Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang
cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang
tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya
kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita.
Pada pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T (tiga terlambat) yang
melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas
pelayanan kesehatan.
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong
berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor yang
menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam
mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke
fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika
bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu
dan bayi.
1. B. TUJUAN INSTRAKSIONAL UMUM
Diharapakan mahasiswa melaksanakan manajerial asuhan kebidanan dikomunitas baik di
rumah, posyandu, polindes dengan focus making pregnancy safer dan system rujukan.
1. C. TUJUAN INSTRAKSIONAL KHUSUS
1. Dapat memahami definisi system rujukan
2. Dapat memahami tujuan system rujukan
3. Dapat memahami jenis jenis rujukan
4. Dapat memahami jenjang tingkat tempat rujukan
5. Dapat memahami jalur rujukan
6. Dapat memahami mekanisme rujukan
1. D. SUB POKOK BAHASAN / MATERI
1. 1. Definisi
Rujukan adalah penyerahan tanggungjawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan
kesehatan yang lain
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbalebalik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi
1. 2. Tujuan
Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka
penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna
Tujuan system rujukan adalah Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelayanan kesehatan secara terpadu
Tujuan system rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan
demikian dapat menurunkan AKI dan AKB
1. 3. Jenis Rujukan
1. Rujukan medic yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas
satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada
yang lebih berwenangdan mampu menangani secara rasional. Jenis
rujukan medic antara lain:
1) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic, pengobatan,
tindakan opertif dan lain lain.
2) Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lenih lengkap.
3) Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan mutu layanan setempat.
1. Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau
specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnyapencegahan penyakit (preventif) dan
peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi,
sarana dan opersional
1. 4. Jalur Rujukan
Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai
berikut :
1. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke :
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin / bidan desa
3) Puskesmas / puskesmas rawat inap
4) Rumah sakit pemerintah / swasta
1. Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke :
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin / bidan desa
3) Puskesmas / puskesmas rawat inap
4) Rumah sakit pemerintah / swasta
1. Dari Puskesmas Pembantu
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
1. Dari Pondok bersalin / Bidan Desa
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
1. 5. Skema rujukan dan jenjang pelayanan kesehatan
1. 6. Persiapan rujukan
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan , disingkat BAKSOKU
yang dijabarkan sebagai berikut :
B (bidang) : pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten
dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus set,
tensimeter, dan stetoskop
K (keluarga) : beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alas an mengapa
ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima Ibu (klien) ke tempat
rujukan.
S (surat) : beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan,
uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat obat yang telah diterima ibu (klien)
O (obat) : bawa obat obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk
K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien)
dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat
U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan
1. 7. Keuntungan system rujukan
1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti
bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara
psikologis memberi rasa aman pada pasien dan keluarga
2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan
keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak
kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing masing
3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli
1. 8. Tingkat rujukan
1. Menetukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan
puskesmas
1) Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum dapat menetapkan tingkat
kegawatdaruratan
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui.
Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan kasus mana
yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk
1. Menetukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai
kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan
kesediaan dan kemampuan penderita.
1. E. RINGKASAN
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbalebalik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi. Yang bertujuan agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan
demikian dapat menurunkan AKI dan AKB.
Jenis system rujukan ada 2 macam yaitu rujukan medis dan rujukan kesehatan. Hal hal
