Anda di halaman 1dari 43

PERBEDAAN KOAGULOPATI PADA CEDERA

KEPALA BERAT DENGAN PERDARAHAN


DAN TANPA PERDARAHAN OTAK
BERDASARKAN CT SCAN KEPALA

Peneliti

AWALUDDIN SIBUEA

SUB DEPARTEMEN BEDAH SARAF


DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN-2009
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan


Mencapai Keahlian Dalam Bidang Ilmu Bedah
Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

PERBEDAAN KOAGULOPATI PADA CEDERA


KEPALA BERAT DENGAN PERDARAHAN
DAN TANPA PERDARAHAN OTAK
BERDASARKAN CT SCAN KEPALA

Peneliti

AWALUDDIN SIBUEA

Pembimbing

Prof. DR.dr ISKANDAR JAPARDI,SpBS(K)

DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN-2009

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan


Mencapai Keahlian Dalam Bidang Ilmu Bedah
Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

KADAR HEMATOKRIT PADA CEDERA


KEPALA
RINGAN DAN BERAT

Peneliti

GUSNARWIN

Disetujui Oleh
KETUA DEVISI BEDAH SARAF DEPARTEMEN BEDAH SARAF

Prof. DR. Dr. ISKANDAR JAPARDI,SpBS(K)


Diketahui Oleh

KETUA PROGRAM STUDI


DEPARTEMEN
ILMU BEDAH FK USU
USU
Dr.Emir Taris Pasaribu SpB(K)Onk
SuryaSpB,KBD
Nip. 140 055 625

KETUA
ILMUBEDAH FK

Prof.Dr.Bachtiar
Nip. 140 068 960

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

ABSTRAK

Aktivasi sistem koagulasi dapat menjadi pertanda dari perluasan kerusakan


otak. Koagulopati merupakan komplikasi yang sering timbul pada penderita
cedera kepala berat. Terjadinya koagulopati berdasarkan teori pelepasan
tromboplastin jaringan dari otak ke dalam sirkulasi. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui perbedaan koagulopati penderita cedera kepala berat dengan
perdarahan dan tanpa perdarahan otak berdasarkan CT Scan kepala.
Penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional. Subjek
penelitian adalah penderita cedera kepala berat dengan hasil CT Scan perdarahan
dan tanpa perdarahan dibawah 24 jam, yang masing-masing kelompok berjumlah
25 penderita, dengan nilai GCS < 8, usia subjek 18 70 tahun. Penelitian ini
dilakukan di Bagian Bedah RS H. Adam Malik Medan selama kurun waktu Mei
hingga Juli 2009. Terhadap penderita dilakukan pengambilan darah dalam 24 jam
setelah cedera kepala dan dilakukan pemeriksaan Activated Partial
Thromboplastin Time (aPTT) dan Prothrombine Time (TT). Selanjutnya
dilakukan uji normalitas distribusi data, kemudian dilanjutkan analisis data
dengan menggunakan uji t (jika distribusi data normal) atau Mann Whitney (bila
distribusi data tidak normal) dengan tingkat kebermaknaan p < 0,05.
Terdapat perbedaan nilai Prothrombine Time antara cedera kepala berat
dengan perdarahan dan tanpa perdarahan ( 12.58 0.29 - 13.58 0.31 ) secara
bermakna (p = 0.001). Terdapat perbedaan nilai Activated Partial Thromboplastin
Time antara cedera kepala berat dengan perdarahan dan tanpa perdarahan
( 29.42 0.30 31.80 0.73 ) secara bermakna (p = 0.001).
Koagulopati pada penderita cedera kepala berat dengan perdarahan dan
tanpa perdarahan otak berdasarkan CT Scan kepala terdapat perbedaan yang
bermakna ( p = 0.001 ).
Kata Kunci : Koagulopati, Cedera Kepala Berat

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

ABSTRACT

The activity koagulation system could be marker of expansion brain


destruction. Koagulopathy can be complication often arising for sufferer severe
head injury. Koagulopathy occur building on thromboplastin release teory from
brain tissue to sirculation. The aim of the research is of knowing the different
koagulopathy sufferer severe head injury with brain bleeding and without
bleeding according head CT Scan.
This research is descriftive with the cross sectional study. The subject of
the research were head injury severe sufferer with result bleeding and without
bleeding CT Scan in 24 hour, the amount to each group is 25 sufferer, with GCS
value < 8, aged subject 18 70 years. This research be done at surgery
department H. Adam Malik Hospital Medan during the month Mei up to July
2009. To sufferer be done blood removal in 24 hour after head injury and
Activated Partial Thromboplastin Time (aPTT) and Prothrombine Time (TT)
examination was done. Then, a test of normality on data distribution was done,
continued by the analysis of the data using the t test (if the distribution of data
was normal) or Mann Whitney test (when the distribution of the data was
abnormal) with significantly p < 0,05.
The value Prothrombine Time beween bleeding and without bleeding
severe head injury ( 12.58 0.29 - 13.58 0.31 ) difference significantly
(p=0,001). The difference also happened in value Activated Partial
Thromboplastin Time beween bleeding and without bleeding severe head injury
( 29.42 0.30 31.80 0.73 ) significantly (p=0,001).
Koagulopathy for severe head injury sufferer with brain bleeding and
without bleeding occur head CT Scan was difference significantly (p=0,001).

