Naskah Nisma 2
Naskah Nisma 2
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari C6C3C6 (Sirait, M. 2007). Flavonoid
terdapat pada seluruh bagian tanaman termasuk pada buah, tepung sari dan akar.
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai hanya
flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan, dan terdapat campuran yang terdiri atas
flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga
hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol. Biasanya antosianin juga terdapat sebagai
campuran terutama dalam bunga tanaman hias dan suatu jaringan bunga dapat
mengandung sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne, J.B. 1987).
Kegunaan flavonoid bagi tumbuhan adalah untuk menarik serangga yang
membantu proses penyerbukan serta untuk menarik perhatian binatang yang membantu
penyebaran biji. Sedangkan kegunaan flavonoid bagi manusia adalah pada dosis kecil,
flavon bekerja sebagai stimulant pada jantung, hesperidin mempengaruhi pembuluh darah
kapiler. Flavon terhidroksilasi bekerja sebagai diuretik dan sebagai antioksidan pada
lemak (Sirait, M. 2007).
Antioksidan adalah zat yang memperlambat atau menghambat stres oksidatif
pada molekul. Antioksidan terbagi menjadi antioksidan enzimatik (enzim) dan antioksidan
non enzimatik (ekstraseluler). Antioksidan enzim antara lain superoksida dismutase
(SOD), glutation peroksidase (GSH-Px), dan katalase. Sedangkan antioksidan
nonenzimatik (ekstraseluler) diantaranya adalah vitamin E, vitamin C, beta-karoten,
glutation, ceruloplasmin, albumin, asam urat dan selenium (Priyanto. 2007). Berdasarkan
mekanisme kerjanya, antioksidan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu
(Kumalaningsih.2008).
1. Antioksidan primer
Antioksidan primer merupakan antioksidan yang bekerja dengan cara mencegah
terbentuknya radikal bebas yang baru dan mengubah radikal bebas menjadi molekul
yang tidak merugikan. Contohnya adalah Butil Hidroksi Toluen (BHT), Tersier Butyl
Hidro Quinon (TBHQ), propil galat, tokoferol alami maupun sintetik dan alkil galat.
2. Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap radikal
bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar. Contohnya adalah vitamin E, vitamin C, dan betakaroten yang dapat
diperoleh dari buah-buahan.
3. Antioksidan tersier
Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan
yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang termasuk kelompok ini
adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang dapat memperbaiki
DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bermanfaat untuk perbaikan DNA pada penderita
kanker.
Sebagaimana diketahui bahwa di dalam tubuh manusia dapat terbentuk radikal
bebas. Radikal bebas adalah atom, molekul atau senyawa yang dapat berdiri sendiri,
mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya (Priyanto.
2007). Radikal bebas dapat menarik elektron yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan
ketidakstabilan sehingga sulit untuk dideteksi. Adanya radikal bebas yang berlebih dapat
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan dan dapat menimbulkan beberapa penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung, hipertensi, dan kanker (Silalahi, J. 2006). Dalam
keadaan normal suatu radikal bebas dapat dinetralisir dengan menggunakan zat
antioksidan. Antioksidan adalah zat yang dapat memperlambat atau menghambat stres
oksidatif pada molekul target (Priyanto. 2007).
Radikal bebas dapat terbentuk dari senyawa non radikal melalui reaksi redok
(menerima atau melepaskan elektron) melalui absorbsi radiasi (ionisasi, UV) atau jika
ikatan kovalen dalam suatu senyawa pecah (homolitic fusion) atau karena adanya reaksi
fenton. Banyak orang beranggapan bahwa radikal bebas hanya merugikan tubuh semata,
pendapat ini tidak tepat karena radikal bebas juga berperan penting dalam proses-proses
biokimiawi yang diperlukan tubuh. Proses-proses itu seperti reaksi oksidasi suatu zat yang
melibatkan sitokrom P450, pengaturan kontraksi otot polos, dan proses fagositosis
(Priyanto. 2007). Adanya radikal bebas yang berlebih dapat menimbulkan kerusakan,
antara lain (Muhilal. 1992) :
1. Kerusakan protein
Terjadinya kerusakan protein termasuk oksidasi protein akan mengakibatkan
kerusakan jaringan tempat protein itu berada, sebagai contoh kerusakan protein pada
lensa mata mengakibatkan terjadinya katarak.
