LATAR BELAKANG
1.1.Pendahuluan
Pada awal tahun 2002, analis Pemasaran dan Penjualan Tom
Baumann perlu untuk mengusulkan penyewaan salah satu system
canggih pabrik otomatisasi perusahaannya untuk pelanggan utama,
Avantjet Corporation, perusahaan produsen pesawat jet. Dari sudut
pandang lessor, hal ini untuk merancang aliranan uitas yang
menghasilkan nilai sekarang sama dengan atau lebih besar dari nilai
aset yang disewakan. Baumann dihadapkan dengan pilihan yang berat
di antara empat set alternatif untuk leasing. Pajak eksposur dan
peringkat utang dari pelanggan yang tidak pasti. Hal ini membuat
dampak dari masa sewa alternatif di bawah pajak dan suku bunga
asumsi yang berbeda. CEO Avantjet ini hanya memerintahkan sebuah
moratorium pada setiap belanja modal yang dapat mempengaruhi secara
negatif laporan laba rugi dan neraca Avantjet. Wall Street Journal telah
mengkhususkan
harga
saham
Avantjet
yang
menurun
dan
ekonomi
yang
lambat,
ditambah
dengan
sewa
guna
usaha,
meliputi
peningkatan
volume
leasing,
1.2. RumusanMasalah
Berikut adalah rumusan masalah dari case ini:
1. Bagaimana kondisi internal Avantjet sebagai salah satu sasaran utama
target pelanggan Primus?
2. Bagaimana analisa opsi pembiayaan mesin automasi jika dihitung dengan
NPV dan internal rate of return (IRR) sebagai alternatif sewa dan
meminjam-dan-membeli?
3. Bagaimana perbandingan NPV dan IRR Primus dengan alternatif opsi
meminjam dan membeli serta dengan opsi dari Faulhaber dan Honshu
Heavy Industries?
4. Bagaimana rekomendasi terbaik untuk Baumann dalam penyusunan
proposal pengadaan sistem automasi?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Leasing (Sewa Guna) adalah suatu kontrak dimana pemilik suatu aktiva
(lessor) memberikan kepada pihak lain (lessee) hak istimewa untuk
menggunakan aktiva tersebut, biasanya untuk periode tertentu dengan
membayar sewa sesuai dengan kesepakatan. Pihak lessor dapat merupakan
perusahaan produsen dari aktiva tersebut atau perusahaan leasing uang berdiri
sendiri. Apabila perusahaan leasing berdiri sendiri, maka aktiva tersebut harus
dibeli dari produses dan lessor mengirimkan aktiva tersebut kepada pihak
lessee untuk di gunakan. Bagi pihak lessee yang penting adalah penggunaan
aktiva, bukan siapa yang memiliki aktiva tersebut. Hak untuk menggunakan
aktiva dapat diperoleh dengan melakukan perjanjian leasing dengan pihak
lessor sebagai pemilik aktiva. Karena pengguna dapat juga membeli aktiva,
maka leasing dan membeli dapat merupakan alternative perjanjian pendanaan
untuk menggunakan suatu aktiva.
Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna
Usaha:
Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun
sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna
usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati.
Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek
sewa guna usaha.
Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha
merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa guna
usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga
berdasarkan nilai sisa.
Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama,
yaitu:
a. Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau di dalam hal ini pihak yang
memiliki hak kepemilikan atas barang
b. Lessee adalah peruahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak
opsi pada akhir perjanjian
c. Supplier adalah pihak penjual barang yang di sewa guna usahakan.
B. PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM LEASING
Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak yang
berkepentingan, yaitu : lessor, lessee, supplier, dan bank atau kreditor.
Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa
pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam
financial lease bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah
dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal dengan mendapatkan
keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor bertujuan mendapatkan
keuntungan dari penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan
dengan pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut.
terjadi
apabila
pihak
supplier
berpendapat
bahwa
dengan
1. Finance Lease
Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai
lessor adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna
usaha (lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama
perusahaan leasing, sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan
pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek
transaksi leasing. Selama masa leasing, lessee melakukan pembayaran nilai
sisa (residual value). Kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan
barang modal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan
perusahaan leasing.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa finance lease atau
kadang-kadang pula disebut full-pay out leasing adalah suatu bentuk
pembiayaan dengan cara kontrak antara lessor dengan lessee di mana :
a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atas objek leasing, dimana objek
leasing dapat berupa barang bergerak ataupun tidak bergerak dan memiliki
umur maksimum sama dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut
b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai dengan
jumlah dan jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar tersebut
merupakan angsuran atau lease payment yang terdiri atas biaya perolehan
barang ditambah dengan semua biaya lainnya yang dikeluarkan lessor dan
tingkat keuntungan atau spread yang diinginkan lessor
c. Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara
sepihak mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko
ekonomis
termasuk
biaya
pemeliharaan
dan
biaya
lainnya
yang
d. Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak opsi untuk membeli barang
tersebut sesuai dengan nilai sisa atau residual value yang disepakati, atau
mengembalikan pada lessor, atau memperpanjang masa lease sesuai dengan
syarat-syarat yang disetujui bersama. Pembayaran berkala pada masa
perpanjanngan lease tersebut biasanya jauh lebih rendah daripada angsuran
sebelumnya.