Key word : Koagulopathy, Severe Head Injury

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya kepada Allah swt, atas limpahan berkat dan
karuniaNya, saya berkesempatan mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis
di Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
serta menyusun dan menyelesaikan penelitian ini sebagai salah satu syarat dalam
penyelesaian pendidikan.
Penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dukungan dan doa
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini ucapan terimakasih saya sampaikan
kepada yang terhormat Prof.Dr.dr.
Iskandar Japardi, SpBS(K) sebagai pembimbing penelitian saya, dimana
atas bimbingan, pengarahan, sumbang saran dan dukungan yang telah beliau
berikan sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini pada waktunya.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada
Prof. Dr. Bachtiar Surya, SpB-KBD sebagai Ketua Departemen Ilmu Bedah ;
Dr. Emir Taris Pasaribu, SpB(K)Onk sebagai Ketua Program Studi Ilmu Bedah ;
Dr. Erjan Fikri, SpB, SpBA sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Bedah dan
Dr. Asrul, SpB-KBD sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Bedah.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dr. Arlinda Sari Wahyuni,
M.Kes sebagai Konsultan Metodologi Penelitian yang telah meluangkan waktu
membantu menyelesaikan penelitian ini.
Rasa hormat dan terima kasih saya sampaikan kepada guru-guru saya :
1. Prof. Dr. Nazar Moesbar, SpB,SpOT(K)
2. Prof. Dr. Hafas Hanafiah, SpB, SpOT(K) FICS
3. Prof. Dr. Adril A. Hakim, SpBS(K)
4. Prof. Dr. Abd. Gofar Sastrodiningrat, SpBS(K)
5. Prof.Dr.Usul M. Sinaga, SpB(K) Finacs (Alm)
6. DR.Dr. Humala Hutagalung, SpB(K)Onk
7. Dr.Gerhard Panjaitan, SpB(K)Onk
8. Dr. Asmui Yosodihardjo, SpB,SpBA
9. Dr. Ismet SpB
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

10. Dr. Syahbuddin Harahap, SpB


11. Dr.Harry Soedjatmiko, SpB, SpBTKV
12. Dr. Ronald Sitohang, SpB
13. Dr. Bungaran Sihombing, SpU
14. Dr. Marshal, SpB, SpBTKV
15. Dr. Chairiandi Siregar, SpOT
16. Dr. Edi Sutrisno, SpBP
17. Dr. Syah Mirsa Warli, SpU
18. Dr. Liberti Sirait, SpB-KBD
19. Dr. Budi Irwan, SpB-KBD
20. Dr. Mahyono,SpB,SpBA
21. Dr. Tiur Purba, SpB
22. Dr. Supredo Kembaren, SpB
23. Dr. Nino Nasution, SpOT
24. Dr. Otman Siregar, SpOT(K) Spine
25. Dr. Husnul Fuad Albar, SpOT
26. Dr. Frank Bietra Buchari, SpBP
27. Dr. Rida Darmajaya, SpBS
28. Dr. Mahyudanil, SpBS
29. Dr. Iqbal Fahlevi, SpBA
30. Dr. Kamal Siregar, SpB(K)Onk
31. Dr. Suzi Indrawati, SpBS, M.Kes.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada senior-senior yang lebih
dahulu menyelesaikan program pendidikan dan teman-teman Peserta Program
Pendidikan yang bersama-sama menjalani suka dan duka selama menjalani
pendidikan.
Rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya saya persembahkan
untuk Ayahanda tercinta H. Arifin Sibuea dan Ibunda Almarhumah Hj. Siti
Aisyah Sitompul atas kasih sayang dan segala jerih paya serta pengorbanan beliau
dalam mengasuh, membimbing dan mendidik saya.
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

Demikian juga kepada Bapak mertua Almarhum Mara Hormat Harahap


dan Ibu mertua Hoddalina Rambe yang senantiasa memberikan semangat dan
dukungan.
Kepada istriku tercinta dr. Novita Sari Harahap, M.Kes, terima kasih atas
cinta, pengertian, perhatian dan dukungan semangat, serta anak-anakku tersayang
(Fanny Maulida Sibuea, Rafli Muharram Sibuea dan Akbar Sibuea) yang selama
pendidikan ini banyak waktu bersama yang terlewatkan, menjadi inspirasi untuk
dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Wassalam
Medan,

Juli 2009

Awaluddin Sibuea

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................... 4
1.4 Hipotesis ................................................................................................ 4
1.6 Kontribusi Penelitian ............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6
2.1 Defenisi Cedera Kepala.......................................................................... 6
2.2 Penyebab Cedera Kepala ....................................................................... 7
2.3 Klasifikasi Cedera Kepala ..................................................................... 7
2.4 Hematoma Luas di Daerah Kepala ........................................................ 8
2.5 Patofisiologi Cedera Kepala .................................................................. 10
2.6 Faktor Koagulasi Darah ......................................................................... 11
BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 16
3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................. 16
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................................... 16
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian............................................................. 16
3.4 Kriteria Penerimaan ............................................................................... 16
3.5 Kriteria Penolakan ................................................................................. 17
3.6 Besar Sampel ......................................................................................... 17
3.7 Variabel Penelitian ................................................................................. 18
3.8 Definisi Operasional .............................................................................. 18
3.9 Kerangka Konsep .................................................................................. 19
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

3.10 Kerangka Kerja .................................................................................... 19


3.11 Analisa Data ......................................................................................... 19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 20
4.1 Distribusi Menurut Jenis Kelamin ........................................................ 20
4.2 Distribusi Menurut Umur ..................................................................... 21
4.3 Nilai Prothrombin Time (PT) ............................................................... 21
4.4 Nilai Activated Partial Thromboplastin Time (aPTT) .......................... 23
4.5 Karakteristik Subjek Penelitian ............................................................ 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 25
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 25
5.2 Saran ..................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 26
LAMPIRAN ................................................................................................ 30

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

1.

Klasifikasi cedera kepala diffus berdasarkan hasil CT Scan ............. 8

2.

Glasgow Coma Scale ........................................................................ 9

3.

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin .................................

4.

Distribusi Responden Menurut Umur ............................................... 21

5.

Nilai rata-rata PT pada cedera kepala berat dengan perdarahan


dan tanpa perdarahan berdasarkan CT Scan kepala .......................... 22

6.

Nilai rata-rata aPTT pada cedera kepala berat dengan perdarahan


dan tanpa perdarahan berdasarkan CT Scan kepala .......................... 23

20

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

1.

Hemostasis ..........................................................................

13

2.

Koagulasi Darah .................................................................

14

3.

Faktor-faktor Koagulasi Darah ...........................................

15

4.

Kadar PT pada cedera kepala berat dengan perdarahan


dan tanpa perdarahan berdasarkan CT Scan kepala..............

22

Kadar aPTT pada cedera kepala berat dengan perdarahan


dan tanpa perdarahan berdasarkan CT Scan kepala.............

24

5.

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul

Halaman

1.

Lembar Pengumpul Data ............................................................... 30

2.

Data Responden Cedera Kepala Berat dengan Perdarahan


Berdasarkan CT Scan Kepala ........................................................ 31

3.

