Anda di halaman 1dari 44

PREFACE

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, EB News sebagai media


informasi yang merangkum berita-berita terbaru di lingkungan
FEB UGM dapat kembali hadir dengan Edisi 22. EB News Edisi 22
mengetengahkan berita mengenai continuous improvement
atau perbaikan terus menerus yang dilakukan FEB UGM
didalam artikel Special Report. Cerita inspiratif dari Bapak
Wisnuntoro, Alumni FE Angkatan 1979 yang saat ini berkarir di
PT Pertamina Tbk, sharing pengalaman menempuh studi S3 di
US yang sedang dijalani oleh Gumilang Aryo Sahadewo, Dosen
Departemen Ilmu Ekonomi dan dua cerita dari mahasiswa IUP
yang saat ini sedang menyelesaikan program Double Degree di
Eropa, sayang untuk dilewatkan.
Pada edisi ini pembaca diajak untuk bersama-sama melihat
inovasi apa saja yang telah dilakukan sivitas akademika FEB
UGM dan sejauh apakah engagement yang telah, sedang dan
dilakukan oleh FEB UGM baik dengan industri maupun dengan
universitas-universitas mitra.
Berita-berita lain yang terangkum dalam artikel Who's Who,
Students' Exchange Comments, Lecturer's Article dan
Students' Corner layak untuk disimak.

Selamat membaca!
Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc., PhD.

Penanggung Jawab

Pengarah

Tim Liputan

Meylia Candrawati
Nurma Nindya S
Teknologi Informasi

Artistik

Sukses

Magister Ekonomika Pembangunan

Antiplagiarisma

31
33
35
36

Memenangi

kuliah yang didapatnya, diantaranya ada istilah baru


tentang jenis-jenis barang. "Kalau tidak salah istilah
"unsought goods", yang artinya adalah barang yang
sebenarnya tidak direncanakan akan dibeli oleh
konsumen, tetapi akhirnya dibeli setelah melihat barang
tersebut", tambahnya. Pada saat pendadaran dan tiba
giliran beliau mengajukan pertanyaan, beliau bertanya
tentang "unsought goods" tersebut, apakah definisinya.
"Saya jawab persis sesuai dengan catatan saya pada waktu
ikut kuliah. Beliau terkejut kemudian bertanya, anda ikut
kuliah saya ya kemarin?".Mungkin beliau berfikir itu
adalah istilah/ilmu baru yang didapat dari kuliah masternya di luar negeri, sehingga belum banyak yang tahu
apalagi mahasiswa. Dengan malu dan ragu-ragu,
diiyakannya pertanyaan berikut sembari takut-takut
karena ikut kuliah beliau tanpa ijin. Ternyata beliau tidak
marah, bahkan kelihatan senang dan menyatakan cukup
tidak ada pertanyaan lagi. Seorang penguji hanya
menanyakan satu pertanyaan, adalah pengalaman yang
paling berkesan bagi Wisnuntoro.
Lulus dari FE UGM tahun 1984, lalu menganggur
selama lebih kurang 8 bulan sebelum diterima di
Pertamina. Diakuinya, selama kuliah Wisnuntoro sempat
memperoleh bea siswa dari PT.Unilever. Setahun terakhir
sebelum lulus, kegiatan bermusiknya hidup kembali
dengan "ngamen"/bermain band di Hotel Sahid Babarsari.
"Honornya waktu itu 40 ribu sebulan, pentas setiap jumat
dan minggu malam. Jumlah tersebut lebih dari cukup
untuk ukuran mahasiswa pada waktu itu", imbuhnya.
Selama menjadi mahasiswa di UGM, Wisnuntoro ikut
kegiatan paduan suara dan pada tahun-tahun
terakhirnya,Ia dipercaya oleh Purek Kemahasiswaan untuk
mendirikan Band UGM. Ia diberikan anggaran untuk
membeli beberapa peralatan band, salah satunya adalah
Electric Piano Fender Rhodes, instrumen yang langka pada
tahun 1983-an yang mungkin hanya AMI (Akademi Musik
Indonesia) dan UGM yang memiliki. Pengalaman paling
berkesan adalah bahwa Band UGM ini pernah mengiringi
Vina Panduwinata yang sedang top pada waktu itu untuk
show di Stadion Gelar Sena Klaten.
Diterima di Pertamina ia langsung mengikuti training
selama satu tahun. "Inilah pertama kalinya saya naik
pesawat, pada waktu visit ke Kilang Balikpapaan", akunya.
Diterima di Pertamina juga tidak sengaja karena
diceritakannya, informasi lowongan untuk Posisi Wira
Penjualan (semacam Sales Representative) diketahuinya
ketika ia dan band-nya diminta mengisi acara Pertamina
Cabang Yogyakarta. Pada saat itu vokalis band-nya adalah
Bp Paripurna (Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni
UGM). Setelah menyisihkan semua pelamar yang
berjumlah hampir 1000 pelamar, akhirnya diterima 9
orang. Pada waktu itu yang paling menentukan adalah
psikotes dan Bahasa Inggris. Disini Wisnuntoro menyadari
bahwa silaturahmi dan networking itu sangat penting,
bukan hanya kepandaikan secara intelektual.
Ditambahkannya, pada waktu kuliah tahun2 terakhir, ia

