Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Komponen Minyak Bumi
Minyak bumi mengandung 50-98% komponen hidrokarbon dan non
hidrokarbon. Kandungannya bervariasi tergantung pada sumber minyak. Minyak
bumi mengandung senyawa karbon 83,9-86,8%, hidrogen 11,4-14%, belerang
0,06-8,0%, nitrogen 0,11-1,7% dan oksigen 0,5% dan logam (Fe, Cu, Ni), 0,03%.
Terdapat empat seri hidrokarbon minimal yang terkandung di dalam minyak
bumi, yaitu seri n-paraffin (n-alkana) yang terdiri atas metana (CH4), aspal yang
memiliki atom karbon (C) lebih dari 25 pada rantainya, seri iso-paraffin
(isoalkana) yang terdapat hanya sedikit dalam minyak bumi, seri neptena
(sikloalkana) yang merupakan komponen kedua terbanyak setelah n-alkana, dan
seri aromatik. Komposisi senyawa hidrokarbon pada minyak bumi berbeda
bergantung pada sumber penghasil minyak bumi tersebut (Mukhtasor 2006).
2.1.1Komponen Hidrokarbon
Minyak bumi sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon. Secara
garis besar, senyawa hidrokarbon minyak bumi yang didegradasi oleh
mikroorganisme dapat digolongkan atas tiga kelompok, yaitu hidrokarbon parafin,
naftena dan aromatik (Udiharto 1999).
l.
2.
Naftena dicirikan oleh adanya struktur cincin tertutup yang sederhana dari
atom karbon penyusunnya, dengan rumus umum CH2n dan tidak
mempunyai ikatan rangkap antar atom karbon. Senyawa ini tidak larut
dalam air dan merupakan fraksi kedua terbesar dalam minyak bumi.
3.
Sulfur
Merupakan komponen non-hidrokarbon terbesar dalam minyak bumi.
Sulfur terdapat dalam bentuk senyawa sulfida, merkapta dan tiofena.
2.
Oksigen
Dalam minyak bumi terdapat senyawa oksigen dalam konsentrasi rendah.
Senyawa ini dapat berbentuk asam naftenik, fenol dan asam lemak.
3.
Nitrogen
Pada umumnya nitrogen sangat sedikit dalam minyak bumi. Senyawa yang
mengandung nitrogen antara lain piridin, kuinolin, iso-kuinolin, pirol,
indol dan karbazol.
4.
Logam
Senyawa logam dalam minyak bumi antara lain berupa garam inorganik
dan senyawa komplek logam organik. Garam inorganik dapat berupa
natrium klorida, kalium klorida, magnesium klorida, kalsium klorida,
natrium sulfat, kalium sulfat, magnesium sulfat dan kalsium sulfat.
Senyawa komplek logam organik dalam minyak bumi mengandung salah
satu dari logam berikut, yaitu vanadil (Vo), nikel (Ni), besi (Fe), dan
Kobal (Co). Konsentrasi senyawa ini dalam minyak bumi sangat kecil.
10
Dampak pencemaran minyak bumi terhadap organisme laut sulit diketahui karena
pengaruhnya baru tampak dalam waktu yang lama sekali. Pengaruh kontaminasi
minyak terhadap komunitas organisme bervariasi dari kecil sekali (negligable)
sampai kemusnahan total (catastrophic) (Nugroho 2006).
Minyak bumi termasuk limbah B3 karena menyebabkan atau secara
signifikan memberikan kontribusi pada peningkatan mortalitas atau peningkatan
suatu penyakit yang serius, menimbulkan bahaya yang potensial pada kesehatan
manusia dan lingkungan bila tidak diolah, disimpan atau diangkut, disingkirkan
atau pengelolaan lainnya secara tepat (Nugroho 2006).
Komponen minyak yang tidak larut di dalam air akan mengapung pada
permukaan air laut sehingga menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa
komponen minyak akan tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai
deposit hitam pada pasir dan batu-batuan di pantai. Hal ini menimbulkan
pengaruh yang luas terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di perairan
(Mukhtasor 2006).