Data Responden Cedera Kepala Berat tanpa Perdarahan


Berdasarkan CT Scan Kepala ........................................................ 32

4.

Hasil Uji Statistik Protrombine Time ............................................ 33

5.

Hasil Uji Statistik Activated Partial Thromboplastine Time ......... 35

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian utama dikalangan
usia produktif khususnya di negara berkembang. Hal ini diakibatkan karena
mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif, sedangkan kesadaran untuk
menjaga keselamatan di jalan masih rendah disamping penanganan pertama yang
belum benar dan rujukan yang terlambat. Pada salah satu studi prospektif cedera
kepala berat dengan pemeriksaan CT Scan didapat hasil, 30% normal dan
70% abnormal (Japardi, I, 2004).
Kasus cedera kepala yang dirawat di bangsal saraf RS Cipto
Mangunkusumo selama tahun 1981-1982 adalah sebesar 1850 orang, 1642 orang
(88,75%) di antaranya adalah akibat kecelakaan lalu lintas. Sedangkan kasus
cedera kepala di unit gawat darurat RS Cipto Mangunkusumo pada tahun 1982
adalah 4146 orang, 4056 dewasa dan 90 anak-anak. Di antara 1642 kasus yang
dirawat tersebut 137 meninggal dunia. (S.Harahap, 1983)
Pada suatu penelitian yang dilakukan dari bulan Juni 1996 sampai Juni
2002, didapatkan 775 kasus cedera kepala, 89 kasus (11,48%) diantaranya
merupakan kasus cedera kepala berat (GCS < 8), dengan angka kematian 10,11%.
Pada cedera kepala berat dengan perdarahan didapatkan angka kematian 7,31%
sedangkan pada non perdarahan 12,51%. (Wahyoepramono. E, 2003)

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

Dengan tingginya angka kematian akibat trauma merupakan tantangan


dalam menangani penderita cedera kepala sejak terjadinya kecelakaan, dibawa ke
rumah sakit dan tindakan /perawatan di rumah sakit. Dengan kemajuan di bidang
kedokteran penegakkan diagnosis serta menentukan prognosis penderita cedera
kepala lebih baik seperti pada pemeriksaan klinis, Glassgow Coma Scale (GCS),
CT Scan atau MRI kepala. Disamping itu juga dapat dilakukan pemeriksaan darah
seperti faktor koagulasi, sistem fibrinolisis, analisa gas darah, dan sebagainya.
(Fearnside, 1997).
Pada cedera kepala, kondisi otak diperburuk oleh terjadinya proses
patologis cedera otak sekunder yang mengikuti proses cedera otak primer. Proses
patologis ini ikut berperan pada terjadinya disfungsi neurologis dan matinya sel
neuron, sehingga ikut menentukan prognosa penderita. (Muhammad A, 2007)
Antovic dkk (1998) pada penelitiannya terhadap 30 penderita cedera
kepala berat mendapatkan hasil berupa perubahan parameter koagulasi darah dan
fibrinolisis. Dari hasil penelitian tersebut dinyatakan bahwa nilai kontrol
Protrombin Time (PT) 95,40 12.11% dan setelah cedera kepala berat menurun
menjadi 63,79 18,45% (p < 0.001).
Arifin (2008) pada penelitiannya terhadap 18 penderita cedera kepala berat
dengan perdarahan dan 20 penderita cedera kepala berat tanpa perdarahan
berdasarkan CT Scan kepala, ditemukan PT dan aPTT berbeda secara bermakna
(masing-masing p =0,020, p = 0,014)
Penelitian dengan pemeriksaan parameter koagulasi cedera kepala berat,
ditemukan 71% pasien dengan koagulasi abnormal. Angka kematian penderita
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

dengan koagulasi abnormal adalah 4 kali lebih tinggi dari koagulasi normal
(Miner, et al, 1982).
Aktivasi sistem koagulasi dapat menjadi pertanda yang terpercaya dari
perluasan kerusakan otak, seperti keadaan hiperkoagulasi setelah cedera kepala
yang sering kali diikuti oleh tingginya aktifitas fibrinolisis. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa penderita cedera kepala berat menghasilkan gangguan
koagulasi dan fibrinolisis dan beberapa laporan menyatakan bahwa parameter
tersebut dapat digunakan untuk menilai prognosis penderita ketika masuk ke
rumah sakit (Takahashi dkk, 1997).
Pada kejadian cedera kepala, frekuensi terbanyak tes laboratorium
abnormal adalah Fibrinogen Degradation Produc (FDP), Fibrinogen, Activated
Partial Thromboplastin Time (aPTT), Prothrombin Time (PT), dan Thrombine
Time. Derajat timbulnya koagulopati pada cedera kepala berat dapat dinilai
berdasarkan PT, aPTT, level fibrinogen, thrombin time dan FDP. Beberapa tes
menunjukkan prediksi yang akan timbul pada cedera kepala berat (Valadka,
2000).
Koagulopati merupakan komplikasi yang sering timbul pada penderita
cedera kepala berat. Penelitian klinis menunjukkan bahwa kerusakan sel-sel otak
memicu terjadinya defibrinasi. Peristiwa terjadinya bekuan yang abnormal ini
dapat dijelaskan berdasarkan teori pelepasan thromboplastin jaringan otak ke
dalam sirkulasi sistemik. Peningkatan FDP berhubungan dengan luasnya
kerusakan otak yang terjadi dan prognosis semakin jelek. Koagulopati yang terjadi
juga dapat digunakan sebagai prediktor terhadap kerusakan otak (Rhoney, 2000).
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

Karena sulitnya memprediksi prognosa penderita cedera kepala berat saat


masuk rumah sakit, maka penelitian ini dilakukan untuk

evaluasi apakah

parameter koagulopati (PT, aPTT) penderita cedera kepala berat dapat dijadikan
indikator prognosa yang dapat dipercaya.

1.2 Perumusan Masalah


Apakah ada perbedaan koagulopati penderita cedera kepala berat dengan
perdarahan dan tanpa perdarahan otak berdasarkan CT Scan kepala.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan koagulopati penderita cedera kepala berat
dengan perdarahan dan tanpa perdarahan otak berdasarkan CT Scan kepala.
1.3.2

Tujuan Khusus
Untuk mengetahui perbedaan kadar PT dan aPTT penderita cedera kepala

berat dengan perdarahan dan tanpa perdarahan otak berdasarkan CT Scan kepala.