2. Kerusakan DNA
Radikal bebas hanya salah satu dari banyak faktor yang menyebabkan
kerusakan DNA. Sebagai akibat kerusakan DNA ini dapat timbul penyakit kanker.
Kerusakan dapat berupa kerusakan awal, fase transisi dan permanen.
3. Membran sel
Terutama komponen penyusun membran berupa asam lemak tak jenuh yang
merupakan bagian dari fosfolipid dan mungkin juga protein. Serangan radikal hidroksil
pada asam lemak tak jenuh dimulai dengan interaksi oksigen pada rangkaian karbon
pada posisi tak jenuh sehingga terbentuk lipid hidroperoksida, yang selanjutnya
merusak bagian sel dimana hidroperoksida ini berada.
Berdasarkan penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa bunga rosella
mempunyai senyawa antioksidan yang dibuktikan menggunakan spektrofotometri uv-vis
(Maryani, H..2008) . Oleh karena itu, maka pada penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas
ekstrak etanol 70% kelopak rosella secara in vitro untuk melindungi sel darah merah
domba yang diberikan perlakuan stres oksidatif menggunakan t-BHP (tert-Butil
Hidroperoksida), dengan parameter pengukuran yang dilakukan meliputi MDA dan SOD.
MDA (Malonildialdehid) terbentuk dari asam lemak tidak jenuh jamak (PUFA) yang
mengalami proses peroksidasi menjadi peroksida lipid yang kemudian mengalami
dekomposisi (Price, S.A. dan Lorraine M.W. 2006). Pada proses peroksidasi lipid MDA
terbentuk relatif konstan proporsional sehingga merupakan indikator yang baik untuk
mengetahui adanya peroksidasi lipid, khususnya in vitro.
Cara yang paling banyak untuk mengukur MDA adalah TBA test, karena mudah
dikerjakan dan dapat digunakan pada homogenat. Prinsipnya adalah adanya pengaruh
asam dan panas yang akan menyebabkan dekomposisi lipid peroksida dan membentuk
perubahan warna menjadi warna merah muda. Perubahan warna ini diukur melalui
spektrofotometri pada panjang gelombang 532 nm(Isnansetyo, A. dan Kurniastuti. 1995).
SOD (Superoxyd Dismutase) merupakan salah satu antioksidan enzimatik. Ada
tiga jenis SOD yang sudah diketahui, yaitu CuZnSOD, Mn-SOD dan FeSOD. CuZnSOD
dan Mn-SOD terdapat pada manusia, sedangkan FeSOD tidak terdapat pada manusia.
CuZnSOD terdapat di retikulum endoplasma, nukleus dan peroksisom, sedangkan MnSOD terdapat di mitokondria. Logam Cu+ sebagai kaalisator sedangkan Zn++ diperlukan
sebagai stabilisator enzim. Fungsi SOD untuk mempercepat dismutasi O2*- dan menjaga
keseimbangan antara jumlah O2*- dan pembentukan H2O2 (Priyanto. 2007).
Karena substrat SOD kurang stabil dan sukar diukur secara konvensional, ini akan
menyulitkan pengukuran SOD. Saat ini tersedia metode Adenochrom Assay yang mudah
dilaksanakan dan sensitif untuk mengukur aktivitas SOD. Pengukuran didasarkan pada
kemampuan SOD menghambat autooksidasi spontan dari efineprin. Larutan efineprin
dalam keadaan asam akan stabil, tetapi spontan akan teroksidasi dengan adanya
kenaikan pH. Autooksidasi terjadi paling cepat disertai dengan terbentuknya adenokrom
dengan kecepatan linier yaitu pada pH 10,2 dan suhu 30C.
