Persalinan Klinik
Pemeriksaan antenatal di Indonesia tidak lazim dilakukan, seperti
pemeriksaan servik yang dilakukan di Inggris dan Amerika. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Papiernik, indikator yang paling sensitif adalah servik yang
sangat pendek (< 1 cm) dan pembukaan yaitu tanda servik yang matang.
Kontraksi uterus juga mengidentifikasikan persalinan preterm, kontraksi
uterus berulang kembali paling kurang setiap 10 menit dan berlansung selama 30
detik atau lebih.
Penatalaksanaan
Sejumlah upaya dapat dilakukan untuk menunda persalinan diantaranya
dengan pemberian tokolisis. Disamping pemberian tokolitik yang paling penting
untuk menunda persalinan adalah istirahat. Pasien harus istirahat total sampai
kontraksi hilang. Tokolisis dapat diberikan jika kehamilan kurang dari 35 minggu,
dilatasi servik kurang dari 3 cm, tidak ada amnionitis, preeklampsia dan
perdarahan aktif dan tidak ada gawat janin.
Obat-obat yang biasa digunakan adalah :
1. Salbutamol
Merupakan agonis reseptor beta adrenergik. Dosis 10 mg dalam 1 liter cairan
IV mulai dari 10 tetes /menit. Jika kontraksi menetap naikkan 10 tetes sampai
kontraksi berhenti atau denyut nadi ibu lebih dari 120x/menit. Jika kontraksi
berhenti jaga kecepatan infus selama paling sedikit 12 jam setelah kontraksi
berakhir. Efek samping dari pemberian obat ini adalah peningkata nadi dan
berbahaya jika diberikan pada pasien yang menderita anemia. Hati-hati juga
pada pemberian dengan kortikosteroid karena dapat menyebabkan terjadinya
udem paru.
2. Indometasin 100 mg loading dose melalui mulut atau rectum
25 mg tiap jam selama 48 jam. Jangan digunakan jika umur kehamilan . 32
minggu karena dapat menyebabkan penutupan duktus arteriosus janin dan
jangan diberikan . 48 jam.
3. Isoksuprin HCl
Merupakan suatu beta adrenergik agen. Isoksuprin merupakan relaksan uterus
yang kuat. Isoksuprin diberikan dengan infus intravena (dalam larutan glukosa
2
atau garam) dengan kecepatan 0,2-0,5 mg/menit. Jika infus tidak mungkin,
diberikan suntikan intramuskular sebanyak 10 mg yang diulangi setiap 1-2
jam. Jika motilitas usus dapat dikendalikan minimal dalam 12 jam, pemberian
infus dapat dihentikan dan dilanjutkan dengan pemberian oral sebanyak 3-4
kali/hari 1 tablet (20 mg)
4. Terbutalin
Oleh beberapa pakar dinyatakan dapat menghambat kontraksi miometrium
walaupun pembukaan servik sudah lanjut.
5. Magnesium sulfat
Magnesium ion dalam konsentrasi yang sangat tinggi dapat mengubah
kontraktilitas endometrium. Peran magnesium sulfat disini adalah sebagai
antagonis kalsium.
6. Ethanol
Pada
mulanya
ethanol
dikira
memblok
pengeluaran
oksitosin
dari
Manajemen Persalinan
Banyak bayi prematur yang menderita perdarahan periventrikuler karena
trauma terutama pada letak sunsang. Oleh karena itu kemampuan klinik harus
dipertimbangkan dalam menentukan pilihan cara persalinan untuk menghindari
trauma seminimal mungkin. Yang relatif kecil resikonya adalah bayi yang lahir
dengan seksio. Bayi yang lahir pervaginan dengan forcep masih kecil resikonya
untuk menderita kematian karena perdarahan periventrikuler. Pada forcep, daun
forcep dibuka lebar dengan maksud memberi jalan dan mempercepat kepala janin
melalui jalan lahir yang telah dilakukan episiotomi untuk mencegah trauma.
Kelahiran preterm merupakan masalah nasional yang multikompleks dan
perlu pemecahan yang konseptual. Ibu sebaiknya dirujuk ke klinik yang mampu
menangani resusitasi, stabilisasi serta perawatan bayi preterm.