Ciri-ciri finance lease antara lain :
a. Objek leasing tetap milik lessor sampai dilakukannya hak opsi
b. Barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak / tidak bergerak
c. Masa sewa barang modal sama dengan umur ekonomisnya
d. Jumlah lease payment = jumlah biaya perolehan + biaya-biaya lainnya + spread
e. Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak (non-cancellablea),
atau akan dikenakan denda
f. Risiko ekonomis misalnya biaya pemeliharaan ditanggung lessee
g. Transaksi keuangan
h. Full pay out
i. Disertai hak opsi beli sesuai dengan residual value
j. Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal
k. Angsuran leasing tidak dikenakan PPN dan PPh Pasal 23
Selanjutnya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai
berikut :
d. Syndicated Lease
Syndicated lease adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari
satu lessor atas suatu objek leasing. Syndicated lease terjadi apabila lessor
karena alasan-alasan risiko tidak bersedia, atau karean alasan tidak memiliki
kemampuan pendanaan untuk menutup sendiri suatu transaksi leasing yang
nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh lessee. Untuk memenuhi
permintaan atau kebutuhan lessee tersebut, maka beberapa perusahaan leasing
melakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek leasing dimaksud.
Selanjutnya, dalam pelaksanaannya dari kelompok lessor, berdasarkan
persetujuan ditunjuk salah satu lessor untuk bertindak sebagai koordinator
dalam melaksanakan perjanjian leasing dengan pihak lessee termasuk dengan
pihak supplier.
e. Cross Border Lease
Cross border lease adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu
negara, di mana lessor berkedudukan di negara berbeda dengan negara lessee.
Jenis transaksi leasing ini kadang-kadang disebut pula sebagai leasing lintas
negara atau transaksi leasing internasional karena yang dilakukan melibatkan
dua negara yang berbeda. Metode pembiayaan ini merupakan hal yang
kompleks dan bersifat khusus. Transaksi leasing ini mengandung banyak
risiko bagi lessor karena bagaimanapun juga akan melibatkan mekanisme
hukum, perpajakan dan masalah-masalah lainnya dari masing-masing negara
yang bersangkutan. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut biasanya
transaksi leasing antara negara dilakukan oleh afiliasinya atau subsidiary
perusahaan leasing yang bersangkutan. Transaksi leasing biasanya dilakukan
dengan cara perjanjian penjualan bersyarat yaitu pihak lessee diwajibkan
membeli barang yang di-lease-nya pada akhir kontrak. Cara ini pada dasarnya
hanya untuk melindungi lessor dari kompleksitas peraturan dan ketentuanketentuan negara asing. Mekanisme cross border lease pada gambar di bawah
ini. Kompleksitas dalam transaksi leasing internasional bagi lessor ini meliputi
beberapa masalah antara lain:
a. Pertimbangan politis yaitu menyangkut stabilitas negara lessee
b. Peraturan mengenai pemilikan oleh pihak asing
c. Perpajakan yaitu menyangkut ketentuan pajak ganda (double taxation)
d. Ketentuan repatriasi penghasilan termasuk masalah pengaturan penggunaan
valuta asing negara lesse
e. Peraturan penyusutan
f. Bea masuk barang dan ketentuan impor lainnya
f. Vendor Program
Vendor program atau disebut juga vendor lease adalah suatu metode penjualan
yang dilakukan oleh produsen atau dealer di mana perusahaan leasing
memberikan atau menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli barang. Dalam
mekanisme transaksi vendor program ini, lessor membayar kepada vendor
sesuai dengan harga barang yang dipilih atau ditentukan oleh pembeli (lessee).
Selanjutnya pembayaran sewa atau angsuran oleh lessee dapat dilakukan
langsung kepada lessor, atau dapat dibayarkan melalui vendor yang
bersangkutan. Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai perjanjian.
2. Operating Lease
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya
di-lease-kan. Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah
seluruh pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Operating
lease atau kadang-kadang juga disebut dengan sewa guna usaha biasa adalah
suatu perjanjian kontrak antara lessor dengan lessee di mana:
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak
lessee untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada
umur ekonomis barang modal tersebut.
b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa
secara berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah
biaya
perolehan
barang.