1.4 Hipotesis
Ada perbedaan kadar PT dan aPTT penderita cedera kepala berat antara
perdarahan dan tanpa perdarahan otak berdasarkan CT Scan kepala.

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

1.5 Kontribusi Penelitian


1. Untuk mengetahui patofisiologi perubahan koagulasi darah penderita cedera
kepala berat dengan perdarahan dan tanpa perdarahan otak berdasarkan CT
Scan kepala.
2.

Dapat dipakai untuk menentukan prognosis penderita cedera kepala berat


dengan perdarahan dan tanpa perdarahan otak berdasarkan CT Scan kepala.

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Cedera Kepala


Cedera kepala adalah suatu ruda paksa yang menimpa struktur kepala
sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional
jaringan otak. Cedera kepala melibatkan setiap komponen yang ada, mulai dari
bagian terluar (kulit kepala) hingga bagian terdalam (otak). (Fearnside, 1997)
Cedera kepala adalah keadaan dimana struktur lapisan otak dari lapisan
kulit kepala tulang tengkorak, durameter, pembuluh darah serta otaknya
mengalami cedera baik yang trauma tertutup maupun trauma tembus (Satya
Negara, 1998 : 59). Komutio cerebri adalah syndrome yang melibatkan bentuk
ringan dari cidera otak yang menyebar. Terjadi disfungsi neurologis sementara
dan bersifat dapat pulih dengan atau tanpa kehilangan kesadaran. Jika ada
penurunan kesadaran mungkin pasien mengalami disorientasi dan bingung hanya
dalam waktu singkat (Hudak dan Gallo, 1996 : 227). Menurut Mansjoer (2000 :
74) cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan skala Glasgow coma scale
15 (sadar penuh) tidak ada kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri
kepala dapat terjadi abrasi, lacerasi dan haematoma kepala.

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

2.2 Penyebab Cedera Kepala


Menurut Hudak dan Gallo (1996 : 108) mendiskripsikan bahwa Penyebab
cedera kepala adalah karena adanya trauma rudapaksa yang dibedakan menjadi 2
faktor yaitu: 1.Trauma primer, terjadi karena benturan

langsung atau tidak

langsung (akselerasi dan deselerasi) ; 2.Trauma sekunder, terjadi akibat dari


trauma saraf (melalui akson) yang meluas, hipertensi intrakranial, hipoksia,
hiperkapnea, atau hipotensi sistemik.

2.3 Klasifikasi Cedera Kepala


CT Scan dapat menentukan berbagai keadaan perdarahan otak yang sering
berhubungan dengan pembengkakan otak. Setiap keadaan ini, terutama
perdarahan intraventrikular, dapat berhubungan dengan kerusakan axon yang
difus, kerusakan sel, kontusio atau berbagai tipe perdarahan yang lain.
Hematoma sering terjadi di lobus frontal dan temporal, sering
berhubungan dengan kontusio yang luas dan perdarahan subdural. Edema otak
semakin bertambah dan puncaknya terjadi pada hari ke 5 7 sejak awal kejadian
dan meningginya tekanan intrakranial semakin sulit untuk dikontrol. Oleh karena
itu Marshall dkk membuat klasifikasi cedera kepala yang dihubungkan dengan
gambaran CT Scan kepala.

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

2.4 Hematoma luas di daerah kepala


Pada keadaan tertentu diperlukan proyeksi khusus, seperti proyeksi
tangensial pada dugaan fraktur impresi, proyeksi basis path dugaan fraktur basis
dan proyeksi khusus lain pada dugaan fraktur ulang wajah. Perdarahan
intrakranial dapat dideteksi melalui pemeriksaan arterografi karotis atau CT Scan
kepala yang lebih disukai, karena prosedurnya lebih sederhana dan tidak invasif,
dan hasilnya lebih akurat. Meskipun demikian pemeriksaan ini tidak dapat
dilakukan di setiap rumah sakit.
Tabel 1. Klasifikasi cedera kepala diffus berdasarkan hasil CT Scan
(Marsahall dkk.1991)
Diffuse injury I

Tidak tampak kelainan patologi

Diffuse Injury II

Tampak siterna dengan garis tengah bergeser


0-5 mm. Tidak ada lesi densitas > 25 ml. Dapat
termasuk fragmen tulang dan benda asing.

Diffuse Injury III (edema)

Hilang atau penekanan sisterna.


Pergeseran garis tengah 0-5 mm. Tidak tampak
lesi densitas > 25 ml

Diffuse Injury IV (shift)

Pergeseran garis tengah > 5 mm. Tidak tampak


lesi densitas > 25 ml.

Evakuasi lesi massa

Semua lesi dengan tindakan operasi

Non evakuasi lesi massa

Lesi densitas >25 ml, tanpa evakuasi operasi

Brain dead

Tidak ada reflek batang otak. Flaccid. Pupil


fixed dan tidak ada reaksi. Tidak ada pernafasan
spontan dengan normal PaCO2

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

Berbagai macam kriteria dan istilah digunakan dalam penilaian derajat


kesadaran. Salah satu diantaranya dengan mengunakan metode Glasgow Coma
Scale (GCS). Skala ini dibuat oleh Jennet dan Teasdale (1974). GCS dapat
menafsirkan tingkat kesadaran dan prognosis penderita cedera kepala dengan
melakukan pemeriksaan terhadap kemampuan membuka mata, motorik dan verbal
dengan menilai masing-masing 4, 6, dan 5. GCS digunakan untuk menilai secara
kuantitatif kelainan neurologis dan dipakai secara umum dalam diskripsi beratnya
penderita cedera kepala. Berdasarkan GCS, nilai cedera kepala dikategorikan
menjadi cedera kepala ringan (14-15), cedera kepala sedang (9-13), dan cedera
kepala berat (3-8).
Tabel 2.Glasgow Coma Scale (Teasdale dan Jennett, 1974)
Assesment area
Eye Opening (E)
Spontaneous
To speech
To pain
None
Motor Respon (M)
Obey command
Localizes pain
Normal flexion
Abnormal flexion
Abnormal extension
None
Verbal Respon (V)
Oriented
Confused conversation
Inappropriate word
Incomprehenble sound
None

