PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Paleontologi berasal dari kata, Paleo yang berarti masa lampau/kuno dan
onthos yang berarti kehidupan kehidupan. Paleontologi adalah merupakan suatu
ilmu yang mempelajari sisa-sisa makhluk hidup purba, baik dari fosil-fosilnya
maupun jejak-jejak kehidupan yang telah mengalami proses pembatuan.
Sedangkan fosil adalah sisa-sisa dari kehidupan masa lampau ataupun segala
sesuatu yang menunjukkan kehidupan yang telah membatu dan yang paling muda
berumur pleistosen. Pada umumnya fosil ini terjadi pada lingkungan sedimen
Istilah Mikropaleontologi tidak lepas dari pengertian paleontologi.
Paleontologi adalah salah satu cabang geologi yang mempelajari tentang sisa-sisa
organisme purba, baik dari fosil-fosilnya maupun jejak-jejak kehidupan yang telah
mengalami proses pembatuan.
Fosil adalah sisa-sisa dari kehidupan masa lampau atau segala sesuatu
yang menunjukkan kehidupan yang telah membantu dan yang paling muda
berumur plistosein. Pada umumnya fosil ini terjadi di lingkungan sedimen, dalam
hal ini didalam batuan beku sama sekali tidak dijumpai fosil. Secara garis besar,
Paleontologi di bagi menjadi 2, yaitu :
1. Foraminifera
Foraminifera sangat penting dalam geologi karena memiliki bagian yang keras
dengan ciri masiing-masing foram, antara lain :
a. Planktonik (mengambang), ciri-ciri :
-. Susunan kamar trochospiral
-. Bentuk test bulat
-. Komposisi test Hyaline
b. Benthonik (di dasar laut), ciri-ciri :
-. Susunan kamar planispiral
-. Bentuk test pipih
-. Komposisi test adalah aglutine dan aranaceous
C
C
Keterangan : A : Proloculus
B : Kamar
C : Aperture
D : Suture
E : Umbilicus
Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat
dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh:
Hastigerina
Trochospiral yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang, tidak semua
kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak
sama. Contohnya : Globigerina.
BAB II
DASAR TEORI
II. 1 Mikropaleontologi
Mikropalenteologi cabang ilmu palenteologi yang khusus
membahas semua sisa-sisaorganisme yang biasa disebut mikro
fosil.yang
dibahas
antara
lain
adalah
mikrofosil,klasifikasi,
dari
fosil
makro
yang
mengamainya
menggunakan
foraminifera
kenyataannyaforaminifera
mempunyai
adalah
organisme
bersel
tunggal
tersusun
dari
bahan
organik,
butiran
pasir
Foraminifera
yang
telah
dewasa mempunyai
tentang
penerapan
fosil
yang
foraminifera
terus
mempunyai
berkembang
beberapa
sejalan
dengan
diketemukan
pada
waktu
(umur)
yang
penyebaran
horizontal
yang
luas,
sehingga
(skala
Geologi).Karena
spesies
foraminifera yang
masa
lampau
tempat
foraminifera
foraminifera mengandung
banyak
spesies
yang
masih
tersebut
masa
dapatdigunakan
lampau
fosil foraminiferadiperoleh,
ketika
di
fosil
untuk
tempat
foraminifera
menduga
kumpulan
tersebut
planktonik
dan bentonik),
rasio
dari
tipe-tipe
Pengukuran
isotop
oksigen
stabil
padacangkang
spesiesforaminifera
dalam
skala
biostratigrafi
1920-an
industri
perminyakan
memanfaatkan
stratigrafi dengan
foraminiferamemberikan
menggunakan
sumbangan
yang
berharga
fosil
dalam
mengandung
produktifikasminyak.
minyak
Selain
bumi
guna
ketiga
hal
meningkatkan
tersebut
dia
batas-batas
suatu
dan
penyebaran
lateral
luas,
serta
mudah
kedalaman
untuk
menentukan
pengendapan.Umumnya
yang
khas
yang
terdapat
pada
lapisan yang
Spot Sampling
Spot Sampling adalah dengan interval tertentu, merupakan metoda terbaik untuk
penampang yang tebal dengan jenis litologi yang seragam, seperti pada lapisan
serpih tebal,
batu gamping dan batulanau. Pada metoda ini dapat ditambahkan dengan channel
sample
(parut sampel) sepanjang + 30 cm pada setiap interval 1,5 meter.