Komplikasi Persalinan Preterm Pada Bayi
Adapun komplikasi yang sring terjadi pada persalinan preterm pada bayi
antara lain :
1. Komplikasi jangka pendek
Komplikasi jangka pendek pada bayi yang lahir preterm selalu dikaitkan
dengan pematangan paru janin yang belum sempurna, antara lain Respiratory
distress syndrome. Komplikasi jangka pendek lain yang sering terjadi adalah
intra venticular haemorrhagae dan Necrotizing enterolities.
2. Komplikasi jangka panjang
Allen dkk (1993) mengemukakan bahwa bayi-bayi yang lahir pada usia
kehamilan 23-24 minggu yang berhasil diselamatkan menunjukkan komplikasi
kelainan otak yang cukup berarti.
Hack dkk (1994) melakukan pengamatan terhadap 60 anak yang lahir dengan
berat 750 gram sampai dengan usia sekolah ternyata mempunyai masalah
dalam hal ketrampilan, 45 % dari bayi-bayi preterm yang hidup memerlukan
saran pendidikan khusus, dimana 21 % memiliki IQ , 70 dan banyak yang
mengalami hambatan pertumbuhan dan daya penglihatan yang dibawah
normal.
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Luar
Bagian-bagian janin relatif lebih mudah dipalpasi.
2. Pemeriksaan Dalam
Inspekulo : langsung melihat air ketuban dari OUE atau melihat penumpukan
cairan di forniks posterior.
Vaginal Toucher ( setelah inpartu ) : tidak teraba selaput ketuban.
Pada KPD, pemeriksaan dalam hanya dilakukan pada penderita yang telah
inpartu atau yang diinduksi. Pemeriksaan dalam hanya akan dilakukan atas
indikasi kuat dan sedapat mungkin dibatasi untuk mengurangi bahaya infeksi.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk memastikan diagnosis, dapat dilakukan berbagai pameriksaan
penunjang diantaranya :
1. Tes Lakmus (kertas nitrazin)
Prinsip tes ini adalah dengan menggunakan kertas nitrazin yang berubah
warna pada keadaan pH yang berbeda. Sekret vagina pada wanita hamil
mempunyai pH antara 4,5- 5,5 , sedangkan cairan amnion 7,0-7,2. Cairan
ketuban yang bersifat basa akan merubah lakmus merah jadi biru.
Dari tes lakmus ini bisa didapatkan hasil yang salah pada keadaan-keadaan :
False positif bila dalam cairan itu bercampur urine, darah, cairan
antiseptik, dan lain-lain.
False negatif jika air ketuban bercampur dengan urine, mekonium dan selsel epitel atau pecah ketuban telah berlangsung lama.
Takikardi dimana nadi ibu > 100x / mnt dan BJA > 160x/mnt
Penatalaksanaan
mula positif lalu negatif pada fase aktif, maka tunggu dua jam lagi. Bila drip
oktitosin gagal maka indikasi untuk seksio sesaria.
Bila timbul tanda-tanda infeksi seperti demam air ketuban berbau busuk,
maka ini merupakan indikasi segera untuk terminasi kehamilan. Scott
mengajurkan untuk seksio sesaria bila persalinan tidak dapat diselesaikan dalam
24 jam. Histerektomi harus dilakukan bila infeksinya hebat
Pada Kehamilan Preterm
Ada dua masalah yang sulit yaitu prematuritas dan infeksi. Kematian
janin tidak dapat dihindari walaupun telah diberi antibiotik profilaks bila telah
terjadi infeksi. Tapi bila belum timbul tanda-tanda infeksi maka menghindari
kematian karena prematuritas adalah dengan cara mempertahankan kehamilan
sampai fetus cukup matur untuk dapat hidup di dunia luar.
Upaya untuk menghindari persalinan pada saat ini dibagi 2 :
1. Non intervensi atau penanganan menunggu, tidak dilakukan tindakan apa-apa,
hanya menunggu persalinan spontan.