Score
4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

2.5 Patofisiologi Cedera Kepala


Patofisiologi menurut Markum (1999 ). trauma pada kepala menyebabkan
tengkorak beserta isinya bergetar, kerusakan yang terjadi tergantung pada
besarnya getaran makin besar getaran makin besar kerusakan yang timbul, getaran
dari benturan akan diteruskan menuju Galia aponeurotika sehingga banyak energi
yang diserap oleh perlindungan otak, hal itu menyebabkan pembuluh darah robek
sehingga akan menyebabkan haematoma epidural, subdural, maupun intracranial,
perdarahan tersebut juga akan mempengaruhi pada sirkulasi darah ke otak
menurun sehingga suplay oksigen berkurang dan terjadi hipoksia jaringan akan
menyebabkan odema cerebral.
Akibat dari haematoma diatas akan menyebabkan distorsi pada otak,
karena isi otak terdorong ke arah yang berlawanan yang berakibat pada kenaikan
TIK (Tekanan Intra Kranial) merangsang kelenjar pituitari dan steroid adrenal
sehingga sekresi asam lambung meningkat akibatnya timbul rasa mual dan
muntah dan anaroksia sehingga masukan nutrisi kurang (Satyanegara, 1998).
Cedera otak dapat kita dibedakan atas kerusakan primer dan kerusakan
sekunder. Kerusakan otak primer adalah yang timbul saat terjadi cedera, sebagai
akibat dari kekuatan mekanik yang menyebabkan deformasi jaringan. Kerusakan
ini dapat bersifat fokal ataupun difus. Kerusakan fokal dapat berupa kontusio
cerebri, laserasi otak, perdarahan intradural dan ekstradural (Japardi, I,2004)
Otak manusia merupakan sumber yang kaya dengan faktor jaringan (tissue
factor). Konsekuensinya bahwa sumber faktor jaringan di laboratorium ditentukan
oleh satu tingkatan waktu prothrombin. Pada pemeriksaan aktifitas koagulasi dan
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

fibrinolisis dari jaringan otak diperoleh bahwa banyak aktifitas faktor jaringan di
otak dan tingginya aktifitas fibrinolisis yang kaya akan pembuluh darah jaringan
otak seperti plexus choroidalis dan meningens. Telah diketahui bahwa lokasi dari
faktor jaringan yaitu dalam gray matter otak (Del Zoppo dkk, 1992). Sumber
utama faktor jaringan adalah astrosit (Flossel dkk, 1994).

2.6 Faktor Koagulasi Darah


Koagulopati adalah gangguan dari faktor pembekuan darah atau koagulasi.
Pemeriksaan untuk sistim koagulasi, adalah :
1. PT : mengukur F VII, X, V, protrombin dan fibrinogen
2. aPTT : F VII, IX, XI, XII dan unsur PT
3. TT : defisiensi fibrinogen dan hambatan trombin

Prothrombin dengan berat molekul 71.600 disintesis pada sel hati dan
sekresi ke dalam darah, dimana sirkulasinya sebagai zymogen protease serine.
Selama tingkat akhir dari proses koagulasi darah, prothrombin berubah menjadi
thrombin melalui pemecahan ikatan Arg271-Thr peptide yang mengikuti 2 kringel
domain dan ikatan Arg259-Ile terletak pada awal domain protease serine. Gen
prothrombin manusia berada kira-kira 21 kb DNA dan berisi 30 kopi rangkaian
Alu berulang, yang membuat lebih dari 39% gen. Fungsi yang pasti dari tingginya
rangkaian berulang ini masih belum diketahui. (Davie dkk, 1991). Antovic dkk
(1998) melakukan penelitian terhadap 30 penderita cedera kepala dan diperoleh
hasil berupa penurunan signifikan dari PT dan aPTT.
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

Hemostasis adalah Mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan


secara spontan, melibatkan : Sistem Vaskular, Sistem Trombosit, dan Sistem
Koagulasi dan Fibrinolisis. Sistem Koagulasi , dibagi 2 jalur yaitu :
1. Intrinsik Pathway : jalur pembekuan darah yang

mengawali pembentukan

fibrin sebagai respon cedera dinding pembuluh darah.


(Faktor XII,XI,IX,VIII,X, Ca)
2. Ekstrinsik Pathway : jalur pembekuan darah yg mengawali pembentukan fibrin
sbg respon thd jaringan. (Faktor jaringan collagen,
Faktor VII,X, Ca)
Derajat timbulnya koagulopati pada cedera kepala berat dapat dinilai
berdasarkan :
1. PT : mengukur VII, X, V, protrombin dan fibrinogen
2. aPTT : VII, IX, XI, XII dan unsur PT

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

Gambar 1. Hemostasis
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

Gambar 2. Sistem Koagulasi

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

XII

XIIa
XIa

XI
IX

aPTT

III

Ca++

VIIa

VII

IX
VIII
PL-III
Ca++

PT

Xa

X
V
PL-III
Ca++
II

II
I

Ia/unstable
TT

XIII

XIII
Fibrin clot
stable

Gambar 3. Faktor-faktor Koagulasi Darah

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian observasi analitik. Data diperoleh dari
semua penderita cedera kepala berat dengan perdarahan dan tanpa perdarahan
otak berdasarkan CT Scan kepala yang telah memenuhi kriteria penerimaan.
Rancangan penelitian yang dipakai yaitu Cross sectional study.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Bagian Bedah Saraf FK USU/ RS.H.Adam Malik
Medan. Waktu penelitian selama 4 (empat) bulan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian adalah semua penderita cedera kepala berat dengan
nilai GCS < 8, yang di rawat di RS.H. Adam Malik Medan. Penentuan subjek
penelitian dilakukan berdasarkan metode consecutive sampling.

3.4 Kriteria Penerimaan


-

Penderita cedera kepala berat dengan nilai GCS < 8, dibawah 24 jam

Usia 18 tahun sampai 70 tahun

Hasil CT Scan menunjukkan adanya perdarahan dan tanpa perdarahan


otak.