Channel Sampling dapat dilakukan pada penampang lintasan yang pendek (3-5 m)
pada suatu litologi yang seragam. Atau pada perselingan batuan yang cepat,
channel sample dilakukan pada setiap perubahan unit litologi. Spot Sampling juga
dilakukan pada lapisan serpih yang tipis atau sisipan lempung pada batupasir atau
batu gamping, juga pada serpih dengan lensa tipis batugamping.
Kwalitas Sampel
Bersih
Harus dipisahkan dengan jelas antara contoh batuan yang mewakili suatu sisipan
ataupun suatu lapisan batuan. Untuk studi yang lengkap, ambil sekitar 200 500
gram batuan sedimen yang sudah dibersihkan. Untuk batuan yang diduga sedikit
mengandung mikrofosil berat contohnya lebih baik dilebihkan. Sebaliknya pada
analisa nannoplankton hanya dibutuhkan beberapa gram saja untuk setiap
sampelnya.
-
Pasti
Apabila sampel tersebut terkemas dengan baik dalam suatu kemasan kedap air
(plastik) yang diatasnya tertulis dengan tinta tahan air, segala keterangan penting
tentang sampel tersebut seperti nomor sampel, lokasi (kedalaman), jenis batuan,
waktu pengambilan dan sebagainya maka hasil analisa sampel tersebut akan pasti
manfaatnya.
c. Jenis-jenis Sampel
Secara garis besar, jenis sampel apat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
Sampel permukaan (surface sample)
Sampel permukaan adalah sample yang diambil pada permukaan tanah. Lokasi
dan posisi stratigrafinya dapat diplot dalam peta. Sampel yang baik adalah yang
diketahui posisi stratigrafinya terhadap singkapan yang lain, namun terkadang
pada pengambilan sampel yang acak baru diketahui sesudah dilakukan analisa
umur. Sampel permukaan sebaiknya diambil dengan penggalian sedalam > 30 cm
atau dicari yang masih relatif segar (tidak lapuk).
Sampel bawah permukaan (sub surface sample)
Sampel bawah permukaan adalah sampel yang diambil dari suatu pengeboran.
Dari cara pengambilannya, sampel bawah permukaan ini dapat dipisahkan
menjadi 4 bagian, yaitu :
1. inti bor (core): seluruh bagian lapisan pada kedalaman tertentu diambil secara
utuh.
2. sampel hancuran (ditch-cutting): lapisan pada kedalaman tertentu dihancurkan
dan dipompa ke luar dan kemudian ditampung.
3. sampel sisi bor (side-wall core): diambil dari sisi-sisi dinding bor dari lapisan
pada kedalaman tertentu.
4. Setiap pada kedalaman tertentu pengambilan sampel harus dicatat dengan
cermat dan kemungkinan adanya fosil-fosil runtuhan (caving).
perlu diteliti jenis butirannya, masa dasar dan semen. Hal ini dikerjakan dengan
seksama agar fosil mikro yang terkandung didalamnya tidak rusak atau ikut larut
bersama zat pelarut yang digunakan Contoh:
Batulempung dan Lanau: penguraian batuan dilakukan dengan menggunakan
larutan Hydrogen Pyroksida (H2O2)
b. Proses Pengayakan
Dasar proses pengayakan adalah bahwa fosil-fosil dan butiran lain hasil
penguraian terbagi menjadi berbagai kelompok berdasarkan ukuran butirnya
masing-masing yang ditentukan oleh besar lubang. Namun, perlu diperhatikan
bahwa tidak semua butiran mempunyai bentuk bulat, tetapi ada juga yang panjang
yang hanya bisa lolos dalam kedudukan vertikal. Oleh karena itu, pengayakan
harus digoyang sehingga dengan demikian berarti bahwa yang dimaksudkan
dengan besar butir adalah diameter yang kecil / terkecil Pengayakan dapat
dilakukan dengan cara basah dan cara kering :
Cara kering
Keringkan seluruh contoh batuan yang telah terurai
Masukkan kedalam ayakan paling atas dari unit ayakan yang telah tersusun baik
sesuai dengan keperluan
Mesin kocok dijalankan selama + 10 menit
Contoh batuan yang tertinggal di tiap-tiap ayakan ditimbang dan dimasukkan
dalam botol/plastik contoh batuan
Cara basah
Cara ini pada prinsipnya sama dengan cara kering, tetapi pada umumnya
menggunakan ayakan yang kecil. Pengayakan dilakukan dalam air sehingga
contoh batuan yang diperoleh masih harus dikeringkan terlebih dahulu.
c . Proses Pemisahan Fosil
Fosil-fosil dipisahkan dari butiran lainnya dengan menggunakan jarum. Untuk
menjagaagar fosil yang telah dipisahkan tidak hilang, maka fosil perlu disimpan di
tempat yang aman. Setelah selesai pemisahan fosil, penelitian terhadap masingmasing fosil dilakukan. Alat dan bahan yang digunakan.