2. Intervensi yang dapat mencakup terapi kortikosteroid yang diberikan dengan
atau tanpa preparat tokolitik untuk menhentikan persalinan preterm, sehingga
kortikosteroid mempunyai cukup waktu untuk menginduksi maturitas
pulmoner.
Penanganan yang dilakukan menurut usia kehamilan yaitu :
1.
2.
Rawat tiga hari untuk observasi tanda inpartu ada atau tidak.
Jika perlu rawat lama, sedangkan air ketuban tidak keluar lagi maka pasien
boleh pulang dengan nasehat antenatal care diperketat (1x seminggu),
dilarang koitus, banyak istirahat dan kembali lagi pada kehamilan 37
minggu untuk induksi.
8
3.
Penanganan Amnionitis :
Nilai serviks :
a. Jika servisk matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin
b. Jika serviks belum matang, matangkan dengan prostaglandin dan infus
oksitosin atau lakukan seksio sesarea.
Jika terdapat sepsis pada bayi baru lahir, lakukan pemeriksaan kultur dan
berikan antibiotika.
Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
Jika kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik, deksametason dan induksi sesudah 6 jam.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
10
dan
malpresentasi,
insufisiensi
plasenta,
CPD,
cacat
rahim,
0
0-30%
-3
1-2
40-50%
-2
3-4
60-70%
-1.0
Keras
Kebelakang
sedang
Searah
sumbu
jalan lahir
Lunak
Kearah
depan
11
3
5-6
80%
+1.+2
12
13
LAPORAN KASUS
Seorang pasien wanita umur 25 tahun masuk KB RSU Achmad Muchtar
Bukit Tinggi tanggal 24 Agustus 2005 jam 22.20 WIB dengan :
Keluhan Utama :
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 10 jam yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 10 jam yang lalu, membasahi
satu helai kain sarung, warna jernih, bau amis.
HPHT : 28 12 2004
Prenatal care
: teratur ke bidan
Riwayat menstruasi
TP : 4 10 -2005
lamanya 5-7 hari, jumlah 2-3 ganti duk/hari, nyeri haid (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada riwayat sakit jantung, paru, hati, ginjal, DM dan hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada riwayat keluarga mempunyai penyakit keturunan, menular dan
kejiwaan.
Riwayat Perkawinan : 1 tahun 2004
Riwayat Kehamilan / Abortus / Persalinan : 1 / 0 / 0
1. Sekarang
Riwayat KB : tidak ada
Riwayat imunisasi : TT 2x ke bidan
14
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum
: sedang
Kesadaran
: CMC
Demam
:(-)
Tekanan darah
: 110 / 70 mmHg
Sianosis
:(-)
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas
Suhu
: 84 /menit
: 22 /menit
Anemis
TB
: 37 C
: 150 cm
BB
Mata
Leher
Thorak
:
Paru
:(-)
: 50 kg
: Status obstetrikus
Genitalia
: Status obstetrikus
Ekstremitas
Status Obstetrik
Muka
LI:
His : -
Perkusi : Tymphani
Auskultasi : BU (+)/N, BJA (+) 158x/menit
Genitalia : Inspeksi : v/u tenang
Inspeculo :
Vagina
Portio
VT : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Laboratorium :
Hb
: 12,5 g%
Leukosit
: 12.100 /mm3
Hematokrit : 40 vol%
Trombosit : 242.000 /mm3
Diagnosis Kerja :
G1 P0 A0 H0 Gravid preterm (3435 minggu) + PRM 10 jam
Anak hidup tunggal intra uterin letak kepala HI
Sikap :
Kontrol KU, Vital Sign, BJA
Bedrest total
Antibiotika : Amoxycillin 3 x 500 mg