yang harus dipersiapkan dalam rujukan yaitu BAKSOKU
Tindakan Pra rujukan
Asuhan
1. Mengupayakan bayi dalam keadaan stabil
Menjalankan nafas bersih dan terbuka
Kulit dan bibir kemerahan
Frekuensi jantung 120-160 kali/ menit
Suhu aksiler 36,5-37,5 C
Masalah spesifik penderita sudah dilakukan manajemen awal
2. Jaga agar bayi tetap hangat
3. Di dampingi oleh tenaga kesehatan yang terampil melakukan tindakan resusitasi bayi
lahir, minimal samapai dengan ventilasi
4. Tersedia peralatan (termasuk kit resusitasi) dan obat yang dibutuhkan.
5. Melengkap data
(4) Surat persetujuan tindakan
(5) Surat rujukan
(6) Catatan medis yang berisi
Riwayat kehamilan, persalinan dan tindakan yang dilakukan
Obat yang dikonsumsi oleh ibu, golongan daah ibu
Masa kehamilan dan berat lahir
Tanda vital ( suhu, frekuensi jantung, pernapasan, warna kulit dan aktif atau tidaknya bayi)
6. Tata Cara Merujuk
Gunakan prinsip BAKSOKU
1. Bidan harus mendampingi bayi dan ibu/keluarga
2. Alat resusitasi harus dibawa bidan dalam perjalanan menuju tempat rujukan
3. Keluarga/ibu harus iut menemani bayi ketempat rujukan
4. Surat rujukan/formulr rujukan tentang data-data yang diperlukan di atas harus dibawa
bidan saat itu
5. Oksigen (jika tersedia)
6. Kendaraan harus disiapkan
7. Uang
Tindakan pra rujukan dan selama merujuk:
1. Tentukan kasus perlu dirujuk
2. Tentukan dan hubungi sebelumnya tempat tujuan rujukan sehingga dapat merujuk
dengan cepat,aman, dan benar sesuai dengan besaran risiko,jarak da fasilitas yang
tersedia
3. Sudah dilakukan asuhan awal terhadap kasus yang di derita
4. Menjaga kehangatan bayi dan selama transportasi dengan cara :
Membungkus atau menyelimuti bayi dengan kain yang kering,hangat dan tebal
AC mobil di matikan
5. Menjaga jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan membersihkan jalan nafas dari
lendir atau cairan.
Cara melakukan pengisapan lendir :
a.
Jika alat penghisap lendir di masukan melalui mulut, maka panjang pipa yang dimasukin
maksimum 5 cm dari ujung bibir.
b. Jika alat penghisap lender dimasukan melalui hidung, maka panjang pipa yang
dimasukanmaksimum 3 cm dari ujung hidung
c.
Posisi bayi :
o Telentang
o Kepala lurus dan sedikit tengadah atau ekstensi (posisi mencium bau)
o Bayi diselimuti, kecuali muka dan dada.
Bersihkan jalan nafas dengan menghisap mulut lalu hidung. Jika terdapat darah atau
mekonium dimulut atau hidung, isap segera untuk menghindari aspirasi.
Catatan : jangan mengisap terlalu dalam di tenggorokan, karena dapat mengakibatkan
turunnya frekuensi denyut jantung bayi atau bayi berhenti bernafas.
o Jika bayi mulai menangis atau bernafas lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.
o Jika bayi ettap tidak bernafas lanjutkan dengan ventilasi.
b. Ventilasi bayi baru lahir
Ventilasi bayi jika pelekatan baik dan terjadi pengembangan dada. Pertahankan frekuensi
(sekitar 40x permenit) dan tekanan (amati dada mudah naik dan turun)
Isap ulang mulut dan hidung untuk mucus, darah, atau mekonium.
Pertimbangkan pemberian nalokson (Setelah tanda vital baik) jika ibu mendapat petidin
atau morfin sebelum melahirkan.
Nalokson merupakan antidotum mengatasi depresi pernafasan bayi baru lahir jika ibu
mendapatkan petidin atau morfin.
Catatan : jangan memberikan nalokson pada bayi dari ibu yang diduga menuyalah
gunakan obat narkotika
Jika tidak ada usaha bernafas, mengap-mengap atau tidak ada nafas setelah 20
menit ventilasi, hentikan ventilasi; bayi lahir mati. Berikan dukungan psikologis kepada
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal .Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Johnson, Ruth.2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan RI. 2006.Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Untuk Bidan Desa.
abila setelah dilahirkan bayi menjadi sakit atau gawat dan membutuhkan fasilitas dan
keahlian yang lebih memadai, bayi harus dirujuk. Keputusan untuk merujuk bayi baru
lahir sebaiknya dibuat oleh petugas pelayanan kesehatan (perawat/bidan/dokter) atas
dasar kesepakatan dengan keluarga. Setiap petugas pelayanan kesehatan harus
mengetahui kewenangan dan tanggung jawab tugas masing-masing sesuai dengan jenjang
pelayanan kesehatan tempatnya bertugas.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
d.