sempat membuat beberapa jingle lagu iklan dimana pada


waktu itu belum banyak perusahaan-perusahaan yg
memiliki jingle sebagai sarana promosi. Salah satu yang
dibuatnya adalah lagu jingle Batik Mirota. "Bayarnya murah
waktu itu cuma 25 ribu, kualitas rekaman juga seadanya,
hanya dengan kaset dan tape recorder. Kalau pas diputar di
Geronimo, kita dengerin di-kos-kosan bersama temanteman kos rasanya bangga. Hehehee", kenangnya."Ini bisa
di cek ke Pak Hamzah, Bos Mirota kalau beliau masih ingat",
imbuhnya lagi.
Setelah training selama satu tahun, saya ditempatkan
di Padang. Pada waktu itu kami masih pengantin baru, istri
saya adalah mahasiswa Hukum UGM teman nya mas
Paripurna. Allhamdullilah dia bisa menyelesaikan SH nya
meskipun bolak balik Yogyakarta - Padang, dan dia memiliki
profesi yang palinng mulia di dunia: ibu rumah tangga.
Saya di karunia dua orang anak laki laki dan satu anak
perempuan. Anak laki2 saya pertama juga alumni FEUGM
/IUP, anak nnomor dua cewek alumni Senirupa ITB, dan
yang paling kecil sekarang sedang kuliah di FEB UGM
(IUP/AKA). Cucu saya dua cewek dari anak pertama dan
kedua. Saya sangat bersyukur atau karunia Allah swt ini
ujarnya.
Setelah beberapa kali berpindah (Padang- ManadoTegal- Bali-Surabaya), Wisnuntoro ditunjuk sebagai Kepala
Cabang Pertamina Yogyakarta (1999-2001). Pada waktu
itulah secara kebetulan dia terpilih untuk mendapatkan
kesempatan berkuliahdi MM UGM dibiayai oleh
Pertamina. Prof Dr Ainun Naim, sebagai teman satu
angkatan semasa kuliah adalah salah satu pengajarnya, dan
tahun 2000 beliau diangkat sebagai Direktur Keuangan
Pertamina.
Selama berkarir di Pertamina, Wisnuntoro pernah
menjabat sebagai General Manajer di tiga tempat:
Palembang, Semarang dan Medan. Sebelum menjabat
sebagai Corporate Secretary seperti saat ini, Wisnuntoro
pernah menjabat sebagai Vice President Communication
merangkap juru bicara Pertamina (seperti Wianda
Pusponegoro saat ini) dan Direktur Utama PT.Pertamina
Training & Consulting. Menurutnya, kunci untuk
keberhasilan yang perlu dijaga di jabatan apapun adalah;
komunikasi dan networking. Komunikasi yang dilakukan
dengan humble, ikhlas, tidak berprasangka buruk serta
mau bergaul dengan kalangan apa saja akan sangat
membantu pekerjaan kita. Kenapa dengan semua
kalangan? Karena terkadang kita sering 'under estimate'
terhadap seseorang. Padahal mungkin rezeki kita ada di
orang tersebut. Allah swt akan menurunkan rezeki kita
melalui orang yang semula kita remehkan tersebut. Allah
swt memberikan rezeki sesukaNya, bisa melalui siapa saja
dengan cara cara yang diluar perkiraan kita. Pelajaran
selanjutnya adalah jangan pernah mengganggap remeh
seseorang atau pihak tertentu. Kalau kita lakukan akan
berpotensi menambah musuh, padahal ibarat pepatah,
sahabat seribu kurang, sedangkan musuh satu terlalu
banyak. Apalagi waktu kita tidak banyak di dunia ini, hanya
"mampir ngombe".....Semoga FEB UGM terus maju!