Hal
ini
disebabkan
lessor
Pembayaran
angsuran
secara
berkala
akan
ditetapkan
di muka yang relatif lebih kecil akan sangat berpengaruh pada arus dana
terlebih apabila ada pertimbangan kelambatan menghasilkan laba dalam
investasi.
6. Proteksi Inflasi
Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam
beberapa keadaan sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahuntahun berikutnya setelah kontrak leasing dilakukan, khususnya apabila
leasing berdasarkan tarif suku bunga tetap,maka lessee akan membayar
dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari pelunasan
pembelian yang dilakukan di masa lalu.
7. Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi
Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat
barang yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model dan teknologi
disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi.
Dalam suatu kontrak leasing objek leasing sering dimasukkan sebagai
perjanjian bahwa barang yang sedang disewa tersebut dapat ditukarkan
dengan barang yang serupa yang lebih canggih apabila di kemudian hari
terdapat penemuan-penemuan baru yang lebih unggul daripada produk
barang yang sama.
8. Sumber Pelunasan Kewajiban
Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui
leasing karena pada umumnya pelunasan atau pembayaran angsuran hampir
selalu diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh adanya
barang yang di lease. Sehingga kekhawatiran para kreditor terhadap
gangguan penggunaan modal kerja yang akan mempengaruhi pelunasan
kredit yang telah diberikan dapat diatasi.
9. Kapitalisasi Biaya
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya
penyerahan, instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya
dapat dipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam
leasing dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya leasing.
10. Risiko Keusangan
Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka
waktu relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko
keusangan (obsolescence) sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan
risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.
11. Kemudahan Penyusutan Anggaran
Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap akan
merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.
12. Pembiayaan Proyek Skala Besar
Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam pembiayaan
proyek yang seringkali menjadi masalah di antara pemberi dana, masalah
tersebut biasanya dapat diatasi melalui perusahaan leasing sepanjang
tersedianya suatu jaminan penuh yang dapat diterima dan / serta kemudahan
untuk menguasai barang yang dibiayai apabila terjadi suatu kelalaian
13. Meningkatkan Debt Capacity
Perolehan barang modal melalui leasing tidak otomatis manaikkan
debt equity ratio yang mempengaruhi bankability dari lessee yang
bersangkutan
14. Dapat Mengurangi Pajak
Alasan paling penting untuk kontrak leasing jangka panjang adalah
biaya leasing dapat mengurangi pajak pendapatan perusahaan. Seperti
halnya biaya bunga , biaya leasing juga dapat dikurangkan atas laba
kena pajak, sehingga besarnya pajak pendapatan perusahaan menjadi
berkurang.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 ANALISIS PERMINTAAN PASAR (AVANTJET)
Kondisi internal Avanjet sebagai perusahaan sasaran utama Primus,
sedang mengalami penurunan. Terlihat dalam laporan keuangan Avantjet
bahwa kondisi persaingan yang semakin ketat menjadikan peningkatan
penjualan tidak sekencang tahun sebelumnya. Dalam kondisi ini, laba juga
cenderung menurun akibat biaya produksi yang semakin tinggi. Net profit
margin pada 2000 diangka 2.01%, kini pada 2001 turun diangka 1.75%. Disisi
lain, rasio hutang Avantjet masih tinggi berkisar diangka 86% pada 2001.
Sehingga, jika investasi yang dilakukan Avantjet didanai dari hutang, akan
memperbesar resiko kebangkrutan perusahaan.
Exhibit 1
AvantJet Statement of Income
($000)
2001
Sales
2000
1999
$ 576,327
$ 575,477
$ 432,522
Other income
9,985
6,976
9,677
Gross income
586,312
582,453
442,199
425,076
423,443
325,016
43,624
36,215
35,632
13,773
12,873
9,064
Interest
84,062
87,259
27,002
Total expenses
566,535
559,790
396,714
19,777
22,662
45,485
9,690
11,105
22,288
$ 10,087
$ 11,557
$ 23,197
Taxes
Net income
Source: Company records.
Exhibit 3
Terms Under Hypothetical Buy-and-Borrow
and Leasing Strategies
Loan (Buy-and-Borrow)
5-year term loan
Payment in arrears
Equipment cost
Cash down payment
Loan amount
Lease
5-year net lease
Leasing option #1
Leasing option #2
Leasing option #3
Leasing option #4
Both Methods
Guaranteed residual value:
(required by Primus Equipment Finance
Division)
Investment tax credit
Depreciation
$715,000
$0
$715,000
Annual
payments
(in advance)
$155,040
$160,003
$162,350
$164,760
11.2729%
0%
5-year MACRS
Dari data tersebut, Primus perlu menimbang nilai investasi yang paling
menguntungkan dari sisi Avantjet agar sasaran utamanya tersebut tertarik untuk
memilih Primus menjadi vendornya. Oleh karena itu, perlu adanya perhitungan
yang membandingkan NPV dan IRR antara masing-masing opsi dan berbagai
situasi tarif pajak dan biaya hutang, sehingga akan terlihat pada situasi mana dan
opsi mana yang paling menarik untuk diajukan kepada Avantjet. Berikut telah
dilampirkan hasil perhitungan exhibit 6 yang berisi tentang NPV dan IRR dari
opsi buy and borrow, opsi 1-4, dan perhitungan investasi milik kompetitor yaitu
Faulhaber dan Honshu. Biasanya, semakin tinggi NPV dan IRR akan lebih baik.
