No Berkas
: 01
No RM
Nama KK
: Tn. Wasidi
Tingkat
Pemahaman
Paraf
Pembimbing
Paraf
Keterangan
: Tn. Wasidi
Alamat lengkap
Bentuk Keluarga
: Nuclear Family
Nama
Wasidi
Margiyati
Rendra
Keduduka
n dalam
keluarga
KK
Istri
Anak
L/
P
Umur
Pendidika
n
Pekerjaa
n
L
P
L
37
36
9
SMP
SMP
SD
Buruh
Buruh
-
Pasien
Klinik
(Y/T)
T
T
Y
Ket
TB Paru
Prasetya
Kasus
Adji
baru
Puskesmas
Gatak
II,
Kabupaten
Sukoharjo,
dengan
berbagai
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. R
Umur
: 9 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: -
Pendidikan
: SD ( kelas 3)
Agama
: Islam
Alamat
Suku
: Jawa
Tanggal periksa
: 7 September 2005
C.
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
: Batuk-batuk
: disangkal
lalu
-
: disangkal
Riwayat mondok
RSDM
-
Riwayat Imunisasi
: lengkap
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
-
Riwayat merokok
: disangkal
: disangkal
: jarang sekali
D. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit
2. Kepala
3. Mata
4. Hidung
5. Telinga
6. Mulut
7. Tenggorokan
8. Pernafasan
9. Kadiovaskuler
10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun
(+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan
11. Genitourinaria
12. Neuropsikiatri
: Neurologik
Psikiatrik
13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
14. Ekstremitas
: Atas
Bawah
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E 4V5M6), status gizi
kesan kurang.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Nadi
Pernafasan : 36 x/menit
Suhu
: 36,8 oC
Tensi
: 100/70 mmHg
: 19 kg
TB
: 120 cm
TB/U
BB/U
Kepala
4. Mata
Conjunctiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea
(+/+),
warna
kelopak
(coklat
kehitaman),
katarak
(-/-),
radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (+), tepi
lidah hiperemis (-), tremor (-)
7. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
9. Leher
:SIC II LPSD
oedem
RF
RP -
Kesadaran
Afek
: appropriate
Psikomotor
: normoaktif
Proses pikir
: bentuk :realistik
Insight
isi
arus
:koheren
: baik
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan test Mantoux
:tidak dilakukan
Pemeriksaan bakteriologis
kanan
tampak
menebal,
corakan
2.
3.
I. PENATALAKSANAAN
Non Medika mentosa
1. Bed Rest tidak total
Diharapkan agar penderita mengurangi aktivitas berat yang dapat
mengurangi daya tahan tubuh penderita serta banyak istirahat.
2. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) 1600 Kalori
10
S :Penderita merasa nafsu makan menurun (+), badan lemas (), batuk (+)
ngikil, batuk darah (-), sesak napas (+), nyeri dada (-), dan keringat malam
(-).
O :KU sedang, compos mentis, gizi kurang
Tanda vital :T : 110/60 mmHg
R :36 x/menit
S :36,7 0C
N : 120 x/menit
patient
centered
management:
dukungan
psikologis,
R :36 x/menit
S :36,5 0C
N : 120 x/menit
11
P : Terapi medikamentosa berupa OAT, non medika mentosa selain itu juga
dilakukan
patient
centered
management:
dukungan
psikologis,
R :32 x/menit
S :36,5 0C
N : 120 x/menit
patient
centered
management:
dukungan
psikologis,
FLOW SHEET
Nama
: An. R
Diagnosis : TB paru Kasus Baru (dalam pengobatan fase intensif).
NO
T
G
L
Tensi
mm
Hg
BB
TB
Kg
Cm
8/09/
05
110/6
0
19
120
Status
Gizi
Mantoux
Test
Foto
Rontgen
Thoraks
Mat
a
KET
Gizi
kurang
Tidak
dila
Gambaran
TB
CA
(+/+)
OAT
2HRZ/4H3R3
12
9/09/
05
110/6
0
19
120
Gizi
kurang
10/09
/05
110/7
0
19
120
Gizi
kurang
ku
kan
Gambaran
TB
CA
(+/+)
Gambaran
TB
CA
(+/+)
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari penderita, ayah (Tn. Wasidi, 37 tahun), Ibu
(Ny. Margiyati, 36 tahun). Penderita tinggal serumah ayah dan ibunya.
Penderita ketika lahir ditolong oleh bidan, spontan, menangis kuat
dengan BB lahir 3,5 kg di rumah seorang bidan desa.