"Saya senang sekali bisa kembali ke keluarga FEB UGM" ujar


Salomi yang sedang bertugas di Medan dan menyempatkan
hadir di acara ini. Begitu pula alumni lainnya, mereka sangat
bangga mampu berbakti kepada kampus yang telah
membesarkannya. Alumni yang hadir memberikan informasi
dan kunci sukses dalam proses seleksi di berbagai
perusahaan, khususnya pada saat tahap wawancara. Selain
itu, juga digambarkan secara jelas jenjang karir dari
perusahaan bank, kantor akuntan publik, property, hingga
wirausaha.
Kami sangat senang sekali kedatangan beliau-beliau ini,
karena nantinya yang akan menyeleksi "adik-adik" ini adalah
ya Bapak-Ibu yang ada di depan ini" jelas Wakil Dekan Bidang
Penelitian, Pengabdian kepada masyarakat, Kolaborasi, dan
Alumni Dr. Muhamad Edhie Purnawan. Beliua juga
menambahkan bahwa FEB UGM sedang menjalin
komunikasi yang solid dengan alumni-alumni FEB UGM yang
sukses berkarir di berbagai bidang perusahaan maupun nonperusahaan.
Antusiasme mahasiswa untuk mengikuti acara ini sangat
tinggi. Mahasiswa yang datang dalam acara ini sebagian
besar berasal dari Jurusan Akuntansi dan beberapa
mahasiswa Manajemen dan Ilmu Ekonomi. Memang,
penggagas dari acara ini adalah Departemen Akuntansi dan
sebenarnya dikhususkan kepada mahasiswa tingkat akhir
yang sedang menulis skripsi dan akan segera lulus. Acara ini
dimoderatori langsung oleh Ketua Departemen Akuntansi Dr.
Mahfud Sholihin. (Ibe)

CEO TALK THE WALK

erlihat kerumunan mahasiswa sedang mengantri di


depan Gedung Magister Sains dan Doktor (MSi)
Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas
Gadjah Mada (UGM) pada Kamis (18/2) sejak pukul 08.00
WIB. Dengan penuh semangat mahasiswa melakukan
registrasi ulang dan setelah itu segera menuju ke Auditorium
BRI, Gedung Magister Sains dan Doktor FEB UGM.
Mahasiswa tersebut sangat berantusias untuk berdialog
langsung dengan Sandiaga Shalahuddin Uno yang akan hadir
dalam acara CEO Talk the Walk tersebut.
Bagi kalangan mahasiswa bisnis FEB UGM, Sandiaga
menjadi tokoh yang sangat berpengaruh karena
kesuksesannya mengarsiteki berbagai bisnis sehingga
menjadikannya termasuk orang terkaya menurut Majalah
Forbes. Panitia acara ini sempat khawatir akan ketertarikan
mahasiswa untuk mengikuti ini berkurang setelah mendapat
berita bahwa pesawat yang dikendarai Sandiaga mengalami
delay. CEO Talk the Walk yang pada awalnya dijadwalkan
akan dimulai pada pukul 09.30 WIB baru dapat dimulai
sekitar pukul 11.00 WIB. Akan tetapi, luar biasa justru
peserta semakin menyesaki Auditorium BRI dan tetap
antusias mengikuti acara ini.