Namun dalam kasus ini berbeda, semakin kecil IRR dan NPV dari nilai investasi,
Avantje akan menilai lebih menarik karena tingkat biaya yang harus dibayar oleh
Avantjet akan lebih rendah dibanding investasi ber-IRR tinggi.
Dengan demikian, dapat dilihat dalam tabel exhibit 6 bahwa pada kondisi
tarif pajak 34% dan biaya hutang 9.5%, dari nilai investasi pada opsi 2 merupakan
pilihan terbaik karena memiliki nilai investasi yang sama dengan opsi buy and
borrow dan kompetitor. Karena Avantjet cenderung memiliki rasio hutang yang
tinggi, maka jika Primus mengajukan proposal dengan opsi 2 pada kondisi A,
maka Avantjet memiliki kecenderungan akan memilih lease dan meninggalkan
hutang. Dengan begitu, primus akan tetap menjadi vendor Avantjet dengan nilai
NPV dan IRR yang cukup tinggi dibanding jika ia mengajukan proposal dengan
opsi 1.
Pada kondisi tarif pajak 34% dan biaya hutang 13%, nilai investasi yang
paling menguntungkan Avantjet adalah opsi 3 karena lebih menarik dengan NPV
$457.515 dan IRR 6.72% dibandingkan opsi milik kompetitor Faulhaber dengan
NPV $479.073 dan IRR 7.13%. Pada Kondisi tarif pajak 0% dan biaya hutang
9.5%, nilai investasi terbaik terdapat pada opsi 1 dengan nilai NPV $ 651.863 dan
IRR 8.61% dibanding buy and borrow dengan NPV $ 663.800 dan IRR 9.5%. dan
pada kondisi tarif pajak 0% dan biaya hutang 13%, nilai investasi terbaik pada
opsi 3 dengan NPV $ 645.255 dan IRR 10.91% dibanding kompetitornya
Faulhaber dengan NPV $697.207 dan IRR 11.42%.
Exhibit 6
Rangkuman Tabel NPV dan IRR Beberapa Opsi dengan 4 Kondisi Tarif Pajak dan
Biaya Hutang
BAB 4
PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Kondisi internal Avanjet sebagai
perusahaan sasaran utama Primus, sedang
TUGAS
MANAJEMEN
KEUANGAN
mengalami penurunan.
Terlihat dalam
laporan keuangan Avantjet bahwa
kondisi persaingan yang semakin
ketat menjadikan peningkatan penjualan
CASE:
PRIMUStahun
AUTOMATION
2002 ini, laba juga
tidak sekencang
sebelumnya.DIVISION,
Dalam kondisi
cenderung
menurun
akibat
biaya produksi
yang semakin
DOSEN:
DR.
MUDJILAH
RAHAYU,
SE. MSi.tinggi. Net profit
margin pada 2000 diangka 2.01%, kini pada 2001 turun diangka 1.75%.
Disisi lain, rasio hutang Avantjet masih tinggi berkisar diangka 86% pada
2001. Sehingga, jika investasi yang dilakukan Avantjet didanai dari
hutang, akan memperbesar resiko kebangkrutan perusahaan.
b. Semakin kecil IRR dan NPV dari nilai investasi, Avantje akan menilai
lebih menarik karena tingkat biaya yang harus dibayar oleh Avantjet akan
lebih rendah dibanding investasi ber-IRR tinggi.
2. REKOMENDASI
Berdasarkan perhitungan
yang
telah
dilakukan,
maka
penulis
merekomendasikan kepada Primus untuk menggunakan opsi berikut pada masingmasing kondisi.
Keuntungan nilai investasi
Proposal
lease dibanding buy and
Primus
IRR
NPV
borrow
Opsi 2
6.27%
$469,273
$0
KELOMPOK 6
Opsi 3
6.72%
$457.515
$27.031
Opsi 1VIDYA8.61%
$651,863(041514353045)$11.937
SAKTININGSIH
Opsi DWI
3
10.91% KURNIWATI
$645.255 (041514353063)
$25.997
WAHYU
OLEH :
Kondisi
A
B
C
D