Sel darah merah domba dipilih karena mudah didapat dan memiliki metabolisme
yang sederhana dan mudah diamati. Sedangkan t-BHP dipilih karena merupakan suatu
oksidator organik yang kuat, mudah terurai dan membentuk radikal bebas (Murray, R.K.
1995).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi ekstrak etanol 70% kelopak bunga
rosella (Hibiscus sabdariffa L.) sebagai antioksidan dilihat dari parameter penurunan kadar
MDA dan peningkatan aktifitas SOD terhadap sel darah merah domba yang diberikan
stres oksidatif dengan t-BHP secara in vitro.
METODOLOGI
Alat
Alat-alat yang digunakan meliputi spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu), pipet
volume, pipet Eppendorf, labu ukur, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas beker, timbangan
analitik (OHAUSS), incubator (Memmert), sentrifugator (HC1180T), penangas air, pH
meter, lemari pendingin,lemari asam dan stopwatch.
Bahan
a. Bahan uji
1). Ekstrak etanol 70% kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.). dari Balitro. LIPI.
Cibinong-Bogor
2). Sel darah merah domba (SDMD) segar dari Departemen Mikrobiologi FKUI.
b. Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan meliputi: tert-Butil hidroperoksida (t-BHP), Kalium
dihidrogen fosfat (KH2PO4), Dikalium hidrogen fosfat (K2PO4), Natrium Klorida (NaCl),
Kalium Klorida (KCl), Kalsium Klorida (CaCl2), Magnesium Sulfat (MgSO4), Natium
dihidrogen fosfat (NaH2PO4), Dinatrium hidrogen fosfat (Na2HPO4), Asam triklorasetat
(TCA), Asam tiobarbiturat (TBA), Natrium hidroksida (NaOH), Tetraetoksipropan
(TEP), d-l epinefrin (Lucas), Asam Klorida (HCl), Na2CO3, NaHCO3, Na EDTA,
Kloroform pro analis, Etanol pro analis.
a. Persiapan Bahan Uji
1) Penyiapan simplisia
Kelopak bunga rosella diperoleh dari hasil budidaya para petani di Indramayu
Jawa Barat. Kelopak bunga rosella yang telah diambil dibersihkan dari semua
kotoran yang melekat lalu dicuci sampai bersih. Selanjutnya dikeringkan dengan
cara diangin-anginkan di udara terbuka dan terlindung dari cahaya matahari.
Kemudian diserbuk dan diayak dengan pengayak nomor 40 sehingga diperoleh
serbuk yang homogen.
2) Ekstraksi simplisia
Serbuk simplisia kering yang sebelumnya sudah diayak dengan menggunakan
pengayak nomor 40, dimasukkan ke dalam wadah maserasi. Maserasi dimulai
dengan cara menuangkan etanol 70% ke dalam wadah maserasi sampai
seluruh simplisia terendam dan pelarut dilebihkan setinggi kurang lebih 2 cm di
atas permukaan simplisia. Simplisia direndam selama 6 hari, selama
perendaman dilakukan pengadukan beberapa kali agar senyawa-senyawa yang
terdapat pada kelopak bunga rosella dapat larut dengan baik. Maserat
dipisahkan dan proses diulangi dua kali dengan jumlah pelarut yang sama.
Maserat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotary evaporator
pada suhu dibawah 60C sehingga diperoleh ekstrak kental.
b. Persiapan sel darah merah domba (SDMD)
Darah merah domba yang sudah didefibrinasi kemudian disentrifus dengan
kecepatan 3000 rpm selama lima menit. Plasma bagian atas dipisahkan, endapan
SDMD dicuci dengan PBS yang volumenya lima kali volume endapan SDMD,
kemudian disentrifus kembali dengan kecepatan 3000 rpm setelah itu cairan PBS
dibuang. Proses diulang sebanyak tiga kali.
c. Pembuatan Kurva Standar
Untuk pembuatan kurva standar digunakan larutan standar tetraetoksipropan.
