaluasi.20.21
.
34
DAFTAR PUSTAKA
1.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2008.
Jontari H, Halim W. Demam Berdarah Dengue di Provinsi Sumatera Barat
11.
12.
13.
10:1;17-23.
Hartoyo E. Spektrum Klinis Demam Berdarah Dengue pada Anak. Sari
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Berdarah
Dengue
di
Indonesia.
Jakarta:Ditjen
PPM&PL
20.
21.
22.
2011. h. 1-13.
Sjarif DR. Prinsip Asuhan Nutrisi pada Anak. Dalam:Sjarif DR, Endang DS,
Mexitalia M, Nasar SS, penyunting. Buku ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit
Metabolik. Cetakan Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2011. h. 36-48.
36
37