Pemberian identifikasi, data (riwayat kehamilan, kelahiran, penyakit) yang ada, yang
sudah dilakukan dan yang mungkin diperlukan (hasil laboratorium, foto rontgen, contoh
darah ibu)
e. Stabilisasi keadaan vital janin/bayi baru lahir selama perjalanan ke tempat rujukan
f. Pembinaan kemampuan dan keterampilan teknis petugas puskesmas oleh dokter spesialis
kebidanan dan anak dalam penanganan kasus rujukan neonatus sakit, minimal sekali
setiap 3 bulan.
Bentuk kegiatannya berupa :
- Telaah (review) kasus rujukan
- Audit maternal-perinatal/neonatal
- Konsultasi dokter spesialis serta kunjungan dokter spesialis
g. Penerapan prosedur tetap(protokol) pelayanan esensial dan tata laksana penyakit pada
neonatus di setiap jenjang pelayanan kesehatan
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Bayi dinyatakan dalam keadaan stabil apabila suhu tubuh, tekanan darah, cairan tubuh
dan oksigenisasi cukup.
Beberapa penanganan stabilisasi sebelum pengiriman sebagai berikut :
Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus untuk memberikan cairan
Bayi dengan kejang-kejang perlu diberi pengobatan antikonvulsi terlebih dahulu agar
kondisi bayi tidak bertambah berat
Bayi sesak nafas dengan sianosis harus diberi oksigen
Suhu tubuh bayi dipertahankan agar tetap hangat dalam batasan normal (36,5-37,5 C)
dengan menggunakan termometer yang dapat membaca suhu rendah. Jika suhu bayi
kurang panas , sedangkan fasilitas inkubator tidak ada, bayi dapat digendong dengan cara
kangguru oleh ibu, ayah atau anggota keluarganya, atau bayi dibungkus dengan selimut
plastik, atau diantara selimut pembungkus bayi diletakkan aluminium foil. Salah satu cara
mempertahankan suhu tubuh bayi adalah dengan Metode kangguru.
Pemeriksaan gula darah apabila memungkinkan dilakukan dengan dekstrostiks dan
apabila hasilnya menunjukkan hipoglikemi pemberian infus disesuaikan.
Bayi yang muntah-muntah atau kejang atau mengalami aspirasi sebaiknya dipasang
selang masuk ke dalam lambung (selang nasogastrik) untuk dekompresi.
Jejas yang terbuka seperti meningocele, gastroskikis, ditutup dengan kasa yang dibasahi
dengan cairan NaCl 0,9 % hangat.
Keadaan usaha menstabilkan ini harus dipertahankan selama dalam perjalanan. Bila
keadaan bayi tidak stabil, tidak dianjurkan membawa bayi ke fasilitas rujukan karena
akan membahayakan jiwanya.
b. Hubungan kerjasama antara petugas yang merujuk dan petugas di tempat
rujukan
Selama bayi dalam perjalanan, petugas yang merujuk perlu menghubungi petugas di
tempat rujukan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi bayi. Hubungan
tersebut dapat melalui fasilitas komunikasi cepat yang tersedia di puskesmas atau
kecamatan, misalnya : radio komunikasi, telepon, kurir, dan sebagainya. Dengan adanya
informasi tersebut, petugas di tempat rujukan mempunyai cukup waktu untuk
menyiapkan segala kebutuhan, sehingga kasus rujukan langsung dapat ditangani. Setiap
tempat rujukan harus selalu siap siaga 24 jam untuk menerima kasus rujukan.
Keluarga atau petugas kesehatan yang mendampingi bayi harus menyerahkan surat/kartu
rujukan, melengkapi identitas dan keterangan mengenai penyakit serta melaporkan
kadaan penderita selama dalam perjalanan.
c. Umpan balik rujukan dan tindak lanjut kasus pascarujukan
Tempat rujukan mengirim umpan balik mengenai keadaan bayi beserta anjuran tindak
lanjut paska rujukan terhadap bayi ke petugas yang merujuk (puskesmas/polindes).