B. Penyajian Mikrofosil
Dalam penyajian mikrofosil ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu:
Observasi
Observasi adalah pengamatan morfologi rincian mikrofosil dengan menggunakan
miroskop. Setelah sampel batuan selesai direparasi, hasilnya yang berupa residu
ataupun berbentuk sayatan pada gelas objek diamati di bawah mikroskop.
Mikroskop yang dipergunakan tergantung pada jenis preparasi dan analisis yang
dilakukan. Secara umum terdapat tiga jenis mikroskop yang dipergunakan, yaitu
mikroskop binokuler, mikroskop polarisasi dan mikroskop scanning-elektron
(SEM).
Determinasi
Determinasi merupakan tahap akhir dari pekerjaan mikropaleontologis di
laboratorium, tetapi juga merupakan tahap awal dari pekerjaan penting
selanjutnya, yaitu sintesis. Tujuan determinasi adalah menentukan nama genus
dan spesies mikrofosil yang diamati, dengan mengobservasi semua sifat fisik dan
kenampakan optik mikrofosil tersebut.
Deskripsi
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada mikrofosil, baik sifat fisik maupun
kenampakan optiknya dapat direkam dalam suatu deskripsi terinci yang bila perlu
dilengkapi dengan gambar ilustrasi ataupun fotografi. Deskripsi sangat penting
pola
geografis
fosil
Foraminifera
juga
digunakan
untuk
merekonstruksi arus laut. Ada beberapa jenis Foraminifera tertentu yang hanya
ditemukan di lingkungan tertentu sehingga ini dapat digunakan untuk mengetahui
jenis lingkungan di mana sedimen laut kuno disimpan (Ryo, 2010). Selain itu,
Foraminifera juga digunakan sebagai bioindikator di lingkungan pesisir termasuk
indicator kesehatan terumbu karang. Hal ini dikarenakan kalsium karbonat rentan
terhadap pelarutan dalam kondisi asam, sehingga Foraminifera juga terpengaruh
pada perubahan iklim dan pengasaman laut. Pada arkeologi beberapa jenis
merupakan bahan baku batuan. Beberapa jenis batu seperti Rijang, telah
ditemukan mengandung fosil Foraminifera. Jenis dan konsentrasi fosil dalam
sampel batu dapat digunakan untuk mencocokkan bahwa sampel diketahui
mengandung jejak fosil yang sama (Ryo, 2010).
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI
Foraminifera adalah organisme satu sel yang memiliki cangkang kalsit dan
merupakan salah satu organisme dari kingdom protista yang sering dikenal
dengan rhizopoda (kaki semu). Foraminifera adalah kerabat dekat Amoeba, hanya
saja amoeba tidak memiliki cangkang untuk melindungi protoplasmanya. Jenisjenis Foraminifora begitu beragam. Klasifikasi Foraminifera biasanya didasarkan
pada bentuk cangkang dan cara hidupnya.
septa,
sutura
dan aperture
Gambar
2.4 :
Bagian
bagian dari
cangkang
a.
Merupakan
foraminifera
Dinding
terluar
dari
lapiran
cangkang, dapat
organic
material
maupun
asing.
Dinding
cangkang
foraminifera
berdasarkan
pada
resen
fauna
adalah :
organic
menyerupai
zat
tanduk,
fleksibel
dan
golongan Miliolidae.
Dinding Aglutin / Arenaceous : dinding yang tersusun oleh
mineral asing. Jika penyusunnya hanya butir butir pasir
disebut Arenaceous. Jika banyak material seperti mika dsb,.
Disebut Aglutin.
Dinding Silikaan : dinding ini jarang ditemukan , bias dari
pertama
pada
cangkang
foraminifera
disebut
Bulat
Botol
Tabung
Kombinasi botol dan tabung
Planispiral dsb.
planispiral ( Ammodiscus ).
Polythalamus
Cangkang foraminifera disusun oleh lebih dari 1 kamar.
Terdapat 3 jenis kamar susunan kamar, yaitu :
1. Uniserial,
berupa
satu
baris
susunan
kamar
yang
kamar
yang
dan
memasukkan
makanan.
Tidak
semua
Bentuk
Posisi
Sifat
Bentuk Aperture
1. Bulat sederhana, terletak diujung kamar terakhir. Contoh:
Lagena, Bathysiphon, dan Cornuspira.