Minyak mineral dapat mempengaruhi kehidupan organisme perairan
secara langsung maupun tidak langsung. Minyak mineral secara langsung
mempunyai sifat letal (mematikan) dan subletal (mematikan dengan cara tidak
langsung). Sifat letal dapat dilihat dalam kasus tumpahnya minyak No. 2 fuel
oil di West Falmouth yang terjadi tahun 1969 yang menyebabkan kematian
massal berbagai jenis organisme laut. Ketika tambang minyak di St. Barbara
meledak, banyak minyak tercecer dan membentuk lapisan setebal 1-2 cm di
permukaan laut yang menyebabkan banyak burung, tumbuhan, dan hewan laut
yang mati (Hutagalung 1990). Hasil uji patologis menunjukkan bahwa dalam
tubuh burung-burung yang mati tersebut terjadi degradasi lemak dalam hati,
kerusakan syaraf, pembesaran limpa, acinar atrophy of the pancreas,
adrecortinal hyperphosia, radang paru, dan ginjal (Hutagalung 1990).
Tumpahan minyak dapat membunuh ikan dan merusak hutan mangrove di pesisir
yang disebabkan lubang udara pada akar mangrove dan insang ikan tertutup oleh
lapisan minyak sehingga tidak bisa bernafas (Hutagalung 1990).
11
Pengaruh subletal minyak bumi terjadi dalam waktu lama yang meliputi
gangguan pada proses selluler dan fisiologis seperti: cara makan, reproduksi,
(fertilisasi dan fekunditas), tingkah laku, pertumbuhan tidak normal, kegagalan
menangkap mangsa, gangguan chemical communication (rangsangan kimia)
dan lain-lain. Pengaruh subletal minyak terhadap organisme laut sangat
tergantung pada kadar dan struktur molekul minyak. Kecepatan fotosintesis alga
bersel tunggal menurun 50% setelah 1 hari berada dalam air yang mengandung
minyak 5-50 mg/L sedangkan dalam kadar 0,05 mg/L kecepatan fotosintesis algae
baru berkurang 50% setelah 150 hari (Patin 1982 dalam Hutagalung 1990).
Terdapatnya minyak dalam air dapat mengakibatkan penetasan telur ikan dapat
terhambat dan tidak teratur, pertumbuhan udang dan teritip menjadi tidak normal,
mengganggu cara makan organisme. Menurut Gesamp (1977) dalam Hutagalung
(1990), pengaruh subletal minyak biasanya terjadi pada kadar 10-100 ppb. Tiga
jenis diatom, Ditylum brightwellii, Coscinodiscus granii dan Chaetoceros
curvisetus setelah berada 24 jam dalam air yang mengandung 10 l/L kerosen
mengalami kematian total, sedangkan Melosira moniliformis dan Grammatophora
marina masih hidup dalam air yang mengandung kerosen sampai 1%. Daya racun
minyak pun tergantung pada ukuran dan jenis organisme. Larva ampipoda
Niphargoides maeoticus lebih rentan terhadap minyak dibanding yang muda dan
dewasa (Patin 1982 dalam Hutagalung 1990) dan larva teritip Balanus seribu kali
lebih sensitif dibanding yang dewasa.
Secara tidak langsung, tumpahan minyak pun dapat memengaruhi
kehidupan organisme perairan meliputi pengrusakan habitat, pengurangan
oksigen, dan penaikan suhu air. Salah satu contohnya yaitu kerusakan habitat
lamun Thalassia testudinum di Puerto Rico. Minyak yang memiliki berat jenis
yang besar mengendap, setelah beberapa lama membentuk gumpalan-gumpalan
yang melekat pada pasir sedimen. Dipengaruhi arus dan ombak, gumpalangumpalan yang melekat ini terus bergerak-gerak yang menyebabkan 3000 meter
pasir hilang dalam waktu 1 minggu (Hutagalung 1990). Hilangnya pasir ini
menyebabkan kerusakan habitat lamun tersebut.
12
b.
c.
13
14
2. Temperatur
Temperatur
merupakan
faktor
lingkungan
yang
mempengaruhi
3. Oksigen
Mikroorganisme membutuhkan oksigen baik dalam bentuk oksigen bebas
yang diperoleh dari udara maupun oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen
mempunyai arti penting dalam biodegradasi minyak bumi. Oksigen digunakan
untuk proses reaksi oksidasi dan respirasi mikroorganisme. Sebagian besar
mikroorganisme pendegradasi minyak bumi tergolong dalam mikroorganisme
aerob (Silvia dan Jusfah 2010).