Dekan FEB UGM Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc., Ph.D


dalam pidato pembukaan acara CEO Talk the Walk
menyampaikan bahwa acara ini memberikan kesempatan bagi
mahasiswa untuk dapat belajar langsung secara praktis dari
kisah-kisah sukses tokoh terkenal di Indonesia. Terlebih,
melihat tingginya minat mahasiswa FEB UGM untuk
meneruskan karir sebagai pengusaha, maka pihak kampus
selalu berupaya memberikan fasilitas terbaik bagi mahasiswa.
Disampaikan pula bahwa belum lama menjalin kerjasama
dengan Skydeck University of California Barkeley yang
merupakan salah satu lembaga inkubasi bisnis prestisius di
dunia.
Bertindak sebagai moderator dalam acara yang bertema
"Young Generation, Economics, Business, and Politics" adalah
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada
Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni, Muhammad Edhie
Purnawan, M.A., Ph.D.
Sesi yang ditunggu-tunggu pun akhirnya dimulai. Pemaparan
Sandiaga dimulai dengan penggambaran bahwa karirnya tidak
melulu mulus, tetapi berkelok-kelok dan menemui banyak
kegagalan. "Hidup itu seperti roda, kalau sedang di atas jangan
lupa bersyukur, kalau sedang di bawah jangan lupa bersabar"
ujar Sandiaga menerangkan perjalanan karirnya.
Sandiaga bercerita sangat detil mengenai perjalanan
karirnya. Berawal dari kegemilangannya menempuh studi di
Wichita State University dan George Washington University di
Amerika serikat. Sandiaga berhasil meraih gelar Doktor dengan
indeks prestasi sempurna 4.00. Selanjutnya, berbekal
kegemilangan studinya tersebut, Sandiaga memulai karirnya di
salah satu perusahaan multinasional di Indonesia dan sukses
menjadi Manajer Finance termuda di ASEAN.
Babak barunya dimulai ketika perusahaan tempat
kerjanya bangkrut ketika memasuki masa suram krisis 1998.
Namun, inilah turning point Sandiaga untuk mencetak banyak
kesuksesan melalui bisnisnya. Tentu bisnis perdana Sandiaga
yang bergerak di bidang konsultan bisnis tidak langsung sukses.
"Kami tidak mendapatkan klien sama sekali selama 3 bulan"
ujar Sandiaga mengutarakan tantangan yang ditemui. Namun,
setelah itu Sandiaga menemukan solusi dan menjadi kunci
kesuksesannya.
Sudah banyak mengecap asam garam di dunia bisnis,
Sandiaga mulai masuk ke wilayah Politik - dunia yang tidak
pernah diimpikan sebelumnya. "Semakin banyak orang baik
yang benci dengan partai politik, maka semakin bobrok juga
negeri ini" pesan Sandiaga menutup sesi pemaparan yang
sangat menarik tersebut. Tidak berhenti di sini, Sandiaga
kemudian dipopor berbagai pertanyaan para peserta. Hal ini
menunjukkan antusiasme yang tinggi dari para peserta.
"Biasanya acara inspirasi sukses CEO hanya
membicarakan kegemilangan kesuksesannya. Akan tetapi di
CEO Talk of The Walk ini, kami banyak terinspirasi dari cerita
kegagalan yang pernah ia alami. Inilah yang sebenarnya kami
tunggu-tunggu. Karena kami ingin belajar dari kegagalan yang
dialami oleh tokoh sekelas CEO terkenal juga" ujar Edwin
Adisasmita Nurindriantoro salah satu peserta dalam acara
tersebut. (Ibe)

CEO TALK THE WALK

Kesejahteraan adalah Kunci


Perjuangan Harry Azhar Azis, Ketua BPK RI

Surat Utang Negara


Multiplier Effect Bagi Pertumbuhan?