2. Memancar (radiate), berupa lobang bulat dengan kanalkanal
yang
memancar
dari
pusat
lobang.
Contoh:
berbentuk
atau
ditutupi
selaput
tipis
(bula).
Contoh:
pada
apertural
bagian
face,
kamar
yaitu
yang
aperture
terakhir.
yang
Contoh:
Cribohantkenina, Dendritina.
Aperture peripheral, yaitu aperture yang memanjang
pada
adalah
struktur-struktur
mikro
yang
3.
4.
garis
sutura
yang
spesies
foraminifera
sangat
kecil
jika
penentuan umur
kecil
plangtonik
dengan
foramininfera
kecil
Korelasi
terhadap temperatur, sehingga pada waktu siang hari hidupnya hampir di dasar
laut, sedangkan di malam hari hidup di permukaan air laut. Sebagai contoh adalah
Globigerina pachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada kedalaman 30 sampai
50 meter, sedangkan di laut atlantik tengah hidup pada kedalaman 200 sampai 300
meter. Plangkton adalah organisme yang hidupnya melayang atau mengambang di
daerah pelagic. Namun demikian ada juga plankton yang memiliki kemampuan
renang cukup kuat sehingga dapat melakukan migrasi harian.
II.3.1 Morfologi Foraminifera Plangtonik
Dalam
mendiskripsi
foraminifera
plangtonik
baik
dalam
3.
E. Aperture
Aperture adalah lubang utama dari test foraminifera yang terletak pada
kamar terakhir. Khusus foraminifera plankton bentuk aperture maupun variasinya
lebih sederhana. Umumnya mempunyai bentuk aperture utama interiomarginal
yang terletak pada dasar (tepi) kamar akhir (septal face) dan melekuk ke dalam,
terlihat pada bagian ventral (perut).
Macam-macam aperture yang dikenal pada foraminifera plankton:
1. Aperture Primer
a. Interiomarginal Umbilical : aperture yang terdapat pada
bagian umbilical atau pusat putaran
b. Interiomarginal Umbilical Extra Umbilical : aperture yang
memanjang dari umbilical dampai peri peri ( tepi )
c. Interiomarginal Ekuatorial : aperture yang terletak di
daerah ekuator , biasanya pad aputaran yang planispiral.
Biasanya terlihat padapandangan samping.
2. Aperture Sekunder
Merupakan lubang yang lain dari aperture primer dan lebih
kecil, atau lobang tambahan dari aperture primer.
F. Komposisi Test
Kebanyakan dari foraminifera plangtonik mempunyai
dinding tess gamping hyaline.
G. Hiasan
Hiasan adalah aneka struktur mikro yang menghiasi bentuk fisik cangkang
foraminifera. Hiasan ini merupakan cerminan dari upaya mikroorganisme ini
dalam beradaptasi terhadap lingkungannya. Berdasarkan letaknya hiasan dapat
dibagi menjadi:
1. Pada Suture, antara lain;
Bulla dan Tegilla :Bulla berbentuk segi enam teratur, Tegilla berbentuk
segi enam tidak teratur .
Dari setiap zona zona tersebut biasanya dihuni oleh species species yang
tertentu, karena itulah golongan ini baik untuk penentuan lingkungan
pengendapan. Beberapa petunjuk yang dapat dipergunakan:
Jumlah species dan genus naik dari facies paralis menuju kelaut terbuka
hingga zona bathyal(Shandy dan Arnal, 1960).
Bulat : Saccamina
Botol : Lagena
Tabung : Bathysiphon
Terputar Planispiral : Ammodiscus
berupa
satu
baris
susunan
kamar
yang
kamar
yang
Aperture Phialine.
Aperture Crescentik.
Aperture Ectosolenia.
Aperture Entosolenia.
Aperture
Biasanya merupakan lubang yang berbentuk busur, ceruk ataupun persegi kadangkadang dilengkapi dengan bibir (lip), gigi-gigi atau ditutupi dengan selaput tipism
(bulla).
E. Hiasan
Hiasan sangat penting karena sangat khas pada genus
tertentu. Misal bridged suture khas pada Ephildium, Retral
Procrsses pada Amphistegina.