Oksigen merupakan komponen penting yang mempengaruhi pertumbuhan
bakteri pada lingkungan hidrokarbon. Oksigen digunakan untuk mengaktifkan
enzim oksigenase dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon (Sharpley 1966).
Pertumbuhan bakteri akan terhambat pada kondisi oksigen yang terbatas.
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan aerasi yaitu dengan cara pengocokan
dengan shaker (Silvia dan Jusfah 2010).
15
4.Derajat Keasamaan
Sebagian besar biodegradasi oleh bakteri terjadi pada derajat keasamaan
(pH) netral. Nilai pH yang ekstrim, seperti pada beberapa jenis tanah, berpengaruh
negatif terhadap kecepatan degradasi hidrokarbon oleh bakteri. Hasil penelitian
biodegradasi endapan minyak yang dilakukan Dibble dan Bartha (1979)
menunjukkan bahwa pH 7,8 menghasilkan biodegradasi yang mendekati optimum
(Nugroho 2006).
5. Nutrisi
Unsur karbon yang terdapat pada minyak bumi digunakan mikroorganisme
untuk pertumbuhannya. Selain nutrisi dari sumber karbon, mikroorganisme juga
membutuhkan nutrisi tambahan. Nutrisi tambahan berupa nitrogen dan fosfor
dapat menstimulasi biodegradasi minyak bumi (Silvia dan Jusfah 2010).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lambatnya laju biodegradasi di
laut juga disebabkan sedikitnya konsentrasi nitrogen dan fosfor di laut. Oleh
karena itu biodegradasi minyak bumi di lingkungan laut juga dapat dipercepat
dengan pengaturan rasio karbon:nitrogen:fosfor melalui penambahan nitrogen dan
fosfor dalam bentuk pupuk.
Semua isolat
tersebut diperoleh dari tanah, dengan menggunakan medium garam mineral dan
substrat seperti fenol naftalen.
16
putida
merupakan
campuran
dalam
yaitu
Bacillus
polymyxa,
B.licheniformis,
Bacillus
sp.1
dan
17
campur tahap I, II, dan III secara berturut-turut yaitu sebesar 12,5%, 37,03% dan
55,54%.
2.5 Biosurfaktan
Salah satu produk yang dihasilkan bakteri untuk mendegradasi minyak
berupa surfaktan atau dikenal dengan biosurfaktan. Biosurfaktan ini merupakan
surfaktan yang disintesis oleh mikroorganisme, terutama jika ditumbuhkan pada
subsrat yang tidak larut dalam air. Kandungan biosurfaktan pada mikroba
merupakan faktor penentu efisiensi proses biodegradasi. Biosurfaktan yang
dihasilkan mikroorganisme akan merendahkan jumlah hidrokarbon dengan cara
merendahkan tegangan antar muka dan meningkatkan penyerapan substrat yang
akan digunakan oleh mikroorganisme. Biosurfaktan adalah hasil ekskresi
mikroorganisme yang memiliki sifat mirip dengan surfaktan (Thavasi 2009).
Biosurfaktan
secara
ekstraseluler
menyebabkan
emulsifikasi
hidrokarbon
18
Mikroorganisme
Rhodococcus aurantiacus
Rhodococcus sp. Strain H13A
Turolupsis apicola
Nocardia corynebacteroi
Pseudomonas aeruginosa
Serratia rubidaea
Torulopsis bombicola
Nocardia corynebacteroides
Rhodococcus erytropolis
Bacillus licheniformis JF2
Bacillus lidheniformis
Pseudomonas fluorescens
Serratia marcescens
Bacillus subtilis
Sumber
Karbon
n-alkana
heksadekana
alkana/
Karbohidrat
n-alkana
glukosa
gliserol
Glukosa
n-alkana
Glukosa
Glukosa
gliserol
gliserol
glukosa
Corynebacteriumlepus
Nocardia erythropolis
Pseudomonas fluorescens378
Rhodococcus erythropolis
Corynebacterium insidiosum
Sukrosa
n-alkana
heksadekana
19
jumlah
biosurfaktan
adalah
sumber
karbon
alami,