CEO Talk the Walk:

Komitmen Tim Kunci Bisnis Startup

ebih dari 200 mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis


Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) ikuti seminar CEO
Talk the Walk, pada hari Jumat, 1 April 2016. Acara yang
digelar di Auditorium Djarum Foundation Pertamina Tower
Lantai 6 menghadirkan pembicara hebat yaitu Eddiwan
Danusaputro selaku CEO Mandiri Capital Indonesia atau MCI
yang juga merupakan alumni UGM tahun 1988. Acara diawali
oleh sambutan Prof. Wihana Kirana Jaya, Ph. D selaku Dekan
FEB UGM.
Mengangkat tema "Trends In The Start-Up World. How
VCs (Ventura Capitalists) Can Support Indonesia Start-Ups",
Eddiwan menekankan bahwa era digital saat ini tidak boleh

dihindari terlebih untuk para entrepreneur startup. Hal


ini dimaksudkan agar bisnis dapat semakin berkembang dan
juga memenangkan persaingan. "Kita harus bisa merangkul
digital teknologi yang terus berkembang ini, like or not itu
semua harus dihadapi jika ingin menjadi pemain besar di
pasar global," tegas Eddiwan. Eddiwan menambahkan
pertumbuhan startup Indonesia khususnya bidang inovasi
jasa finansial atau fintech merupakan yang kedua terbesar di
ASEAN setelah Singapura. Selaras dengan spirit
memakmurkan negeri inilah yang membuat MCI sebagai
perusahaan patungan atau modal ventura akan terus
mensupport para entrepreneur startup yang ada di
Indonesia.
Tak luput dari itu semua, Eddiwan memberikan beberapa
tips kepada para entrepreneur startup dalam mencari
tambahan modal. Menurutnya, hal yang paling diperhatikan
perusahaan dalam melakukan penilian bisnis hingga akhirnya
memutuskan untuk mengucurkan dana adalah komitmen
tim. "Namanya bisnis baru kami belum akan fokus langsung
ke profit, tapi kami lebih menekankan pada komitmen para
pendirinya dalam memajukan bisnis, karena kami yakin
komitmen tim akan membawa bisnis untuk terus
berkembang dan bersaing di pasar sehingga mampu
memberikan kontribusi positif bagi negeri," imbuhnya.
Hal ini juga ditegaskan oleh Andy Tri Lesmana salah satu
mahasiswa Magister Manajemen yang hadir saat seminar.
Adanya MCI sangat mendorong semangat para entrepreneur
untuk terus mengembangkan bisnis. "Dengan MCI saya rasa
dapat mengakomodasi para entrepreneur yang mempunyai
ide bisnis brilliant namun terhambat permodalan," jelas Andi
(Mey)

Kerjasama UGM, Tahir Foundation, dan SMU


ota kesepahaman antara Universitas Gadjah
Mada (UGM) dan Singapore Management
University (SMU) resmi disepakati pada tanggal 4
April 2016 di Jakarta. MoU yang berisi kerjasama dalam
bidang riset, pertukaran dosen dan mahasiswa dan
training yang khususnya dengan FEB ini ditanda-tangani
oleh President SMU, Professor Arnound De Meyer dan
dari pihak UGM ditanda-tangani oleh Wakil Rektor Bidang

Perencanaan dan Sistem Informasi, Dr. Didi Achjari, M.


Com, sedangkan pihak yang bertanda-tangan dari pihak
FEB adalah Prof. Wihana Kirana Jaya, Ph. D., Dekan FEB.
Pada kesempatan yang sama, Dato Sri Prof Tahir,
founder Tahir Foundation berkomitmen untuk
memberikan bantuan dana sebesar SGD 1.000.000 atau
Rp 9.7 milliar. Peruntukan bantuan dana tersebut untuk
memfasilitasi pertukaran mahasiswa dan dosen ke SMU.