Dari larutan tersebut diambil 10 l, 20 l, 40 l, 80 l, 160 l, masukkan ke dalam
tabung reaksi. Tambahkan akuades hingga 1 ml, kocok homogen. Kemudian
tambahkan 0,5 ml TCA 20%, 1 ml larutan TBA 0,67% ke dalam masing-masing
tabung tersebut, kocok sampai homogen. Untuk blangko masukkan 1 ml akuades,
0,5 ml larutan TCA 20%,dan 1 ml larutan TBA 0,67%, lalu dikocok hingga homogen.
Larutan standar blangko dibuat duplo. Semua tabung dimasukkan dalam penangas
air 95-100C selama 10 menit, kemudian dinginkan pada air mengalir. Absorban
diukur pada panjang gelombang 532 nm. Dari data pengukuran tersebut dibuat
kurva kalibrasi dengan menghubungkan nilai absorban sebagai koordinat (Y) dan
konsenterassi larutan standar (nmol/ml) sebagai absis (X). perhitungan dengan
membuat persamaan garis yang diperoleh dari kurva standar yaitu:
Y= a + bx..(1).
d. Pengelompokkan Bahan Uji
Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan rancangan acak
lengkap. Sel darah merah domba dikelompokkan dalam 5 (lima) kelompok, masingmasing kelompok terdiri dari 6 (enam) tabung dengan pembagian perlakuan
sebagai berikut:
1) Kelompk I : Kelompok kontrol normal (1ml SDMD + 1 ml KRP)
2) Kelompok II : Kelompok negatif (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-BHP).
3) Kelompok III : Kelompok uji (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-BHP + 1ml ekstrak
etanol kelopak bunga rosella dosis 0.3 mg
4) Kelompok IV : Kelompok uji (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-BHP + 1 ml
ekstrak etanol kelopak bunga rosella dosis 0,6 mg).
5) Kelompok V : Kelompok uji (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-BHP + 1 ml ekstrak
etanol kelopak bunga rosella1.2 mg.
e. Perosedur Pengukuran Kadar MDA
Masing-masing kelompok diinkubasi pada suhu 37C selama 15 menit, lalu
disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Kemudian diambil 1 ml
supernatan dan ditambahkan 0,5 ml TCA 20%, kemudian disentrifus dengan
kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. 1 ml supernatan didapat kemudian
ditambahkan dengan 1 ml TBA 0,67%, kemudian dikocok hingga homogen. Setelah
itu dipanaskan selama 10 menit pada suhu 100C, larutan kemudian didinginkan
dengan air mengalir. Warna yang terbentuk diukur serapannya pada panjang
gelombang 532 nm.
f. Prosedur Pengukuran Aktivitas SOD
Sebanyak 1 ml SDMD 50% diinkubasi pada suhu 37C selama 15 menit,
kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Lalu endapan
yang didapat dicuci dengan larutan NaCl 0,9% dan disentrifus dengan kecepatan
3000 rpm selama 5 menit, dilakukan sebanyak 3 kali.
Sebanyak 500 l hemolisat diambil dan ditambahkan 800 l kloroform-etanol
(3:5), kocok sampai homogen selama 1 menit. Kemudian sentrifus selama 10 menit.
Supernatan dapat disimpan dalam lemari pendingin.