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

3.5 Kriteria Penolakan


-

Penderita cedera kepala yang mengalami syok atau meninggal dalam


waktu 24 jam

Penderita menerima transfusi darah

Menggunakan heparin atau antikoagulan lain

3.6 Besar Sampel


Besar sampel dihitung dengan rumus (Sastroasmoro S, 2007)
22 [ ( Z/2 + Z ) ]2
n

=
( 1 - 2 )2

Z/2

= 1,96 (batas kepercayaan 95 %)

= 1,28 (kekuatan uji 90%)

= 10,18 (penelitian Antovic dkk, 1998)

1 - 2 = 10 (perbedaan klinis yang diinginkan)

2 . 10,182 [ (1,96 + 1,28)2 ]


n1 = n2 =
102

21,75

22

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

3.7 Variabel Penelitian


Variabel Dependen

: PT dan aPTT

Variabel Independen : Cedera kepala berat dengan perdarahan dan tanpa


perdarahan otak.

3.8 Definisi Operasional


Koagulopati adalah gangguan dari faktor pembekuan darah dan pemeriksaan
untuk sistem koagulasi adalah PT dan aPTT
Cedera Kepala Berat adalah suatu ruda paksa yang menimpa struktur kepala
sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan
fungsional jaringan otak. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
Glasgow Coma Scale (GCS) dan pemeriksaan CT Scan kepala. Berdasarkan
GCS cedera kepala berat adalah dibawah nilai 8.
Prothrombin Time (PT) adalah waktu yang diperlukan untuk terbentuknya bekuan
bila ke dalam plasma ditambahkan reagens thromboplastin dan kalsium.
Pemeriksaan waktu prothrombin menggunakan reagen Thromborel S dari
Dade Behring. Coefficient variation (CV) intra-assay untuk plasma normal
yaitu 1.5-5%, dan untuk plasma abnormal yaitu 3-6% sedangkan CV interassay untuk plasma normal adalah 2.0-5% dan untuk plasma abnormal
adalah 3-6%.
Activated Partial Thromboplastin Time (aPTT) adalah waktu yang diperlukan
untuk terbentuknya bekuan bila ke dalam plasma ditambahkan reagens
thromboplastin partial, aktivator dan kalsium. Pemeriksaan waktu aPTT
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

menggunakan reagen Pathromtin SL dari Dade Behring. Nilai CV intraassay antara 0.6-2.0%, sedangkan CV inter-assay antara 0.3-2.8%.

3.9 Kerangka Konsep


Cedera Kepala Berat (GCS<8)
dengan perdarahan & tanpa
perdarahan otak
Berdasarkan CT Scan kepala

PT
aPTT

3.10 Kerangka Kerja

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan neurologis GCS < 8

Pemeriksaan CT Scan

Pemeriksaan PT dan aPTT

Uji Statistik

3.11 Analisa Data


Data yang diperoleh dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorv-Smirnov.
Data berditribusi normal di analisa dengan uji parametrik t-test. Sedangkan data
distribusi tidak normal dianalisa dengan uji non parametrik seperti Mann-Whitney
test dengan tingkat kebermaknaan p < 0,05.
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan bulan Mei 2009 sampai bulan Juli 2009. Selama
waktu ini telah diteliti sebanyak 25 penderita cedera kepala berat dengan
perdarahan dan 25 penderita cedera kepala berat tanpa perdarahan berdasarkan CT
Scan kepala. Terhadap semua penderita ini dilakukan pemeriksaan klinis,
neurologis, kemudian dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala untuk melihat
adanya gambaran cedera kepala berat dengan perdarahan atau tanpa perdarahan.
Semua penderita telah memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan penelitian.
Karakteristik penderita meliputi jenis kelamin dan usia.

4.1 Distribusi Menurut Jenis Kelamin


Jenis kelamin penderita cedera kepala berat dengan perdarahan
berdasarkan CT Scan kepala terdiri dari laki-laki 21 orang (84 %) dan perempuan
4 orang (16%). Penderita dengan cedera kepala berat tanpa perdarahan
berdasarkan CT Scan kepala terdiri dari laki-laki 22 orang (88%) dan perempuan
3 orang (12%). Dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin

Laki-laki
Perempuan

Cedera kepala berat dengan


perdarahan
n
%
21
4

84
16

Cedera kepala berat tanpa


perdarahan
n
%
22
3

88
12

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

4.2 Distribusi Menurut Umur


Diperoleh penderita cedera kepala berat dengan perdarahan banyak orang
dengan umur kurang dari 20 tahun sebanyak 11 orang (44%), umur 21-30 tahun
sebanyak 7 orang (28%), umur 31-30 tahun sebanyak 1 orang (4%), dan umur
lebih 41 tahun sebanyak 6 orang (24%). Sedangkan penderita cedera kepala berat
tanpa perdarahan banyak orang dengan umur kurang dari 20 tahun sebanyak 4
orang (16%), umur 21-30 tahun sebanyak 6 orang (24%), umur 31-30 tahun
sebanyak 6 orang (24%), dan umur lebih 41 tahun sebanyak 9 orang (36%).
Dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Umur
Umur (thn)

< 20
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
Total

Cedera kepala berat


dengan perdarahan
n
%
11
44
7
28
1
4
3
12
1
4
2
8
25
100

Cedera kepala berat


tanpa perdarahan
n
%
4
16
6
24
6
24
6
24
1
4
2
8
25
100

Total
n
15
13
7
9
2
4
50

%
30
26
14
18
4
8
100

4.3 Nilai Prothrombin Time (PT)


Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata PT pada cedera kepala berat
dengan perdarahan berdasarkan CT Scan kepala adalah 12.58 0,29 dan kadar
rata-rata PT pada cedera kepala berat tanpa perdarahan berdasarkan CT Scan
kepala adalah 13.58

0.31. Berdasarkan uji statistik dengan t test tidak

berpasangan, hasil yang diperoleh ada perbedaan bermakna antara nilai PT pada
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

cedera kepala berat dengan perdarahan dan tanpa perdarahan berdasarkan CT


Scan kepala ( p = .001 ). Dapat dilihat pada tabel 5 dan gambar 1.
Tabel 5. Nilai rata-rata PT pada cedera kepala berat dengan perdarahan dan
tanpa perdarahan berdasarkan CT Scan kepala
Cedera kepala berat
dengan perdarahan
Mean
SD