Tindak lanjut paska rujukan bayi sakit dilaksanakan oleh bidan di desa atau petugas
daerah binaan pendekatan perawatan kesehatan masyarakat.
Bagan indikasi rujukan, tempat merujuk dan stabilisasi bayi baru lahir.
Indikasi Rujukan
Tempat Merujuk
Stabilisasi
1. Ibu hamil, usia kehamilan
Puskesmas
dengan Pertahankan suhu normal
< 34 minggu dengan tanda perawatan
Lingkungan transportasi
persalinan
Rumah sakit
bersih
2. Partus lama
Puskesmas dengan perawatan Pertahankan suhu normal
Infus
Oksigen
3. BBLR <2.000 gram Puskesmas dengan perawatan Bungkus hangat dengan
kepala bayi diberi topi
Tetap beri ASI/air gula
Lingkungan transportasi
bersih
4. Bayi tidak mau minum
Puskesmas dengan perawatan Bungkus hangat dengan
ASI
kepala bayi diberi topi
Lingkungan transportasi
bersih
Coba air gula dengan
sendok
Tanda-tanda dehidrasi
Tanda-tanda tetanus
5. Kaki dan tangan bayi
Puskesmas dengan perawatan Bungkus hangat dengan
teraba dingin (hipotermi)
kepala bayi diberi topi
Lingkungan transportasi
bersih
Coba air gula dengan
sendok
Oksigen
6.Gangguan/kesulitan Puskesmas dengan perawatan Bersihkan jalan nafas
bernafas
Lihat Bab Asfixia dan
infeksi pernafasan
7.Perdarahan/tersangka
perdarahan
Mekanisme rujukan
Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal neonatal mengacu pada
prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif, dan sesuai dengan
kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan.Setiap kasus dengan kegawatdaruratan
neonatal yang datang ke puskesmas PONED harus langsung dikelola.setelah dilakukan
stabilisasi kondisipasien, kemudian ditentukan apakahpasien akan dikelola di tingkat
Puskesmas pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat kegawatdaruratanya.
Rujukan kegawatdaruratan
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera mungkin
karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak.
Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih
panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik, misalnya di masa
antenatal atau awal persalinan ketika didapati kemungkinan risiko komplikasi.
Karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan
dengan pilihan modalitas transportasi yang lebih beragam, nyaman, dan aman
bagi pasien.
PERENCANAAN RUJUKAN
Akurat
Ringan, kecil, dan mudah dibawa
Berkualitas dan berfungsi baik
Permukaan kasar untuk menahan gerakan akibat percepatan dan getaran
Dapat diandalkan dalam keadaan cuaca ekstrim tanpa kehilangan akurasinya
Bertahan dengan baik dalam perubahan tekanan jika digunakan dalam pesawat
terbang
Mempunyai sumber listrik sendiri (baterai) tanpa mengganggu sumber listrik
kendaraan
Perlengkapan umum
1000 ml 5% D/W
1000 ml Ringer Laktat
1000 ml NaCl 0,9% / Asering
Cairan koloid
Soluset atau buret
Plester
Torniket
Masing-masing sepasang kanul intravena ukuran 16, 18, dan 20
Butterfly(kanula IV tipe kupu-kupu) ukuran 21
Spuit dan jarum
Swab alkohol
MgSO4 1 g/ampul
Ca glukonas
Oksitosin 10 unit/ml
Ergometrin 0,2 mg/ml
2 ampul diazepam 10 mg/ampul
Tablet nifedipin 10 mg
Lidokain 2%
Epinefrin
Sulfas atropin
Diazepam
Cairan dan obat-obatan lain sesuai kasus yang dirujuk
Kendaraan
Kendaraan yang dipakai untuk merujuk ibu dalam rujukan tepat waktu harus disesuaikan
dengan medan dan kondisi lingkungan menuju tujuan rujukan. Berikut ini adalah contoh
tampilan desain ambulans sederhana yang dapat digunakan untuk merujuk ibu.