2. Fungsi Psikologis.
An. R tinggal serumah dengan kedua orang tuanya (Tn. Wasidi dan
Ny. Margiyati). Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab, terbukti
dengan permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam
keluarga ini. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu dengan
yang lain, bahkan juga dengan keluarga besar dari ayah yang tinggal
berdekatan dengan rumah penderita. Kedua orang tua penderita bekerja
dari pagi dan pulang di sore harinya. Sehingga sehari-hari penderita lebih
banyak menghabiskan waktunya dengan neneknya yang setiap hari datang
untuk menjaganya. Namun kedua orang tua penderita tetap berusaha untuk
memperhatikan kebutuhan penderita sehari-hari terutama mengenai
pendidikan dan makn sehari-hari.
Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara
musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong
menolong baik fisik, mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya
yang
menderita
kesusahan.
Meskipun
13
penghasilan
mereka
tak
14
B. APGAR SCORE
ADAPTATION
Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien selalu pertama kali
membicarakannya kepada ibunya dan mengungkapkan apa yang diinginkannya dan
menjadi keluhannya. Baik keluhan tentang penyakitnya maupun tentang sekolah.
Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari baik belajar di sekolah
ataupun bermain dengan teman-temannya disekolah dan di rumah. Dukungan dari
orang-orang orang tua, keluarga dan petugas kesehatan yang sering memberi
penyuluhan kepadaya, orang tua dan nenek yang menjaganya sangat memberinya
motivasi untuk sembuh dan teratur minum obat, karena penderita dan keluarga yakin
penyakitnya bisa sembuh total bila ia mematuhi aturan pengobatan sampai sakitnya
benar-benar sembuh dan tidak sampai terjadi putus obat agar tidak terjadi relaps atau
kambuh kembali. Hal ini menumbuhkan kepatuhan penderita dalam mengkonsumsi
obat.
PARTNERSHIP
An. R mengerti bahwa ia adalah harapan keluarga karena merupakan anak satusatunya. Selain itu ayah, ibu dan keluarganya meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh
kembali, komunikasi antar anggota keluarga masih berjalan dengan baik.
GROWTH
An. R sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya walaupun kadang
menganggunya terutama dalam hal pelajaran karena membuatnya kurang konsentrasi
dan kadang tidak masuk sekolah.
AFFECTION
15
An. R merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan ayah dan ibu
cukup meskipun akhir-akhir ini ia sering menderita sakit. Bahkan perhatian yang
dirasakannya bertambah. Ia menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.
RESOLVE
An. R merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari
kedua orang tuanya dan neneknya walaupun waktu yang tersedia tidak banyak
karena ayah dan ibu penderita harus bekerja dan kadang harus melembur sampai
malam. Karena pada hari minggu atau hari libur besar kedua orang tuanya kadang
menyempatkan untuk pergi ke tempat rekreasi walaupun jarang sekali.
APGAR Tn. Wasidi Terhadap Keluarga
Sering/
selalu
Kadangkadang
Jarang/tidak
16
Sering/
selalu
Kadangkadang
Jarang/tidak
Sering/
selalu
Kadangkadang
Jarang/tidak
PATHOLOGY
17
KET
Sosial
Cultural
Religius
Agama
menawarkan
pengalaman spiritual yang baik
untuk ketenangan individu yang
tidak didapatkan dari yang lain
Ekonomi
Edukasi
Medical
Pelayanan kesehatan puskesmas
memberikan perhatian khusus
terhadap kasus penderita
Keterangan :
Ekonomi (+) artinya keluarga An. Rendra masih menghadapi
permasalahan dalam hal perekonomian keluarga. Hal ini dapat
dilihat dari emenuhan kebutuhan sehari-hari yang pas-pasan dan
belum dapat memnuhi kebutuhan sekunder dan tertiernya.
18
Bentuk Keluarga
: Nuclear Family
- Tn Wasidi
- 37 tahun
-
- buruh
- etnis Jawa
- Ny. Margiyati,
- 36 th
-
- buruh
- etnis Jawa
- Rendra P. Adji
- 9 th
--
- siswa SD
- etnis Jawa
19
Keterangan :
Penderita
Tn. Wasidi
: Ayah Penderita
Ny. Margiyati
: Ibu Penderita
E. Informasi Pola Interaksi Keluarga
Tn. Wasidi, 37 th
Keterangan :
Ny. Margiyati, 36 th
: hubungan baik
: hubungan tidak baik
Hubungan antara An. Rendra, ayah dan ibunya baik dan dekat. Antara ayah dan
ibunya baik. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk
antar anggota keluarga.
F. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu?
Jawab :
Ibu merawat penderita dan menyiapkan kebutuhan penderita selama ibu
pergi bekerja.
2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan ayah?