II.5 Foraminifera Besar
Foraminifera besar merupakan bagian yang dapat dengan mudah
dipisahkan secara fisik dari golongan foraminifera kecil (planktonik dan
bentonik). Di samping ukurannya yang berbeda, juga struktur kamar bagian
dalamnya lebih rumit dan kompleks sehingga memerlukan suatu preparasi khusus
(dengan sayatan tipis) dan observasi yanmg khusus pula (mempergunakan sinar
transmisi). Golongan ini merupakan penyusun batuan yang penting dan sebagian
besar merupakan unsur pembentuk batugambing atau gamping terumbu. Dengan
demikian untuk study tentang batuan karbonat klastik kasar maka foraminifera
besar memegang peranan penting dalam penentuan ekologi pengendapannya.
Yang perlu diperhatikan dalam pengamatan foraminifera besar adalah jenis
sayatan tipis yang dilakukan pada saat preparasi. Karena jenis sayatan sangat
mempengaruhi kenampakan fisik kamar-kamar bagian dalam fosil tersebut.
Beberapa jenis sayatan tipis yang mungkin terdapat dalam observasi foraminifera
besar dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.20. Kenampakan umum pada beberapa jenis sayatan tipis pada
foraminifera besar
Keterangan :
Dari jenis-jenis sayatan ini pengamatan mengenai struktur bagian dalam dari
kamar-kamar foraminifera besar dapat dilakukan di bawah mikroskop binokuler
dengan sinar transmisi.
II.5.1 Morfologi Foram Besar
Morfologi foraminifera besar sangat rumit, sehingga
diperlukan sayatan tipis untuk dapat mengenali atau
mengidentifikasi taksanya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pengamatan foraminifera besar : kamar, bentuk test, jenis
putaran dan ornamentasi struktur dalam.
A. Kamar
Jumlah kamar dari foraminifera besar sangat banyak dan
terputar, serta tumbuh secara bergradasi. Jenis kamar dapat
dibedakan atas kamar embrional, ekuatorial dan lateral.
Pengenalan yang baik terhdap jenis kamar sangat membantu
dalam taksonomi
Discoid
Dicirikan dengan sumbu putaran pendek dan sumbu
ekuatorial panjang. Mudah dikenali dengan bentuk
reatof cembung atau bikonvek. Contoh : genus :
Nummulites, Discocyclina, Lepidocyclina dan
Camerina.
Fusiform
Memiliki sumbu putaran yang lebih panjang dari
sumbu ekuatorial. Contoh genus adalah Fussulina,
Asterocyclina.
Trigonal
Dicirikan dengan pertumbuhan kamar anular
membentuk segitiga. Kamar embrional biasanya
terdapat di bagian tepi. Contoh : Miogypsina.
B. Golongan Camerinidae
a. Sub Famili Camerininae
Merupakan kelompok Nummulites, Pellatispira,
Operculina, Operculinoides, dan Assilina. Bentuk test umumnya
besar, lenticular, discoidal, planispiral dan bilateral simetris. Test
tersusun oleh zat zat gampingan.
D. Golongan Discocyclinidae
Merupakan kelompok Discocyclina. Golongan ini
dicirikan dengan bentuk bentuk test discoid atau lenticular. Pada
jenis yang megalosfeer kamar embrionik biasanya biloculer
terdiri atas protoconch dan deutroconch. Sedangkan pada jenis
mikrosfeer kamar embrionik terputar secara planispiral.kamar
kamar lateral dibatasi oleh septa septa.
a. Biozonasi
Terdapat beberapa satuan biostratigarfi seperti :
- Zona Kumpulan ( Assemblage )
Yaitu penentuan biozonasi yang berdasarkan atas
sekumpulan beberapa takson yang muncul bersamaan. Pada
penarikan ini tidak memperhatikan umur dari masiing
masing takson. Kegunaan zona kumpulan ini untuk
penentuan lingkungan pengendapan. Penamaan zona diambil
dari satu atau lebih takson yang menjadi penciri utamanya.
Misal : Zona Amphistegina Lesonii.
- Zona Interval
Yaitu penentuan biozonasi berdasarkan kisaran stratigrafi dari
takson takson tertentu. Penarikan batas dilakukan dengan
meliahat kemunculan awal dan kemunculan akhir dari suaru
atau lebih takson yang ada. Pada batas bawah ditarik
berdasarkankemunculan awal dari suatu takson yang muncul
paling akhir, sedangkan batas atas ditarik berdasarkan
kemunculan akhir dari suatu takson yang paling dahulu
punah.
- Zona Kelimpahan ( Abudance atau Acme )
Yaitu penentuan biozonasi yang didasarkan atas
perkembangan jumlah maksimum dari suatu takson yang
terdpat pada lapisan batuan. Zona kelimpahan dapat
batuan
Zona Selang ( barren Interval )
Yaitu penentuan biozonasi yang didasarkan pada selang
antara dua biohorison. Batas bawah atau atas suatu Zona
Selang ditentukan oleh horizon pemunculan awal atau akhr
takson- takson penciri.