Variabel

Protrombine
Time

12.58

.29

Cedera kepala berat


tanpa perdarahan
Mean
SD
13.58

.31

.001

Kadar Activated Partial Thromboplastine


Time

Gambar 4. Kadar PT pada cedera kepala berat dengan perdarahan dan


tanpa perdarahan berdasarkan CT Scan kepala
16
14
12
10
8
6
4
2
0
PT CKB perdarahan

PT CKB tanpa
perdarahan

Kadar Protrombine Time berbeda secara bermakna antara cedera kepala


berat dengan perdarahan dan tanpa perdarahan (p = 0.001), dimana hasil ini sesuai
dengan hipotesis. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Antovic
dkk (1998) terhadap 30 penderita cedera kepala berat mendapatkan hasil berupa
perubahan parameter koagulasi darah dan fibrinolisis. Dari hasil penelitian
tersebut dinyatakan bahwa nilai kontrol Protrombin Time (PT) 95,40 12.11%
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

dan setelah cedera kepala berat menurun menjadi 63,79 18,45% (p < 0.001).
Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah oleh Arifin (2008)
terhadap penderita cedera kepala berat dengan perdarahan dan penderita cedera
kepala berat tanpa perdarahan berdasarkan CT Scan kepala, ditemukan PT
berbeda secara bermakna (p = 0,020)

4.4 Nilai Activated Partial Thromboplastin Time (aPTT)


Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata aPTT pada cedera kepala
berat dengan perdarahan berdasarkan CT Scan kepala adalah 29.42 0,30 dan
kadar rata-rata PT pada cedera kepala berat tanpa perdarahan berdasarkan CT
Scan kepala adalah 31.80 0.73. Berdasarkan uji statistik dengan uji Mann
Whitney (uji normalitas didapat data tidak berdistribusi normal), hasil yang
diperoleh ada perbedaan bermakna antara nilai aPTT pada cedera kepala berat
dengan perdarahan dan tanpa perdarahan berdasarkan CT Scan kepala ( p = .001 ).
Dapat dilihat pada tabel 6 dan gambar 2.
Tabel 6. Nilai rata-rata aPTT pada cedera kepala berat dengan perdarahan
dan tanpa perdarahan berdasarkan CT Scan kepala

Variabel

Activated Partial
Thromboplastin
Time

Cedera kepala berat


dengan perdarahan
Mean
SD
29.42

.30

Cedera kepala berat


tanpa perdarahan
Mean
SD
31.80

.73

.001

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

Kadar Activated Partial Thromboplastine


Time

Gambar 5. Kadar aPTT pada cedera kepala berat dengan perdarahan dan
tanpa perdarahan berdasarkan CT Scan kepala
35.0
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
aPTT CKB perdarahan

aPTT CKB tanpa perdarahan

Kadar aPTT juga berbeda secara bermakna antara cedera kepala berat
dengan perdarahan dan tanpa perdarahan (p= 0.001) dan hasil ini sejalan dengan
hipotesis.

Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah oleh

Arifin (2008) terhadap penderita cedera kepala berat dengan perdarahan dan
penderita cedera kepala berat tanpa perdarahan berdasarkan CT Scan kepala,
ditemukan aPTT berbeda secara bermakna (p =0,014)

4.5 Karakteristik Subjek Penelitian


Penelitian secara cross sectional study. Koagulopati cedera kepala berat
dengan perdarahan dan tanpa perdarahan berdasarkan CT Scan kepala. Subjek
penelitian adalah penderita cedera kepala berat dengan perdarahan sebanyak 25
orang dan penderita cedera kepala berat tanpa perdarahan sebanyak 25 orang.
Kedua kelompok penelitian dilakukan pemeriksaan PT dan aPTT.
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Terdapat perbedaan bermakna kadar Prothrombine Time antara cedera
kepala berat dengan perdarahan dan tanpa perdarahan berdasarkan CT
Scan kepala ( p = .001 ).
5.1.2 Terdapat perbedaan bermakna kadar Activated Partial Thromboplastine
Time antara cedera kepala berat dengan perdarahan dan tanpa perdarahan
berdasarkan CT Scan kepala ( p = .001 ).

5.2 Saran
5.2.1 Pemeriksaan koagulasi (PT dan aPTT) dapat digunakan sebagai parameter
prognosa cedera kepala berat dengan perdarahan dan tanpa perdarahan.
5.2.2 Kemungkinan perlu penelitian lanjut dengan menggunakan parameter
koagulasi selain PT dan aPTT.

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons Committee on trauma, 1997. Trauma Kepala


dalam ATLS untuk dokter, IKABI, Jakarta : 195-236
Antovic, J., Bakic, M., Ignjatovic, G., et al, 1998. Blood coagolation and
fibrinolysis parameter changes after various types of brain damages. The
scientific journal Facta Universitatis Vol 5/N0 1 : 44-9
Arifin, MZ., Leo, Subrady., 2008. Koagulopati pada cedera kepala berat. Jurnal
Media Bedah Saraf.
Auer L., 1978. Disturbances of the coagulatory system in patients with severe
cerebral trauma. I. Acta Neurochir ; 43:51-9
Bauma, GT, Muizellar, 1992. JP. Cerebral blood flow, cerebral blood volume, and
cerebrovascular reactivity after severe head injury. Journal Neurotrauma,
9, 333-348.
Bauma, GT, Muizellar JP, Choi SC, et al., 1991. Cerebral circulation metabolisme
after severe traumatic brain injury. Journal of neurosurgery, 75, 685-693.
Bauma GJ, Muizellar JP, Stringer WA, et al., 1992. Ultra early evaluation
of regional cerebral blood flow in severe head injured patientsusing xenonenhanced computerized tomography. Journal of neurosurgery, 77, 360368.
Brent E.K, 1997. American College of Surgeon Committee on trauma, Advanced
Trauma Life Support, United State of America: 195-236.
Daniel F.Kelly,D.L.Nikos,D.P.Becker., 1996. Diagnosis and treatmen of moderate
and severe head injuries (ed) neurological surgery, Philadelphia, USA,
W.B.Sauders and co.
Davie, E.W., Fujikawa, K., Kisiel, W., 1991. The coagulation cascade initation,
maintenance, and regulation. Biochemistry 30 : 103-63
Del Zoppo, G.J., Yu, J.Q., Copeland, B.R., et al, 1992. Tissue factor localization
in non-human primate tissue. Thromb Haemost 68 : 642-7
Fearnside, R.M, 1997. Epidemiology Head Injury. Dalam Peter Reilly (eds), Head
Injury. Pathophysiology and management of severe closed injury.
Champman and Hall, London, United Kingdom.