Jawab :
Ayah mendukung apa yang dilakukan oleh ibu. Karena ia mempercayai
urusan anak sehari-hari kepada ibu.
3. Ketika ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?
Jawab :
Ikut mendukung dan membantu apa yang diputuskan ayah.
20
21
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga
An. R adalah seorang anak dari pasangan Tn. W dan Ny. M. Penderita
sekarang duduk di kelas 3 SD di Sekolah dasar II Kagokan. Namun sudah
kurang lebih 2 minggu ini kadang penderita tidak masuk sekolah karena
kesehatannya yang tidak memungkinkan. Kedua orang tua penderita dan
nenek penderita yang menjaganya sehari-hari belum banyak memiliki
pengetahuan tentang kesehatan khususnya tentang TBC sendiri dan
pentingnya kebersihan lingkungan yang berhuubungan erat dengan penyakit
penderita. Walaupun begitu mereka tetap memandang pendidikan sebagai
hal penting bagi anaknya.
Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat
adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas seharihari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka
sakit, mereka menjadi tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan
keluarga akan berkurang dan menjadi beban anggota keluarga lainnya.
Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh kuman penyakit,
bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu
mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih
mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau
dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.
22
Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 12x6 m 2 yang
berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke Selatan. Tidak
memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang kamar
tamu yang sekaligus digunakan sebagai ruang keluarga dan menonton TV, dua
23
kamar tidur, satu kamar makan yang jarang digunakan, dapur, gudang dan
kamar mandi yang tidak memilki fasilitas jamban keluarga sehingga penderita
dan keluarga harus ke kali terlebih dahulu untuk membuang hajat. Terdiri dari
2 pintu keluar, yaitu 1 pintu depan dan 1 pintu belakang. Jendela ada 3 buah,
dikamar tamu dan disetiap kamar tidurnya namun semuanya jarang dibuka..Di
depan rumah terdapat teras yang berukuran 6x1 m2. Lantai rumah sebagian
besar terbuat dari bahan semen dan pada bagian dapur dan gudang
berlantaikan tanah. Ventilasi dan penerangan rumah masih kurang. Atap rumah
tersusun dari genteng dan tidak ditutup langit-langit. Masing-masing kamar
memiliki dipan untuk meletakan kasur. Dinding rumah terbuat dari batubata
namun belum dicat. Perabotan rumah tangga minim. Sumber air untuk
kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan mesin pompa air. Secara
keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari keluarga memasak
menggunakan kompor minyak dan kadang menggunakan kayu bakar yang
biasa disimpan di gudang dan belakang rumah.
Denah Rumah
:
6M
GUDANG
K. MANDI
DAPUR
K. TIDUR
12 M
K. MAKAN
K. TIDUR
K. TAMU
TERAS
24
Keterangan :
: Jendela
: Satu Pintu
: Tembok Bata
: Pagar teras
: Papan pembatas
25
BAB IV
DAFTAR MASALAH
1. Masalah aktif :
a. TB Paru Kasus Baru
b. Kondisi ekonomi lemah
c. Pengetahuan orang tua yang kurang tentang penyakit penderita
d. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain
2. Faktor resiko :
a. Status gizi kurang
b. Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
8.Tingkat
pendidikan orang
tua masih rendah
7. Persepsi
orang tua dan
nenek yang
salah ttg
penyakitnya
1.Lingkungan
dan rumah
yang tidak sehat
sehatang
An. Rendra,
9 th
5. Underweight
2. Kondisi
ekonomi lemah
4. P H B S
26
BAB V
PATIENT MANAGEMENT
A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT
1. Suport Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada
dokternya. Antara lain dengan cara :
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau
kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.
Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon
hanya kepada Tuhan YME.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal
yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi
kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.
2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami
akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan
edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit
turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk
kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai
petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang
bergizi tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan
pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap
27
28
sama dengan prevensi bebas TBC untuk penderita, namun dalam hal ini
diutamakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya dengan cara
sebagai berikut :
1. Bagi keluarga jangan terlalu dekat cukup intim dengan anggota keluarga
yang lain (ayah, ibu dan kelurga lainnya), apalagi saat berbicara atau
batuk, agar tidak tertular langsung kuman TB dari penderita. Saat batuk
sebaiknya di tutup kain atau masker.
2. Diusahakan agar penderita tidak meludah di sembarang tempat yang
mengakibatkan kuman TB dapat berterbangan dan terhirup oleh anggota
keluarga yang lain.
3. Istirahat yang cukup 6-8 sehari semalam.
4. Olah raga teratur dan makan-makanan yang bergizi.
Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk meningkatkan
daya tahan tubuh bagi anggota keluarga yang serumah dengan penderita agar
tidak tertular infeksi TBC dari penderita.