PEMBAHASAN
III.1 Diskripsi Morfologi Foraminifera
DISKRIFSI MORFOLOGI FORAMINIFERA
Nama
: I made Widya Putra
Nim
: 410014142
Kelompok
: jumat 09.15
Pendang Ventral
Pandangan Dorsal
No. Peraga
Filum
: Protozoa
Klas
: Foraminifera
Ordo
:
Sup. Famili
:
Famili
: Rotaliidae
Genus
: Eyronida
Spesies
: Ryronida orbiculent
Diskrifsi
a. Dinding
Keterangan Gambar
1. Arperture
2. Proloculus
3. Kamar
4.Dinding
: Gamping Hyalin
b. Bentuk test
: Plano-convex
c. Bentuk kamar
: Rombohid Menyudut
d. Susunan kamar
: Polythalamus
e. Jumlah kamar
:7
f.
: Gradasi
Pertumbuhan Kamar
Pandangan samping
: dextral
h. Arperture
: bulat Sederhana
i.
Hiasan
: smooth
j.
Lngkungan Pengendapan
: Transisi
k. Jenis
: Bentonik
No. Peraga
Filum
: Protozoa
Klas
: Foraminifera
Ordo
:
Sup. Famili
:
Famili
: Textulariidae
Genus
: Begerina
Spesies
:
Diskrifsi
a. Dinding
Pandangan samping
Keterangan Gambar
1. Arperture
2. Proloculus
3.
4.
: Gamping Hyalin
b. Bentuk test
: Elips
c. Bentuk kamar
: Bulat
d. Susunan kamar
: Polythalamus
e. Jumlah kamar
: 16
f.
Pertumbuhan Kamar
:-
h. Arperture
: bulat Sederhana
i.
Hiasan
: smooth
j.
Lngkungan Pengendapan
: Transisi
k. Jenis
: Bentonik
No. Peraga
Filum
Klas
Ordo
Sup. Famili
Famili
Genus
Spesies
Keterangan Gambar
1. Arperture
2. Proloculus
3. Kamar
4.Dinding
: Protozoa
: Foraminifera
: Astrothizina
: Phaldamminidae
: Batthysiphanime
:
: Bathyshipon
Diskrifsi
a. Dinding
Pandangan samping
: Gamping Hyalin
b. Bentuk test
: Tabung
c. Bentuk kamar
: Memanjang
d. Susunan kamar
: Monothalamus
e. Jumlah kamar
:1
f.
: Cepat
Pertumbuhan Kamar
:-
h. Arperture
: bulat Sederhana
i.
Hiasan
: smooth
j.
Lngkungan Pengendapan
: Transisi
k. Jenis
: Bentonik
PANDANGAN VENTRAL
TAKSONOMI:
Filum
Kelas
Ordo
Family
PANDANGAN
DORSAL
: protozoa
:sarcodina
: foraminifera
: globogerinidae
PANDANGAN
SAMPING
Genus
Spesies
:globogerina
: globogerina bullodes
Deskripsi:
Fosil ini memiliki susunan kamar planispiral,dekstral dengan
bentuk kamar polytalamus bulat,jumlah kamar delapan di lihat dari
pandangn dorsal,memiliki aperture bulat sederhana,phialine,dan hiasan
punctuate,perkembangan kamar fosil ini yaitu gradasi dengan umur
jurasic-resent dan termaksud jenis dari foraminifera plangthonik.
No. Peraga
Filum
Klas
Ordo
Sup. Famili
Famili
Genus
Spesies
Diskrifsi
: Protozoa
: Foraminifera
:
:
: Rotaliidae
: Eyronida
: Ryronida orbiculent
Pandangan samping
Keterangan Gambar
1. Arperture
2. Proloculus
3. Kamar
4.Dinding
a. Dinding
: Gamping Hyalin
b. Bentuk test
: Plano-convex
c. Bentuk kamar
: Rombohid Menyudut
d. Susunan kamar
: Polythalamus
e. Jumlah kamar
:7
f.
: Gradasi
Pertumbuhan Kamar
: dextral
h. Arperture
: bulat Sederhana
i.
Hiasan
: smooth
j.