Untuk tabung blangko dimasukkan 2800 l buffer karbonat, 100 l akuades
dan 100 l epinefrin. Dikocok hingga homogen dan dibaca absorbannya pada
panjang gelombang 480 nm pada suhu 30C, setelah menit ke 1, 2, 3, 4. Untuk
tabung sampel dimasukkan 5 l sampel, kemudian ditambahkan 2800 l buffer
karbonat, 95 l akuades dan 100 l epinefrin. Kemudian dibaca absorbannya pada
panjang gelombang 480 nm pada suhu 30C, setelah menit ke 1, 2, 3, 4.
g. Perhitungan SOD
Aktivitas SOD
menggunakan rumus:
dapat
dihitung
dengan
mencari
%Hambat
dengan
h. Analisa Data
Data yang diperoleh akan dianalisis terlebih dahulu dengan uji prasyarat, yaitu
uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov (K-S) dan uji homogenitas Levene. Bila data
homogen dan terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji analisa varian
(ANAVA) satu arah pada taraf kepercayaan (=0,05). Bila nilai sig < 0,05 maka
dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda (Tukey).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Identifikasi Tanaman
Identifikasi tanaman yang digunakan sebagai bahan uji dilakukan di
Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian BiologiLIPI Bogor. Hasilnya
menyatakan bahwa tanaman yang digunakan adalah spesies Hibiscus sabdariffa L.
dari suku Malvaceae dan di Indonesia dikenal dengan nama tanaman rosella .
2. Ekstraksi Bunga Rosella
a.
Hasil Ekstraksi Kelopak Bunga Rosella
Sepuluh kilogram bunga rosella segar dibersihkan dan dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka. Setelah kering berat bunga
rosella menjadi 1,5 kg, kemudian dibuat serbuk dan diayak dengan ayakan no 40
dan didapat serbuk bunga rosella dengan berat 1,3 kg. Sebanyak 0,9737 kg
serbuk bunga rosella di ekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan
pelarut etanol 70%. Hasil ekstraksi yang didapat adalah sebanyak 0,3294 kg
ekstrak etanol 70% bunga rosella dengan rendemen sebesar 33,83% .
b. Karakteristik Ekstrak
Tabel I. Hasil Uji Karakteristik Ekstrak Etanol 70% Bunga Rosella
Uji karakteristik ekstrak
Hasil
1. Organoleptik
a. Warna
Merah
b. Bau
Berbau khas
c. Rasa
Asam
d. Bentuk
Ekstrak kental
2. Susut pengeringan
27,46%
3. Kadar abu
3,56%
c. Penapisan fitokimia
1) Serbuk bunga rosella
Serbuk bunga rosella mengandung senyawa kimia berupa alkaloid, saponin,
tanin, flavonoid, dan triterpenoid-steroid.
2) Ekstrak etanol 70% bunga rosella
Ekstrak etanol 70% bunga rosella mengandung senyawa kimia berupa
alkaloid, saponin, tannin, flavonoid, dan triterpenoid-steroid.
3. Kurva Kalibrasi Tetraetoksipropan (TEP)
Sebelum melakukan penetapan kadar MDA, dibuat kurva kalibrasi TEP yang
akan digunakan sebagai standar. Dari data hasil kurva kalibrasi diperoleh persamaan
garis: Y= 0,0012 + 0,0225 x
Selain itu, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) = 0,9998. Nilai (r) yang
mendekati 1 menunjukkan kurva kalibrasi linier dan terdapat hubungan antara
konsenterasi larutan TEP dengan absorban.
14
12
10
8
6
4
2
0
KI
KII
KIII
Kelompok uji
KIV
KV
aktivitas SOD
80
70
60
50
40
aktivitas SOD
30
20
10
0
KI
KII
KIII
KIV
KV
: 63,3333 8,1650
: 26,6667 11,9257
: 41,6667 9,1287
: 55,5556 13,6083
: 72,2222 13,6083
Berdasarkan hasil uji aktivitas SOD pada masing-masing kelompok uji dapat
dilihat bahwa pada kelompok IV dengan dosis 0,6 mg/ml dan kelompok V dengan
dosis ekstrak 2,8 mg/ml dapat meningkatkan aktivitas SOD.
Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas Levene aktivas
SOD menunjukkan nilai Sig > 0,05, artinya data aktivitas SOD terdistribusi normal
dan homogen. Hasil analisa statistik melalui Anava satu arah menunjukkan nilai Sig
< 0,05 (Sig = 0,000) yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas SOD
terhadap masing-masing kelompok uji. Hasil uji Tukey menunjukkan adanya
perbedaan bermakna antara kelompok I dengan kelompok II dan III, kelompok II
dengan kelompok IV dan V, kelompok III dengan kelompok V. Namun, tidak terdapat
perbedaan bermakna antara kelompok I dengan kelompok IV dan V serta kelompok
IV dengan kelompok V.
Dari hasil penelitian ini pemberian dosis ekstrak etanol 70% bunga rosella pada
dosis 0,3 mg/ml, 0,6 mg/ml, 1,2 mg/ml memperlihatkan perbedaan bermakna dengan
kelompok kontrol normal (K1). Sedangkan pada pengujian aktivitas SOD, pemberian
ektrak etanol 70% bunga rosella pada dosis 0,6 mg/ml dan 1,2 mg/ml tidak
memperlihatkan adanya perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol normal (K1).
Dengan demikian dapat dikatakan aktivitas MDA belum mendekati normal dan
aktivitas SOD pada dosis 0,6 mg/ml sudah mendekati normal, tapi pada dosis 1,2
mg/ml melebihi normal. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa ekstrak
etanol 70% bunga rosella dapat menurunkan kadar MDA dan meningkatkan aktivitas
SOD dalam SDMD.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
ekstrak etanol 70% bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) pada dosis 2,8 mg/ml dapat
menurunkan kadar MDA hampir mendekati keadaan normal dan meningkatkan aktivitas
SOD dalam sel darah merah domba.
Dari penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk melakukan penelitian
lanjutan menggunakan ekstrak selain ekstrak etanol 70% bunga rosella (Hibiscus
sabdariffa L) dengan berbagai variasi dosis untuk mencapai dosis optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal
770.
Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jenderal
Badan Pengawas Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal 1315.
Departemen Kesehatan RI. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1) Jilid 2.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 163-164.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Terjemahan: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. ITB.
Bandung. Hal. 71-72.
Hary. Bukti Khasiat Tanaman Rosella. http:// www. Rosella-online.net. 2 Agustus 2008.
Isnansetyo,A. dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Phytopankton dan Zooplankton.
Kanisius. IPB Bogor. Hal 116.
Kumalaningsih,S.
Antioksidan,
Sumber
dan
Manfaatnya.
http://
www.antioxidantcentre.com. 13 Juli 2008.
Maryani, H. dan L. Kristiana. 2008. Khasiat dan Manfaat Rosella. Agromedia Pustaka.
Jakarta. Hal 2-4, 6-7, 25-27.
Muhilal. 1992. Teori Radikal Bebas dalam Gizi dan Kedokteran. Dalam: Jurnal Cermin
Dunia Kedokteran no. 73. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Departemen
Kesehatan RI. Bogor. Hal. 9-11.
Murray, R.K. 1995. Biokimia Harper, Edisi 22. EGC. Jakarta. Hal 132-135.
Pearce, E.C. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta. Hal
133-134.
Price, S.A. dan Lorraine M.W. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. EGC. Jakarta. Hal 253.
Priyanto. 2007. Toksisitas Obat, Zat Kimia dan Terapi Antidotum. Leskonfi. Depok. Hal
43-44, 48, 51,53.
Sadikin, M. 2002. Biokimia Darah. Widya Medika. Jakarta. Hal 12.
Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Kanisius. Yogyakarta. Hal 40.
Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. ITB. Bandung. Hal 129-130.
Soewoto, H. dkk. 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Widya Medika. Jakarta. Hal
153.
Wahida. Cara Hidup Tanaman Rosella. http:// www. Rosella-online.net. 2 Agustus 2008.
10
11