29
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
TUBERKULOSIS
A. LATAR BELAKANG
Insiden penyakit TBC dan mortalitasnya menurun setelah ditemukan
kemoterapi, namun pada tahun-tahun terakhir penurunan itu tidak terjadi lagi,
bahkan insidennya cenderung meningkat (Price SA, 1995). Menurut hasil
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menunjukan angka
kematian no. 1 dari seluruh golongan penyakit infeksi. Terbukti dengan setiap
satu menit terdapat penderita TBC baru, setiap dua menit terdapat penderita
TBC yang menularkan ke orang lain, dan setiap empat menit terdapat
penderita TBC yang meninggal akibat penyakitnya. Penyakit ini masih banyak
di jumpai pada masyarakat yang tingkat sosial ekonomi rendah, kepadatan
tinggi dan berusia produktif (Suradi, 2001). Sampai saat ini belum ada negara
yang dinyatakan sebagai bebas TBC, bahkan Indonesia sendiri sebagai
penyumbang terbesar nomor tiga setelah India dan Cina (Aditama TY, 2001).
B. DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, akan tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya
(Depkes RI, 2002).
C. TB PARU PADA ANAK
Seorang anak dapat terkena infeksi TB tanpa menjadi sakit TB dimana
terdapat uji tuberkulin positif tanpa ada kelainan klinis, radiologis paru dan
laboratoris. Kalau daya tahan tubuh anak kurang dan basil TB yang
menginfeksi virulen maka kemungkinan seorang anak yang terkena infeksi TB
menjadi sakit TB lebih besar. Sampai saat ini diagnostik TB anak masih
menjadi masalah karena tanda dan gejala yang tidak spesifik, populasi basil
30
31
32
Meningitis
Dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan
kesadaran menurun.
d. TB mata
Conjunctivitis Phlyctenularis
kesehatan
atau
penderita
tersangka
dan
langsung
DIAGNOSIS
Tuberkulosis dikatakan sebagai the great imitator, yaitu penyakit yang
banyak menyerupai penyakit-penyakit lain dari penyakit paru dan penyakit
yang menimbulkan gejala-gejala umum, kelemahan atau panas. Diagnosis
Tuberkulosa paru menahun dibuat atas dasar :
1. Anamnesa
Keluhan: batuk, batuk darah, sesak nafas nyeri dada dan nafas bunyi
yang berlangsung lama, bukan monopoli keluhan penderita paru menahun.
33
34
Nilai
35
+3
+3
+3
+2
+2
+2
+2
+1
+1
+1
+1
+1
+1
36
Tabel 4. Obat anti tuberkulosis yang biasanya dipakai pada anak dan dosisnya
Nama obat
Isoniazid
Rifampisin
Dosis 2x
Dosis 3x
Seminggu
Seminggu
(mg/Kg BB/hari)
(mg/Kg
(mg/Kg
5 - 15
BB/hari)
15 - 40
BB/hari)
15 - 40
(300 mg)
(900 mg)
(900 mg)
hipersensitifitas
Gastrointestinal, reaksi
10 - 20
10 - 20
10 20
kulit,hepatitis,
(600 mg)
((600 mg)
(600 mg)
trombositopeni, ensim
Dosis harian
Efek samping
Pirazinamid
Ethambutol
berwarna oranye
Toksisitas hepar, atralgia,
15 40
50 -70
50 70
(2 g)
(4 g)
(3 g)
gastrointestinal
Neuritis optik, ketajaman
15 25
50
50
(2,5 g)
(2,5 g)
(2,5 g)
Streptomisin
15 40
25 40
25 40
(1 g)
(1,5 g)
(1,5 g)
gastrointestinal
Ototoksik, nefrotoksik
37
Bila 3 positif
Dianggap TB
Memburuk/tetap
Membaik
Membaik
Bukan TB
OAT
TB kebal
obat
Rujuk ke RS
Rumah sakit :
Gejala Klinis
Uji Tuberkulin
Foto Rongent
Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Prosedur dan tatalaksana yang sesuai dengan prosedur
Rumah sakit bersangkutan.
38
2.
39
nyaman dan dapat melakukan kegiatan dengan mudah. Untuk itu diperlukan
ruang yang mencukupi. Ukuran ruangan sesuai dengan kegiatan penghuni
didalamnya. Penataan ruang harus baik, penghijauan halaman diatur sesaui
dengan kebutuhan.
3.