Lngkungan Pengendapan
: Transisi
k. Jenis
: Bentonik
PANDANGAN VENTRAL
TAKSONOMI :
Filum
PANDANGAN
DORSAL
: protozoa
PANDANGAN
SAMPING
Kelas
: sarcodina
Ordo
:foraminifera
Family
: globogerinidae
Genus
: globogerina
Spesies
: globigerina venezuelena
DESKRIPSI:
Fosil ini memiliki bentuk kamar politalamus,bulat dengan susunan
kamar planispiral,dekstral dan jumlah kamar empat di lihat dari pandangan
ventral, fosil ini juga memiliki aperture interior marginal amburacal serta hiasan
punctuate,perkembangan kamarnya cepat,kisaran hidup N.9-N.23.termaksud
dalam foraminifera plangthonik.
PANDANGAN VENTRAL
PANDANGAN
DORSAL
PANDANGAN
SAMPING
TAKSONOMI:
Fillum
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies
: Foraminifera
: Nodosariata
: Nodosariida
: plectofrondiculuriidae
: Plectofrondicularia
: Plectofrondicularia floridiana
DESKRIPSI:
Fosil ini memiliki bentuk kamar dan bentuktest tabung dengan susunan
kamar monotalamus dan jumlah kamar satu di lihat dari pandangan
samping,memiliki aperture terminal,bentuk sederhana,mempunyai hiasan keel
dengan lingkungan pengedapan laut neuritik atau laut dangkal,serta umurnya
masuk pada meosen-neogen.fosil ini termaksud dalam kelompok foraminifera
benthonic.
Pandangan samping
No. Peraga
Filum
Klas
Ordo
Sup. Famili
Famili
Genus
Spesies
Keterangan Gambar
1. Arperture
2. Proloculus
3. Kamar
4.Dinding
: Protozoa
: Foraminifera
: Astrothizina
: Phaldamminidae
: Batthysiphanime
:
: Bathyshipon
Diskrifsi
a. Dinding
: Gamping Hyalin
b. Bentuk test
: Tabung
c. Bentuk kamar
: Memanjang
d. Susunan kamar
: Monothalamus
e. Jumlah kamar
:1
f.
: Cepat
Pertumbuhan Kamar
:-
h. Arperture
: bulat Sederhana
i.
Hiasan
: smooth
j.
Lngkungan Pengendapan
: Transisi
k. Jenis
: Bentonik
PANDANGAN
VENTRAL
Fillum
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies
PANDANGAN
DORSAL
PANDANGAN
SAMPING
TAKSONOMI :
: Protozoa
: Sarcodina
: Foraminifera
: Heterohelicidae
: Nodogerinae
: Nodogerina advena
DESKRIPSI :
Fosil ini memiliki bentuk kamar yang bulat,dengan susunan kamar
polytalamus,uniserial,dengan test uniformed memiliki delapan kamar di
lihat dari pandangan samping,dan apeturenya terminal bentuk sederhana
serta hiasa smooth,lingkungan pengendapanya laut dangkal,umurnya
karbon-resent.fosil ini termaksud dalam kelompok foraminifera benthonic.
SAYATAN HORISONTAL
No. Peraga
: FB-15
keterangan gambar
Filum
: Protozoa
1. protocon
Klas
: sarcodino
2. Kamar nepionik
Ordo
: foraminifera
Sup. Family
:-
Family
: comerilidae
Genus
: Nummulites
Spesies
: Disco
Diskrifsi vertikal
1. Jenis sayatan
: Axial
2. Kamar
: Embrionik
3. Bentuk Test
: Discoid
4. Jumlah Putaran
:-
5. Arah Putaran
:-
SAYATAN VERTIKAL
SAYATAN HORISONTAL
No. Peraga
: FB-06
keterangan gambar
Filum
: Protozoa
1. protocon
Klas
: Scocaraina
2. Kamar Ekuatorial
Ordo
: foraminifera
Sup. Family
Family
: Discocylinidae
Genus
: Discocylina
Spesies
: Discocylina sp
Diskrifsi Horisontal
1. Jenis sayatan
: Ekuatorial
2. Kamar
: Ekuatorial
3. Bentuk Test
: Discoid
4. Jumlah Putaran
: Banyak
5. Arah Putaran
: Dextral
SAYATAN VERTIKAL
SAYATAN HORISONTAL
No. Peraga
: GBT/14/763
keterangan gambar
Filum
: Protozoa
1. protocon
Klas
: Scocaraina
2. Kamar Ekuatorial
Ordo
: foraminifera
Sup. Family
Family
: Discocylinidae
Genus
: Discocylina
Spesies
: Discocylina sp
Diskrifsi Horisontal
1. Jenis sayatan
: Ekuatorial
2. Kamar
: Ekuatorial
3. Bentuk Test
: Discoid
4. Jumlah Putaran
: Banyak
5. Arah Putaran
:-
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan secara mikroskopis dari berbagai macam
mikrofosil serta kenampakannya dalam mikroskop maka praktikan dapat
menyimpulkan bahwa Foraminifera dari kelompok planktonik memiliki bentuk
yang tidak terlalu bervariasi cenderung tersusun oleh beberapa kamar saja
sehingga dalam membedakan foraminifera planktonik masih lebih muda
dibanding bentonik. Susunan kamar dari plankton juga tidak terlalu rumit
dibanding dengan susunan kamar benthos.