Magister
Ekonomika Pembangunan

Kuliah Umum Drs.Ec. Sujoko Efferin, MCom (Hons), MA (Econ), PhD


Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

amis, 18 Februari 2016, bertempat di Djarum Hall,


Pertamina Tower FEB UGM, Program Magister
Akuntansi FEB UGM menyelenggarakan kuliah umum
oleh Drs.Ec. Sujoko Efferin, M.Com (Hons), MA (Econ), Ph.D
dosen senior Fakultas Bisnis dan Ekonomi dan Direktur
Kerjasama Kelembagaan, Universitas Surabaya. Pada sesi
pertama kuliah umum untuk mahasiswa pascasarja
pembicara mempresentasikan materi dengan tema
Metodologi Kualitatif dalam Penelitian Akuntansi. Tema
tersebut sesuai degan judul buku yang ditulis oleh pembicara
bersama Stevanus Hadi Darmadji dan Yuliawati Tan, yang
mencangkup filsafat sains dan penelitian, etika penelitian,
metode kuantitatif dan metode kualitatif.

Sesi kedua kuliah umum untuk dosen dengan tema Tips


untuk Menerbitkan Artikel Penelitian di Top Journals. Acara
dibuka oleh Vogy Gautama Buanaputra selaku pembawa
acara. Bertempat di Ruang Kertanegara FEB UGM, Sujoko
Efferin menyampaikan materi mengenai Introduction to
Qualitative Research. Materi tersebut masih berkaitan
dengan materi pada sesi pertama. Dalam sesi kedua ini
dihadiri oleh dosen-dosen FEB UGM dan mahasiswa S3
Program Magister dan Doktor.
Acara diakhiri dengan penyerahan plakat oleh Mahfud
Sholihin, M.Acc., Ph.D kepada Sujoko Efferin.

Bagian Antiplagiarisma
oleh dua orang staf yang membidangi. Kedepan, Bagian
Antiplagiarisma akan memberikan pelatihan-pelatihan
secara periodik untuk dosen dan mahasiswa terkait dengan
Antiplagiarisma selain mempersiapkan standar penulisan
karya ilmiah. Dua staf di Kantor Antiplagiarima, Ashika dan
Mala, siap memberikan konsultasi kepada mahasiswa
terkait penulisan karya ilmiah.

https://sahadewo.wordpress.com

Kolom advertorial edisi kali ini akan diisi oleh 2 (dua) orang mahasiswa International Undergraduate Program (IUP)
FEB UGM, yaitu Laura Patricia dan Silvio Adriano. Keduanya menempuh program Double Degree (DD) di negara
yang sama yaitu Perancis tetapi pada dua universitas yang berbeda. Laura Patricia sedang menyelesaikan program
DD di Toulouse Business School (TBS) sedangkan Silvio memilih ESCEM School of Business.

EXCHANGE STUDENTS COMMENT

EXCHANGE STUDENTS COMMENT

Angkat Potensi Lokal,


Tim E-Craft Memenangi Kompetisi Paper Nasional

31 EB News APRIL 2016

EB News APRIL 2016

32

33 EB News APRIL 2016

Sebanyak 64 % mahasiswa menyatakan bahwa tempat di FEB belum memberikan cukup ruang yang dibutuhkan
mahasiswa untuk berdiskusi dan belajar. Misalnya, beberapa mahasiswa mengeluhkan kurang luasnya tempat diskusi dan
ruang baca (quiet room) di perpustakaan FEB UGM sehingga pada waktu-waktu tertentu mahasiswa ada yang tidak
mendapatkan kursi untuk belajar di perpustakaan. Selain itu, beberapa mahasiswa juga menyebutkan bahwa meja dan kursi
yang ditempatkan di Selasar juga masih kurang banyak.
Beberapa fasilitas untuk mendukung kenyamanan saat belajar di FEB UGM juga masih dirasa kurang oleh beberapa
mahasiswa. Misalnya, jangakuan wifi yang sering tidak stabil dan stop kontak di setiap titik tempat belajar yang dirasa masih
sedikit. (Nindya)

EB News APRIL 2016

34

35 EB News APRIL 2016

EB News APRIL 2016

36

37 EB News APRIL 2016

EB News APRIL 2016

38

Anda mungkin juga menyukai