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

Flossel, C., Luther, T., Muller, M., et al, 1994. Immunohistochemical detection of
tissue (TF) on paraffin sections of routinely fixed human tissue.
Histochemistry 101 : 449-53.
Foulkes MA, Eisenberg HM, Jane JA, et al., 1991. The Traumatic Coma Data
Bank: design, methods, and baseline characteristics. J Neurosurg ;75:S8S13.
Gottfried EL and Adachi MM.,1997 Prothrombin Time and Activated Partial
Thromboplastin Time Can Be Performed on the First Tube, Am J Clin
Pathol, 107(6):681-3.
Japardi, I., 2004. Penatalaksanaan Cedera Kepala Secara Operatif . Digitized by
USU digital library
Japardi, I., 2004. Cedera kepala, memahami Apek-aspek Penting Dalam
Pengelolaan Penderita Cedera Kepala, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta : 333.
Krauss F.Jess: 1993; Epidemology of head injury, Cooper R.Paul (ed) head injury,
Baltimore, USA, William & Wilkins.
Lou, X.J., Nataya, W.B., Fran, T.H., et al, 1998 . Fibrinogen deficiency reduces
vasculer accumulation of apolipoprotein (a) and development of
atherosclerosis in apolipoprotein (a) transgenic mice. Pubmed ID :
98445415. Proc Natl Acad Sci USA 95 : 12591-5.
Marshaal, L.F., Bowers-Marshaal, S., Klauber, M.R., et al, 1991. A new
classification of head injury based on computerized tomography. J
Neurosurg 75 : S14-20.
McKee, P.A., Rogers, L.A., Marier, E., Hill, R.L., 1966. The subunit polypeptides
of human fibrinogen. Arch Biochem Biophys 116 : 271.
Miner ME, Kaufman HH, Graham SH, Haar FH, Gildenberg PL.,1982.
Disseminated intravascular coagulation fibrinolytic syndrome following
head injury in children: frequency and prognostic implications.
J Pediatr ;100:687-91
Muhammad, A, 2007. Peranan senyawa oksigen reaktif pada cedera kepala berat :
Pengaruhnya pada gangguan fungsi enzim akonitase dan kondisi asidosis
primer otak : Penelitian observasional laboratoris, Airlangga University
Narayan. K. Raj: 1994, closed head injuries, Setti. S.Rengachary, Robert H.
Wilkins (ed) principles of neurosurgery, Minnesota, USA, World
Publishing.
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

National Committee for Clinical Laboratory Standardization: 1999. Collection,


Transport, and Processing of Blood Specimens for Coagulation Testing
and General Performance of Coagulation Assays; Approved Guideline,
Third Edition, Villanova: NCCLS Document H21-A3:11(23).
Olson JD, Kaufman HH, Moake J, O'Gorman TW, Hoots K, Wagner K, et al.,
1989. The incidence and significance of hemostatic abnormalities in
patients with head injuries. Neurosurgery. ;24:825-32
Rappaport, S.I., Rao, L.V.M, 1995. The tissue factor pathway : how it has become
a Prima ballerina. Thromb Haemost : 74 : 7-17.
Reneke J, Etzell J, Leslie S, et al, 1998. Prolonged Prothrombin Time and
Activated Partial Thromboplastin Time Due to Underfilled Specimen
Tubes With 109 mmol/L (3.2%) Citrate Anticoagulant, Am J Clin Pathol,
109(6):754-7.
Rhoney, D.H, 2000. J. Neurotrauma. Pharmacotherapy Self-Assessment Program.
Fourth edition : 181-212.
Ritchie, D.G., Levy, B.A., Adam, M.A., Fuller, G.M, 1982. Regulation of
fibrinogen synthesis by plasmin-derived fragment of fibrinogen and fibrin
: an indirect feedback pathway. Proc Natl Acad Sci USA. 79: 1530-4.
Rixon, M.W., Chung, D.W., Davie, E.W, 1985. Nucleotide sequence of the gene
for the gamma chain fibrinogen. Biochemistry 24: 2077.
Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis,
Binarupa Aksara, Jakarta : 196.
Satyanegara, 1998. Ilmu Bedah Saraf, Edisi ke-3, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta :147.
S, Harahap RP., 1983. Beberapa data Epidemologik Klinik penderita cedera kepala di Bagian Saraf RSEM. Dalam : Berbagai aspek cedera
kepala akibat kecelakaan lalu lintas. Andradi S., Wahyadi D., Soetarto PD (eds). hal 16-46. )

Stein SC, Young GS, Talucci RC, Greenbaum BH, Ross SE.,1992. Delayed brain
injury
after
head
trauma:
Significance
of
coagulopathy.
Neurosurgery ;30:160-5.
Smith,E.B., Keen,A., Grant,A., Stirk,C., 1990. Fate of Fibrinogen in Human
Arterial Intima. Arterioscler. Thromb. 10: 263-75.
Takahashi, H., Urano,T., Takada,Y., et al , 1997. Fibrinolytic parameters as an
admission prognostic marker of head injury in patients who talk and
deteriorate. The journal of Neurosurgery 86 : 768-72.
Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

Teasdale, G., Jennett,B., 1974. Assesment of Coma and


Consciousnesss. A practical scale. Lancet 2: 81-4.

Impaired

Tunner,D.A., 1996. Neurogical Evaluation of a patient with Head Trauma; Coma


Scales, in Neurosurgery, Wilkins RH, Rengachary SS (eds) second
edition, Vol II McGraw Hill, New York.
Valadka, A.B., 2000. Injury to the Cranium in Trauma. Fourth edition. McGraw
Hill. New York : 377-99.
Wahyoepramono, E.J., Yunus, J., 2003. Penatalaksanaan Cedera Kepala Berat.
Jurnal Media Bedah saraf . Vol I :18-21.

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa
Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.

Anda mungkin juga menyukai