Dalam kehidupannya organisme ini ada yang hidup di dasar laut dengan
cara menambat di berbagai material yang ada dalam laut serta ada juga yang
bergerak secara pasif. Dari kehidupan organisme ini kita bisa mengetahui bahwa
planktonik yang hidup serta bergerak secara pasif ukuran serta bentuk tubuhnya
tidak terlalu beragam, berbeda dengan bentos yang hidup secara menambat di
dasar secara harfiah memperoleh makanan yang cukup dan dapat bergerak dengan
mudah sehingga ukuran tubuhnya lebih bervariasi dan tersusun oleh berbagai
bentuk kamar dan kedudukan aperture yang berbeda antara satu genus dangan
genus yang lain.
Susunan kamar foraminifera plankton dominan membulat hanya di
bedakan dari pandangan ventral serta dorsal dan samping, sedangkan dalam
bentos susunan kamar ada yang membulat ada pula yang keliatan memanjang.
Bentuk test dari foraminifera juga sangat beragam ada yang berukuran
tabular, irregular, zig zag, conical, spherical dan masih banyak lagi. Septa dan
suture dalam foraminifera juga sangat beragam bentuknya terutama yang ditemui
pada foraminifera bentonik, aperture hampir sangat umum di jumpai pada semua
foraminifera serta menjadi hal yang tidak lepas dari susunan organisme
mikrofosil.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.marinespecies.org/foraminifera/aphia.php?
p=search. Diakses pada tanggal 21 Juni 2015
Pandita.
H.,
2015,
Buku
Panduan
Praktikum
Mikropaleontologi, Yogyakarta, hal 1-40
Adama, C. G, 1970. A Reconsideration of The East Indian
Letter Clasification of The Tertiary. Br. Mus. Nat. Hist. Bull.
(Geo), ln 87 137
Blow, W.H., 1969. Late Middle Eocene to Recent Planktonic
Foraminifera Biostratigraph Cont. Planktonic Microfossil,
Geneva, 1967, Pro Leiden, E.J Bull v.1
Cushman, J.A., 1969 Foraminifera Their Clasification and
Economic Use, Cambridge, Massachusets, USA Harvard
University Press
Kennett, J.P Srinivasan, M.S 1983, Neogene Planktonic
Foraminifera. Hucthison Ross Publishing Company, h.265
Maha, M., 1995. Biozonasi, Paleobatimetri dan Pemerian
Siaternatis Foraminifera Kecil Sumur TO-04, Sumur TO-08
dan Sumur -95, Daerah Cepu dan sekitarnya, Cekungan
Jawa Timur Utara, Thesis, ITB, Bandung
Phleger, F.B., 1951. Ecology of Foraminifera, Northwest Guf
of Mexico, The Geological Society of America, Memorial 46
Postuma, J.A., 1971. Manual of Planktonic Foraminifera,
Amsterdam, London, New York, Elsevier Publishing
Company
Pringgopawiro. H., 1984. DiklatMikropaleontologi Lanjut,
Laboratorium Mikropaleontologi Jur. T. Geologi, ITB,
Bandung
Subandrio. A., 1994, Study Paleobathymetry Cekungan
Sumatera Utara Subbcekungan Jambi dan Cekungan Barito,
Thesis, ITB, Bandung
http://dokumen.tips/documents/preparasi-mikrofosil.html
http://rizalgunawan06.blogspot.com/2014/02/mikro-dan-makro-fosil.html
https://mwamir.wordpress.com/geologi/laporan-
praktikum/mikropaleontologi/
http://laporanp.blogspot.co.id/2010/02/bab-i-pendahuluan-1_07.html
http://geohaniez.blogspot.co.id/2010/12/mikropaleontologi-dan-
aplikasinya-dalam.html
http://geologistl.blogspot.co.id/2014/01/kegunaan-fosil.html
http://www.kamusq.com/2012/10/foraminifera-adalah-pengertian-dan.html
LAMPIRAN