Pematangan paru : inj Dexamethason 2 x 6 mg (2 hari)
Vitamin C dosis tinggi
Rencana : Rawat Konservatif
Follow Up 25-8-2005
16
A/ Keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada, nyeri pinggang yang
menjalar ke ari-ari tidak ada, gerak anak ada
PF/ KU
: sedang
Nafas : 22x/menit
Kesadaran : CMC
Suhu : Afebris
TD
: 120 / 70 mmHg
His
Nadi
: 80 /menit
Status Internus
: (-)
: Status obstetrikus
: sedang
Nafas : 22x/menit
Kesadaran : CMC
Suhu : Afebris
TD
: 120 / 70 mmHg
His
Nadi
: 80 /menit
Status Internus
: (-)
: Status obstetrikus
17
A/ Keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada, nyeri pinggang yang
menjalar ke ari-ari hilang timbul, gerak anak ada
PF/ KU
: sedang
Nafas : 22x/menit
Kesadaran : CMC
Suhu : Afebris
TD
: 110 / 70 mmHg
His
Nadi
: 82 /menit
BJA : 144x/menit
Status Internus
: (-)
: sedang
Nafas : 22x/menit
Kesadaran : CMC
Suhu : Afebris
TD
: 110 / 70 mmHg
His
Nadi
: 82 /menit
Status Internus
Genitalia
: 5-6/35/ K
: sedang
Nafas : 22x/menit
Kesadaran : CMC
Suhu : Afebris
TD
: 120 / 80 mmHg
His
Nadi
: 80 /menit
Status Internus
Genitalia
: 4-5/40/ K
: sedang
Nafas : 22x/menit
Kesadaran : CMC
Suhu : Afebris
TD
: 110 / 80 mmHg
His
Nadi
: 82 /menit
: I : V/U tenang
19
: 3-4/45/ K
VT : Pembukaan 6-7 cm
Ketuban (-), sisa jernih
Teraba kepala ubun-ubun kecil melintang H II-III
D/ G1 P0 A0 H0 parturien preterm 35-36 minggu + Kala I fase aktif
Anak hidup tunggal intrauterin letak kepala ubun-ubun kecil melintang H II-III
S/ Nilai 2 jam lagi (23.00 WIB), kontrol KU, VS, BJA, His, lingkaran bundle,
KDL
R/ Partus pervaginam
Jam 23.00 WIB
A/ Nyeri pinggang yang menjalar ke ari-ari ada, gerak anak ada
PF/ KU
: sedang
Nafas : 24x/menit
Kesadaran : CMC
Suhu : Afebris
TD
: 120 / 70 mmHg
His
Nadi
: 82 /menit
Status Internus
Genitalia
: 2-3/50/ K
: sedang
Nafas : 24x/menit
Kesadaran : CMC
Suhu : Afebris
TD
: 130 / 80 mmHg
His
Nadi
: 84 /menit
: 2-3/555/ K
: I : V/U tenang
VT : Pembukaan lengkap
Ketuban tidak ada, sisa jernih
Teraba kepala ubun-ubun kecil depan H III-IV
: sedang
Nafas : 20x/menit
Kesadaran : CMC
Suhu : Afebris
TD
Nadi : 80 /menit
: 120 / 70 mmHg
21
DISKUSI
intrauterin (40%). Pada pasien ini didapatkan jumlah leukosit yang tidak terlalu
tinggi (12.100 /mm3) dimana jumlah ini belum cukup mendukung adanya infeksi
karena jumlah leukosit yang menandakan terjadinya infeksi pada ibu hamil >
16.000/mm3. Sebaiknya pada pasien ini dilakukan kultur urin untuk membuktikan
ada tidaknya infeksi yang kemungkinan bisa menyebabkan ketuban pecah dini.
Penyebab lain ketuban pecah dini adalah faktor pada ibu seperti nutrisi dimana
dengan gizi yang kurang baik terutama defisiensi vitamin C bisa menyebabkan
gangguan pembentukan dan pemeliharaan jaringan kolagen yang merupakan
jaringan pembentuk selaput amnion.
Sedangkan penyebab terjadinya persalinan preterm pada pasien ini adalah
pecahnya selaput janin secara spontan (ketuban pecah dini), dan beberapa
penyebab lain seperti faktor gaya hidup dimana ibu ini merupakan perokok pasif,
kemudian gizi yang kurang baik, dan adanya kemungkinan stres psikososial.
23
DAFTAR PUSTAKA
24