40
jelas karena seperti telah dikatakan di atas bahwa seorang penderita TB Paru yang
telah berobat ke puskesmas masih dapat menularkan kepada 33,3% dai seluruh
keluarga yang tinggal serumah (Kusnindar, 1993). Kusnindar juga membuktikan
bahwa banyaknya penderita dalam rumah tergantung dari intensitas cahaya di
kamar tidur penderita dan ruang tamu serta luas jendela dan lubang perhawaan.
Dari data didapatkan bahwa luas genteng kaca tidak mempengaruhi penularan
dalam rumah yang penting adalah peletakan jendela kaca yang seharusnya
diutamakan di kamar tidur penderita dan ruang tamu (Kusnindar, 1993).
Hal yang mempermudah penularan TB paru adalah kebiasaan tidur
penderita bersama-sama dengan istri atau suami, anak-anak dan anggota keluarga
yang lain (Suharjo dkk, 1993).
Dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan beberapa
parameter yang dapat mempengaruhi penularan TB paru.
1.
Kepadatan hunian
2.
3.
Perhawaan (ventilasi)
4.
Jenis lantai
5.
Jenis dinding
6.
Kepadatan hunian
Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasa dinyatakan
m2/orang. Untuk rumah sederhana minimum 10 m2/orang jadi untuk 1
keluarga yang terdiri 3 orang minimum 30 m2. untuk kamar tidur diperlukan
luas lantai 3 m2/orang dan untuk mencegah penularan penyakit pernapasan
jarak antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang lain minimum 90 cm.
Sebaiknya jangan digunakan tempat tidur bertingkat karena hal ini dapat
mempermudah penularan penyakit pernapasan. Kamar tidur sebaiknya tidak
dihuni lebih dari 2 orang apabila ada anggota keluarga yang menderita
penyakit pernapasan sebaiknya tidak tidur sekamar dengan anggota keluarga
yang lain. Untuk menjamin volume udara yang cukup sebaiknya tinggi
langit-langit minimal 2,75 m (Soewasti,2000).
41
Pencahayaan
Untuk memperoleh pencahayaan yang cukup pada siang hari diperlukan luas
jendela kaca minimum 20% dari luas lantai. Kamar tidur sebaiknya di
sebelah timur agar sinar ultraviolet pada sinar matahari pagi dapat masuk.
Atau dapat pula dipasang genteng kaca. Karena menurut Robert Koch semua
jenis cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda satu sam a lain dari
segi lamanya proses mematikan kuman. Agar masuknya cahay matahari
tidak terhalang sesuatu di luar rumah maka jarak rumah yang satu dengan
yang lain minimal sama dengan tingginya rumah (Soewasti,2000).
Perhawaan (ventilasi)
Pergantian udara yang lancar memerlukan minimum luas lubang ventilasi
5% dari luas lantai, dan jika ditambah dengan luas lubang yang dapat
memasukkan udara lainnya (celah pintu/jendela, lubang anyaman bambu
dan sebagainya) menjadi berjumlah 10% daari luas lantai. Jangan
mengandalkan masuknya udara dari jendela atap bersusun karena udara
yang lebih atas suhunya lebih tinggi.
Jenis lantai
Lantai tanah jelas tidak baik dari segi kebersihan udara dalam rumah. Jadi
paling sedikit lantai diplester atau lebih baik lagi bila dilapisi ubin agar
mudah dibersihkan (Soewasti,2000).
Jenis dinding
Dinding anyaman bambu dan papan atau kayu masih dapat ditembus udara
jadi masih dapat memperbaiki ventilasi tetapi sulit untuk dapat menjamin
kebersihannya dari debu yang menempel padanya.
Apabila terdapat penghuni yang menderita sakit pernapasan maka kuman
mungkin juga ada dalam debu yang menempel pada dinding sehingga
rumah sebaiknya memakai dinding permanen dari bahan yang mudah
dibersihkan (Soewasti, 2000).
Jenis bahan bakar
Di pedesaan sering dijumpai rumah yang menggunakan kayu sebagai bahan
bakar. Jika ventilasi tidak baik asap akan memenuhi ruangan, asap akan
42
BAB VII
PENUTUP
43
A. KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
2. Segi Psikologis :
3. Segi Sosial :
4. Segi fisik :
B. SARAN
1. Untuk masalah medis (TB Paru) dilakukan langkah-langkah :
44
oleh
petugas
kesehatan
atau
dokter
yang
menangani.
Kuratif
2. Untuk masalah status gizi yang masuk kategori Gizi kurang, dilakukan
.langkah-langkah ;
Kuratif
45
Rehabilitatif
Pemerintah
hendaknya
berupaya
pemberian
kemiskinan.
Karena
dengan
peningkatan
pendapatan
disembuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
46
47
48