Disusun Oleh :
Tri Sugeng Adek Purnomo
(1114500103)
KATA PENGANTAR
penyusunan
makalah
ini
penulis
sudah
berusaha
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................... i
Daftar isi.................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang masalah.................................................
BAB II ISI
2.1;
2.2;
2.3;
3
7
9
Kesimpulan...................................................................... iii
Saran................................................................................ iii
BAB I
3
iv
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Menurut pendapat para ahli jiwa, yang mengendalikan tindakan seseorang
adalah kepribadiannya. Kepribadian tumbuh dan terbentuk dari pengalaman pengalaman yang dilaluinya sejak lahir. Bahkan mulai dari dalam kandungan
ibunya sudah ada pengaruh terhadap kelakuan si anak dan terhadap kesehatan
mentalnya pada umumnya. Dengan memberikan pengalaman pengalaman yang
baik, nilai - nilai moral yang tinggi, serta kebiasaan -kebiasaan yang sesuai
dengan ajaran agama sejak lahir, maka semua pengalaman itu akan menjadi bahan
dalam pembinaan kepribadian. Kepribadian merupakan kebiasaan yang
mendapatkan keterampilan - keterampilan gerak dan kemampuan untuk
mempergunakannya secara sadar.
Berangkat dari pemahaman bahwa Islam merupakan sumber utama dalam
membentuk pribadi muslim yang baik, membentuk manusia Indonesia yang
percaya dan takwa kepada Allah Swt., menghayati dan mengamalkan ajaran
agamanya dalam kehidupan sehari-sehari, baik dalam kehidupan pribadi
maupundalam kehidupan bermasyarakat, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya
sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Allah
berfirman dalam surat asy-Syam [91]: 7-10, yang artinya sebagai berikut: Para
Nabi diutus untuk membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang
hakiki dan juga sebagai figure konselor yang sangat mumpunidalam memecahkan
permasalahan. Problem solving, yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar
manusia keluar dari tipu daya setan. Seperti tertuang dalam ayat berikut ini
:Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan
kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus member konseling agar
tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupanyang sebenarnya.
Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada jiwa yangmenjadi fasik
dan ada pula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusiayang
memilikinya. Ayat ini menunjukan agar manusia selalu mendidik diri sendiri
maupun orang lain, dengan kata lain membimbing ke arah mana seseorang itu
akan menjadi, baik atau buruk.
I.2
Rumusan Masalah
1; Apa Tujuan Bimbingan Konseling Agama ?
2; Apa Tujuan Bimbingan dan Konseling Perkembangan ?
3; Apa Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah ?
4;
I.3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1;
Tujuan BK Agama
2; Tujuan Konseling
b;
1;
2;
3;
4;
5;
6;
7;
;
;
;
;
http://izzamuanies.blogspot.com/2012/11/tujuan-bimbingan- konselingagama.html
B;
Tujuan BK Perkembangan
Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi- sosial
konseli adalah:
a; Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,
Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
9
d;
e;
f;
g;
h;
i;
j;
2;
3;
10
c; Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja
d;
e;
f;
g;
h;
2.3
Landasan Filosofis
Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu filo (philos)
yang berarti cinta dalam arti yang seluas-luasnya yaitu ingin mengetahui
segala sesuatu, dan sofia (shopos) yang berarti kebijaksanaan atau hikmah.
Jadi, filsafat berarti cinta terhadap kebijaksanaan atau hikmah atau ingin
mengetahui segala sesuatu secara mendalam.
Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi serangkaian kegiatan
atau tindakan yang dilakukan dengan tindakan yang bijaksana. Untuk itu
diperlukan pemikiran filosofis tentang berbagai hal yang terkait dengan
pelayanan bimbingan dan konseling. Pemikiran dan pemahaman filosofis
menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling, dan
membantu konselor dalam memahami situasi konseling dalam membuat
keputusan yang tepat.
Beberapa pemikiran filosofis yang terkait dalam pelayanan bimbingan
dan konseling yaitu tentang hakikat manusia, tujuan dan tugas kehidupan.
1; Hakikat Manusia
Pengaturan Diri
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada
dirinya terdapat ciri-ciri antara lain :
a; rasa diri berguna,
b; pengendalian diri,
c; pandangan realistik,
d; spontanitas dan kepekaan emosional,
e; kemampuan rekayasa intelektual,
f; pemecahan masalah,
g; kreativitas,
12
c;
d;
kedekatan,
perlindungan, rasa aman, kegembiraan;
b; Dukungan keberadaan penyediaan kebutuhan
fisik sehari-hari, bantuan keuangan; dan
c; Dukungan informasi pemberian data yang
diperlukan, petunjuk, peringatan, dan nasihat.
Keuntungan tersebut memberikan banyak
manfaat untuk hidup sehat. Penelitian menunjukkan
adanya keterkaitan antara keadaan sakit sesorang, tidak
13
e;
Hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia adalah hasil olah pikir
atau nalar manusia yang mempunyai implikasi kepada layanan bimbingan
dan konseling. Konselor harus memiliki pemahaman yang mendalam
tentang filsafat manusia agar memiliki pedoman yang akurat dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien kearah
kehidupan yang sesuai dengan nlai-nilai kemanusiaan yang dimiliki klien.
Jadi pelayanan bimbingan dan konseling harus sesuai dengan nilainilai pancasila yang sesuai dengan fitrah manusia itu sendiri yaitu sebagai
makhluk Tuhan yang bermartabat.
B;
Landasan Religius
Landasan Religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin
menetapkan klien sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya
menjadi faktor sentral upaya bimbingan dan konseling (Prayitno dan Erman
Amti, 2003).
Pembahasan landasan religius ini, terkait dengan upaya memasukkan
nilai-nilai agama dalam proses bimbingan dan konseling. Pendekatan
bimbingan dan konseling yang terintegrasikan di dalamnya dimensi agama,
ternyata sangat disenangi oleh masyarakat.
Terkait dengan maksud tersebut, maka konselor dituntut memiliki
pemahaman tentang hakikat manusia menurut agama dan peran agama
dalam kehidupan umat manusia. Sehubungan dengan hal itu maka pada
uraian berikut akan dibahas mengenai hakikat manusia menurut agama,
peranan agama, dan persyaratan konselor.
1; Hakikat Manusia
Menurut Agama sifat hakiki manusia adalah makhluk
beragama (homo religius), yaitu makhluk yang mempunyai fitrah
untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang
14
15
16
17
18
19
20